Anda di halaman 1dari 17

CONNECTING CHILDREN TO THE PILLARS OF EEMAAN

“THE PROPHETS AND MESSENGERS” (PARA NABI DAN RASUL)


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pendidikan Akidah Akhlak di MI

Dosen Pengampu:
Sani Insan Muhamadi, M.Pd.

Kelompok 3
Kelas 5 A
Deyana Sri Mulyati : 1202090021
Eris Trisdianti : 1202090029
Fitri Damayanti : 1202090034
Fitri Nur Aeni : 1202090035

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya yang senantiasa merindukan cinta dan kasih sayang-Nya sehingga bisa memenuhi tugas
kelompok ini yang dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Pendidikan Akidah Akhlak di MI yang
diberikan oleh Bapak Sani Insan Muhamadi, M.Pd. Untuk itu kami menyusun makalah ini
dengan harapan dapat membantu pembaca lebih memahami lagi tentang para Nabi dan Rasul
juga lebih memudahkan dalam mencerna materi ketika proses pembelajaran berlangsung.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sani Insan Muhamadi, M.Pd., selaku
dosen Pendidikan Akidah Akhlak di MI yang telah menugaskan makalah kelompok ini
sehingga dapat menambah pengetahuan juga wawasan terkait bidang studi yang ditekuni.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna karena masih ada keterbatasan juga kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu, kami memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini ada beberapa
kalimat yang kurang sesuai dengan pedoman yang berlaku. Untuk itu, kritik dan saran akan
kami terima untuk memperbaiki beberapa kekurangan dalam penyusunan makalah ini supaya
bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bandung, 04 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Nabi dan Rasul .................................................................................................. 3
B. Iman Kepada Nabi dan Rasul ............................................................................................ 5
C. Menghubungkan Anak dengan Nabi dan Rasul ................................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi dan Rasul adalah hamba Allah yang luar biasa yang diutus oleh Allah agar
mengajarkan manusia untuk selalu berada pada jalan yang lurus, sehingga umat
manusia bisa terarah ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Utusan yang diperintahkan
Allah mempunyai tantangan dalam dakwahnya, bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan
demi menjaga kesucian agama Allah yang agung ini. Allah tidak membiarkan tantangan
itu dapat melemahkan mereka, oleh sebab itu Allah menurunkan mukjizat agar para
Nabi dan Rasul tetap melanjutkan dakwahnya serta kuat menghadapi tantangan dari
umat.
Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman yang ke empat. Oleh Karena
itu sebagai orang muslim harus meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya Allah telah
mengutus rasul-rasulNya kepada umat manusia pada setiap zaman untuk mengarahkan
manusia kejalan yang benar. Para Rasul adalah hamba-hamba Allah, dimuliakan Allah
dengan diutus sebagai Rasul dan disifati Allah sebagai hamba yang paling tinggi
kedudukannya Allah memilih manusia yang menjadi pilihannya untuk bertugas
menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran dan aturan Allah SWT guna keselamatan
manusia dunia dan akhirat. Iman kepada para Rasul haruslah ditanamkan sejak usia dini
apalagi sekarang zaman sudah modern, banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk
mengenalkan para Rasul serta kepada anak-anak seperti lewat video kisah para nabi,
lewat nyanyian dan sebagainya. Untuk meningkatkan keimanan kepada Rasul-Rasul
Allah maka perlu mengetahui nama-nama rasul Allah. Jumlah Nabi dan Rasul sangat
banyak, tidak ada seorangpun yang mengetahui pasti jumlahnya, karena sebagian
dicantumkan dalam Al-Qur’an dan sebagian lagi tidak. Allah SWT berfirman:
ۡ َّ ٰ ۡ ۡ َ َ َ َؕ َ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َّ ۡ َّ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ ۡ ِّ ‫َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ُ ُ ا‬
‫ص َعل ۡيك َو َما كان ِل َر ُس ۡو ٍل ان َّيا ِت َى ِبا َي ٍة ِاَّل ِب ِاۡ ِن‬‫ولقد ارسلنا رسًل من قب ِلك ِمنهم من قصصنا عليك و ِمنهم من لم نقص‬
َ ۡ ۡ َ َُ َ ِّ ۡ ُ ّٰ َ َ َ َ ّٰ
‫الله ا ِاۡا َاا َ ا ۡم ُر الل ِه ق ِى َى ِبال َق ِ َوس ِر َر نن ِالك ال ُب ۡب ِلل ۡون‬
Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau
(Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa
suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk
semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil". (Q.S Ghafir ayat 78).

1
B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan berikut ini:
1. Apa pengertian dari Nabi dan Rasul?
2. Apa pengertian Iman kepada Nabi dan Rasul?
3. Bagaimana cara menghubungkan anak-anak dengan Nabi dan Rasul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Nabi dan Rasul.
2. Untuk mengetahui pengertian Iman kepada Nabi dan Rasul.
3. Untuk mengetahui hubungan anak dengan Nabi dan Rasul.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nabi dan Rasul


Menurut bahasa nabi berasal dari kata Naba’a yang berarti "berita" atau
"informasi". Sedangkan menurut istilah nabi adalah seseorang yang mendapatkan
wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sehingga tanpa ada kewajiban baginya
untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain. Dijelaskan pula bahwa an-
Nabiy itu berarti "orang yang menyampaikan berita dari Allah Ta’ala tentang keesaan-
Nya, menjelaskan masalah-masalah yang gaib, dan memberitahukan bahwa dirinya
adalah seorang nabi". Perlu diketahui bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai Nabi
sebab memiliki derajat yang tinggi di hadapan manusia lainnya.
Sementara itu, Rasul berasal dari kata Rasala yang berarti "utusan" atau
"penyampaian". Sedangkan menurut istilah rasul adalah seseorang yang mendapatkan
wahyu dari Allah SWT, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus
disampaikan kepada umatnya. Maka dari itu, terdapat pernyataan bahwa "Nabi itu
belum tentu Rasul, sedangkan Rasul sudah pasti adalah seorang Nabi". Dalam sejarah
agama Islam, rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT adalah Nabi Muhammad
SAW. Oleh karena itu, apabila setelah Nabi Muhammad SAW wafat, lalu ada seseorang
yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Rasul, maka umat dapat melakukan
penolakan dan menganggap orang tersebut sebagai orang yang merusak agama.
ُ ۡۡ ۤ ٰ ۡۤ ُ َ َّ ۡ ُ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َّ ُ َ ُ َ َ ۡ ۡ ُ َ َ ۡ ِّ َ ُ َّ َ ۡ َ ُ ۡ ُ ُ َ َ
‫اط ِل ِل ُـيد ِحى ۡوا ِب ِه ال َق َّـ ِ َواتخذ ۡوا ا ٰۡ ِت ۡى َو َما ان ِذ ُر ۡوا ن ُز ًوا‬
ِ ‫وما ن ۡر ِسل الب ۡرس ِلين ِاَّل مبش ِرين ومن ِذ ِرين ۚ ويَ ِاِل ال ِذۡن ََ ُروا ِبالب‬
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan; tetapi orang yang kafir membantah dengan (cara)
yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak (kebenaran), dan
mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai
olok-olokan". (Qs. Al-Kahfi ayat 56).
Nabi dan Rasul itu merupakan seseorang yang dipilih secara khusus oleh Allah
SWT untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Maka dari itu, Nabi dan Rasul ini
derajatnya di atas manusia pada umumnya, sehingga tentu saja mereka mempunyai
sifat-sifat khusus yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat tersebut diantaranya:
1. Sifat Wajib Nabi dan Rasul

3
Sifat wajib bagi nabi dan rasul merupakan sifat yang pasti ada serta dimiliki
oleh para Nabi dan Rasul Allah. Maka dari itu, seseorang tidak bisa disebut sebagai
Rasul Allah apabila tidak memiliki sifat-sifat berikut ini:
a. Ash-Shiddiq, artinya benar dan jujur.
Para Nabi dan Rasul pasti jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Apa-
apa yang telah disampaikan kepada manusia baik berupa wahyu atau kabar
harus sesuai dengan apa yang telat diterima dari Allah SWT tidak boleh
dilebihkan atau dikurangkan. Sebagai bukti atas kebenaran mereka, mereka
telah dibekali dengan mukjizat-mukjizat yang harus diyakini oleh setiap muslim
kebenarannya.
b. Al-Amanah, artinya dapat dipercaya.
Amanah berarti dapat dipercaya baik dhahir atau bathin. Sedangkan
yang dimaksud disini bahwa setiap Nabi dan Rasul dapat dipercaya setiap
ucapan dan perbuatannya.
c. At-Tabligh, artinya menyampaikan wahyu.
Tabligh diartikan sebagai menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah
SWT kepada orang lain. Sudah menjadi kewajiban para Rasul untuk
menyampaikan kepada manusia apa yang diterima dari Allah beruapa wahyu
yang menyangkut didalamnya hokum-hukum agama. Jika Allah SWT
memerintahkan para Rasul untuk menyampaikan wahyu kepada manusia, maka
wajib bagi manusia untuk menerima apa yang telah disampaikan dengan
keyakinan yang kuat sebagai bukti atau saksi akan kebenaran wahyu itu.
d. Al-Fathonah, artinya cerdas.
Dalam menyampaikan risalah Allah, tentu dibutuhkan kemampuan,
diplomasi, dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya hokum-
hukum Allah dan risalah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh
manusia. Karena itu, seorang rasul wajib memiliki sifat cerdas. Kecerdasan ini
sangat berfungsi terutama dalam menghadapi orang-orang yang membangkang
dan menolak ajaran Islam. Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa
para rasul itu adalah manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal,
kekuatan berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada
zamannya.
2. Sifat Mustahil Nabi dan Rasul

4
Sifat mustahil bagi nabi dan rasul merupakan sifat yang tidak mungkin dimiliki
oleh Nabi dan Rasul, sebab mereka adalah orang-orang pilihan yang terjaga,
terpelihara, bahkan terhindar dari dosa (ma’sum). Sifat mustahil ini dapat disebut
sebagai kebalikan dari sifat wajib, yakni:
a. Kidzib, artinya berbohong atau dusta.
Sifat ini adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Nabi dan
Rasul sebab mereka senantiasa telah dijaga oleh Allah SWT.
b. Khianat, artinya bertentangan dengan janji.
Khianat dapat diartikan juga sebagai ingkar atau tidak dapat dipercaya.
Mustahil bagi Nabi dan Rasul mempunyai sifat khianat sebab mereka
merupakan utusan Allah yang senantiasa terjaga sebagai penyampai wahyu
Allah kepada umatnya. Sehingga sangat mustahil atau tidak mungkin untuk
mereka mempunyai sifat ini.
c. Kitman, artinya menyembunyikan wahyu.
Para Nabi dan Rasul merupakan manusia pilihan Allah SWT sebagai
penyampai risalah kepada umat mereka. Sehingga tidak mungkin bagi mereka
jika memiliki sifat yang menyembunyikan wahyu.
d. Baladah, artinya bodoh.
Para Nabi dan Rasul meruapakan manusia pintar yang dipilih Allah
SWT sebagai penyampai agama-Nya kepada umat manusia dan melakukan
berbagai tindakan kebaikan supaya mereka dapat menjadi suri tauladan untuk
umatnya. Sehingga sangat tidak mungkin bagi mereka memiliki sifat bodoh.
3. Sifat Jaiz Nabi dan Rasul
Sifat Jaiz bagi nabi dan rasul merupakan sifat kemanusiaan, yang artinya Rasul
juga memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia pada umumnya, seperti rasa lapar,
haus, sakit, mengantuk, sedih, senang, berkeluarga, dan lain-lain. Bahkan, seorang
Rasul Allah juga akan tetap meninggal dunia sebagaimana manusia biasa.
B. Iman Kepada Nabi dan Rasul
Kepercayaan kepada para nabi dan rasul adalah salah satu prinsip dasar umat
Islam dan komponen dari iman. Mengenai para nabi, Allah menyebutkan dalam
firmannya:
ۡۤ
‫اط َو َما ا ۡو ِت َى ُم ۡو ٰسى َو ِع ۡي ٰرى‬ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ ٰ ۡ َ َ ۡ ٰ ۡ َ َ ۡ ۡ َٰ َ َ ۡ ۡ ۤ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ۡ ۤ َ َ ّٰ َّ َ ٰ ۡ ُ
ِ ‫قل امنا ِبالل ِه وما ان ِزل علينا وما ان ِزل على ِابر ِٰنيم و ِاسب ِعيل وِاسق ِ ويعقوب واۡلسب‬
َ ٗ َ َ ۡ َ ُ َُ َ َ َّ
‫َوالن ِب ُّي ۡون ِم ۡن َّ ِّرب ـ ِه ۡم ۖ َّل نَ ِّرق َب ۡي َن ا َح ٍد ِّمن ُه ۡم َون ۡق ُن له ُم ۡر ِل ُب ۡون‬

5
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub,
dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-
Nya kami berserah diri". (Qs. Ali Imran ayat 84).
Allah mengutus seorang pemberi peringatan kepada setiap umat sepanjang
sejarah manusia. Hal itu berarti jumlah nabi yang datang untuk melaksanakan Misi
Allah harus mencapai ratusan atau lebih.
َ َ َ َّ ۡ ْ َ ْ َ ٰ ْ َ َ َّ
‫ِانا ا ْر َسلنك ِبال َق ِّ ِ َب ِش ْي ًرا َّون ِذ ْۡ ًرا َۗوِان ِّم ْن ا َّم ٍة ِاَّل سًل ِا ْي َها ن ِذ ْۡر‬
Artinya: "Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satupun umat
melainkan disana telah datang seorang pemberi peringatan". (Qs. Fathir ayat 24).
Adapun dua puluh lima nabi dan rasul yang disebutkan namanya dalam Al-
Qur'an: Adam As, Idris As, Nuh As, Hud As, Shaleh As, Ibrahim As, Luth As, Ismail
As, Ishaq As, Yaqub As, Yusuf As, Ayyub As, Syu’aib As, Musa As, Harun As, Zulkifli
As, Daud As, Sulaiman As, Ilyas As, Ilyasa As, Yunus As, Zakaria As, Yahya As, Isa
As, dan Muhammad, SAW.
Jika seseorang tidak beriman kepada para nabi Allah dan rasul, dia menjadi
kafir. Sebagaimana Allah berfirman, dalam QS. Annisa ayat 150-151:
ُ َّ ْ َ َ ُ َ ۡ ُ َ َ ُ ُ َ َّ َ ْ َ ُ ِّ َ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
ْ َ ُ ُ ْ َ َ ‫ون ُن ْؤم ُن ب َب ْع‬
‫ض َو ُي ِريدون أن َۡت ِخذوا‬
ٍ ‫ض ونكَر ِببع‬ ٍ ِ ِ ‫ِإن ال ِذۡن يكَرون ِبالل ِه ورس ِل ِه وي ِريدون أن يَرقوا بين الل ِه ورس ِل ِه ويقول‬
‫ا‬ َ َ
‫َب ْي َن ۡ ِلك َس ِبيًل‬
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-
Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari
sebagian (yang lain)," serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir)" (Qs.
An-Nisa ayat 150).
ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ْ ُ َ َ ۡ
‫ين َعذ ًابا ُم ِهينا‬‫أول ِئك ن ُم الك ِاا ُرون َحقا َوأ ْعتدنا ِللك ِاا ِر‬

Artinya: "Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk
orang-orang kafir itu azab yang menghinakan". (Qs. An-nisa ayat 151).

Mengingkari satu nabi saja sama dengan kafir kepada semuanya. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa mengingkari para nabi dan rasul berarti menolak
ajaran mereka, yang disamakan dengan mengingkari sumber ajaran, Sang Pencipta. Hal

6
ini menyebabkan kegagalan untuk mencapai pengabdian sejati kepada Allah yang telah
diperintahkan kepada manusia.

Sebagai manusia, kita membutuhkan para utusan dan ajaran mereka untuk
mereformasi hati kita, mencerahkan jiwa kita, dan membimbing pikiran kita. Kita
membutuhkan utusan untuk memberi arah pada hidup kita, untuk menghubungkan kita
dengan kehidupan dan dengan Pencipta kehidupan.

Oleh karena itu kita tahu bahwa di atas segalanya, orang perlu tahu tentang
Rasul dan pesan yang dibawanya, untuk percaya apa yang dia katakan kepada kita dan
untuk mematuhi apa yang dia perintahkan kepada kita, karena tidak ada cara untuk
mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, baik dalam hal ini. dunia atau akhirat, kecuali
di tangan para rasul. Tidak ada cara untuk mengetahui tentang yang baik dan yang jahat
secara rinci kecuali melalui mereka. Tidak ada yang bisa mencapai keridhaan Allah
sama sekali kecuali dengan mengikuti ajaran mereka. Perkataan, perbuatan dan sikap
yang baik hanya dapat dicapai melalui bimbingan dan ajaran yang mereka bawa.
Mereka adalah contoh standar: sikap, tata krama, dan tindakan harus diukur dengan
kata-kata dan sikap mereka.

Mengikuti mereka (nabi dan rasul) membuat orang-orang sesat menonjol. Jadi
kebutuhan kita akan mereka lebih besar daripada kebutuhan tubuh akan jiwa, atau
kebutuhan mata akan cahaya, atau kebutuhan jiwa akan kehidupannya. Apapun
kebutuhan atau kebutuhan yang mungkin Anda pikirkan, kebutuhan seseorang akan
rasul jauh lebih besar. Karena kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat terhubung
dengan bimbingan Nabi (SAW), maka setiap orang yang tulus dengan dirinya sendiri
dan yang ingin mencapai keselamatan dan kebahagiaan harus cukup tahu tentang
ajaran, biografi, dan cara untuk memastikan bahwa dia bukan salah satu dari mereka
yang tidak mengetahuinya sehingga dia termasuk di antara para pengikut dan
pengikutnya.

Salah satu aspek kepercayaan pada para nabi adalah menerima bahwa mereka
semua dipanggil untuk satu agama yakni agama Islam. Allah SWT berfirman, dalam
Qs. Ali Imran ayat 19:
ّٰ ٰ ُۡ َ ۡ ۡ ۡ ُ َ ۡۢ َّ َ ٰ ۡ ُ ۡ ۡ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ ۡ ّٰ َ ۡ َ ۡ ِّ َّ
‫ب ِاَّل ِم ۡن َب ۡع ِد َما َاا َ ن ُم ال ِعل ُم َبغ ًيا ۢۡ َب ۡين ُه ۡم َو َم ۡن َّيكَ ۡر ِبا ٰي ِِ الل ِه‬‫ِان الدۡن ِعند الل ِه ِاَّلسًلم ۗ وما استلف ال ِذۡن اوتوا ال ِكت‬
‫اب‬ َ ۡ ُ ۡ َ َ ّٰ َّ َ
ِ ‫ا ِان الله س ِريـ ـع ال ِقر‬

7
Artinya: "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-
orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian di antara mereka. Barang Siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka
sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya". (Qs. Ali Imran ayat 19).

Ada beberapa ayat yang menggambarkan fakta bahwa semua nabi adalah
Muslim, diantaranya:
ْ َ ۡ َ ْ َ ُ ۡ ّٰ َ َّ َ ْ ۗ َ ۡ َُْ َ ُ َّ َ ْ َ
‫ا ِان ت َول ْيت ْم ا َبا َسالتك ْم ِّم ْن ا ْا ٍر ِان ا ْا ِر َي ِاَّل َعلى الل ِه َۙوا ِم ْرت ان اك ْون ِم َن ال ُب ْر ِل ِب ْي َن‬

Artinya: "Maka jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta imbalan
sedikitpun darimu. Imbalanku tidak lain hanyalah dari Allah, dan aku diperintah agar
aku termasuk golongan orang-orang Muslim (berserah diri)." (Qs. Yunus ayat 72).
ُ ْ ۡ ْ ۡ َّ َ َ َ ّٰ ُْ ٰ ُْۡ ْ َ َ ‫َو َق‬
‫ال ُم ْو ٰسى ٰيق ْو ِم ِان َنت ْم ا َمنت ْم ِبالل ِه ا َعل ْي ِه ت َوكل ْوا ِان َنت ْم ُّم ْر ِل ِب ْي َن‬

Artinya: "Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". (Qs.
Yunus ayat 84).
َ َّ َ ْ ْ ّٰ َّ ٰ ّٰ َْ َ َ ْ َ َ ّٰ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ۡ ْ ُ ُ ْ َّ ‫َا َل َّب َا َا َح‬
‫ال ال َق َو ِارُّي ْون ن ْق ُن ان َص ُار الل ِه ۚ ا َمنا ِبالل ِه ۚ َواش َهد ِبانا ُم ْر ِل ُب ْون‬‫س ِع ْي ٰرى ِمنهم الكَر قال من انص ِاري ِالى الل ِه ۗ ق‬

Artinya: "Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata,
"Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?" Para
Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami
beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim". (Qs.
Ali Imran ayat 52).
َ ۡ ُ ّٰ َ َ ۗ َّ َ َ ّٰ ٰ ۡ ََ َ َ َ
‫َما كان ُم َق َّبد ا َبا ا َح ٍد ِّم ْن ِّر َا ِالك ْم َول ِك ْن َّر ُس ْو َل الل ِه َوسات َم الن ِب ّٖي َن َوكان الله ِبك ِّل ش ْي ٍ َع ِل ْي ًبا‬

Intinya, Islam atau 'penyerahan' adalah kata yang umum diucapkan oleh para nabi Allah
dari zaman dahulu sampai sekarang. Nabi dan utusan terakhir adalah Muhammad SAW.
Dia adalah Penutup para Nabi, karena tidak akan ada nabi lain setelahnya. QS. Ahzab
:40

Sementara nabi-nabi lain diutus untuk bangsa atau kelompok tertentu dan untuk
era tertentu dalam sejarah manusia, Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi yang
diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Kitab suci, Al-Qur'an, yang
diberikan kepada Nabi Muhammad akan disimpan sampai Hari Pembalasan. Untuk
alasan ini Nabi Muhammad memiliki status khusus. Nabi berkata: “Aku akan menjadi

8
pemimpin anak-anak Adam pada Hari Kebangkitan, dan aku tidak menyombongkan
diri. Di tanganku akan ada panji pujian, dan aku tidak membual. Tidak akan ada nabi
pada hari itu. Adam atau siapa pun, tetapi dia akan berada di bawah panji saya. Saya
akan menjadi orang pertama yang bersyafaat dan yang pertama dipanggil untuk
bersyafaat, dan saya tidak menyombongkan diri.” Dia diberi nikmat dan berkah khusus
dari Allah. Nabi berkata: “Saya telah disukai atas para nabi dengan enam hal: Saya telah
diberikan pidato singkat; Saya telah didukung dengan rasa takut (pada saya,
dilemparkan ke dalam hati musuh saya); rampasan perang telah diizinkan bagiku; bumi
telah dijadikan sarana penyucian dan tempat pemujaan bagiku; Saya telah dikirim ke
seluruh umat manusia; dan aku adalah nabi terakhir.”

C. Menghubungkan Anak dengan Nabi dan Rasul


Karena anak-anak terhubung dengan malaikat melalui penceritaan, hal yang
sama dapat digunakan sehubungan dengan para nabi. Ada banyak kisah otentik dari Al-
Qur'an dan Hadits tentang para nabi, serta banyak buku anak-anak tentang kisah-kisah
ini. Belajar juga bisa dibuat menyenangkan dengan menggunakan permainan, program
komputer, dan sebagainya. Anak-anak harus secara teratur terpapar ini informasi dan
diajarkan untuk mencintai para nabi, dan khususnya, Nabi Muhammad. Anak-anak
harus memahami bahwa para nabi adalah rahmat bagi umat manusia, karena mereka
membawa pesan Allah dan Islam kepada manusia. Mereka adalah individu-individu
istimewa yang dipilih oleh Allah untuk misi mulia ini. Mereka memberikan contoh
yang paling baik tentang bagaimana hidup dalam kehidupan ini dan merupakan panutan
yang ideal bagi anak-anak kita.
Anak-anak akan mendengarkan dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu
tentang kisah Nuh dan banjir besar, kisah Abraham dan bagaimana ia dilemparkan ke
dalam api untuk memecahkan berhala, kisah Musa dan bagaimana ia diselamatkan dari
Firaun dan tentaranya, kisah Yunus di dalam perut ikan paus, kisah Yusuf dan akhirnya
bertemu kembali dengan keluarganya, kisah Yesus dan kelahirannya yang ajaib, dan
begitu banyak kisah lainnya yang semuanya lebih menarik karena Al-Qur'an telah
mendokumentasikannya dan membuktikan kebenarannya.
Cinta dan kasih sayang khusus harus diberikan kepada Nabi Muhammad oleh
orang-orang beriman. Mencintai Nabi adalah salah satu kewajiban wajib dalam Islam.
Anak-anak harus diajari untuk mencintai Nabi lebih dari diri mereka sendiri dan segala

9
sesuatu di dunia ini. Cinta mereka kepadanya harus menjadi yang kedua setelah cinta
kepada Allah. Allah memberitahu kita, dalam Qs. Al-Ahzab ayat 6.
ْ ْ ّٰ ٰ
‫ض ِا ْي َِت ِب الل ِه ِم َن ال ُبؤ ِم ِن ْي َن‬ ْ َ ٰ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ۡ ۡ َ ْ ُ ُ ٰ َّ ۡ ٗ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َْ ْ َ ْ ْ ُ ْ ٰ ْ َ ُّ َّ َ
ٍ ‫الن ِبي اولى ِبالبؤ ِم ِنين ِمن انَ ِر ِهم وازوااه امهتهم ۗواولوا اۡلرح ِام بعىهم اولى ِببع‬
ُ ٰ ْ َ َ َ ً ۡ ۤ َ َٰ ۡ ْ َ ْ َ َّ ْ
‫َوال ُب ٰه َِ ِر ْي َن ِاۡل ان تَ َعل ْوا ِالى ا ْو ِل َيا ِٕىك ْم َّم ْع ُر ْواا ۗ كان ۡ ٰ ِلك ِاى ال ِكت ِب َم ْرل ْو ًرا‬
Artinya: "Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka
sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai
hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah
daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat
baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di
dalam Kitab (Allah)". (Qs. Al-Ahzab ayat 6).
Nabi berkata: "Tidak beriman salah satu dari kamu sampai dia mencintaiku
lebih dari dia mencintai ayahnya sendiri, anaknya sendiri, dan semua orang lain."
Abdullah bin Hisyam berkata: “Kami bersama Nabi dan dia memegang tangan 'Umar
ibn al-Khattab. Umar berkata: Ya Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segalanya
kecuali diriku sendiri. Rasul berkata: Tidak, demi Dia yang jiwaku berada di tangan-
Nya, (kamu tidak akan memiliki iman yang sempurna) sampai aku lebih kamu cintai
daripada dirimu sendiri. Umar berkata: Maka, demi Allah, kamu lebih aku cintai
daripada diriku sendiri. Nabi berkata: Sekarang, 'Umar (sekarang kamu adalah orang
yang beriman).
Seorang anak harus memahami bahwa kekuatan cinta kepada Rasul
berhubungan dengan tingkat keimanannya. Ketika imannya meningkat, kecintaannya
kepada Nabi meningkat, dan sebaliknya. Cinta untuk Nabi Muhammad dengan
demikian merupakan ukuran iman dan keyakinan batin seseorang. Cinta kepada Nabi
ini merupakan tindakan ketaatan kepada Allah dan sarana untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Sebagai bagian dari rasa cinta dan hormat ini, anak-anak harus terbiasa dengan
etika mengirim shalawat kepada Nabi setiap kali namanya disebutkan. Ini adalah
perintah dari Allah sebagaimana firman-Nya:
َ ِّ َ ُّ ُ ٰ َّ َ ۗ َّ َ َ ُّ ٗ َ َ ٰۤ َ ّٰ َّ
‫ِان الله َو َمل ِٕىكته ُي َصل ْون َعلى الن ِب ِّي ٰيا ُّۡ َها ال ِذ ْۡ َن ا َمن ْوا َصل ْوا َعل ْي ِه َو َسل ُب ْوا ت ْر ِل ْي ًبا‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
dengan penuh penghormatan kepadanya". (Qs. Al-Ahzab ayat 56).
Dalam ayat ini, Allah dan para malaikat-Nya memuliakan Nabi dan Allah
meminta orang-orang beriman untuk melakukan hal yang sama. Untuk alasan ini, doa

10
dan shalawat senantiasa kami panjatkan. Aspek lain dari mencintai Nabi adalah
mengikuti teladannya.
ُ َ ُ ّٰ ۡ ُ ُ ۡ َ ْ ُ ّٰ ۡ َّ َ َ ّٰ َ ُ ُْ ۡ ْ ُ
‫ق ْل ِان َنت ْم ت ِق ُّب ْون الله اات ِب ُع ْو ِن ْي ُي ْق ِب ْبك ُم الله َو َيغ َِ ْر لك ْم ۡن ْو َبك ْم ۗ َوالله غَ ْور َّر ِح ْيم‬
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang". (Qs. Ali Imran ayat 31).
Mengikuti berarti mencintai, menghormati, mematuhi, dan meniru. Teladan
terbaik bagi manusia dalam segala hal adalah Nabi Muhammad. Adalah tugas kita
sebagai orang tua untuk mengajar anak-anak kita dalam ajarannya dan pentingnya
menaatinya. Allah menyatakan:
ُْ ۡ ْ ّٰ َ ُ ْ ُّ ُ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ۚ ْ ۡ ْ ْ َ ْ ۡ ّٰ
َّ ‫الل َه َو َا ِط ْي ُعوا‬ َ ُ ٰ َّ َ
َّ ‫الل ِه َو‬
‫الر ُس ْو ِل ِان َنت ْم‬ ‫الر ُس ْو َل َوا ِولى اۡلم ِر ِمنكم ا ِان تنازعتم ِاي شي ٍ ارِوه ِالى‬ ‫ٰيا ُّۡ َها ال ِذ ْۡ َن ا َمن ْوا ا ِط ْي ُعوا‬
‫َْ ا‬ َ َ َ ۗ ْٰ ْ ّٰ َ ُ ْ ُ
‫تؤ ِمن ْون ِبالل ِه َوال َي ْو ِم اۡل ِس ِر ۡ ٰ ِلك س ْير َّوا ْح َر ُن تأ ِو ْيًل‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Qs. An-Nisa ayat 59).
Beberapa ayat dalam Al Qur'an dapat digunakan untuk menyoroti aspek penting Islam
ini. Ketaatan kepada Nabi adalah, di aktualitas, ketaatan kepada Allah.
ً َ َ ٰ ْ َ َ َ ّٰ َ َ ّٰ َ َ َ ْ َ َ
ۗ ‫الر ُس ْو َل اقد اطاع الله ۚ َو َم ْن ت َولى ا َبا ا ْر َسلنك َعل ْي ِه ْم َح َِ ْيظا‬
َّ ‫َم ْن ُّي ِلع‬
ِ
Artinya: "Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah
menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami
tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka". (Qs. An-Nisa
ayat 80).
Secara praktis, anak-anak harus diajarkan Sunnah Nabi di semua bidang
kehidupan. Hal ini dapat dicapai melalui mempelajari hadits Nabi. Anak-anak harus
didorong untuk menghafal hadits bersama dengan Al-Qur'an. Ini bisa dimulai sejak usia
dini dengan hadits-hadits pendek. Makna hadis juga harus ditekankan. Sunnah Nabi
harus diikuti dalam perkataan dan perbuatan sehingga itu adalah jalan yang mereka
ikuti sepanjang hidup mereka. Teladan beliau harus diterapkan dalam semua aspek
kehidupan makan, tidur, berdoa, bekerja, dan bahkan bermain. Permohonan yang tepat
harus dihafal untuk berbagai kesempatan. Anak-anak harus dengan bangga mengatakan

11
bahwa mereka mengikuti teladan Nabi ketika mereka terlibat dalam perilaku dan
permohonan khusus ini. Nabi harus menjadi panutan ideal mereka.
Ketika keputusan perlu dibuat atau masalah dihadapi, anak-anak harus didorong
untuk meneliti Al-Qur'an dan Hadits untuk kemungkinan jawaban atau solusi. Mereka
adalah panduan terbaik kita untuk bagaimana menghadapi berbagai masalah dan
masalah dalam hidup kita. Harus ada kepercayaan bahwa mengikuti sumber-sumber ini
adalah hal terbaik untuk kehidupan ini. Jika jawabannya tidak ada, paling tidak ada
indikasi tentang arah yang harus diambil. Seperti halnya Sunnah, doa untuk bimbingan
harus dilakukan ketika keputusan penting dibuat.
Untuk menanamkan cinta Nabi pada anak-anak, sangat penting bagi mereka
untuk belajar tentang sirah, atau kisah hidupnya. Sesi reguler atau waktu keluarga harus
ditetapkan untuk tujuan ini, atau dapat diintegrasikan ke dalam lingkaran belajar
mingguan di rumah. Ada banyak buku yang tersedia untuk anak-anak dalam bahasa
Arab dan Inggris, serta dalam bahasa lain. Bahan yang sesuai harus dipilih berdasarkan
usia dan tingkat perkembangan anak.
Melalui sirah, mereka akan menemukan karakter dan sifat orang besar ini, pesan
yang disampaikan, dan cara dia berkorban demi masyarakat. Mereka akan belajar dari
keberanian dan keberaniannya saat ia berjuang untuk membela dan menyebarkan Islam.
Mereka akan mendengar tentang banyak mukjizat yang diberikan oleh Allah kepadanya
sebagai indikasi perannya sebagai nabi Islam. Mereka akan menemukan bagaimana
para sahabat Nabi SAW bahkan para sahabat muda. menanggapi panggilannya,
mematuhi perintahnya, dan memerangi orang-orang yang berusaha menyakitinya dan
pesannya. Pengetahuan ini akan meningkatkan kesukaan, keterikatan, dan kepercayaan
mereka kepadanya. Ini akan membawa mereka lebih dekat dengannya dan
meningkatkan keinginan mereka untuk mengikuti teladannya dalam hidup. Ini akan
meningkatkan hubungan mereka dengan Al-Qur'an dan makna Al-Qur'an, karena Hadis
dan Sunnah memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang Kitab Suci kita. Pada
dasarnya, itu akan membangkitkan emosi mereka dan memiliki efek yang menakjubkan
pada jiwa dan iman mereka.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nabi merupakan seseorang yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk
dirinya sendiri, sehingga tanpa ada kewajiban baginya untuk menyampaikan wahyu
tersebut kepada orang lain. Sedangkan Rasul merupakan seseorang yang mendapatkan
wahyu dari Allah SWT, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus
disampaikan kepada umatnya. Maka dari itu, terdapat pernyataan bahwa "Nabi itu
belum tentu Rasul, sedangkan Rasul sudah pasti adalah seorang Nabi".
Nabi dan rasul mempunyai derajat diatas manusia ada umumnya, sehingga tentu
saja mereka mempunyai sifat-sifat khusus yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat
tersebut diantaranya: sifat wajib bagi nabi dan rasul yaitu Ash-Shiddiq (benar dan
jujur), Al-Amanah (dapat dipercaya), At-Tabligh (menyampaikan), dan Al-Fathonah
(cerdas). Adapun sifat mustahil bagi nabi dan rasul yaitu Kidzib (berbohong atau dusta),
Khianat (bertentangan dengan janji), Kitman (menyembunyikan), dan Baladah
(bodoh). Selain daripada itu, ada pula sifat jaiz bagi nabi dan rasul yaitu sifat
kemanusiaan.
Nabi dan rasul jumlahnya sangat banyak dan tidak ada yang mengetahuinya
secara pasti kecuali Allah SWT. Namun, terdapat 25 nabi dan rasul yang disebutkan
namanya dalam Al-Qur'an yaitu Adam As, Idris As, Nuh As, Hud As, Shaleh As,
Ibrahim As, Luth As, Ismail As, Ishaq As, Yaqub As, Yusuf As, Ayyub As, Syu’aib
As, Musa As, Harun As, Zulkifli As, Daud As, Sulaiman As, Ilyas As, Ilyasa As, Yunus
As, Zakaria As, Yahya As, Isa As, dan Muhammad, SAW.
Cinta dan kasih sayang khusus harus diberikan kepada Nabi Muhammad oleh
orang-orang beriman. Mencintai Nabi adalah salah satu kewajiban wajib dalam Islam.
Anak-anak harus diajari untuk mencintai Nabi lebih dari diri mereka sendiri dan segala
sesuatu di dunia ini. Cinta mereka kepadanya harus menjadi yang kedua setelah cinta
kepada Allah.
B. Saran
Kami sebagai penulis memohon maaf apabila makalah ini terdapat beberapa
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan memperbaiki
makalah ini sesuai pedoman yang berlaku. Maka dari itu kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran mengenai makalah ini

13
DAFTAR PUSTAKA

Hamdan, D. A. (2009). Nurturing Eemaan In Children. Saudi Arabia: International


Islamic Publishing House.

Aziz. A. (2014). Pelajaran Tuhid Untuk Tingkat Lanjut. Jakarta: Darul Haq.

Zulaiha, Eni. (2016). Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Pespektif Al-Qur’an. Studi
Al-Qur’an dan Tafsir. 1 [2]. 149-164.

14

Anda mungkin juga menyukai