Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AIK

“AL-QURAN SEBAGAI SUMBER ILMU”

KELOMPOK 1 :

1. REZKY ANDINY (105401116519)


2. FIRQAH MU’AWWIDZATI (105401118519)
3. NURAENI (105401116419)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, segala puji bagi Allah Subhana Wa Ta’ala,


Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang rizki dan karuniaNya kepada makhluk
tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman,atas segala limpahan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi
Wassalam ,Sang Murabbi segala zaman, dan para sahabatnya, tabi’in dan tabi’ut
tabi’in serta orang-orang yang senantiasa berpegang teguh di jalanNya.

Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka
menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Namun, sebagai
manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari
berbagai kekurangan

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan


kritikan dan saran berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya
menbangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tiada akan berarti tanpa
adanya kritikan mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca
terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiinn.

Makassar, 10 Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................5
A. Alquran sumber ilmu pengetahuan.....................................................5
B. Al-quran, Ilmu pengetahuan, dan Agama...........................................5
C. Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan...............6
BAB III PENUTUP........................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama
yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada
kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah
menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi,
selalu berada dalam keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-
aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta
yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu
menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama:
ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang
tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu
karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang
diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk
yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita
selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi
dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita
gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus
memperhatikan beberapa hal yang penting.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu
baik untuk kita. Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan
berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada
yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah melarang
kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S.
Al-A’raf : 56).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang – orang yang berbuat baik.”
Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai
khalifah dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan
seluruh isinya agar tetap asri. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita
sebagai khalifah dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk
berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes
lantaran adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan
Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34
“Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah
kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan
menyombongkan diri, karena dia adalah dari golongan makhluk yang
kafir.”
Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir
itulah yang membuat manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini
jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk
yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah
tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam
mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia yang besar bagi
kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan
baik.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah alquran sebagai sumber ilmu pengetahuan ?
2. Bagaimanakah Al-quran, Ilmu pengetahuan, dan Agama?
3. Bagaimanakah Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu
Pengetahuan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui alquran sumber ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui al-quran, Ilmu pengetahuan dan Agama?
3. Untuk mengetahui motivasi islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan


Islam adalah hidayah Allah, agama semua nabi, dan kitab suci Al-
Quran adalah sumber utama ajaran Islam yang dianut oleh hampir seperempat
penduduk dunia hari ini. Tidak ada satu buku dan kitab yang paling banyak
dibaca dan dihafal di seluruh dunia serta dikaji dari berbagai perspektif
keilmuwan melebihi Al-Quran. Sumber Al-Quran sama dengan sumber
Taurat, Zabur, Injil dan suhuf-suhuf yang lainnya, yaitu Allah SWT, Tuhan
Yang Esa.
Al-Quran menyuruh manusia belajar dari sejarah dan mengambil
perbandingan dari kejayaan dan kejatuhan umat-umat terdahulu dalam rangka
menghadapi masa depan. Pesan-pesan samawi dalam Al-Quran sejalan
dengan semua tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Umat Islam di masa lalu mencapai zaman kejayaan dan menjadi trendsetter
kemajuan peradaban dunia dalam abad 7 - 13 M adalah karena mengamalkan
Api Islam, menurut istilah Presiden RI Pertama Soekarno, yang bersumber
dari Al-Quran.
Al-Quran mendorong manusia agar mengembangkan kemampuan
berpikir seimbang dengan kemampuan berzikir, mengingat Allah. Al-Quran
menginspirasi perkembangan ilmu pengetahuan dan mengajarkan peran dan
tanggungjawab manusia yang diberi amanah ilmu. Al-Quran sebagai
pedoman hidup (manhaj al-hayah) menuntun umat manusia agar memperoleh
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105
dan Al-Hijr [15] ayat 9 sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin
Latif dalam tulisannya Fakta dan Data Al Quran (1391 H). Pertama, Kitab
Suci Al-Quran adalah benar-benar Wahyu Ilahi yang diwahyukan-Nya
kepada Nabi/Utusan-Nya, Muhammad SAW. Kedua, Kitab Suci Al-Quran itu
berisi kebenaran mutlak dari Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.
Ketiga, Nuzul/turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW
adalah benar dan tepat, selaku penerima pertama dan pemegang amanat dari
Tuhan SWT yang akan menyampaikannya kepada umat manusia. Dan
keempat, Kitab Suci Al-Quran itu, senantiasa dipelihara keaslian dan
keutuhan (authenticitasnya) dari tangan-tangan yang hendak merusak keaslian
dan keutuhan serta keabadiannya sepanjang kurun zaman, sampai datang
waktunya Iradat Ilahiyah akan mengangkatnya kelak di akhir zaman,
menjelang pergantian kehidupan duniawi yang fana dengan Hari Akhirat
yang kekal abadi.
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada 17 Ramadan,
13 tahun sebelum hijrah/610 M. Turunnya wahyu pertama menandai
pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Tidak ada Nabi
dan Rasul sesudah Muhammad. Surat Al-Alaq [96] ayat 1 - 5 sebagai wahyu
pertama kepada Nabi Muhammad yang turun di Gua Hira, Kota Suci
Mekkah, membuka wawasan ilmu pengetahuan dan literasi.
"Bacalah (ya Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah
dan Tuhanmulah yang amat pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan
pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS
Al Alaq [96]: 1-5)
Mushaf Al-Quran yang ada sekarang tidak berbeda dari yang dibaca
oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Susunan 114 surat dan 6.000 ayat
Al-Quran diberi tahu Malaikat Jibril yang datang setiap Ramadan kepada
Nabi Muhammad dan Nabi memberi tahu para sahabat yang ditugaskan
sebagai penulis wahyu. Mushaf Al-Quran dicetak di berbagai negara sesuai
naskah induk (Mushaf Al-Imam) di masa pemerintahan Khalifah III Utsman
Ibnu Affan (644 656 M). Copi asli naskah induk dikirim ke Mekkah, Syiria,
Basrah dan Kufah serta satu copi dipegang Khalifah Utsman di ibukota
Madinah. Naskah induk Mushaf Al-Quran kini tersimpan di Museum
Istambul Turki. Seni baca Al-Quran dengan tanda baca dan qiraat-nya,
terjemahan dan tafsirnya, menjadi ilmu tersendiri di dunia Islam.
Dalam rubrik ”Tanya Jawab” di Majalah Gema Islam (1962) yang
diasuh Dr. Hamka (Buya Hamka), seorang pembaca mengajukan pertanyaan:
Seorang ulama di tempat saya menyatakan, jika manusia mendarat di bulan,
maka batallah kerasulan Nabi Muhammad Saw. Bagaimana pendapat Bapak
dalam hal ini?
Hamka menanggapi: Jika manusia sudah dapat mendarat di bulan,
kami akan bersujud syukur kepada Tuhan, karena dengan demikian akan
bertambah nyatalah ke-Rasulan Nabi Muhammad Saw. Karena di dalam Al-
Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad Saw
berjumpa beberapa ayat yang hanya dapat ditafsirkan dengan ilmu
pengetahuan alam yang mendalam berkenaan dengan bulan. Kalau kita tilik
sejarah Islam, penyelidikan tentang ruang angkasa ini, hanyalah lanjutan saja
daripada peneropong bintang dan bulan yang telah didirikan oleh sarjana-
sarjana Islam di Baghdad, di Samarkand, di Mesir dan di Andalusia beberapa
abad yang telah lalu. Lalu disambung sekarang dengan penyelidikan tajribiah
(empirisme) orang Barat. Karena kita tidak mempunyai kesanggupan lagi
menyambung rantai pengetahuan itu, lalu kita sandarkan ketiadaan-tahu kita
itu, kepada agama. Padahal karena kekurangan pengetahuan kita dalam hal
ilmu alam, tidak kita sadari bahwa penafsiran kita terhadap agama pun amat
sempit pula. (Prof. Dr. Hamka Tanya Jawab Jilid I tahun 1967).
Dr. Abdurrazaq Naufal dalam buku Baina Dien Wa Ilmi (Antara
Agama dan Ilmu Pengetahuan) mengemukakan tiga pertanyaan dan jawaban
ketika mengurai konflik agama dan ilmu pengetahuan di dunia Barat
semenjak abad ke-17, yaitu: (1) kapan dimulainya ilmu dan kapan agama? (2)
apa tujuan ilmu dan tujuan agama? (3) dari mana sumber ilmu dan sumber
agama? Abdurrazaq Naufal lalu menjelaskan berdasarkan surat Al-Baqarah
ayat 30-39 yang berbicara tentang sejarah Nabi Adam.
1. Pertama, ilmu maupun agama dimulai dari nenek-kakek manusia
pertama Nabi Adam, yang diturunkan ke muka bumi ini untuk menjadi
khalifah dengan tugas meramaikan, memakmurkan dan menguasai
bumi dengan segala isinya. Adam dianugerahi ilmu pengetahuan dan
juga diberi agama yang akan menjadi way of life baginya.
2. Kedua, tujuan ilmu dan tujuan agama adalah satu ialah menciptakan
kebahagiaan, jasmani dan ruhani manusia, sebagaimana tercantum
dalam ayat-ayat Al Quran itu. Ketiga, sumber ilmu dan sumber agama
ialah satu yang tidak terpisahkan yaitu Allah SWT.
3. Keempat, karena semuanya satu, maka akhirnya antara ilmu dan agama
tidak mungkin ada konflik. Jika diciptakan pertentangan antara
keduanya dan masing-masing menempuh jalannya sendiri, niscaya
hidup manusia akan rusak dan dunia akan kacau.
4. Kelima, oleh karena itu, Islam memanggil segala macam ilmu
pengetahuan supaya mempersatukan diri dengan agama, dan para ahli,
baik ahli ilmu pengetahuan dan ahli agama agar bersatu mengabdikan
diri kepada Tuhan dan mempersatukan tekadnya untuk kebahagiaan
manusia dan alam seluruhnya.

Turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW berlangsung selama


22 tahun. Hal itu memberi pelajaran tentang metode penetapan hukum secara
bertahap (asas at-tadrij fit-tasyri). Sejarah turunnya ayat-ayat Al-Quran
mengandung pelajaran bagaimana seharusnya membuat undang-undang dan
peraturan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kesiapan masyarakat.
Dr. H. Abdoerraoef, S.H. dalam buku Al Quran dan Ilmu Hukum
(1970) menjelaskan bahwa norma-norma hukum dalam Quran merupakan
hukum yang minimum harus ada dalam masyarakat umat manusia di segala
masa dan tempat. Hukum yang selebihnya dapat berbeda menurut waktu dan
tempat, dengan syarat tidak boleh bertentangan dengan norma-norma hukum
Quran dan Hadis. Quran tidak hendak menghapuskan segala rupa hukum
yang ada dalam masyarakat umat manusia, asal saja tidak bertentangan
dengan norma-normanya. Salah satu sumber norma-norma itu adalah Quran.
Quran bukanlah buku undang-undang. Dan Quran sendiri pun hanya
mengatakan bahwa dia sebagai petunjuk, bukan suatu sistem perundang-
undangan. Menurut Quran, segala hukum positif yang ada dalam masyarakat
semuanya harus berdasarkan kepada norma-norma yang sudah diberikan oleh
Al-Quran, dengan pengertian tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
tersebut. Jadi yang menjadi persoalan bukan siapa yang membuat undang-
undang, tetapi apakah undang-undang itu bertentangan atau tidak dengan
norma-norma Quran. Sumber hukum dalam Islam adalah Quran dan Hadis.
Adapun qiyas, ijma dan sebagainya bukanlah sumber hukum dalam Islam,
tetapi cara-cara mencari hukum (rechtsvinding).
Umat Islam setiap tahun memperingati Nuzulul Quran sebagai tanda
syukur atas rahmat dan karunia Allah kepada umat manusia. Bulan Ramadan
adalah bulan diturunkannya Al-Quran untuk menjadi petunjuk bagi manusia,
dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqan (pembeda antara haq dan
bathil). (QS Al Baqarah [2]: 185)
Puasa Ramadan dapat dimaknai dalam rangka mengenang dan
memperingati Nuzulul Quran, sebuah tonggak perubahan fundamental dalam
sejarah umat manusia dan peradaban dunia. Mari kita merenungkan pesan
Nabi Muhammad dalam Hadisnya, Wahai ahli Al-Quran. Janganlah kamu
perbantal Al-Quran itu, tetapi bacalah ia dengan sebenar-benarnya baca.
Wallahu alam bishawab.

B. Al-Qur an, Ilmu Pengetahuan, dan Agama


1. Al-quran
(Bahasa, Istilah, Para Ulama) & Fungsinya Sebagai umat muslim
kita pasti sudah tidak asing lagi dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan
kitab suci agama Islam. Ayat yang ada didalam Al-Qur’an selalu kita
baca, baik ketika dalam keadaan shalat maupun diluar shalat.
a. Pengertian Al-Qur’an
Pengertian Al-Qur’an Menurut Bahasa (Etimologi), Ditinjau
dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari bahasa arab yakni bentuk
jamak dari isim masdar dari kata ‫ قرأ – يقرأ أ – قرآنا‬atau qara’a-yaqro’u-
qur’anan yang mengandung arti bacaan atau sesuatu yang di baca
berulang-ulang.
Pengertian Al-Qur’an Menurut Istilah (Terminologi) Ditinjau
dari segi istilah, Al-Qur’an berarti kalam Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, dan disampaikan
dengan jalan mutawatir dari Allah SWT atas perantara malaikat jibril.
Membaca Al-qur’an juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Pengertian Al-Qur’an Secara Umum, Al-Qur’an secara umum
dapat diartikan sebagai kitab suci utama dalam agama Islam yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw yang terbagi
kedalam beberapa bab (Surah) dan setiap surat terbagi dalam beberapa
sajak (ayat).
b. Pengertian Al-Qur’an Menurut Para Ulama
Berikut ini merupakan pengertian Al-Qur’an menurut beberapa
ahli yakni diantaranya adalah Syeikh Muhammad Khudari Beik,
Muhammad Ali As-Shabuni, dan Dr Subhi as-Salih. Berikut
Penjelasannya:
 Syeikh Muhammad Khudari Beik
Menurut Syeikh Muhammad Khudari Beik, Al-Qur’an
merupakan firman Allah SWT dalam bentuk berbahasa arab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya dan
disampaikan kepada umatnya dengan cara mutawatir ditulis dalam
mushaf yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
an-Nas.
 Muhammad Ali As-Shabuni
Menurut Muhammad Ali As-Shabuni Al-Qur’an merupakan
friman Allah SWT yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw yang merupakan penutup para nabi dan rasul, dengan
perantara malaikat jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir. Mempelajari dan membaca
Al-Qur’an merupakan ibadah dan Al-Qur’an dimulai dari surah al-
Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas.
 Dr. Subhi As-Salih
Menurut Dr.Subhi As-Salih Al-Qur’an merupakan kalam Allah
SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara
mutawatir dan membacanya bernilai ibadah.
Dari penjelasan pengertian Al-Qur’an diatas dapat disimpulkan
bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril dan
disampaikan dengan jalan mutawatir, ditulis dalam mushaf dan
membacanya merupakan ibadah.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, yaitu 22 tahun
2 bulan 22 hari.
c. Fungsi Al-Qur’an
Adapun fungsi dan peran dari Al-Qur’an diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Al-Huda (Sebagai Petunjuk)
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk yang terdiri dari 3
jenis, yakni petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang
yang bertaqwa dan petunjuk bagi orang yang beriman. Sebagaimana
dalam Surah Al-Baqarah 2 : 185 dan Surah Al-Fusilat 41 : 44 yang
menyatakan bahwa “Al-Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai
petunjuk bagi umat manusia.”
 Al-Firqon (Sebagai Pembeda)
Al-Furqon sebagai pembeda yakni yang terkait dengan yang
hak dan yang bathil yang benar dan yang salah. Sehingga dengan
adanya Al-Qur’an ini kita dapat mengetahui mana yang baik dan mana
yang benar, karena dalam Al-Qur’an semua sudah dijelaskan.
 Sumber Pokok Dari Ajaran Agama Islam
Al-qur’an sangat diakui kebenarannya, dan Al-Qur’an juga
menjadi sumber pokok dari ajaran Islam. Semua telah dibahas dalam
Al-Qur’an, seperti persoalan tentang kemanusiaan secara umum baik
mengenai ibadah, hukum, ekonomi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
seni dan semua ilmu pengetahuan.
 Sebagai Peringatan dan Pelajaran Bagi Manusia
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai peringatan dan pelajaran bagi
umat umat manusia, dimana banyak menerangkan kisah para nabi dan
umat terdahulu baik yang taat dalam melaksanakan perintah Allah
SWT dan juga yang ingkar dan tidak mentaati perintah Allah SWT.
Sehingga dengan demikian kita dapat mengetahui dan
menjadikan pembelajaran dari kisah-kisah yang ada di dalam Al-
Qur’an.
 Asy Syifa (Sebagai Penyembuh)
Fungsi Al-Qur’an selanjutnya adalah sebagai penyembuh atau
obat dari berbagai macam persoalan. Penyakit yang ada pada manusia
bukan hanya penyakit fisik saja, melainkan penyakit hati, susasana hati
dan lain sebagainya. Karena itu Al-Qur’an diturunkan sebagai
penyembuh dan obat dari berbagai macam penyakit dan persoalan.
InsyaAllah.

2. Ilmu Pengetahuan
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan secara umum
Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris:
science; dalam bahasa Arab: ‫)الع ْلـ ُم‬
ِ memiliki pengertian “usaha-usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia”.
Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan
kenyataan dan telah disusun dengan baik. Ilmu bukan sekadar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkumi sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu.
Pengertian secara ilmiah yang paling sering digunakan, ilmu
adalah kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari
aktivitas penelitian dengan metode ilmiah. Pengetahuan merupakan
akuisisi terendah yang diperoleh dari rangkaian pengalaman tanpa
melalui kegiatan penelitian yang lebih intensif.
Namun, pada dasarnya ilmu dan pengetahuan itu berbeda.
Perbedaan terlihat dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya.
Dalam perkembangannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti,
sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai perbedaan. Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Dengan kata lain
“Ilmu” berbeda dengan “ilmu pengetahuan”. Demikian juga
“pengetahuan” yang berbeda dengan “ilmu pengetahuan”. Istilah
“pengetahuan” sangat luas maknanya. Oleh karena itu, tambahan kata
“ilmu” dapat mempersempitnya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan
kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi,
epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang tersebut terpenuhi
berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli
Selain pengertian ilmu pengetahuan secara umum, masih
banyak pendapat dan pandangan para ahli yang berbeda-beda dalam
mendefinisikan apa itu ilmu pengetahuan. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
 Mohammad Hatta
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang
teratur tentang pekerjaan hukum umum, sebab akibat dalam suatu
kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari
kedudukannya maupun hubungannya.
 Dadang Ahmad S
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan
pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan
fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.
 Minto Rahayu
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dan berlaku umum.
 Syahruddin Kasim
Ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme
ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses
interaksi fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang
rasional empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam
semesta demi untuk menyempurnakan tanggung jawab
kekhalifahan
 Helmy A. Kotto
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan
pengetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena
dan keberadaan alam itu sendiri.
3. Agama
Definisi ‘agama’menurut wikipedia bahasa Indonesia bisa di klik
disini yaitu sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Bisa dilihat bahwa definisinya sangat lebar dan tidak spesifik.Kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin
religio
Religio pada masa Romawi sekitar abad ke satu SM mulanya
digunakan untuk menggambarkan benda-benda atau tempat yang
mempunyai ‘ruh’, atau praktek tertentu dengan sanksi berat karena kuasa
di luar manusia, atau tabu.Lalu kata religio juga digunakan oleh Jerome
ketika menerjemahkan Injil ke bahasa latin untuk menerjemahkan
threskeia dalam bahasa Yunani yang terdapat di Perjanjian Baru yang
maknanya ketaatan religius, praktik ritual, cara pemujaan.
Ketika Calvin menulis tentang Christiana religio pada abad ke 17,
mulailah istilah religi digunakan sebagai suatu tatanan dan konsep
mengenai religi yang paling benar dari bermacam religi-religi.
Dalam masa modern abad ke 19 Marsilio Ficino menerjemahkan
karya Plato ke dalam bahasa latin De Christiana Religione (Agama
Kristen).Sejak itu ungkapan ini menjadi lazim hingga sekarang tetapi
dengan perubahan makna yang hebat dan mendalam.
Pemahaman itu lalu berkembang untuk melabeli konsep-konsep
keimanan di masyarakat lain dengan penambahan –ism, misalnya Hiduism
untuk tradisi di India, Taoism, Confucianism dan Buddhism di
Cina.Masyarakat yang diberi label itu sendiri tidak mengatakan apa yang
dikerjakannya sebagai ‘agama’ karena padanan kata dalam bahasa asli nya
tidak ada.Orang Jawa tidak merasa beragama Jawa, tetapi keyakinan itu
bersatu dengan adat istiadat sehari-hari dan tidak bisa dipisahkan menjadi
suatu entitas tersendiri bernama ‘agama’.Sama halnya dengan bangsa
Mesir kuno, Inca, atau Banten.
Bahasa Ibrani klasik tidak mempunyai kata yang berarti
‘religi’.Perjanjian lama bersih dari konsep dan istilah ini.Dalam Perjanjian
Baru kata yang sering muncul adalah pistis, iman.
Dalam islam ada kata yang hampir sepadan dengan kata religi yaitu
‘diin’.Bentuk jamak diin adalah adyan, tetapi kata ini tidak ada dalam Al
Quran.Dalam Al Quran kata Allah muncul 2697 kali sedang kata Islam
muncul 8 kali.Islam adalah kata benda verbal dari akar kata aslama yang
artinya menyerah, memasrahkan diri, memberikan diri.Kafara merupakan
asal dari kata kafir yang berarti menolak atau menampik.
Dari rangkaian pengetahuan diatas yang saya baca dari buku
Wilfred C Smith - The Meaning and End of Religion membuat saya
mempertanyakan kembali pertanyaan diatas. Apakah ‘agama’ itu? Apakah
dia ada? Kalau istilah agama dengan makna yang sekarang kita fahami
diciptakan pada abad ke 19 oleh Ficino, masih pentingkah istilah itu?
Kita sudah biasa melabeli sifat rekan kita diam-diam.Kita melabeli
mereka sebagai ‘sombong’, ‘saleh’, ‘lurus’, ‘pembohong’, ‘sesat’, ‘murah
hati’.Label ini lebih murni dan jujur untuk menggambarkan sebagian iman
dari rekan yang kita kenal.Adalah mustahil untuk mengetahui iman
seseorang dengan gamblang.Muslim satu dengan yang lainnya bisa
berbeda keimanannya juga tingkah lakunya .Keimanan adalah sangat
personal sekaligus juga komunal.Tetapi seharusnya tidak ada garis merah
perbatasan yang membedakan keimanan seseorang seperti yang sekarang
dilakukan oleh ‘agama’.

Jika istilah ‘agama’ itu tidak ada, apa konsekwensinya? Jika


seseorang meyakini Allah, membaca Al Quran, meyakini Rasul
Muhammad sebagai pembawa pesan Allah, dia tidak perluberkata kepada
dunia bahwa dia beragama islam, dan secara otomatis dia akan dikenal
sebagai muslim.

C. Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan


Saat ini, ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting bagi seluruh
lapisan masyarakat. Karena tanpa ilmu pengetahuan dunia akan terasa kosong.
Seperti apa yang dicerminkan dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah bahwa, perhatian Islam terhadap Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sangat besar, sehingga setiap orang Islam baik
laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai
setinggi-tingginya. Bahkan ada yang menafsirkan jika, "tuntutlah ilmu sampai
menutup mata (tutup usia)".
Islam menuturkan kepada hambanya bahwa bacalah buku ilmu
pengetahuan agar membuka kunci pengetahuan serta mengetahui apa yang
terjadi di belahan dunia manapun, karena orang yang banyak pengetahuannya
derajatnya lebih tinggi dari yang tidak berilmu.
Nabi bersabda : "Perkara mencari ilmu merupakan kewajiban bagi
setiap umat muslim baik laki-laki maupun perempuan" (HR. Ibnu Abdil Bar).
Dimanapun ilmu itu berada, maka umat muslim diperintah untuk selalu
mencarinya. Menuntut ilmu dalam Islam tidak berhenti pada batas usia
tertentu, melainkan harus dilakukan seumur hidup, karena dalam Islam tidak
ada istilah berhenti menuntut ilmu ketika sudah tua. Dengan kata lain selama
hayat masih dikandung badan, manusia wajib untuk menuntut ilmu dengan
menyesuaikan keadaan yang dialami.
Nabi juga bersabda : "Jika manusia meninggal dunia, maka semua
amal ibadahnya akan terputus kecuali tiga perkara yaitu (sedekah jariah, ilmu
yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya)"
(HR. Muslim)
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat memperluas cakrawala dan
memperkaya bahan pertimbangan bagi manusia dalam mengambil sikap dan
tindakan, karena kekayaan informasi dan pengetahuan akan membuat
seseorang lebih cenderung kepada obyektivitas, kebenaran dan fakta yang ada.
Ilmu yang bermanfaat dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan
kebenaran dalam berbagai bentuk dan bidang. Bahkan lebih dari itu, ilmu
yang bermanfaat dapat memperkuat dan meningkatkan keimanan seorang
muslim kepada Allah SWT.

Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menguasai IPTEK, antara lain :
1. Negara-negara Barat sudah banyak menguasai ilmu pengetahuan yang
berasal dari dunia Islam. Hal ini menjadikan Negara Barat bisa dengan
leluasa menjatuhkan kekuatan yang dimiliki oleh umat muslim.
2. Negara-negara Barat juga berupaya untuk mencegah Negara-negara Islam
dalam mengembangkan IPTEKnya agar tidak bisa melawan kekuatan
Negara-negara Barat.

Dengan melihat penjelasan diatas, kita bisa mengetahui betapa


perhatiannya Islam dalam memandang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Islam juga telah mengatur dan memerintahkan kepada umatnya agar
mereka senantiasa menjadi umat yang terbaik dalam segala hal agar nantinya
mereka tidak tersesat dan terjerumus kepada keburukan.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang darisudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Iptek atau Ilmu Pengetahuan
dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam
kehidupan kita.
Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai
suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita,
manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan
akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang
baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan
teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Namun, dalammempelajari dan mengaplikasikan
iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup
kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan didalamnya. Al-Qur’an
sebagai sumber ilmu pengetahuan dapat melahirkan berbagai macam
aspek limu-ilmu, bukan hanya ilmu pengetahuan dan ilmu keislaman
saja tetapi juga teknologi karena semakin intensif manusia menggali
ayat-ayat al-Qur’an maka akan semakin banyak pula isyarat keilmuan
yang didapatkan. Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari
kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna
“tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kurangnya,
oleh karena itu penulis berharap para pembaca dapat memberikan
saran dan masukannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://kemenag.go.id/read/al-quran-dan-ilmu-pengetahuan-v39zy-v39zy-
v39zy-v39zy

https://www.pendidik.co.id/pengertian-al-quran/

https://www.kompasiana.com/mita/54febcbea33311666650fb6e/apa-itu-
agama#:~:text=Apakah%20agama%20itu%3FDefinisi
%20%E2%80%98agama%E2%80%99menurut%20wikipedia
%20bahasa%20Indonesia%20bisa,kebhaktian%20dan
%20kewajiban-kewajiban%20yang%20bertalian%20dengan
%20kepercayaan%20tersebut

Anda mungkin juga menyukai