Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AIKA V

Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan


DOSEN PEMBIMBING : DR.H.Hikmat Kamal.,.S.Ag.,.M.A

DISUSUN OLEH :
ENDANG SULISTYA NINGRUM ( 1762201088 )
DYNASTRI KHAIRUNNISA (1762201241)
QORIAH DWI ANJANI ( 1762201240)

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2019

DAFTAR ISI
Halaman cover
…………………………………………………………………………………………………………
……………………… i
Kata pengantar
…………………………………………………………………………………………………………
………………..…… ii
Daftar isi
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………….… iii
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang
…………………………………………………………………………………………………
……………….…. 1
B. Rumusan masalah
…………………………………………………………………………………………………
………….…. 2
C. Tujuan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………..….. 3
Bab II pembahasan
A. Hakikat ayat ALLAH SWT
………………………………………………………………………………………………..
……. 4
B. Kesatuan antara ayat Qauliyan dan ayat Kauniyah
………………………………………………………………. 5
C. Interkoneksitas dalam memahami ayat Qouliyah
…………………………………………………………..……. 6
Bab III penutup
A. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
………………….…... 7
B. Saran
…………………………………………………………………………………………………
………………………………... 8
Daftar pusaka
…………………………………………………………………………………………………………
……………………….. 8
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga kami telah menyelesaikan makalah
yang berjudul “Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan” ini bisa selesai pada
waktunya guna memenuhi tugas AIKA V pada semester 5.

Penyusun megucakan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah


AIKA V yaitu Bapak DR.H.Hikmat Kamal.,.S.Ag.,.M.A dan tidak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Tangerang, 21 desember 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari


ajaran agama Islam. Sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama
yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada
kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah
menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi,
selalu berada dalam keadaan islam, yang artinya tunduk patuh
kepada  aturan-aturan Ilahi. Allah swt memerintahkan manusia untuk
meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu
manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki
ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar
huruf yang sama: ain-lam-mim.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum


sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Iptek
atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, merupakan salah satu hal yang
tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu
karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar
yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita manusia, tidak untuk
makhluk yang lain, yaitu akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah,
kita selalu berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi
dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita
gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu
sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.

Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu
baik untuk kita. Terkadang ada yang menggunakan bahan – bahan
berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada
yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah
melarang kita membuat kerusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya
dalam (Q.S. Al-A’raf : 56).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang –orang
yang berbuat baik.”

Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab sebagai


khalifah dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan
seluruh isinya agar tetap asri. Adakah alasan mengapa Allah menciptakan
kita sebagai khalifah dibumi? Yaitu karena manusia memiliki akal untuk
berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah bertanya
lantaran Adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan
Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34
“Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu
kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan
menyombongkan diri, karena dia adalah dari golongan makhluk
yang kafir.”

Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir


itulah yang membuat manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini
jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk
yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah
tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya
dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia
yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu
memanfaatkannya dengan baik.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah :


1. Bagaimanakah konsep dari hakikat ayat-ayat Allah SWT dengan
IPTEKS?
2. Apa sajakah yang menjadi kesatuan antara ayat Qauliyan dan Ayat
Kauniyah?
3. Bagaimana interkoneksitas dalam memahami Ayat Qouliyah dan
Akuniyah?

C. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui hakikat ayat-ayat Allah SWT.


b. Memahami kesatuan antara ayat Qauliyan dan Ayat Kauniyah
c. Membahas interkoneksitas dalam memahami Ayat Qouliyah dan
Akuniyah.
BAB  II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT AYAT – AYAT ALLAH


Masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al-Qur'an sama sekali
berbeda dengan tujuan yang sebenarnya dari diturunkannya Al-Qur'an.
Secara umum, di dunia Islam sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al-
Qur'an. Sebagai contoh, dalam surat Ibrahim ayat 52 Allah menyatakan:
"(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan
supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa
dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". Di banyak ayat
yang lain Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan paling utama
diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk mengajak manusia berpikir dan
merenung.
Dalam Al-Qur'an Allah mengajak manusia untuk tidak mengikuti
secara buta kepada kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan
masyarakat. Akan tetapi memikirkannya dengan terlebih dahulu
menghilangkan segala prasangka, hal-hal yang tabu dan yang mengikat
pikiran mereka. Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada,
apa tujuan hidupnya, mengapa ia suatu saat akan mati dan apa yang
terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana
dirinya dan seluruh alam semesta menjadi ada dan bagaimana keduanya
tersu-menerus ada. Ketika melakukan hal ini, ia harus membebaskan
dirinya dari segala ikatan dan prasangka. Dengan berpikir menggunakan
akal dan nurani yang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologis dan
psikologis; seseorang pada akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam
semesta termasuk dirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang
Maha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnya sendiri atau segala
sesuatu di alam ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan dan
kebijaksanaan dalam perancangannya.
Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini.
Dalam Al-Qur'an Allah memberitahu kepada kita apa yang hendaknya kita
renungkan dan amati. Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al-
Qur'an, seseorang yang memiliki keimanan kepada Allah akan merasakan
secara lebih baik kesempurnaan, hikmah abadi, ilmu dan kekuasaan Allah
dalam ciptaan-Nya. Ketika orang yang beriman mulai berpikir menurut
cara yang diajarkan Al-Qur'an, ia segera menyadari bahwa keseluruhan
alam semesta adalah sebuah isyarat karya seni dan kekuasaan Allah, dan
bahwa "alam semesta adalah sebuah hasil kreasi seni, dan bukan
pencipta kreasi seni itu sendiri." Setiap karya seni memperlihatkan
keahlian yang khas dan unik serta menunjukkan pesan-pesan dari sang
pembuatnya.
Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai
kejadian dan benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada
keberadaan dan ke-Esaan Allah SWT beserta sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-
Qur'an segala sesuatu yang menunjukkan kepada suatu kesaksian
(adanya sesuatu yang lain) disebut sebagai "ayat-ayat", yang berarti
"bukti yang telah teruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak dan
pernyataan kebenaran." Jadi ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu
di alam semesta yang memperlihatkan dan mengkomunikasikan
keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang dapat mengamati dan
senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad raya
hanya tersusun atas ayat-ayat Allah.
Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat ayat-
ayat Allah SWT. Dengan demikian orang tersebut akan mengenal Sang
Pencipta yang menciptakannya dan segala sesuatu yang lain, menjadi
lebih dekat kepada-Nya, menemukan arti keberadaan dan kehidupannya,
dan menjadi orang yang beruntung (dunia dan akhirat). Segala sesuatu,
nafas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmik di
alam semesta, atom yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah
ayat-ayat Allah, dan semuanya berjalan di bawah kendali dan
pengetahuan-Nya, mentaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan
mengenal ayat-ayat Allah memerlukan kerja keras individu. Setiap orang
akan menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat
pemahaman dan nalarnya masing-masing.
Tidak diragukan, sejumlah petunjuk mungkin akan membantu.
Pertama-tama, seseorang dapat mempelajari subyek-subyek tertentu
yang ditekankan dalam Al-Qur'an dalam rangka memperoleh mentalitas
berpikir yang memungkinkannya untuk dapat merasakan seluruh alam
semesta sebagai penjelmaan dari segala sesuatu ciptaan Allah.
Beberapa hal yang kita diperintahkan agar merenungkannya dalam Al-
Qur'an.
Ayat-ayat Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 10 –
17 :

10)      Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-
tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu.
11)      Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-
tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan.
12)      Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya),
13)      dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di
bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang mengambil pelajaran.
14)      Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
15)       Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu
tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan
jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
16)       dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan
bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
17)      Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang
tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?
Di dalam Al-Qur'an, Allah mengajak orang-orang yang berakal agar
memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa
dikatakan sebagai hasil evolusi, kebetulan, atau keajaiban alam belaka.
Sebagaimana kita lihat dalam ayat tersebut, orang-orang yang berakal
melihat ayat-ayat Allah dan berusaha untuk memahami ilmu, kekuasaan
dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga dengan mengingat dan
merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas, dan ciptaan-
Nya sempurna tanpa cacat. Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di
sekeliling mereka adalah tanda-tanda penciptaan oleh Allah SWT.

B. KESATUAN  AYAT  QAULIYAH  DAN KAUNIYAH
Allah swt. tidak menampilkan wujud DzatNya Yang Maha Hebat di
hadapan makhluk-makhlukNya secara langsung dan dapat dilihat seperti
kita melihat sesama makhluk. Maka, segala sesuatu yang tampak dan
dapat dilihat dengan mata kepala kita, pasti itu bukan Tuhan. Allah
menganjurkan kepada manusia untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW
supaya berpikir tentang makhluk-makhluk Allah. Jangan sekali-kali berpikir
tentang Dzat Allah. Makhluk-makhluk yang menjadi tanda kebesaran dan
keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam banyak ayat Al-Qur’an
agar menjadi bahan berpikir tentang kebesaran Allah.
1. Pengertian Ayat Qauliyah dan Kauniyah
a. Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah
SWT. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek,
termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95) ayat 1-5 , yang artinya :
 Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
b. Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang
diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian,
peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam
ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan
peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan
keagungan Penciptanya.
QS. Nuh (41) ayat  53 , yang artinya :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas
bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ?

2. Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Kauniyah


Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya melalui 2
jalur formal yaitu ayat qauliyah dan jalurnon-formal yaitu ayat kauniyah.
Ayat qauliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan secara
formal kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah
fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi
sendiri.
Al-Qur’an Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu, menguraikan
berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam
raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut
sering di sebut ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang
secara tegas menguraikan hal-hal diatas. jumlah ini tidak termaksud ayat-
ayat yang menyinggungnya secara tersirat.
3. Al-Quran dan Alam Raya
Dalam bericara tentang alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada
dua hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut :
a)      Al-Quran memerintah kan atau menganjurkan kepada manusia
untuk memperhatikan dan mempelajari alam rayadalam rangka
memperoleh manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupanyadan
mengantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan keesaan dan
kemahakuasaan Allah SWT.
b)      Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya,
diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT, serta diatur
dengan sangat teliti. Alam raya tidak bisa dilepaskan dari ketetapan-
ketapan tersebut, kecuali jika dikehendaki oleh Allah SWT.
Eksplorasi terhadap ayat kauniyah inilah yang kita kenal sebagai
sains, yang kemudian dalam aplikasinya disebut teknologi. Sains dan
teknologi (saintek) ini adalah implementasi dari tugas manusia sebagai
khalifah fil ardhi untukmemakmurkan bumi. Karenanya bagi seorang
muslim, saintek adalah sarana hidup untuk mengelola bumi, bukan
membuat kerusakan. Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah
ini, baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun kauniyah (fenomena alam)
adalah mutlak benar dan tidak mungkin bertentangan, karena keduanya
berasal dari Allah. Pada faktanya sains yang telah ”proven” (qath’i)
selaras dengan Al Qur’an seperti tentang peredaran bintang, matahari
dan bumi pada orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori) kadang
bertentangan dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an seperti teori
evolusipada manusia.
Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat
manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah
(jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril
kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua,
dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui
ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini (baik makhluk
hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril.
Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan
langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-
ayat kauniyah.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari
ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus
berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya,
untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah
(ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.
Al-‘Alaq:1-5)
Dalam sejarah peradaban Islam, para ilmuwan adalah juga ahli
dalam agama karena memahami kedudukan saintek dalam Islam. Mereka
belajar ayat qouliyah dan juga belajar ayat kauniyah. Kontribusi ilmu
pengetahuan para ilmuwan muslim menjadi tonggak kemajuan iptek di
barat.
Dalam bidang matematika ada algorithm, algebra yang merupakan nama
matematikawan muslim (Alkhawarizm, Aljabar). Juga angka Arab yang
dengannya perhitungan menjadi mudah. Dalam bidang kimia ada istilah
alkemi (chemistry), alkali, alkohol. Nama-nama ilmuwan muslim spt
IbnuSina (Avicena), Ibnu Rusyd (Averous), Ibnu Khaldun menjadi nama
yang gemilang. Bidang-bidang yang sangat gemilang pada masa kejayaan
peradaban Islam adalah kedokteran, matematika, dan astronomi, karena
menjadi kebutuhan langsung seperti menentukan kiblat dan waktu-waktu
ibadah.

C. INTERKONEKSITAS DALAM MEMAHAMI


AYAT QAULIYAH DAN KAUNIYAH
Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan
keduanya saling menegaskan dan saling terkait satu sama lainnya. Hal ini
membuktikan bahwa kemampuan manusia untuk memaham keduanya
adalah keniscayaan. Allah tidak hanya memberikan perintah untuk
sekedar memahami ayat-ayat Allah berupa Qauliyah, tetapi juga untuk
melihat fenomena alam ini.
Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak tertuang dalam bentuk
perkataan Allah untuk dibaca dan dihafal. Tetapi alam adalah ayat Allah
yang semestinya dieksplore dan digali sedalam-dalamnya untuk semakin
manusia mendekatkan diri pada kemahakuasaan Allah SWT .
Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan
hati, yang kemudian diproses oleh akal untuk menentukan sikap mana
yang benar dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau relitas. Cara
seperti ini bisa disebut sebagai proses rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan
proses rasionalitas itu mampu mengantarkan seseorang untuk memahami
metarsional sehingga muncul suatu kesadaran baru tentang realitas
metafisika, yakni apa yang terjadi di balik obyek rasional yang bersifat
fisik itu. Kesadaran ini yang disebut sebagai transendensi.
Firman  Allah  (QS. Al-Imran : 191),  yang artinya :
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa api neraka
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan
petunjuk/isyarat bagi kebenaan ayat kauniyah, misalnya surat An-Nur
(24):43 mengisyaratkan terjadinya hujan, surat Al-Mukminun (23) : ayat
12-14 mengisyaratkan tetang keseimbangan dan kesetabilan pada istem
tata surya, surat Al-Ankabut (29) : ayat 20 mengisyaratkan adanya evolusi
pada penciptaan makhluk di bumi, surat AZ-Zumar (39) : ayat 5 dan surat
an-Naml (27) : ayat 28 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya
bumi, sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (Al-Burhan) bagi
kebenaran ayat qauliyah (lihat surat Al-Fushshilat 41: ayat 53).

1. Ayat / Fenomena Kauniyah


Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa
“siklus hidrologi” atau sikulasi air (hydrologi cycle) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas
matahari, sehingga air yang dilaut, sungai, dan juga air pada tumbuh-
tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transpiration), sehingga
dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uap air tersebut pada ketinggian
tertentu menjadi dingin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat
angin,bekumpulan awan dengan ukuran tertentu dan terbuat awan hujan,
karena pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan
(presipitasion).
Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan. Tanah
sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap kedalam
tanah (infiltrasioan). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi
tampungan-cekungan (depresioan storage). Apabila tampungan ini telah
terpenuhi, air akan menjadi limpasan-permukaan (surface runoff) yang
selanjutnya mengalir kelaut. Sedangkan air yang terinfiltrasi, bisa
keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat mengalir literal
di lapisan tidak kenyang air sebagai aliran antara (subsurface
flow/interflow).
Sebagian yang lain mengalir vertikal yang disebut dengan
“perkolasi” (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air
(saturated zone/aquifer). Air dalam akifer akan mengalir sebagai air tanah
(grounwter flow/base flow) kesungai atau ketampungan dalm (deep
storage). Siklus hirologi ini terjadi terus-menerus atau berulang-ulang dan
tidak terputus.

2. Ayat / Fenomena Qauliyah


Pada penjelasan fenomena kauliyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwaq
“siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling
menguatkan, yaitu :
a)        hujan/presipitasi.
b)        penguapan/evaporasi.
c)         infiltrasi dan perkolasi (peresapan).
d)        lipahan permukaann (surface runoff) dan limpasan iar tanah
(subsurface rzrnoff)

Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi” dapat kata lihat pada surat An-
Nur (24) ayat 43,  yaitu:
Artinya  :
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat
awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. ( QS. An – Nur : 43 )
Pada ayat diatas, menunjukkan adanya proses inti yang sedang
berlangsung dan merupakan bagian dari proses “siklus hidrologi.”Kedua
proses itu, yaitu proses penguapan (evaparasi)yang ditunjukkan dengan
kata “awan”dan proses hujan (presipitasi)yang berupa keluarnya air dan
butiran es dari awan.
Dengan demikian, pada pasal ini dijelaskan dan diberikan contoh
hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang
memberikan isyarat global tentang fenomena iptek, untuk membantu
menjelaskan dan mencocokkan terhadap ayat Kauniyah. Banyak sekali
contoh yang dapat dikemukakan, akan tetapi karena keterbatasan ruang,
maka dalam hal ini akan dikemukakan dua contoh saja yang amat
terkenal yaitu “Siklus Hidrologi” dan “Konsep Tentang Alam Semesta”.
BAB  III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa :
1. Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu Nya kepada umat
manusia. Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai
kejadian dan benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada
keberadaan dan ke-Esaan Allah beserta Sifat-sifat-Nya.
2. Hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang
memberikan isyarat global tentang fenomena iptek, untuk membantu
menjelaskan dan mencocokkan terhadap ayat Kauniyah.

B.  SARAN
Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas makalah
“INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN”. Meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan
ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya
hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh
saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik
daripada masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan
diri  kepada sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya
yang telah mengutus orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami
sebagai manusia yang tak luput dari salah tentunya meminta maaf atas
ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami sadar kita masih
dalam tahap belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran terjemahnya.1998. Semarang. Asy-Syifa.


Quraish shihab,1996. membumikan Al-Quran dan peraan wahyu dalam
kehidupan masyarakat, bandung, Mizan.
http://Id.harunyahya.com/id/Artikel/4510/kemampuan-memahami-ayat-ayat-
allah
http://sikathati.blogspot.com/2008/11/ayat-qauliyah-dan-ayat-kauniyah.html
http://iismim.blogspot.com/2010/03/keserasian-ayat-ayat-qauliyah-dan.html

Anda mungkin juga menyukai