Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pembimbing:

Drs. Surohim, M.Si

Disusun Oleh :

 David Liandra

 Yeyen Sartika

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis mengharapkan makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Sebagai penulis, kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan yang terkandung di
dalam makalah ini. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

BENGKULU, JUNI 2023

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................4

1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................5

1.3. TUJUAN................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN.............................................................................6

2.2. HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH......................................................................................6

2.3. KESATUAN AYAT QAULIYAH DAN QAUNIYAH........................................................10

2.4. PENGERTIAN AYAT QAULITAH DAN QAUNIYAH.....................................................10

2.5. KESERASIAN AYAT-AYAT QAULIYAH DAN QAUNIYAH........................................11

2.6. AL-QURAN DAN ALAM RAYA........................................................................................11

2.7. INTERKONEKSITAS DALAM MEMAHAMI AYAT QAUNIYAH DAN QAULIYAH.13

2.8. FENOMENA QAUNIYAH...................................................................................................14

2.9. FENOMENA QAULIYAH...................................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN......................................................................................................................17

3.2. SARAN..................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, karena kata Islam sendiri, dari akar kata aslama yang berarti “tunduk pada
ketaatan”, memiliki arti “tunduk pada kehendak atau ketentuan Tuhan”. Dalam Surat Ali
Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh alam semesta, baik di langit maupun di
bumi, selalu dalam keadaan Islami, artinya tunduk pada aturan-aturan Allah. Allah
memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang memuat ayat-ayat Allah.
Tentu saja manusia tidak akan dapat memenuhi perintah Allah jika tidak memiliki ilmu.
Itulah sebabnya kata hakikat dan ilmu memiliki akar huruf yang sama: ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Iptek
atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita
lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia
mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita,
manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran Dengan akal pikiran
tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan
terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai
sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan
mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk
kita. Terkadang ada pula yang menggunakan bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb.
Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-
Nya dalam (QS. Al- A'raf: 56).

4
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo'alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik"
Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka
bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya agar tetap asri. Ada
alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini?!!. yaitu karena
manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes
lantaran Adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan Allah dalam
firman-Nya QS. Al-Baqarah: 34
"Dan ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat: Bersujudlah kepada Adam!
Jadi mereka sujud, kecuali iblis menolaknya dan bangga, karena dia termasuk kelompok
makhluk yang tidak beriman."
Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir itulah yang membuat
manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini jika dibandingkan dengan malaikat
yang kita ketahui sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa
untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga
kemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia yang
besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan baik
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat ayat-ayat Allah?
2. Bagaimana kesatuan antara Qauliyah dan Qauniyah?
3. Bagaimana interkoneksitas dalam memahami ayat Qauliyah Qauniyah
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami ayat-ayat Allah.
2. Untuk mengetahui dan memahami kesatuan antara ayat qauliyah dan Qauniyah.
3. Untuk mengetahui dan memahami interkoneksitas dalam memahami ayat qauliyah
dan Qauniyah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN


Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama
Islam, karena kata Islam sendiri, dari akar kata aslama yang berarti “tunduk pada
ketaatan”, memiliki arti “tunduk pada kehendak atau ketentuan Tuhan”. Dalam Surat Ali
Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh alam semesta, baik di langit maupun di
bumi, selalu dalam keadaan Islami, artinya tunduk pada aturan-aturan Allah. Allah
memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang memuat ayat-ayat Allah.
Tentu saja manusia tidak akan dapat memenuhi perintah Allah jika tidak memiliki ilmu.
Itulah sebabnya kata hakikat dan ilmu memiliki akar huruf yang sama: ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut
filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Iptek
atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita
lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia
mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita,
manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran Dengan akal pikiran
tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan
terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai
sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan
mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting
2.2. HAKIKAT AYAT- AYAT ALLAH

Masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al-Qur'an sama sekali berbeda


dengan tujuan yang sebenarnya dari diturunkannya Al-Qur'an. Secara umum, di dunia
Islam sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al-Qur'an.Sebagian di antara mereka
seringkali menggantukan Al-Qur'an yang dibungkus dengan sampul yang bagus pada
dinding rumah mereka dan orang-orang tua sesekali membacanya. Mereka beranggapan

6
bahwa Al-Qur'an melindungi orang yang membacanya dari "kemalangan dan
kesengsaraan". Dengan kepercayaan ini mereka memperlakukan Al-Qur'an seperti halnya
jimat penangkal sial.
Namun ayat-ayat Al-Qur'an menyatakan bahwa tujuan diwahyukannya Al-
Qur'an sama sekali berbeda dengan apa yang tersebut di atas. Sebagai contoh, dalam surat
Ibrahim ayat 52 Allah menyatakan: "(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna
bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha
Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". Di banyak ayat yang lain
Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan paling utama diturunkannya Al-Qur'an adalah
untuk mengajak manusia berpikir dan merenung.
Dalam Al-Qur'an Allah mengajak manusia untuk tidak mengikuti secara buta
kepada kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapi
memikirkannya dengan terlebih dahulu menghilangkan segala prasangka, hal-hal yang
tabu dan yang mengikat pikiran mereka.
Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnya,
mengapa ia suatu saat akan mati dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya
mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta menjadi ada dan
bagaimana keduanya tersu-menerus ada. Ketika melakukan hal ini, ia harus membebaskan
dirinya dari segala ikatan dan prasangka. Dengan berpikir menggunakan akal dan nurani
yang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologis dan psikologis; seseorang pada
akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam semesta termasuk dirinya telah diciptakan
oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnya sendiri
atau segala sesuatu di alam ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan dan
kebijaksanaan dalam perancangannya.
Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Dalam
Al-Qur'an Allah memberitahu kepada kita apa yang hendaknya kita renungkan dan amati.
Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al-Qur'an, seseorang yang memiliki
keimanan kepada Allah akan merasakan secara lebih baik kesempurnaan, hikmah abadi,
ilmu dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya.
Ketika orang yang beriman mulai berpikir menurut cara yang diajarkan Al-Qur'an, ia
segera menyadari bahwa keseluruhan alam semesta adalah sebuah isyarat karya seni dan

7
kekuasaan Allah, dan bahwa "alam semesta adalah sebuah hasil kreasi seni, dan bukan
pencipta kreasi seni itu sendiri." Setiap karya seni memperlihatkan keahlian yang khas
dan unik serta menunjukkan pesan-pesan dari sang pembuatnya.
Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda-
benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada keberadaan dan ke-Esaan Allah
beserta Sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Qur'an segala sesuatu yang menunjukkan kepada
suatu kesaksian (adanya sesuatu yang lain) disebut sebagai "ayat-ayat", yang berarti
"bukti yang telah teruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak dan pernyataan
kebenaran." Jadi ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta yang
memperlihatkan dan mengkomunikasikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang
dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad
raya hanya tersusun atas ayat-ayat Allah.
Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat ayat-ayat Allah…
Dengan demikian orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakannya dan
segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan arti keberadaan
dan kehidupannya, dan menjadi orang yang beruntung (dunia dan akhirat). Segala sesuatu,
nafas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmik di alam semesta, atom
yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah ayat-ayat Allah, dan semuanya berjalan
di bawah kendali dan pengetahuan-Nya, mentaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan
mengenal ayat-ayat Allah memerlukan kerja keras individu. Setiap orang akan
menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan
nalarnya masing-masing.
Tidak diragukan, sejumlah petunjuk mungkin akan membantu. Pertama-tama,
seseorang dapat mempelajari subyek-subyek tertentu yang ditekankan dalam Al-Qur'an
dalam rangka memperoleh mentalitas berpikir yang memungkinkannya untuk dapat
merasakan seluruh alam semesta sebagai penjelmaan dari segala sesuatu ciptaan Allah.
Beberapa masalah yang kita diperintahkan agar merenungkannya dalam Al-Qur'an.
Ayat-ayat Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 10 – 17 :
10)     Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.

8
11)     Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan.
12)      Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami(nya),
13)      dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
14)      Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.
15)       Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak
goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar
kamu mendapat petunjuk,
16)       dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan bintang-bintang
itulah mereka mendapat petunjuk.
17)      Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Di dalam Al-Qur'an, Allah mengajak orang-orang yang berakal agar


memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan
sebagai hasil "evolusi", "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka. Sebagaimana
kita lihat dalam ayat tersebut, orang-orang yang berakal melihat ayat-ayat Allah
dan berusaha untuk memahami ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak
terhingga dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah
tak terbatas, dan ciptaan-Nya sempurna tanpa cacat.

9
 Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda-tanda
penciptaan oleh Allah.

2.3. KESATUAN  AYAT  QAULIYAH  DAN QAUNIYAH
Allah swt. tidak menampilkan wujud DzatNya Yang Maha Hebat di hadapan
makhluk-makhlukNya secara langsung dan dapat dilihat seperti kita melihat
sesama makhluk. Maka, segala sesuatu yang tampak dan dapat dilihat dengan
mata kepala kita, pasti itu bukan tuhan. Allah menganjurkan kepada manusia
untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW supaya berpikir tentang makhluk-
makhluk Allah. Jangan sekali-kali berpikir tentang Dzat Allah. Makhluk-makhluk
yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di
dalam banyak ayat Al-Qur’an agar menjadi bahan berpikir tentang kebesaran
Allah.

2.4.         Pengertian Ayat Qauliyah dan Qauniyah


a)        Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di
dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang
cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95) ayat 1-5 , yang artinya :
 Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
b)       Ayat Qauniyah
Ayat Qauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang
diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian,
peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini
hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan
peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan
Penciptanya.
      QS. Nuh (41) ayat  53 , yang artinya :

10
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ?
2.5.         Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Qauniyah

Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya melalui 2 jalur


formal yaitu ayat qauliyah dan jalurnon-formal yaitu ayat Qauniyah. Ayat
qauliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan secara formal kepada
Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat Qauniyah adalah fenomena alam,
jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi sendiri.
Al-Qur’an Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai
persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan
fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut sering di sebut ayat-
ayat Qauniyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal
diatas. jumlah ini tidak termaksud ayat-ayat yang menyinggungnya
secara tersirat.
2.6.         Al-Quran dan Alam Raya
Dalam bericara tentang alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada dua hal
yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut :
a) Al-Quran memerintah kan atau menganjurkan kepada manusia untuk
memperhatikan dan mempelajari alam rayadalam rangka memperolh manfaat dan
kemudahan-kemudahan bagi kehidupanyadan mengantarkan kepada kesadaran-
kesadaran akan keesaan dan kemahakuasaan Allah SWT.
b)      Alam dan segala isinya beserta hokum-hukum yang mengaturnya, diciptakan,
dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT serta diatut dengan sangat teliti.
Alam raya tidak bias dilepaskan dari ketetapan-ketapan tersebut, kecuali jika
dikehendaki oleh Allah SWT.
Eksplorasi terhadap ayat Qauniyah inilah yang kita kenal sebagai sains, yang
kemudian dalam aplikasinya disebut teknologi. Sains dan teknologi (saintek) ini
adalah implementasi dari tugas manusia sebagai khalifah fil ardhi

11
untukmemakmurkan bumi. Karenanya bagi seorang muslim, saintek adalah sarana
hidup untuk mengelola bumi, bukan membuat kerusakan.
Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah ini, baik ayat qauliyah
(Al-Qur’an) maupun Qauniyah (fenomena alam) adalah mutlak benar dan tidak
mungkin bertentangan, karena keduanya berasal dari Allah. Pada faktanya sains
yang telah ”proven” (qath’i) selaras dengan Al Qur’an seperti tentang peredaran
bintang, matahari dan bumi pada orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori)
kadang bertentangan dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an seperti teori
evolusi pada manusia.
Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia
dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu
dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang
disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu
rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di
alam semesta ini (baik makhluk hidup maupun yang mati), tanpa melalui
perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka
bisa disebut jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga
dengan ayat-ayat Qauniyah.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam
semesta (ayat-ayat Qauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha
membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian
mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan
nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia)
dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”  (QS. Al-‘Alaq:1-5)
Dalam sejarah peradaban Islam, para ilmuwan adalah juga ahli dalam agama
karena memahami kedudukan saintek dalam Islam. Mereka belajar ayat qouliyah
dan juga belajar ayat Qauniyah. Kontribusi ilmu pengetahuan para ilmuwan
muslim menjadi tonggak kemajuan iptek di barat.
Dalam bidang matematika ada algorithm, algebra yang merupakan nama

12
matematikawan muslim (Alkhawarizm, Aljabar). Juga angka Arab yang
dengannya perhitungan menjadi mudah. Dalam bidang kimia ada istilah alkemi
(chemistry), alkali, alkohol. Nama-nama ilmuwan muslim spt IbnuSina (Avicena),
Ibnu Rusyd (Averous), Ibnu Khaldun menjadi nama yang gemilang. Bidang-
bidang yang sangat gemilang pada masa kejayaan peradaban Islam adalah
kedokteran, matematika, dan astronomi, karena menjadi kebutuhan langsung
seperti menentukan kiblat dan waktu-waktu ibadah
2.7. INTERKONEKSITAS DALAM MEMAHAMI AYAT QAUNIYAH DAN AYAT
QAULIYAH
Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan keduanya saling
menegaskan dan saling terkait satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan manusia untuk memaham keduanya adalah keniscayaan. Allah tidak
hanya memberikan perintah untuk sekedar memahami ayat-ayat Allah berupa
Qauliyah, tetapi juga untuk melihat fenomena alam ini.
Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak tertuang dalam bentuk perkataan
Allah untuk dibaca dan dihafal. Tetapi alam adalah ayat Allah yang semestinya
dieksplore dan digali sedalam-dalamnya untuk semakin manusia mendekatkan
diri pada kemahakuasaan Allah SWT .
Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati, yang
kemudian diproses oleh akal untuk menentukan sikap mana yang benar dan mana
yang salah terhadap suatu obyek atau relitas. Cara seperti ini bisa disebut sebagai
proses rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan proses rasionalitas itu mampu
mengantarkan seseorang untuk memahami metarsional sehingga muncul suatu
kesadaran baru tentang realitas metafisika, yakni apa yang terjadi di balik obyek
rasional yang bersifat fisik itu. Kesadaran ini yang disebut sebagai transendensi.
Firman  Allah  (QS. Al-Imran : 191),  yang artinya :
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka

13
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan
petunjuk/isyarat bagi kebenaan ayat Qauniyah, misalnya surat An-Nur (24):43
mengisyaratkan terjadinya hujan, surat Al-Mukminun (23) : ayat 12-14
mengisyaratkan tetang keseimbangan dan kesetabilan pada istem tata surya, surat
Al-Ankabut (29) : ayat 20 mengisyaratkan adanya evolusi pada penciptaan
makhluk di bumi, surat AZ-Zumar (39) : ayat 5 dan surat an-Naml (27) : ayat 28
mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi, sebaliknya ayat Qauniyah
akan menjadi bukti (Al-Burhan) bagi kebenaran ayat qauliyah (lihat surat Al-
Fushshilat 41: ayat 53)
2.8.         Ayat / Fenomena Qauniyah
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus
hidrologi” atau sikulasi air (hydrologi cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas matahari,
sehingga air yang dilaut, sungai, dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami
penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai evapotranspiration,
lalu uapair tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dinggin dan terkondensasi
menjadi awan. Akibat angin,bekumpulan awan dengan ukuran tertentu dan
terbuat awan hujan, karena pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah
hujan (presipitasion).
Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan. Tanah sebagai aliran
limpasan (overland flow) dan ada yang terserap kedalam tanah (infiltrasioan).
Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan (depresioan
storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi limpasan-
permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir kelaut. Sedangkan air yang
terinfiltrasi, bisa keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat
mengalir literal di lapisan tidak kenyang air sebagai aliran antara (subsurface
flow/interflow).
Sebagian yang lain mengalir vertikal yang disebut dengan “perkolasi”
(percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer).
Air dalam akifer akan mengalir sebagai air tanah (grounwter flow/base flow)

14
kesungai atau ketampungan dalm (deep storage). Siklus hirologi ini terjadi terus-
menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.
2.9.         Ayat / Fenomena Qauliyah
Pada penjelasan fenomena Qauliyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwaq
“siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling menguatkan,
yaitu :
A. hujan/presipitasi. penguapan/evaporasi.

B.  infiltrasi dan perkolasi (peresapan).


C.  lipahan permukaann (surface runoff) dan limpasan iar tanah
(subsurfacerzrnoff)
Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi” dapat kata lihat pada surat An-
Nur (24) ayat 43,  yaitu:
Artinya  :
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya bertindih-
tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah
(juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-
gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran)
es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. ( QS. An – Nur : 43 )
Pada ayat diatas, menunjukkan adanya proses inti yang sedang berlangsung
dan merupakan bagian dari proses “siklus hidrologi.”Kedua proses itu, yaitu
proses penguapan (evaparasi)yang ditunjukkan dengan kata “awan”dan proses
hujan (presipitasi)yang berupa keluarnya air dan butiran es dari awan.
Dengan demikian, pada pasal ini akan dijelaskan dan diberikan contoh
hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang memberikan isyarat
global tentang fenomena iptek, untuk membantu menjelaskan dan mencocokkan
terhadap ayat Qauniyah. Banyak sekali contoh yang dapat dikemukakan, akan
tetapi karena keterbatasan ruang, maka dalam hal ini akan dikemukakan dua

15
contoh saja yang amat terkenal yaitu “Siklus Hidrologi” dan “Konsep Tentang
Alam Semesta”.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa :

16
1. Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu Nya kepada umat
manusia. Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan
benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada keberadaan dan ke-
Esaan Allah beserta Sifat-sifat-Nya.
2. Hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang memberikan
isyarat global tentang fenomena iptek, untuk membantu menjelaskan dan
mencocokkan terhadap ayat Qauniyah.
3.2. . SARAN

Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas makalah
“INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ”. Meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan
ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya
hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada
masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan diri  kepada
sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus
orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput
dari salah tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah
ini karena kami sadar kita masih dalam tahap belajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah dkk, 2014, Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan , Tangerang


Yantigobel, 2011. Ayat Qauliyah dan Ayat Qauniyah, (https://yantigobel.
wordpress.com/tag/ayat-qauliyah/.html, diakses pada 28 september 2014)
Yantigobel, 2011. Ayat Qauliyah dan Ayat Qauniyah, (https://yantigobel.
wordpress.com/tag/ayat-qauliyah/.html, diakses pada 28 septemer 2014)

18

Anda mungkin juga menyukai