Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI PENAWARAN ISLAM


Yang disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
EKONOMI MIKRO ISLAMI
Dosen Pengampu : Khufyah Robenur M.E

Di susun oleh:
Mar’atus Sa’diyah ( 20020007 )
Prodi : Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)


DARUSY SYAFA’AH KOTAGAJAH
LAMPUNG TENGAH
TP.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan
hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah iniselesai dengan baik
dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selakupenyusun tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semogatercurahkan selalu shalawat serta salam
kepada manusia termulia yakni bagindaRasulullah Muhammad SAW yang berkat usaha
kerja kerasnya kita dipersatukandalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga
kita selaku ummatnyaselalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad
SAW.Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat banyakkesulitan karena
adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun,tidak menutup
kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyakkekurangan, baik dari
penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kamisangat mengharapkan dengan
lapang dada, kritik dan saran yang bersifatmembangun.Akhirnya, kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih Ibu AyuAzhara, M.M yang telah memberikan tugas dan
bimbingannya kepada kami,yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam
pembuatan makalah.Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak
yang telahmemberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
inidengan baik.

Wassalamualaikum wr.wb.

Kotagajah 13 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Kurva Penawaran Jangka Pendek


B.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Pembahasan teori penawaran pada ekonomi Islam sebenarnya merupakan


kelanjutan dari pembahasan tentang teori permintaan dalam ekonomi Islam. Telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika
tingkat harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jadi, setiap
perusahaan hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi daripada biaya
variabel. Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang diturunkan dari fungsi
konsumsi, maka teori penawaran Islam pada hakikatnya adalah derivasi dari perilaku
individu-individu perusahaan dalam analisis biayanya. Pada dasarnya terdapat garis harga
yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan
kurva biaya rata-rata, dan dari sinilah kita dapat menemukan beberapa kuantitas yang
dapat ditawarkan pada setiap tingkatan harga.

sebagian penjelasan tentang aspek penawaran dalam ekonomi Islam sebenarnya


sudah diungkapkan dalam penjelasan tentang permintaan. Namun, penjelasan tersebut
kurang mampu mewakili pemahaman tentang teori penawaran Islam secara gamblang
dan menyeluruh. Oleh karena itu, dalam bab ini yang akan dibahas berikut ini akan
dibahas beberapa hal mengenai teori penawaran dalam ekonomi mikro Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurva Penawaran Jangka Pendek

Di setiap harga yang diatas P1 berapapun penjualan yang dilakukan produsen


harganya selalu melebihi AVC dengan ini produsen memiliki laba ekonomis positif.
Dimana grafik MC dan AVC sama ini akan terjadi titik potong yang dinamakan titik
impas jangka pendek (short-run break-even point). Di titik impas jangka pendek ini
produsen tidak mendapat laba yang ekonomis, tetapi hanya mencapai tingkat BEP
saja.102 Jadi bisa dikatakan bahwa titik impas akan beroperasi bila harga di atas AVC.
Ketika produsen ingin mengoptimalkan keuntungannya maka produsen akan
memproduksi ketika MC=MR, yang di asumsikan pasar bersifat persaingan sempurna
maka harga berfungsi sebagai MR. Jadi dengan ini MC = P= MR, pada gambar 7.1 bila
harga yang ada di pasaran ber;aku dengan jangka pendek adalah P* maka produsen akan
memiliki keuntungan yang ekonomis yaitu P*E*QS. Dengan demikian kurva MC yang
berada di atas kurva AVC adalah garis yang menjelaskan produsen bersedia berproduksi.
Untuk lebih jelasnya pada gambar 7.1 apabila U1 dan U2 dihubungkan, maka akan
mendapat kurva penawaran. Lebih jelasnnya pada gambar 7.1 yaitu fungsi penawaran
untuk individu produsen dan bukan fungsi penawaran untuk industri atau pasar.103 102
Ibid, hal.151. 103Ibid, hal.152. Teori Penawaran Islam 99

Gambar 7.1 Hubungan antara Kesediaan untuk Berproduksi dengan Kurva Penawaran
Untuk kurva penawaran jangka pendek dari sektor industri secara keseluruhan dapat di
rumuskan lewat penjumlahan horizontal seluruh kurva penawaran jangka pendek masing-
masing perusahaan. Lebih jelasnya untuk mengilustrasikan penjumlahan horizontal kurva
penawaran dapat dilihat di gambar 7.2. Kurva marginal untuk dua perusahan di
lambnagkan dengan MCa pada panel (a) dan Mb pada panel (b). Dua kurva biaya
marginal akan berlaku bila harga-harga lebih besar dari pada harga variable rata-rata
minimum dari masingmasing produsen. Di panel (a), perusahaan hanya memproduksi q1,
jika harga yang berlaku adalah P1. Dan bila harganya P2 perusahaan akan memproduksi
sebesar q2. Ini berlaku untuk produsen kedua yang berproduksi pada q1 b apabila harga
yang berlaku P1, begitu juga dengan bila harga berada di P2 maka produsen kedua akan
memproduksi q2b. Jika di asumsikan industri yang sama Teori Penawaran Islam 100
hanya produsen a dan b jadi penambahan secara horizontal merupakan penawaran
industry atau ∑ MC.

Gambar 7.2 Perumusan Kurva Penawaran Sektor Industri

Marginal Cost dan Kurva Penawaran Dalam jangka pendek, perusahaan akan
memaksimalkan labanya dengan memilih jumlah output dimana harga sama dengan
marginal cost. Selama tingkat harga tersebut lebih besar daripada nilai minimal biaya
variabel rata-rata (AVC). Jika kedua keadaan tersebut terpenuhi, maka itulah kurva
penawaran. 104 Kurva penawaran bersifat naik dari kiri bawah ke kanan atas disebabkan
karena adanya hubungan yang positif diantara harga dan jumlah barang yang ditawarkan,
yitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah yang ditawarkan.105 Di tiap tingkat harga
di bawah minimum AVC, dan nilai yang di tawarkan adalah nihil. Ketika tingkat harga
sama dengan AVC, maka jumlah yang di tawarkan adalah Q2. Untuk tigkat harga di atas
AVC, maka jumlah yang di tawarkan akan di gambarkan kurva MC. Dimisalkan ketika
tingkat harga smaa dengan ATC, maka jumlah yang di tawarkan adalah kurav Q2. Jadi
kurva penawaran adalah kurva marginal cost yang diatas AVC, yaitu kurva yang dicetak
tebal yang memiliki selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang di gambarkan dengan
celah di antara kedua kurva tersebut,menggambarkan AFC (average fixed cost). Untuk
tingkat harga diatas AVC, namun di bawah AVC (yaitu antar output Q2 dan Q3), berarti
perusahaan mengalami kerugian setiap output yang di jual karena harga lebih kecil di
banding ATC, seperti yang di gambarkan leh kurva penawaran yang berada di antara
kurva ATC dan AVC. Meski harga lebih kecil di banding ATC, tapi bagi perusahaan
tetap menjual outpunya karena perusahaan sudah mampu membayar AVC nya, dan
kerugian yang terjadi sebesar AFC nya. FC adalah biaya tetap yang harus dibayar
perusahaan apakah perusahaan berproduksi atau tidak berproduksi, maka perusahaan
lebih baik memproduksi output sejumlah Q2 dan Q3. Teori Penawaran Islam 102

Gambar 7.3 Biaya Marginal dan Kurva Supply

Dengan demikian, perusahaan berharap tetap memantapkan keberadaan


produknya di pasaran. Tetapi jika tingkat harga melampaui ATC, maka perusahaan akan
membekukan laba. Bagimana bila perusahaan memilih untuk tidak berproduksi bila harga
di bawah ATC? Kerugian perusahaan akan bertambah besar:
1. Perusahaan harus tetap menanggung AFC
2. Perusahaan tidak mempunyai kegiatan operasi yang berarti para pelaksana
perusahaan tidak mempunyai pendapatan.
B. Producer Surplus

Producer surplus merupakan selisih antara total revenue dengan total variable
yang dapat di hitung dengan dua cara, yakni cara pertama dengan system matematis total
revenue adalah hasil kali P*Q* dan untuk Teori Penawaran Islam 103 total variable cost
adalah hasil kali AVC dengan Q*. Selisih keduanya dapat di gambarkan dengan segi
empat yang diarsir yaitu hasil kali antara (P*-AVC) dengan Q*. 106 Inilah yang disebut
producer surplus yang secara matematis di tulis dengan: Produser surplus = TR-TVC = (P
x Q)-(AVC x Q) = (P – AVC) x Q

Gambar 7.4 Surplus Produsen/Quasi Rent (a)

Dan cara yang kedua untuk menghitung producer surplus dengan


memperhatikan variable cost untuk memproduksi 1 unit output yang sama dengan
marginal cost pada jumlah output 1 unit. Tetapi jika variable cost meproduksi 2
unit output yang sama dengan marginal cost di tambah dengan 1 output dan 2
jumlah marginal cost dan seterusnya sehingga menghasilkan VC (Q) = MC (1) +
MC (2) + …+ MC (Q). Yang secara grafis total variable dapat digambarkan
dengan daerah yang tidak di arsir yang berda di bawah kurva MC. Sedangka total
revenue adalah hasil kali P dengan Q. Sehingga surplus digambarkan dengan
daerah yang diarsir yang di bawah P dan di atas kurva MC.107
Tabel 7.1 Penawaran

C. Pengaruh Pajak Penjualan terhadap Penawaran

Pengenaan pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai sebesar, misalnya Rp l00
per liter bensin premium, atau misalnya 10% dari harga per unit, akan meningkatkan
average total cost. Peningkatan ATC secara langsung juga berarti peningkatan MC.

Bila harga tetap pada tingkat harga semula, maka peningkatan biaya ini berarti
penurunan profit. Karena total revenue tetap sedangkan total cost meningkat. Sebelum
adanya pajak penjualan, tingkat profit sebesar profit1. Dengan adanya pengenaan pajak
penjualan, tingkat profit menurun menjadi profit2.

Secara grafis keadaan tanpa adanya pajak penjualan digambarkan pada diagram
yang atas oleh kurva average total cost ATC1, dan kurva marginal cost MC1. Harga
berada pada tingkat P*. Sedangkan diagram bawah menggambarkan fungsi profit yang
diturunkan dari diagram atas.

Ketika kurva ATC¬1, memotong garis harga dari atas, jumlah penawaran adalah
Q1'. Pada titik Q1', tingkat profit nihil karena pada titik ini AR=ATC yang berarti
TR=TC. Tingkat profit nihil ini digambarkan oleh kurva profit, pada diagram bawah
yaitu titik Q1' pada garis horizonral sumbu X. Begitu pula ketika kurva ATC1, memotong
garis harga dari bawah, jumlah penawaran adalah Q1”.Pada titik Q1" ini, tingkat profit
juga nihil. Itu sebabnya kurva profit1, pada tingkat output Q1” juga berada pada garis
horizontal sumbu X.

Ketika kurva MC1 = P*, profit mengapa tingkat maksimal. Ini terjadi pada tingkat
produksi Q1*.Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit1, pada diagram
bawah yaitu titik Q1*. Total profit digambarkan oleh segiempat profit1, yang diarsir pada
diagram atas.

Adanya pengenaan pajak penjualan meningkatkan ATC dari ATC menjadi ATC2
dan MC1 menjadi MC2.Harga tetap berada pada tingkat P*.Ketika kurva ATC,
memotong garis harga dari atas, jumlah penawaran adalah Q2'. Pada titik Q2', tingkat
profit nihil karena pada titik ini AR=ATC yang berarti TR = TC. Tingkat profit nihil ini
digambarkan oleh kurva profit2, pada diagram bawah yaitu titik Q2' = pada garis
horizontal sumbu X. Begitu pula ketika kurva ATC2 memotong garis harga dari bawah,
jumlah penawaran adalah Q2”. Pada titik Q2” ini, tingkat profit juga nihil. Itu sebabnya
kurva profit2 pada tingkat output Q2” juga berada pada garis horizontal sumbu X.

Ketika kurva MC2 = P*, profit mencapai tingkat maksimal. Ini terjadi pada
tingkat produksi Q*.Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit 2 pada
diagram bawah yaitu titik Q2*. Total profit digambarkan oleh segi empat profit2, yang
diarsir. Jelaslah profi1 lebih kecil dibanding profit2. Secara pararel kita dapat pula
mengatakan bahwa producer surplus dengan adanya pajak penjualan lebih kecil
dibandingkan producer surplus tanpa adanya pajak penjualan.

Gambar: Pengaruh Pajak penjualan terhadap Laba

Jadi pengenaan pajak penjualan membawa pengaruh :

1. Turunnya total profit dari profit1 menjadi profit 2.


2. Turunnya tingkat profit maksimal yang digambarkan oleh puncak gunung kurva profit
pada diagram bawah. Secara grafis, puncak kurva profit, lebih tinggi dari pada puncak
kurva profit.

3. Mengecilnya rentang skala produksi dari Q1'Q1" menjadi Q2’Q2” Dimana Q1' <>2’ dan
Q1’Q2” 

D. Pengaruh Zakat Perniagaan terhadap Penawaran

Pengaruh zakat terhadap penawaran dapat dilihat dari dua sisi.Yang pertama
adalah melihat pengaruh kewajiban membayar zakat terhadap perilaku penawaran.Dalam
hal ini dicontohkan zakat perniagaan. Di sisi lain adalah pengaruh zakat produktif, yakni
alokasi zakat kegiatan produktif dari mustahik terhadap kurva penawaran.

Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan


dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep Islam, zakat perniagaan dikenakan
bila telah terpenuhinya dua hal: nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat,
yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu
satu tahun). Bila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya
sebesar 2.5%.

Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Menurut


Adiwarman Karim, pengenaan zakat perniagaan tidak berpengaruh terhdap kurva
penawaran, tidak seperti pajak yang mengakibatkan komponen biaya meningkat. Justru
dengan adanya zakat perniagaan membuat perilaku memaksimalkan zakat. Artinya, jika
seorang produsen memaksimalkan besernya zakat yang dibayarkan.

Jika kita membahas sisi pemanfaatan zakat untuk kegiatan produktif dari
mustahik, dapat diduga bahwa zakat yang diberikan itu akan membuka peluang untuk
dapat memproduksi sesuatu. Karena zakat yang disalurkan biasanya berbentuk qardhul
hasan, maka tidak ada biaya atas penggunaan zakat sebagai faktor produksi. Dengan
demikian, mustahik yang menjadi produsen dengan dana zakat produktif dapat
menawarkan barang/jasa dengan biaya yang lebih kompetitif, akibatnya akan
meningkatkan penawaran. Kurva penawaran akan bergeser kebawah akibat dukungan
dana zakat produktif tersebut.

Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah
revenue minus cost.Ulama berbeda pendapat mengenai komponen biaya.Sebagian
berpendapat bahwa biaya tetap boleh diperhitungkan, sedang sebagian lainnya
berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan.Dalam ilmu
ekonomi pendapat pertama berarti yang menjadi objek zakat adalah economic rent,
sedangkan pendapat kedua berarti yang menjadi objek zakat adalah quasri mt ataup
roducer surplus. Pendapat mana pun yang digunakan atas objek zakat ini sama sekali
tidak memberikan pengaruh terhadap ATC, yang berarti pula tidak ada pengaruh terhadap
profit yang dihasilkan. Pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan
pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap kurva
penawaran. Upaya memaksimalkan profit berarti pula memaksimalkan producer surplus,
dan sekaligus berarti memaksimalkan zakat yang harus dibayar. Jadi dengan adanya
pengenaan zakat perniagaan perilaku memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan
perilaku memaksimalkan zakat.
Gambar: Pengaruh Zakat Perniagaan terhadap Laba

Pada titik Q1’ tingkat profit nihil karena pada titik ini AR = ATC yang berarti TR
= TC. Tingkat profit nihil ini digambarkan oleh kurva profit 1 pada diagram bawah, yaitu
titik Q, pada garis horizontal sumbu X . Begitu pula ketika kurva ATC1 memotong garis
harga dari bawah, jumlah penawaran adalah Q1”.Padat itik Q1" ini, tingkat profit juga
nihil. Itu sebabnya kurva profit1 padat ingkat output Q1" juga berada pada garis
horizontal sumbu X.

Ketika kurva MC1 = P*, Profit mencapai tingkat maksimal. Ini terjadi pada
tingkat produksi Q1*.Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit, pada
diagram bawah yaitu titik Q1*.Pada titik Q1* pula tingkat zakat maksimal
tercapai.Keadaan ini digambarkan dengan puncak kurva profit dan puncak kurva zakat
yang terjadi pada titik Q1* (diagram bawah).

Internalisasi Biaya Eksternal (InternalizationExternal Cost)


Perilaku memaksimalkan profit sering kali mendorong produsen untuk berlaku
aniaya. Salah satu cara untuk meningkatkan profitnya adalah dengan memindahkan
biaya-biaya yang seharusnya ditanggung produsen kepada pihak lain. Biaya yang paling
mudah untuk dialihkan kepada pihak lain adalah biaya yang tidak mempunyai kaitan
langsung dengan proses produksi. Misalnya biaya pembuatan penampungan limbah
pabrik yang seharusnya ditanggung produsen karena merupakan konsekuensi dari proses
produksinya, dialihkan pada masyarakat dengan cara membuang begitu saja limbah
pabrik ke tempat-tempat umum. Tindakan ini jelas aniaya, karena produsen jelas-jelas
mendapat keuntungan dari proses produksi, namun tidak mau bertanggung jawab atas
akibatnya, yaitu menanggung biaya penangan limbah. Dalam ilmu ekonomi, tindakan
produsen ini disebut negative externalities.

Pada pembahasan tentang Garis Besar Ekonomi Islam diterjemahkan menjadi


empat hal, yaitu dilarang melakukan mafsadah, dilarang melakukan transaksi gharar,
dilarang melakukan transaksi maisir, dilarang melakukan transaksi riba. Salah satu
bentuk mafsadah adalah melakukan kerusakan yang dalam istilah ekonominya disebut
negative externalities. Dalam konteks utility function, mafsadah juga dapat diartikan
bahwa islam hanya membolehkan utility function dibangun dalam pilihan “good” X dan
“good” Y (“hal baik” X dan “hal baik” Y). pada prinsipnya utility function yang
dibangun dalam pilihan “good” X dan “bad” Y (“hal baik “ X dan “hal buruk” Y), atau
dalam pilihan “bad” X dan “good” Y, tidak dibolehkan karena tergolong tindakan
mafsadah. Dalam pembahasan tentang teori permintaan islami kita pun telah membahas
tentang corner solution bila kita dihadapkan pada pilihan haram X dan halal Y. corner
solution ini menunjukan bahwa kalaupun kita dihadapkan pada pilihan “good” dan “bad”,
kita akan memilih seluruhnya “good”, dan meninggalkan “bad” sama sekali. Solusi lain
selain meninggalkan “bad” sama sekali (misalnya pada saat darurat), selalu menghasilkan
solusi yang tidak optimal.

Secara grafis, upaya produsen melarikan diri dari tanggung jawab ini
digambarkan dengan turunya ATC dari ATC1 menjadi ATC2, dan marginal cost turun
dari MC1 menjadi MC2. Dengan tingkat MC yang lebih rendah (MC2 < MC1) produsen
akan menawarkan lebih banyak barang, sedangkan dengan tingkat ATC yang lebih
rendah (ATC2 < ATC1) Produsen akan menerima average economic rent yang lebih
besar pula. Dengan demikian, profit akan naik dari profit1 menjadi profit2.

Gambar: Internalisasi Biaya Eksternal


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi adalah jumlah banyaknya barang atau jasa
yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat
harga selama periode waktu tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah harga barang itu sendiri,
biaya produksi dan jumlah produsen di pasar dan lain sebagainya. Sedangkan factor
penawaran dalam islam adalah mashlahah dan keuntungan. Dimana, Pengaruh mashlahah
terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan dari
produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin
meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya. Sedangkan
keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain,
keuntungan akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi
untuk mencapai falah.
producer 106 Adiwarman, A. Karim. Ekonomi Mikro……, hal. 157 Teori
Penawaran Islam 104

104 Adiwarman, A. Karim. Ekonomi Mikro …………,. hal. 155. 105


Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi ……, hal. 87. Teori Penawaran Islam 101

Anda mungkin juga menyukai