Anda di halaman 1dari 27

PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN KESEJAHTERAAN PASAR

MAKALAH
Dosen Pengampu: Sarpini M.E.Sy.

Disusun oleh:
1. Haris Immanudin (2017201197)
2. Istifaiyatul Awaliyah (2017201198)
3. Galuh Dwi Rachmasari (2017201199)
4. Dede Isfatkhurohmah (2017201201)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF.K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kekehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Permintaan,
Penawaran, dan Kesejanteraan Pasar" tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen kami Ibu Sarpini M.E.Sy. Pada mata kuliah Teori Ekonomi Mikro
Islam.Makalah ini memuat materi pokok yang disusun secara sederhana agar pembaca dapat
menangkap maksud setiap tema dengan mudah. Materi penulisan makalah ini disusun dengan
sumber-sumber berupa buku, jurnal maupun panduan-panduan penulisan makalah yang relevan. Di
dalam makalah ini menjelaskan mengenai “Permintaan, Penawaran dan Kesejahteraan Pasar”.
Semoga melalui penjalasan materi dalam makalah ini, para pembaca dapat bertambah
wawasannya. Kami juga berharap agar tulisan ini mampu menguraikan materi tersebut
dengan tepat dan jelas. Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak sekali kekurangan dari makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah ini. Semoga penulisan makalah ini bisa bermanfaat
untuk kita semua dan senantiasa dalam keridhaan-Nya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Purwokerto, 10 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

BAB I. PEMBAHASANI ............................................................................................................ 2


A. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen ........................................................................ 2
B. Teknik Menentukan Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Secara Matematika dan
Grafik ..................................................................................................................................... 3
C. Pengendaian Harga (Floor Price dan Ceiling Price) ......................................................... 7
D. Pajak dan Subsidi ............................................................................................................ 10
E. Tas’ir (Penetapan Harga Dalam Islam) ........................................................................... 15

BAB III. PENUTUP .................................................................................................................. 21


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surplus konsumen adalah kerelaan pembeli untuk membayar dikurangi dengan jumlah
yang sebenarnya ingin dibayar pembeli. Kerelaan untuk membayar yakni jumlah maksimum
yang akan dibayar oleh seorang pembeli untuk sebuah barang. Surplus konsumen mengukur
seberapa besar keuntungan yang diterima oleh pembeli suatu barang dari sudut pandang
pembeli sendiri. Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk sebuah
barang dikurangi dengan biaya produksi barang tersebut. Biaya yakni nilai segala sesuatu yang
harus dikorbankan oleh penjual untuk memproduksi suatu barang.
Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kualitas antara penjual dan pembeli maka
keseimbangan akan terjadi pada harga keseimbangan menggambarkan harga yang disetujui
oleh produsen maupun konsumen. Daerah yang menggambarkan kesediaan produsen
melepaskan barangnya disebut dengan surplus produsen, sedangkan daerah yang
menggambarkan kesediaan konsumen untuk membeli disebut surplus konsumen.
Segala sesuatu di dalam Islam memiliki aturannya sendiri-sendiri seperti aturan
penetapan harga dalam Islam (Tas’ir). Tas’ir adalah keharusan para pedagang agar tidak
menjual atau tidak membeli kecuali dengan harga pasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan surplus konsumen dan produsen?
2. Bagimana teknik menentukan surplus konsumen dan produsen?
3. Apa yang dimaksud dengan pengendalian harga (Floor price and Celling Price)?
4. Bagaimana cara menentukan pengendalian harga (Floor price and Celling Price)?
5. Bagaimana pengaruh pasar setelah adanya pajak dan subsidi terhadap keseimbangan
pasar?
6. Bagaimana Tas’ir (Penetapan harga dalam Islam)?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi surplus konsumen dan surplus produsen
2. Untuk mengetahui teknik menghitung surplus konsumen dan surplus produsen
1
3. Untuk mengetahui definisi pengendalian harga (Floor price and Celling Price)
4. Untuk mengetahui konsep pengendalian harga (Ceiling Price, Floor Price)
5. Untuk mengetahui pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar
6. Untuk mengetahui konsep penetapan harga menurut perspektif islam (Ta’sir)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Surplus adalah keuntungan atas kelebihan dari yang diperkirakan. Surplus


konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena membayar harga yang
lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar. Atau selisih antara jumlah yang
konsumen sedia bayarkan dengan yang harus dibayar. Surplus produsen merupakan
keuntungan yang diperoleh produsen karena memperoleh harga yang lebih tinggi dari
harga produsen bersedia untuk menjual. Atau selisih antara jumlah yang diterima dengan
yang mereka harapkan untuk dibayar.

Konsumen mengalami surplus apabila harga yang dibayarkannya untuk


mendapatkan sejumlah komoditi lebih rendah dari yang diperkirakan atau dari yang
mampu dibayarkannya. Surplus Produsen terjadi jika harga yang disepakati dengan
konsumen lebih tinggi dari harga yang seharusnya ia berikan pada konsumen. Surplus
terbagi menjadi dua yaitu surplus nominal dan surplus dan riel. Surplus nominal adalah
keuntungan kotor yang diperoleh konsumen atau produsen. Konsumen untung karena
membayar kurang dari seharusnya dan produsen untung karena menerima lebih dari yang
seharusnya.

Konsumen dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok konsumen supermarginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya di


atas rata-rata harga pasar. Konsumen ini menganggap bahwa membeli adalah
salah satu bagian dari pamerkekayaan.

2. Kelompok konsumen marginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya sama


dengan harga pasar. Kelompok ini adalah konsumen yang palingrasional.

3. Kelompok konsumen submarginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya di


bawah harga pasar. Konsumen ini adalah yang paling realistis
dalammembelanjakanuangnya.
2
Kelompok produsen dibagi dalam tiga kelompok yaitu :

1. Kelompok penjual supermarginal, yaitu penjual yang berani menjual produknya di


bawah harga pasar. Produsen ini memproduksi komodisi sebanyak-banyaknya lalu
menjualnya dengan harga yang semurah-murahnya tapi masih menguntungkan.

2. Kelompok penjual marginal, yaitu produsen yang hanya mampu menjual


produknya sama dengan harga pasar.

3. Kelompok penjual submarginal, yaitu kelompok produsen yang sanggup menjual


produknya di atas harga pasar.

Konsumen mendapatkan surplus bila harga yang diperkirakannya lebih tinggi dari
harga keseimbangan pasar. Besarnya surplus bergantung pada berapa banyak jumlah
kuantitas yang akan dibeli di kalikan dengan selisih harga. Produsen akan mendapatkan
surplus jika harga jual produknya lebih rendah dari harga yang mampu dibeli oleh
konsumen dalam kondisi keseimbangan pasar.

B. Teknik Menentukan Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Secara Matematika dan
Grafik
1. Surplus Konsumen

Contoh : Fungsi permintaan dari suatu produk adalah Pd = 120 – 2Q, dimana P adalah
harga per unit produk dan Q adalah jumlah produknya.

a. Hitunglah besarnya surplus konsumen jika harga pasarnya adalah Rp. 80 harga
perunit!

b. Jika harga pasarnya turun dari Rp. 80 menjadi Rp. 60 per unit hitunglah surplus
konsumen yang baru!

Penyelesaian :

Persamaan Pd = 120 – 2Q bila di gunakan akan menjadi seperti pada gambar di bawah
ini. Jika harga produk Rp 80, maka jumlah yang diminta 10 unit dan bila harganya
turun Rp. 60, maka jumlah diminta menjadi 15 unit.
3
a. Besarnya surplus konsumen jika harga pasar Rp. 80 adalah luas area segitiga di
bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp. 80 yaitu sebesar {(120 – 80) x
(10)}/2 =Rp200.

b. Jika harga pasar turun menjadi Rp 60, maka besarnya surplus konsumen adalah luas
area segitiga di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp 60
yaitusebesar{(120 – 60) x (15)}/2 = Rp 450

Gambar 1.1 Surplus Konsumen dengan harga Rp 60 dan Rp 80

2. Surplus Produsen

Contoh : Fungsi penawaran dari suatu produk adalah P s = 15 + 2Q dimana P adalah


harga per unit produk dan Q adalah jumlah produk yang di jual.

a. Hitunglah besarnya surplus produsen, jika harga pasarnya adalah Rp 60 perunit!

b. Jika harga pasarnya naik dari Rp 60 menjadi Rp75 per unit. Hitunglah surplus
produsen yang baru!

Penyelesaian :

4
Persamaan P s = 15 + 2Q bila di gambarkan akan menjadi seperti pada gambar di
bawah ini. Jika harga produk Rp 60 maka jumlah yang di minta 15 unit, dan bila
harganya naik Rp 75 maka jumlah yang diminta menjadi 20 unit.

a. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar Rp 60 adalah luas area segitiga atau
kurva penawaran dan di bawah garis harga Rp 60 {(60 – 15) x 15}/2 = Rp337,50.

b. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar naik menjadi Rp 75 adalah luas area
segitiga di atas kurva penawaran di bawah garis harga Rp 75 yaitu sebesar {(75 -15) x
20}/2 = Rp550.

Gambar 1.2 Surplus Produsen dengan Harga Rp 60 dan 75

3. Surplus Total
Surplus total adalah penjumlahan antara surplus konsumen dan surplus
produsen. Berdasarkan definisidi atas maka secara matematika surplus total rumusnya
dapat di tulis menjadi,

TS = CS + PS

Dimana: TS = Surplus total


CS = Surplus konsumen
5
PS =Surplus produsen

Surplus Total = Nilai manfaat bagi pembeli – Nilai biaya bagi penjual
Contoh : Fungsi permintaan dari suatu produk adalah P d = 120 – 4Q dan fungsi
penawaranya adalah Ps = 15 + 3Q, di mana P adalah harga per unit produk dan
Q adalah jumlah produk yang dibeli dan dijual. Hitunglah besarnya surplus
totalnya!
Penyelesaiannya:

Untuk menghitung besarnya surplus total langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu harus mencari harga dan jumlah keseimbanganpasar.

Syarat keseimbangan pasar adalah Pd = Ps, sehingga

120 – 4Q = 15 + 3Q
-4Q – 3Q = 15 – 120
-7Q = -105
Q = 105/7 = 15

Untuk memperoleh nilai P Subtitusikan nilai Q = 15 kesalah satu fungsi permintaan


atau penawaran. Dalam soal ini kita subtitusikan ke dalam persamaan permintaan
dan hasilnya adalah,

P = 120 – 4 (15) = 120 – 60 = 60


Jadi nilai keseimbangan pasarnya adalah E (15, 60).
b. Menghitung besarnya surplus konsumen dan surplusprodusen
Besarnya surplus konsumen (CS) Jika harga keseimbangan pasar Rp 60, adalah luas
area segitiga di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp 60 yaitu
sebesar{(120 – 60) x (15)}/2 = Rp 450, sedangkan besarnya surplus produsen (PS)
jika harga keseimbangan pasar Rp 60 adalah luas area segitiga atau kurva
penawaran dan di bawah garis harga Rp 60 {(60 – 15) x 15}/2 = Rp 337,50.

6
c. Menjumlahkan nilai surplus konsumen dan surplus produsen. Jadi, nilai dari
totalsurplus, TS = Rp 450 + Rp 337,50 = Rp787,50.

C. Pengendaian Harga (Floor Price dan Ceiling Price)


1. Floor Price
Kebijakan harga terendah disebut kebijakan harga minimum (floor price) yaitu
kebijakan harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen. Harga terendah yang
dilakukan pemerintah biasanya adalah harga yang pada tingkat tertentu produsen telah
mengalami keuntungan. Kebjakan ini menetapkan harga pada suatu tingkat diatas harga
pasar. Hal ini dilakukan biasanya untuk meindungi produsen dari harga yang terlalu rendah
sehingga tidak memperoleh margin keuntungan yang memadai (bahkan merugi).

Contoh dari penetapan harga batas minimum ini misalnya pada produk-produk
pertanian atau Upah Minimun Provinsi (UMP) yang di lakukan oleh pemerintah Indonesia

2. Ceiling Price
Kebijakan harga maksimum atau kebijakan harga tertinggi (ceiling price) yaitu
kebijakan yang dilakukan pemerintah agar produsen tidak semena-mena menaikkan harga
jual komoditinya meskipun jumlah produksinya sedikit.23 Alasan yang umum dalam
mengambil kebijakan ini adalah untuk melindungi konsumen dari harga yang terlalu
tinggi.24 Ceiling Price adalah batas maksimum harga penjualan oleh produsen. Tujuan
penetapan harga tertinggi adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang
daya belinya kurang.
Contoh dari penetapan harga batas maksimum ini misalnya pada produk bahan bakar
minyak yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

3. Teknik Menentukan Floor Price dan Celling Price Secara Matematika dan Grafik
a. Floor Price

Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu
adalah Pd = 120 – 4Q dan Ps = 30 +2Q. jika pemerintah mengenakan harga batas
minimum (Floor Price) sebesar Rp80 dari produk tersebut.

1) Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang di tawarkan oleh
7
produsen dipasar?
a) Hitunglah besarnya kelebihan penawaran (Excess Suply) yang terjadi di pasar!
b) Hitunglah besarnya perubahan pada surplus konsumen dan surplus produsen1
c) Hitunglah besarnya perubahan pada bebanpemerintah!
d) Hitunglah besarnya perubahan pada kesejahteraantotal!
e) Hitunglah besarnya kerugian bobotmati!

Penyelesaian :

Syarat keseimbangan pasar yaitu: Pd = Ps, maka

120 – 4Q = 30 +2Q
-4Q – 2Q = 30-120
-6Q = -90
Q = -90/-6 = 15

Substitusikan nilai Q = 15 ke dalam persamaan permintaan, maka P = 120 –


4(15) = 60. Jadi, keseimbangan pasar sebelum penetapan harga batas maksimum
E(15,60)

a) Jika pemerintah mengenakan harga batas minimum setinggi Rp80 maka


substitusikan nilai P = 80 ke dalam persamaan permintaan dan penawaran, dan
hasilnya 80 = 120 –4Qd
4Qd = 120 – 80 Qd = 10 (jumlah yang diminta konsumen)
b) Kelebihan penawaran (KP) = Q s – Qd = 25 – 10 = 15. Kelebihan jumlah ini yang harus
di beli pemerintah dengan harga Rp80 per unitproduk

b. Celling Price

Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu adalah Pd =
120 - 4Q, Ps = 30+5Q jika pemerintah mengenakan harga batas maksimum (celling
price) sebesar Rp 60 dari produk tersebut

1) Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan oleh

8
produsendipasar?
a) Hitunglah besarnya kelebihan permintaan (excess demand) yang terjadi sipasar!
b) Hitunglah besarnya pada surplus konsumen dan surplusprodusen!
c) Hirtunglah besarnya perubahan pada kesejahteraantotal!
d) Hitunglah besarnya kerugian bobot mati!

Penyelesaian: Syarat keseimbangan pasar, yaitu: Pd =Ps,maka


120-4Q =30+5Q
-4Q-5Q =30-120
-9Q =-90
Q =10

Substitusikan nilai Q=10 kedalam persamaan permintaan, maka P = 120 - 4(10) = 80

Jadi, keseimbangan pasar sebelum penetapan harga batas maksimum E(10,80)

a) Jika pemerintah mengenakan harga batas maksimum setinggi Rp 60, maka


substitusikan nilai P=60 kedalam persamaan permintaan dan
penawaran,danhasilnya,

60 =120-4Qd 4Q =120-60 Q = 60/4Qd=15 (


jumlah yang dimintakonsumen)
60 =30+5Qs 5Qs=30 Qs = 6 (jumlah yang
ditawarkan produsen).
b) Kelebihan permintaan (KP) = Qd - Qs = 15 – 6 =9

9
Gambar 2.1 Harga Batas Maksimum Rp 60 yang Meningkat

D. Pajak dan Subsidi


1. Pajak
Pajak merupakan pendapatan pemerintah yang bersumber dari rumah tangga
konsumen maupun produsen. Adanya pajak akan menyebabkan harga produk menjadi
lebih tinggi. Produsen akan membebankan proporsi pajak yang dibayarnya kepada
pemerintah atas produk yang dihasilkannya pada harga jual, sehingga secara tidak
langsung konsumenlah yang sebenarnya membayar pajak atas barang tersebut. Pajak dapat
digolongkan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah
pajak yang secara langsung dikumpulkan dari wajib pajak. Contohnya pajak penghasilan,
pajak bumi dan bangunan. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang secara tidak
langsung dipungut dari wajib pajak dan dapat berpindah dari wajib pajak yang satu ke
wajib pajak lainnya. Contohnya pajak bea masuk import, pajak penjualan lainnya.
Pajak otonom adalah pajak yang dikenakan per satu unit barang yang diproduksi
atau dijual yang mana pada pengenaan pajaknya tidak memperhitungkan pendapatan.
Pengenaan pajak tersebut akan mempengaruhi harga dan jumlah keseimbangan.
Dengan adanya pengenaan pajak (t) atas setiap unit barang, maka posisi
keseimbangan pasar akan berubah. Produsen akan menawarkan harga jualnya lebih tinggi
dari harga keseimbangan sebelum pajak yang menyebabkan jumlah keseimbangan menjadi

10
lebih sedikit. Hal ini juga akan menyebabkan adanya pergeseran pada kurva penawaran.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabakan harga jual
barang tersebut naik, sebab setelah produsen membayar pajak penjualan, ia akan berusaha
mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut ke konsumen, yaitu dengan jalan
menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di
pasar menjadi lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak, di lain pihak
jumlah keseimbangannya menjadi lebih sedikit.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke atas, jika fungsi penawaran sebelum pajak (t) adalah Ps = a+bQ
maka sesudah adanya pajak, fungsi penawarannya menjadi Ps = a+bQ+t dengan kurva
penawaran yang lebih tinggi, ceteris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser ke
posisi yang lebih tinggi.
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar dapat diselesaikan dengan dua
pendekatan sebagai berikut :
Fungsi Permintaan : Q d =30-6P
Fungsi penawaran : Q s = -10+4P

Pendekatan Pertama
Keseimbangan awal
30-6P = -10+4p
10P = 40
P=4
Q = 30-6P
=30-6(4)
= 6 unit
Keseimbangan awal terdapat pada saat jumlah outpuy 6 unit pada harga jual 4 perunit.
1
Jika pemerintah menetapkan pajak penjualan kepada produsen sebesar 1 4 peruni, maka

keseimbangan berubah menjadi :


Fungsi permintaan : Qd = 30-6P
1 1
Fungsi Penawaran : Qs = -10+4P→Ps = 4 Q + 2 2

Keseimbangan baru setelah pajak


11
Pt = Ps + T

Pt = ( 1
4
𝑄+2
1
2
)+1 1
4

1 3
Pt = 4 𝑄 + 3 4

Q = -15+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -15+4P
10P = 45
P = 4,5
Q = 30-6P
= 30-6 (4,5)
= 3 unit
Keseimbangan setelah pajak tercapai pada saat jumlah output 3 unit pada harga jual 4,5
perunit. Besarnya pajak yang diterima pemerintah adalah jumlah output x pajak perunit.

Penerimaan pajak = 3 14 ( 1 ) = 334


Pendekatan Kedua
1
Jika pemerintah menetapkan pajak penjualan kepada produsen sebesar 14 perunit, maka

keseimbangan berubah menjadi :


Fungsi permintaan : Qd = 30-6P
Fungsi penawaran : Qs = -10+4P

Keseimbangan baru setelah pajak


Qs = -10+4P (P-T)
5
Qs = -10 +4(P-4)
Qs = -10+4P-5
Qs = -15+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -15+4P
10P = 45
P = 4,5
12
Q = 30-6P
Besarnya pajak yang harus dibayar oleh konsumen adalah selisih antara harga
keseimbangan setelah pajak-harga keseimbangan sebelum pajak.
Tk = Pet -Pe
Besarnya pajak yang harus ditanggung oleh produsen adalah besarnya pajak yang
dibebankan pemerintah dikurangi dengan besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen.
Tp = T-Tk
Besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah adalah besarnya pajak dikalikan dengan
jumlah keseimbangan setelah pajak.
Tpem = T x Qet
Dimana :
Tk = Pajak yang ditanggung konsumen
Pet = Harga keseimbangan setelah pajak
Pe = Harga keseimbnagan sebelum pajak
Tp = Pajak yang ditanggung produsen
T = Pajak yang dibebankan peerintah
Tpem = Penerimaan pajak pemerintah
Qet = Jumlah keseimbnagan setelah pajak

2. Subsidi
Subsidi adalah pengeluaran pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat tanpa
mengharapkan balas jasa apapun atas pengeluarannya tersebut dan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya subsisdi pemerintah kepada petani,
subsisdi pendidikan, mendirikan sekolah-sekolah, panti-panti jompo dll. Subsidi secra
tidak langsung akan menambah pendapatan disposibel. Dalam mekanisme demand
supply, subsidi akan mengurangi tingkat harga pada fungsi penawaran.
1
Sebagai contoh, jika pemerintah menetapkan subsidi sebesar 14 perunit yang

diberikan pada sisi penawaran, keseimbangan setelah subsidi dapat dicari dengan dua
pendekatan sebagai berikut :
Pendekatan Pertama
Mengurangi subsidi pada harga penawaran, maka harga penawaran setelah subsidi
menjadi :
13
Ps = P-S
1 1 1
Ps = (4 𝑄 + 2 2) − 1 4
1 3
Pt = 4Q+3 4

Q = -5+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -5 +4P
10P = 35
P = 3,5
Q = 30-6P
= 30-6 (3,5)
= 9 unit
Keseimbangan setelah subsidi tercapai pada saat jumlah output 9 unit pada harga jual 3,5
perunit.
Besarnya subsidi yang harus disediakan pemerintahadalah jumlah output x subsidi
perunit.

Penerimaan pajak = 9 14 ( )= 11
1 3
4

Pendekatan Kedua
Fungsi permintaan : Qd = 30-6P
Fungsi penawaran : Qs = -10+4P
Keseimbangan baru setelah subsidi
Qs = -10+4(P+S)
5
Qs = -10+4(P+4)

Qs = -10+4P+5
Qs = -5+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -5+4P
10P =35
P = 3’5
Q = 30-6P
= 30-6(3,5)
14
= 9 unit

E. Tas’ir (Penetapan Harga Dalam Islam)


1. Pengertian Tas’ir

Di dalam buku Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq yang ditulis oleh Syaikh Sulaiman
Ahmad Yahya Al-Faifi, di terbitkan oleh Daarul Fath Lil I’Lamil Arabi, dan di
terjemahkan oleh Ahmad Tirmidzi, Lc, Futuhal Arifin, Lc, dan Farhan Kurniawan Lc
bahwa Tas’ir adalah penetapan harga baru bagi barang yang akan di jual (komoditi)
dengan ketentuan bahwa si pemilik barang tidak merasa terzhalimi dan si pembeli tidak
merasa keberatan.

Dan didalam buku Fiqih Muamalah yang di tulis oleh DR. H. Nasrun Haroen,
MA, yang di terbitkan oleh Gaya Media Pratama Jakarta bahwa pengertian Tas’ir secara
etimologi kata at-tas ir seakar dengan kata as-sir’r yang bearti penetapan harga.
Sedangkan al- jabari bearti secara paksa. Dalam fiqih islam , ada dua istilah yang berbeda
yang menyangkut harga suatu barang, yaituats-tsaman dan as-si’r. ats-tsaman, menurut
para ulama figh dalam patokan harga satuan barang, sedangkan as-si’r adalah harga yang
berlaku secara actual di pasar. Lebih lanjut, ulama figh menyatakan bahwa fluktuasi
harga suatu komoditi berkaitan erat dengan as-si’r, bukanats-tsaman.

Para ulama fiqh membagi as-sir itu kepada dua macam, yaitu:

a. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang.
Dalam harga seperti itu, para pedagang bebas menjual barangnya sesuai dengan
harga yang wajar, dengan mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam
harga yang berlaku secara alami ini, tidak boleh campur tangan, karena campur
tangan pemerintah dalam kasus seperti ini boleh membatasi hak parapedagang.
b. Harga suatu komoditi yang di tetapkan pemerintah setelah mempertrimbangkan
modal dan keuntungan bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat.
Penetapan harga dari pemerintah ini di sebut dengan at-tas’iral-jabari.

Menurut Abd al-karim Usman, pakar Fiqh dari Mesir, dalam perilaku ekonomi,
harga suatu komoditi akan stabil apabila stock barang tersedia barang di pasar, karena
15
antara penyediaan barang dan dengan permintaan konsumen terdapat keseimbangan.
Akan tetapi, apabila barang yang tersedia sedikit, sedangkan permintaaan konsumen
banyak, maka dalam hal ini akan terjadi fluktuasi harga. Dalam keadaan yang di sebutkan
terakhir ini, menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam masalah harga
itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu adalah pemerintah berupaya menyediakan
komoditi di maksud dan menyesuaikannya dengan permintaan pasar. Sebaliknya, apabila
stock barang banyak di pasar, tetapi harga tetap melonjak naik, maka pihak pemerintah
perlu melakukan pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan harga ini di sebabkan ulah
para pedagang. Misalnya dengan melakukan penimbunan barang dengan tujuan
menjualnya setelah melonjaknya harga (ikhtikar), maka dalam kasus seperti ini
pemerintah berhak untuk menetapkan harga penetapan harga ini, dan fiqh, di sebut
dengan at-tas’ir al-jabari.

Konsep harga islam juga banyak menjadi daya tarik bagi para pemikir Islam
dengan menggunakan kondisi ekonomi di sekitarnya dan pada massanya, pemikir
tersebut adalah sebagai berikut ;

a. Konsep Harga AbuYusuf

Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun al- Rasyid. Ia menulis
buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam yang berjudul Kitab al-Kharaj. Dan
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar.
Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan
perubahan harga. Beliau juga yang mengajukan pertama kali tentang teori permintaan dan
persediaan (demandand supplay) dan pengaruhnya terhadap harga. Fenomena yang
terjadi pada masa Abu Yusuf adalah, ketika terjadi kelangkaan barang maka harga
cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang tersebut melimpah, maka harga
cenderung untuk turun atau lebih rendah. Abu Yusuf mengatakan: “Tidak ada batasan
tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang
mengaturnya. Prisipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya
makanan, demikian juga dengan mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan.
Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Kadangkadang makanan sangat sedikit
tetapi murah.”

16
Pandangan Abu Yusuf di atas menunjukkan adanya hubungan negatif antara
persediaan (supply) dengan harga. Hal ini adalah benar bahwa harga itu tidak tergantung
pada supply itu sendiri, oleh karena itu berkurangnya atau bertambahnya harga semata-
mata tidak berhubungan dengan bertambah atau berkurangnya dalam penawaran Dalam
hal ini, Abu Yusuf tampaknya menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik
antara permintaan dengan harga. Pada kenyataannya harga tidak tergantung pada
penawaran saja tetapi juga permintaan. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain
yang mempengaruhi akan tetapi beliau tidak menjelaskan secara rinci.

Dalam analisis ekonomi pada masalah pengendalian harga (tas’ir). Abu Yusuf
menentang penguasa yang menetapkan harga. Menurutnya harga merupakan ketentuan
Allah. Maksudnya adalah harga akan terbentuk sesuai dengan hukum alam yang berlaku
disuatu tempat dan waktu tertentu sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga
itu sendiri. Pendapat Abu Yusuf ini relevan pada pasar persaingan sempurna dimana
banyak penjual dan banyak pembeli sehingga harga ditentukan olehpasar.

b. Konsep Harga AlGhazali

Perhatiannya di bidang ekonomi terkandung dalam ilmu fiqhnya karena pada


hakikatnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqh Islam. Pemikiran sosio
ekonomi Al Ghazali berakar pada sebuah konsep yang dia sebut sebagai “fungsi
kesejahteraan sosial Islami”. Tema yang menjadi pangkal seluruh karyanya adalah
konsep maslahat atau kesejahteraan bersama sosial atau utilitas (kebaikan bersama),
yakni sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas manusia dan membuat kaitan erat
antara individu dengan masyarakat. Proses evolusi pasar merupakan teori yang
dikemukakan oleh Al Ghazali.

Al Ghazali dengan nama lengkapnya Abu Hamid Al Ghazali sebagai ahli tasawuf
mengajukan pandangan dan mulai berpikir tentang pasar. Pandangannya ia jabarkan
dengan rinci, bahwa peran aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya
bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al Ghazali merupakan bagian
dari “keteraturan alami” (natural order). Menurut Al-Ghazali hukum alam adalah segala
sesuatu, yakni sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling
memuaskan kebutuhan ekonomi. Begitu pula dengan pendapat Al Ghazali mengenai

17
pasar merupakan keteraturan alami(naturalorder), yaitu harga di pasar akan terbentuk
secara alami sesuai dengan faktor- faktor yang mempengaruhi harga, dan pendapat Al
Ghazali ini lebih cocok pada pasar persaingan sempurna.

Al -Ghazali menjelaskan secara eksplisit mengenai perdagangan regional, bahwa:


“Praktek-praktek ini terjadi di berbagai kota dan negara. Orang-orang yang melakukan
perjalanan ke berbagai tempat untuk mendapatkan alat-alat dan makanan dan
membawanya ke tempat lain. Urusan ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-
kota yang mungkin tidak mempunyai alat-alat yang dibutuhkan, dan ke desa-desa yang
mungkin tidak memiliki semua bahan makanan yang dibutuhkan. Keadaan inilah yang
pada gilirannya menimbulkan kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas pedagang
regional dalam masyarakat. Motifnya tentu saja mencari keuntungan. Para pedagang ini
bekerja keras memenuhi kebutuhan orang lain dan mendapatkan keuntungan dan makan
oleh orang lain juga”

Walaupun Al Ghazali tidak menjelaskan konsep permintaan dan penawaran dalam


terminologi modern. Terdapat banyak bagian dari buku-bukunya yang berbicara
mengenai harga yang berlaku, seperti yang ditentukan oleh praktik-praktik pasar, sebuah
konsep ini kemudian dikenal sebagi al-tsaman al-adl (harga yang adil) dikalangan
ilmuwan Muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan) dikalangan ilmuwan
Eropa kontemporer. Sejalan dengan konsep permintaan dan penawaran, menurutnya
untuk kurva penawaran “ naik dari kiri naik ke bawah kanan atas” dinyatakan sebagai “
jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya, maka ia akan menjual pada harga
yang lebih murah”.

Sementara untuk kurva permintaan yang ”turun dari kiri atas ke kanan bawah”
dijelaskan sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan” Seperti
halnya pemikir lain pada masanya, Al Ghazali juga berbicara tentang harga yang
biasanya langsung dihubungkan dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas
dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al Ghazali keuntungan adalah kompensasi
dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis, dan ancaman diri keselamatan si pedagang.
Walaupun ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih untuk menjadi motivasi
pedagang bagi Al Ghazali keuntungan sesungguhnya adalah keuntungan di akhirat kelak.
18
Adapun keuntungan normal merutnya adalah berkisar antara 5 sampai 10 persen dari
hargabarang.

c. Konsep Harga IbnuKhaldun

Dalam karyanya yang berjudul al muqoddimah pada bab yang berjudul “harga di
kota-kota” ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan pokok dan mewah.
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah
banyak, maka harga-harg kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas pengadaannya.
Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk
barang-barang mewah, permintaannya akan menigkat sejalan dengan berkembangnya
kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah akan meningkat. Bagi
Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran. Pengecualian
satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar
moneter. Semua barang-barang lain terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar.
Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang
berlimpah maka harganya akan rendah. Mekanisme penawaran dan permintaan dalam
menentukan harga keseimbangan menrut Ibnu Khaldun, ia menjabarkan pengaruh
persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah
itu pada sisi penawaran, ia menjelaskan pula pangaruh meningkatnya biaya produksi
karena pajak dan pungutan- pungutan lainnya di kota tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa Ibnu Khaldun, sebagaimana Ibnu Taimiyah telah mengidentifikasi kekuatan
permintaan dan penawaran sebagai penentu harga keseimbangan. Ibnu Khaldun
kemudian mengatakan bahwa keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya
perdagangan, sedangkan keuntungan yang sangat rendah akan membuat lesu perdagangan
karena pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya, jika pedagang mengambil keuntungan
sangat tinggi, juga akan membuat lesu perdagangan karena lemahnya permintaan
konsumen. Pendapat Ibnu Khaldun juga sama dengan pendapat tokoh-tokoh di atas,
hanya yang membedakan dengan tokoh di atas adalah sudut pandang. Karena secara
eksplisit Ibnu Khaldun menjelaskan jenis-jenis biaya yang membentuk penawaran dan
Ibnu Khaldun lebih fokus menjelaskan fenomena yangterjadi.

Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang di relakan dalam akad, baik

19
lebih sedikt, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga di jadikan
penukar barang yang di ridhai oleh kedua bilah pihak yang akad.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena membayar


harga yang lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar. Atau selisih antara jumlah
yang konsumen sedia bayarkan dengan yang harus dibayar. Surplus produsen merupakan
keuntungan yang diperoleh produsen karena memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga
produsen bersedia untuk menjual. Atau selisih antara jumlah yang diterima dengan yang
mereka harapkan untuk dibayar.

Konsumen dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: Kelompok konsumen


supermarginal, Kelompok konsumen marginal, dan Kelompok konsumen submarginal.
Untuk kelompok produsen dibagi dalam tiga kelompok yaitu Kelompok penjual
supermarginal, Kelompok penjual marginal, dan Kelompok penjual submarginal.

Konsumen mendapatkan surplus bila harga yang diperkirakannya lebih tinggi dari
harga keseimbangan pasar. Besarnya surplus bergantung pada berapa banyak jumlah
kuantitas yang akan dibeli di kalikan dengan selisih harga. Produsen akan mendapatkan
surplus jika harga jual produknya lebih rendah dari harga yang mampu dibeli oleh
konsumen dalam kondisi keseimbangan pasar.

Kebijakan harga terendah disebut kebijakan harga minimum (floor price) yaitu
kebijakan harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen. Ceiling Price adalah
batas maksimum harga penjualan oleh produsen. Tujuan penetapan harga tertinggi adalah
agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang daya belinya kurang.

Penjualan atas suatu produk biasanya di kenakan pajak oleh pemerintah. Jika produk
tersebut di kenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan pasar atas

21
produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Hal ini dikarenakan bahwa
podusen biasanya mengalihkan tanggungan pajaknya sebagian kepada konsumen yang akan
membeli produk tersebut.

Jika pemerintah memberikan subsidi atas suatu produk tertentu, harga yang di bayar
oleh konsumen akan turun, sedangkan jumlah yang diminta atas produk tersebut akan
bertambah. Secara geometri, penurunan harga ini adalah pergeseran kurva penawaran
sejauh s per unit.

Tas’ir secara etimologi kata at-tas ir seakar dengan kata as-sir’r yang bearti
penetapan harga. Para ulama fiqh membagi as-sir itu kepada dua macam, yaitu Harga yang
berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang dan Harga suatu
komoditi yang di tetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan
bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat

22
DAFTAR PUSTAKA

M. Ridwan, Isnaini Harahap, Yusrizal. Ekonomi Pengantar Mikro & Makro


Islam. (Bandung: Citapustaka Media, 2013)
Hj. Immas Nurhayati. Pengantar Ekonomi Mikro (Depok : Khalifah Mediatama,
2016)
Huda, Nurul, Ekonomi Makro Islam. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2008)
Kusumawardani, I.S., Gumila, I. , & Rostini, I. (2012). Analisis Surplus
Konsumen dan Surplus Produsen Ikan Segar di Kota Bandung (Studi Kasus di
Pasar Induk Caringin) Vol. 3, No.4, Desember 2012.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro
ekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga. (Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008)

23

Anda mungkin juga menyukai