Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENERIMAAN, PENAWARAN, &


KESEJAHERAAN PASAR ”
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu:Liberty, SE, MA.

Kelompok 6 & 7
1. Ariyadi (2203021006)
2. Cahyani Wulandari (2203020005)
3. Elis Yalil Yanti Citra (2203021008)
4. M. Fajar Rizky Heryanto (2203020022)
5. Nindy Latifatuniswa (2203021016)
6. Shila Aprilia (2203020033)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi “penerimaan,


penawaran, & kesejahteraan pasar”. Materi-materi bertujuan agar
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam
mempelajari mata kuliah Ekonomi Mikro. Mudah-mudahan dengan
mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan mampu
mengamalkan isi dari makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................
D. Manfaat Penulisan.........................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
A. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen..................................
B. Konsep pengendalian harga (Ceiling Price, Floor Price)...........
C. Pajak Dan Subsidi..........................................................................
D. Tas’ir (penetapan harga dalam islam).........................................

BAB III PENUTUP...............................................................................


E. Kesimpulan.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ekonomi mikro menjelaskan sebuah pengambilan
keputusan dalam setiap unit ekonomi. Pandangan ekonomi islam
terhadap permintaan, penawaran ini relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan batasan dari hukum islam
untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam
ekonomi islam, norma dan moral islami yang merupakan prinsip
islam dalam berekonomi merupakan faktor yang menentukan
suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan
ekonominya.
Dalam ilmu ekonomi sehari hari terdapat permintaan (demand)
dan penawaran (supply) yang saling mempengaruhi satu sama lain
antara pembeli dan penjual di pasar. Pada zaman sekarang ini
orang menganggap bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang hanya
dimulai dan diakhiri dengan hukum permintaan dan penawaran.
Tentu saja anggapan ini terlalu mengandalkan ilmu ekonomi
sebagai ilmu yang sangat sederhana. Namun sebenarnya hukum
yang dikenal dengan hukum penawaran dan permintaan memang
merupakan bagian yang terpenting dalam pemahaman kita
mengenai pasar. Dimana permintaan adalah jumlah barang yang
diminta pada jumlah dalam waktu tertentu, sedangkan penawaran
adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan
oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud Surplus konsumen dan produsen?
2. Bagaimana konsep pengendalian harga (Celling price, Floor
price)
3. Bagaimana pengaruh pajak dan subsidi terhadap
keseimbangan pasar
4. Bagaimana konsep penetapan harga menurut perspektif islam
(tas'ir) ?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Surplus konsumen dan Produsen
2. Untuk mengetahui konsep pengendalian harga
3. Untuk mengetahui pengaruh pajak dan subsidi terhadap
keseimbangan pasar
4. Untuk mengetahui penetapan harga menurut perspektif
islam(ta`sir)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen


Surplus adalah keuntungan atas kelebihan yang diperkirakan.
Surplus konsumen yaitu kelebihan atau perbedaan antara kepuasan
total atau total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati
konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual
untuk sebuah barang dikurangi dengan biaya produksi barang
tersebut. Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kuantitas
antara penjual dan pembeli maka keseimbangan akan terjadi. 1 Surplus
produsen yaitu selisih harga terendah, dimana produsen siap menjual
barang sesuai harga. Surplus produsen menjelaskan harga jual yang
diterima produsen lebih besar dari harga mereka yang bersedia untuk
menerimanya.2
Konsumen dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok konsumen supermarginal, yaitu konsumen yang
kemampuan belinya di atas rata-rata harga pasar. Konsumen
ini menganggap bahwa membeli adalah salah satu bagian dari
pamer kekayaan.
2. Kelompok konsumen marginal, yaitu konsumen yang
kemampuan belinya sama dengan harga pasar. Kelompok ini
adalah konsumen yang palin rasional.
3. Kelompok konsumen submarginal, yaitu konsumen yang
kemampuan belinya di bawah harga pasar. Konsumen ini
adalah yang paling realistis dalam membelanjakan uangnya.

Kelompok produsen dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

1
Kusunmawardani, Gumila, and Rostini, “ANALISIS SURPLUS KONSUMEN DAN
SURPLUS PRODUSEN IKAN SEGAR DIKOA BANDUNG,” hal 143.
2
Beni and Manggu, “ANALISIS SURPLUS PRODUSEN DAN KONSUMEN
SAYURAN LOKAL DI PASAR TERATAI BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT.”
1. Kelompok penjual supermarginal, yaitu penjual yang berani
menjual produknya di bawah harga pasar. Produsen ini
memproduksi komoditi 39 sebanyak-banyaknya lalu
menjualnya dengan harga yang semurah-murahnya tapi masih
menguntungkan.
2. Kelompok penjual marginal, yaitu produsen yang hanya
mampu menjual produknya sama dengan harga pasar.
3. Kelompok penjual submarginal, yaitu kelompok produsen
yang sanggup menjual produknya di atas harga pasar.3

B. Konsep pengendalian harga (Ceiling Price, Floor Price)


1. Floor Price
Kebijakan harga terendah disebut kebijakan harga minimum
(floor price) yaitu kebijakan harga terendah bagi suatu komoditi
yang dijual produsen. Harga terendah yang dilakukan pemerintah
biasanya adalah harga yang pada tingkat tertentu produsen telah
mengalami keuntungan. Kebijakan ini menetapkan harga pada
suatu tingkat diatas harga pasar. Hal ini dilakukan biasanya untuk
meindungi produsen dari harga yang terlalu rendah sehingga tidak
memperoleh margin keuntungan yang memadai (bahkan merugi).4
Kebijakan harga tersebut tentunya akan berdampak pada
penerimaan petani sebagai produsen dan konsumen sebagai
pengguna produk pertanian yang diukur sebagai surplus produsen
maupun konsumen. Untuk mencapai tujuan perlindungan bagi
produsen maupun konsumen, maka kebijakan harga harus bersifat
mengikat (binding) walaupun akan berdampak terjadinya surplus
maupun shortage.5

2. Ceiling Price

3
Iskandar Putong, “PENGANTAR MIKRO DAN MAKRO,” hal 74-75.
4
M.Nur Rianto Al Arif and Euis Amalia, “TEORI MIKRO EKONOMI,” hal 289.
5
Wicaksena, “Analisis Rentang Harga Gula Kristal Rafinasi Pada Pasar Lelang
Komoditas Dengan Pendekatan Harga Paritas,” hal 172.
Harga Jual dalam kamus lengkap Ekonomi (1997:297) adalah
harga pada waktu menjual. Harga Jual adalah harga yang
diperoleh dari penjumlahan biaya produksi total ditambah dengan
mark up yang digunakan untuk menutup biaya overhead pabrik
perusahaan.
Menurut Gregory Lewis (1994:5) harga jual adalah sejumlah
uang yang bersedia dibayar oleh pembeli dan bersedia diterima
oleh penjual. Menurut Soemarso SR (1990:12) Harga jual adalah
nilai yang tercermin dalam daftar harga, harga eceran, dan harga
adalah nilai akhir yang diterima oleh perusahaan sebagai
pendapatan atan net price.
Menurut Basu Swastha (1984:14) harga jual merupakan
penjumlahan dari harga pokok barang yang dijual, biaya
administrasi, biaya penjualan, serta keuntungan yang diinginkan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga
jual yang dimaksud adalah nilai akhir barang yang merupakan
penjumlahan dari biayabiaya produksi dan biaya lain untuk
memproduksi suatu barang ditambah dengan sejumlah keuntungan
yang diinginkan.6

C. Pajak Dan Subsidi


1. Pengertian Pajak Dan Subsidi
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

UndangUndang (28), 2007. Terdapat jenis- jenis pajak antara


lain:
6
Slamet, “PENGARUH PERKIRAAN BIAYA PRODUKSI DAN LABA YANG
DIINGINKAN TERHADAP HARGA JUAL PADA INDUSTRI KECIL GENTENG PRES,”
hal 46.
a. pajak penghasilan (PPH)
b. pajak bumi dan bangunan (PBB)
c. pajak pertambahan nilai (PPN).

Menurut Mardiasmo dalam (T. Tirada & Patric Walandouw,


2013), menyatakan bahwa sesuai dengan sebutannya pajak
penghasilan dikenakan atas penghasilan. Pajak penghasilan
merupakan salah satu jenis pajak pusat yang objeknya adalah
penghasilan. Pajak penghasilan dikenakan terhadap wajib pajak
yaitu apabila terpenuhi syarat subjektif dan syarat subyektif
sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Undang-Undang bahwa Pajak Bumi dan Bangunan
adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi atau tanah dan
atau bangunan keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.
Menurut Aji Suryo bahwa pajak yang dikenakan atau
dibebankan atas bumi dan bangunan. Dari dua pendapat ahli diatas
dapat disimpulkan pajak bumidan bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas bumi dan bangunan, sementara besarnya pajak
ditentukan oleh keadaan dari objek yaitu bumi atau tanah dan atau
bangunan. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan
atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak
(JKP) yang dihasilkan, diserahkan serta dikonsumsi di dalam
daerah Pabean baik konsumsi barang maupun jasa yang dilakukan
oleh pengusaha kena pajak.
Menurut M. Djafar bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah
merupakan satu di antara dua jenis pajak yang diatur dalam UU
PPN.
Subsidi adalah bantuan uang atau komoditas pada suatu
yayasan, perkumpulan atau masyarakat yang umumnya diberikan
oleh pihak pemerintah. Dengan adanya subsidi yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat akan menyebabkan ongkos
produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih rendah
dari pada ongkos produksi sebelum adanya atau tanpa adanya
subsidi.
Menurut Dani Iskandar dkk, pengertian subsidi adalah bantuan
yang diberikan pemerintah kepada produsen sehingga harga yang
ditawarkan sesuai dengan keinginan pemerintah dengan harga
lebih murah daripada harga semula.7

D. Tas’ir (penetapan harga dalam islam)


Kata tas’ir berasal dari kata sa’ara-yas’aru-sa’ran yang artinya
menyalakan. Secara etimologi kata at-tas’ir seakar dengan kata as-
si’r yang berarti penetapan harga. Kata assi’r ini digunakan di
pasar untuk menyebut harga (di pasar) sebagai penyerupaan
terhadap aktivitas penyalaan api, seakan menyalakan nilai (harga)
bagi sesuatu. Dikatakan, sa’arat asy-syaa tasîran, artinya
menetapkan harga sesuatu yang merupakan titik
berhenti tawarmenawar. Jika dikatakan, as’arû wa sa’arû, artinya
mereka telah bersepakat atas suatu harga tertentu.Oleh karena itu,
tas‘îr secara bahasa berarti taqdîr as-si‘ri
(penetapan/penentuan harga).8

7
Fikri, “ANALISIS PENERAPAN MATEMATIKA PADA ILMU EKONOMI FUNGSI
PAJAK DAN SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR,” hal 4-5.

8
Qusthoniah, “TAS’IR ALJABARI (PENETAPAN HARGA OLEH NEGARA) DALAM
KORIDOR FIQH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN REALITAS EKONOMI,” hal 82.
1. Hukum Tas’ir dalam Fiqih Islam
Para Fuqaha terbelah menjadi dua pendapat. Pertama, al-tas’ir
hukumnya haram dan ini merupakan pendapat jumhur.Sayyid
Sabiq mengutarakan, bahwa pembatasan (penetapan) harga dapat
mengakibatkan tersembunyinya barang-barang, hal mana
membuat barang menjadi mahal. Meningginya harga berarti
menyusahkan orang-orang miskin, dikarenakan daya beli mereka
yang menurun. Sementara orang kaya dapat membeli barang dari
pasar gelap yang penuh dengan tipu daya. Hal ini semua
menyebabkan tidak terwujudnya kemaslahatan pada Masyarakat.
Kedua, at-tas’ir diperbolehkan, akan tetapi pembolehan ini
tidak secara mutlak. Menurut Hanafiyah, diperbolehkan tas’ir
apabila terjadi kenaikan harga-harga barang, yang mana
kenaikannya melewati batas kewajaran. Sedangkan menurut
Malikiyah, al-Tas’ir ada dua bentuk, diperbolehkan al-tas’ir
apabila sebagian penjual menurunkan harga barang, maka tas’ir
pada bentuk ini diperbolehkan agar penjual yang menurunkan
harga tersebut menyesuaikan dengan harga pedagang kebanyakan.
Ini bentuk pertama menurut Malikiyah.
Bentuk kedua dari tas’ir adalah membatasi para pedagang
dengan harga tertentu, sehingga mereka tidak boleh menjual
melebihi harga yang telah ditetapkan. Maka bentuk ini
diperbolehkan juga menurut Malikiyah dalam riwayat Asyhab dari
Malik, walaupun Al-Afdhal menurutnya adalah meninggalkannya
(tarakahu). Menurut Syafi’iyah, diperbolehkan tas’ir pada saat
kekeringan atau saat manusia sedang dalam kesusahan.9

9
Baharuddin, “TAS’IR (PRICE FIXING) DALAM PERSPEKTIF MAQASHID AL-
SYARI’AH,” Hal 144.
2. Pembagian
Para ulama fiqh membagi tas’ir kepada dua macam, yaitu:
a. Pertama, harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan
dan ulah para pedagang. Harga seperti ini, para pedagang bebas
menjual barangnya sesuai dengan harga yang wajar, dengan
mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam harga
yang berlaku secara alami ini, tidak boleh campur tangan,
karena campur tangan pemerintah dalam kasus seperti ini akan
membatasi hak para pedagang.
b. Kedua, harga suatu komoditi yang ditetapkan pemerintah
setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan bagi para
pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat. Penetapan harga
dari pemerintah ini disebut dengan at-tas’ir al-jabari. Menurut
Abd. Karim Ustman, pakar fiqh dari Mesir, dalam perilaku
ekonomi, harga suatu komoditi akan stabil apabila stok barang
tersedia banyak di pasar, karena antara penyediaan barang dan
dengan permintaan konsumen terdapat keseimbangan. Akan
tetapi, apabila barang yang tersedia sedikit, sedangkan
permintaan konsumen banyak, maka dalam hal ini akan terjadi
fluktuasi harga. Dalam keadaan yang disebutkan terakhir ini,
menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
masalah harga itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu
adalah pemerintah berupaya menyediakan komoditi dimaksud
dan menyesuaikannya dengan permintaan pasar. Sebaliknya,
apabila stok barang cukup banyak di pasar, tetapi harga
melonjak naik, maka pihak pemerintah perlu melakukan
pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan harga ini disebabkan
ulah para pedagang, misalnya dengan melakukan penimbunan
dengan tujuan menjualnya setelah melonjaknya harga (ihtikar),
maka kasus seperti ini pemerintah berhak untuk menetapkan
harga. Penetapan harga dalam fiqh disebut dengan at-tas’ir al-
jabari.10

3. Menurut Abdul Mannan untuk menjaga tingkat harga kebutuhan


pokok agar bisa dijangkau orang kebanyakan dan para pekerja,
suatu negara harus menentukan kebijakan tindakan jangka pendek
yang terdiri atas:
a. Berkaitan dengan hasil bumi untuk perdagangan diupayakan
agar para petani memperoleh harga layak dari hasilnya.
b. Pembagian bahan pangan dan pengadaan barang konsumsi
yang perlu disubsidi.
c. Menyelenggarakan musyawarah anatara konsumen dan
produsen (pembeli dan penjual) di bawah perlindungan negara
untuk mensosialisasikan kepada mereka bagaimana sistem
transaksi yang Islami.

Adapun tindakan untuk jangka panjang yakni:


a. Perlu membentuk suatu badan yang dapat menetapkan harga
yang layak dengan kekuasaan tertinggi terdiri dari wakil-wakil
para produsen (penjual), konsumen (pembeli), ahli pemerintah,
dan ahli hukum Islam.
b. Membentuk jaringan kooperatif konsumen (pembeli) di seluruh
negeri dengan perlindungan negara.
c. Menyusun perencanaan konsumsi yang kompherensif dalam
kerangka perencanaan negara.11

10
Qusthoniah, “TAS’IR ALJABARI (PENETAPAN HARGA OLEH NEGARA) DALAM
KORIDOR FIQH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN REALITAS EKONOMI,” hal 86.
11
Wahyu, “PEMIKIRAN EKONOMI IBNU QAYYIM TENTANG KONSEP TAS’IR,” hal
242.
BAB III
PENUTUP

E. KESIMPULAN
Dalam ekonomi islam, norma dan moral islami yang
merupakan prinsip islam dalam berekonomi merupakan faktor
yang menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam
melakukan kegiatan ekonominya. Dimana permintaan adalah
jumlah barang yang diminta pada jumlah dalam waktu tertentu,
sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang
tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen
pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Didin. “TAS’IR (PRICE FIXING) DALAM PERSPEKTIF


MAQASHID AL-SYARI’AH,” no. 2 (2017).
Beni, Sabinus, and Blasius Manggu. “ANALISIS SURPLUS
PRODUSEN DAN KONSUMEN SAYURAN LOKAL DI
PASAR TERATAI BENGKAYANG KALIMANTAN
BARAT.” . . Volume 6 (n.d.).
Fikri, Ahmad Jamiluddin dkk. “ANALISIS PENERAPAN
MATEMATIKA PADA ILMU EKONOMI FUNGSI PAJAK
DAN SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR” 1, no.
2 (September 2021).
Iskandar Putong. “PENGANTAR MIKRO DAN MAKRO.” Mitra
Wacana Media, 2013.
Kusunmawardani, Ickman Santi, Iwang Gumila, and Iis Rostini.
“ANALISIS SURPLUS KONSUMEN DAN SURPLUS
PRODUSEN IKAN SEGAR DIKOA BANDUNG” 3, no. 4
(Desember 2012).
M.Nur Rianto Al Arif, and Euis Amalia. “TEORI MIKRO EKONOMI.”
Kencana Premamedia Group, 2014.
Qusthoniah. “TAS’IR ALJABARI (PENETAPAN HARGA OLEH
NEGARA) DALAM KORIDOR FIQH DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN REALITAS EKONOMI” 2, no. 2
(OKTOBER 2014).
Slamet, Achmad. “PENGARUH PERKIRAAN BIAYA PRODUKSI
DAN LABA YANG DIINGINKAN TERHADAP HARGA JUAL
PADA INDUSTRI KECIL GENTENG PRES” 11, no. 2 (2002).
Wahyu, A. Rio Makkulau. “PEMIKIRAN EKONOMI IBNU QAYYIM
TENTANG KONSEP TAS’IR.” DIKTUM: Jurnal Syariah dan
Hukum 16, no. 2 (December 5, 2018): 230–63.
https://doi.org/10.35905/diktum.v16i2.620.
Wicaksena, Bagus. “Analisis Rentang Harga Gula Kristal Rafinasi Pada
Pasar Lelang Komoditas Dengan Pendekatan Harga Paritas.”
Jurnal Borneo Administrator 13, no. 2 (January 23, 2018): 169–
84. https://doi.org/10.24258/jba.v13i2.312.

Anda mungkin juga menyukai