Anda di halaman 1dari 17

Surplus Produsen dan Konsumen, Ceiling Price dan

Floor Price, serta Keterkaitan Pajak dan Subsidi


dengan Harga Keseimbangan

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1.Abdus Salim (3021811031)


2.Alvi Pradanita Zahri (3021811034)
3.Vinola Christiani (3021811025)
4.Wirdayanti (3021811028)
Kelas 18MN1
Teori Ekonomi Mikro

Universitas Bangka Belitung


Fakultas Ekonomi

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Ekonomi Mikro yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan tentang surplus produsen dan konsumen, ceiling price dan floor
price, serta pajak dan subsidi yang dikaitkan dengan harga keseimbangan.

Makalah ini disusun untuk dijadikan pembelajaran Teori Ekonomi Mikro, maka dari
itu rangkaian-rangkaian materi ini diharapkan dapat membantu para pembaca menambah
pengetahuan dan pengalaman.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Surplus Produsen dan Konsumen ............................................................................................. 2
2.2 Ceiling Price dan Floor Price ..................................................................................................... 5
2.3 Keterkaitan Pajak dan Subsidi dengan Harga Keseimbangan ........................................ 7
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemecahan masalah bagaimana suatu perusahaan mengatur suatu kegiatan operasi
produksi agar dapat meningkatkan keuntungan adalah bukan pekerjaan yang mudah.
Perusahaan memerlukan sejumlah teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam
membaca situasi dalam kegiatan produksi,situasi pasar untuk menetapkan harga yang
tepat dan wajar dan harga yang sanggup dibayar oleh konsumen.hal inilah yang
sebagai dasar pemahaman bagaimana surplus perusahaan terbentuk dari aktivitas-
aktivitas operasi produksi perusahaan yang mempengaruhi tingkat harga yang
ditetapkan seminimal mungkin dan aktivitas-aktivitas pasar yang membentuk
keseimbangan pasar dan pada akhirnya mampu mengantarkan perusahaan dalam
meraih keuntungan yang maksimum.
Surplus konsumen didefinisikan sebagai perbedaan antar jumlah uang yang
sebenarnya dibayarkan oleh konsumen dengan jumlah uang yang bersedia dibayarkan
daripada ia tidak memiliki barang tersebut. Surplus produsen disebut pula sebagai sewa
ekonomi(economic rent), jika diasumsikan bahwa biaya tetap tidak diperhitungkan.
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan total dalam masyarakat diperoleh dari
penjumlahan antara surplus konsumen dan surplus produsen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian surplus produsen dan konsumen?
2. Apa pengertian ceiling price dan floor price?
3. Bagaimana contoh implementasi ceiling price dan floor price?
4. Bagaimana pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi dan melengkapi tugas ekonomi mikro yang bermuatan
softskill.
2. untuk menjelaskan tentang surplus konsumen dan surplus produsen.
3. Untuk mengetahui apa itu floor price,ceiling price.
4. Menjelaskan dampak pajak dan subsidi

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Surplus Produsen dan Konsumen


 Surplus Produsen
Surplus Produsen adalah harga barang yang dijual oleh produsen, dikurangi dengan
biaya produksi barang tersebut. Lebih mudahnya, dapat dikatakan bahwa surplus produsen
merupakan ukuran keuntungan yang diperoleh oleh produsen dalam menjual produknya.
 Jenis–Jenis Kelompok Produsen (perusahaan)
Kelompok produsen dapat dibagi dalam tiga kelompok sehubungan dengan
kemampuan menjualnya, yaitu:
1. Penjual Supermarginal
Penjual supermarginal adalah penjual yang berani menjual produknya di bawah
harga pasar. Produsen ini menggunakan konsep dan falsafah produksi dalam pemasarannya
yaitu memproduksi barang sebanyak-banyaknya kemudian menjualnya dengan harga yang
semurah-murahnya tapi tetap masih peroleh keuntungan.
2. Penjual Marginal
Penjual marginal adalah produsen yang menjual produknya sama dengan harga
pasar. Biasanya produsen ini hanya menjual produknya di tempat-tempat yang tawar-
menawar tidak diberlakukan, sehingga mereka menyiasatinya dengan memberi label harga
produknya.
3. Penjual Submarginal
Penjual submarginal adalah kelompok penjual yang hanya menjual produknya di
atas harga pasar. Produsen kelompok ini menganggap bahwa produknya sangat eksklusif,
unik, produsennya sangat ternama dan terkenal atau sejenisnya.
Perhatikan gambar berikut!

2
Gambar diatas menunjukan kurva penawaran. Surplus produsen berada diatas kurva
penawaran, dari gambar diatas yang terdapat pada luas wilayah A adalah besarnya surplus
produsen yaitu : nilai yang diterima penjual – Biaya penjual = 30.000 – 20.000 = 10.000.

Gambar 2
Gambar 2 menunjukan yang terjadi jika terjadi kenaikan harga menjadi 60.000.
Surplus produsen sekarang menjadi meningkat. Kenaikan ini terjadi pada, pertama
penjual yang menjual sebanyak Q =1 pada harga 30.000, dan sekarang meningkat menjadi
60.000 tambahan surplus produsennya terdapat pada wilayah B, kedua penjual baru yang
masuk ke pasar yang bersedia menjual barang pada harga baru tersebut sehingga
mengakibatkan terjadinya kenaikan penawaran menjadi Q = 2, Surplus produsen dari
penjual baru ini adalah wilayah C. Jika kita jumlahkan maka total dari surplus produsennya
ialah = surplus penjual pertama+ surplus penjual baru = (60.000-20.000 = 40.000) +
(60.000-30.000 = 30.000) = 70.000. Maka surplus produsennya ialah sebesar 70.000.

 Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah maksimum yang bersedia dibayar
konsumen untuk sebuah barang dengan jumlah sebenarnya yang dibayar konsumen.
Misalnya, seorang mahasiswa bersedia membayar $13 untuk karcis konser rock,
walaupun dia seharusnya hanya membayar $12. Sisa $1 adalah surplus konsumennya. Bila
kita menjumlahkan surplus konsumen dari semua konsumen yang membeli suatu barang,
kita akan memperoleh ukuran surplus konsumen agregat.
Surplus Konsumen agregat 'adalah jumlah surplus konsumen untuk masing-masing
individu konsumen. Hal ini dapat diwakili pada sosok kurva permintaan agregat.
Fungsi permintaan P = f(Q) menunjukkan jumlah sesuatu barang yang akan dibeli
oleh konsumen pada tingkat harga tertentu.
Jika tingkat harga pasar adalah Pe, maka bagi konsumen tertentu yang sebetulnya
mampu dan bersedia membayar dengan harga lebih tinggi dari Pe hal ini merupakan

3
keuntungan baginya, sebab ia cukup membayar barang tadi dengan harga Pe. Keuntungan
lebih semacam inilah yang oleh Alfred Marshall disebut surplus konsumen.
Perhatikan gambar berikut :

Gambar 1
Gambar 1 diatas menunjukan kurva permintaan. Surplus konsumen berada dibawah
kurva permintaan, dari gambar diatas yaitu terdapat pada luas wilayah ABC. Surplus
konsumen menunjukan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mendapatkan harga
yang lebih rendah dari pada nilai barang tersebut untuknya.
Misalnya : Anda adalah seorang konsumen yang ingin membeli sebuah PC baru.
Harga PC yang anda inginkan pada umumya dijual seharga Rp. 4.500.000. Uang yang anda
miliki untuk membeli laptop sama dengan harga tersebut yaitu Rp. 4.500.000. Setelah
mencari info, anda mengetahui bahwa teman masa kecil anda menjual PC seperti yang anda
inginkan, kemudian anda memutuskan untuk membeli PC kepada teman masa kecil anda
tersebut. Ketika anda datang ketempat teman anda, teman anda bersedia menjual lebih
murah keada anda yaitu seharga Rp. 4.000.000,- . Maka dalam kasus ini surplus
konsumennya adalah = Rp. 4.500.000,- - Rp. 4.000.000,- = Rp. 500.000,- . Seperti yang
ditunjukan gambar 2 berikut :

Gambar 2

4
Gambar 2 diatas telah menjukan bagaimana surplus konsumen dari pembelian PC
harga Rp. 4.500.000 menunjukan harga yang rela dibayarkan oleh konsumen, sedangkan
harga Rp. 4.000.000,- menunjukan biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh konsumen,
sehingga surplusnya ialah luas wilayah yang diberi warna merah yaitu Rp. 500.000,- .
Kemudian perhatikan gambar berikut :

Gambar 3
Gambar 3 diatas menunjukan penurunan harga dari P1 ke P2 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan permintaan dari Q1 menjadi Q2, dan surplus konsumen
meningkat yang ditunjukan pada luas wilayah ADF. Kenaikan surplus terjadi karena
konsumen awal yang sekarang membayar lebih murah yaitu ditunjukan wilayah BCDE
(berwarna hijau muda) serta ditambah karena adanya konsumen baru yang membeli dengan
harga murah yang ditunjukan pada luas wilayah CEF.

2.2 Ceiling Price dan Floor Price

A. Ceiling Price

Penetapan harga maksimum merupakan batas tertinggi harga penjualan yang harus
dipatuhi oleh produsen. Kebijakan penetapan harga maksimum ini bertujuan untuk
melindungi konsumen, agar konsumen dapat menikmati harga yang tidak terlalu tinggi.
Jika harga suatu barang dianggap terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh
masyarakat, maka pemerintah dapat menetapkan harga maksimum atau biasa disebut
5
Harga Eceran Tertinggi ( HET ) atau ceiling price. Maksud HET adalah bahwa suatu
barang tidak boleh dijual dengan harga lebih tinggi daripada yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Jika HET ditetapkan sama dengan atau lebih tinggi daripada harga keseimbangan
sebagaimana ditetentukan oleh supply dan demand di pasaran, maka penetapan harga ini
tidak banyak pengaruhnya, dan hanya sekadar untuk mencegah para penjual menaikkan
harga lebih
daripada batas yang ditetapkan itu. Tetapi bila HET itu lebih rendah daripada harga
keseimbangan, akan timbul berbagai persoalan.
Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan antara supply dan demand adalah
Rp 3000. Harga ini dipandang terlalu tinggi. Maka pemerintah menetapkan HET sebanyak
Rp 2.000, agar barang dapat dibeli oleh masyarakat. Tetapi pada harga Rp 2.000 ini Qd
>Qs. Jumlah yang mau dibeli 30, sedangkan jumlah yang mau dijual pada harga itu hanya
15. jadi ada kekurangan. Kekurangan ini dapat menimbulkan pasar gelap sebab untuk
memperoleh jumlah sebanyak 15 tersebut para pembeli bersedia membayar sampai Rp
3.500.
Seandainya jumlah 15 ini dijual di pasar bebas, maka akan bisa mencapai harga Rp
3.500. Tetapi HET yang ditetapkan oleh pemerintah hanya Rp 2.000. Inilah yang
menimbulkan pasar gelap, barang dijual secara gelap dengan harga di atas HET yang
ditetapkan oleh pemerintah. Cara ini hanya menguntungkan pedagang, sedang masyarakat
yang membutuhkan barang tidak kebagian.
Persoalan yang timbul bila HET ditetapkan lebih rendah daripada harga
keseimbangan pasar adalah bahwa pada harga HET itu jumlah yang mau dibeli lebih besar
daripada jumlah yang mau dijual ( Qd > Qs ) sehingga timbul kekurangan suplai.

 Contoh Implementasi Harga Tertinggi


Kita pastinya sudah seringkali mendengar harga tertinggi atau harga batas atas dari
berbagai media cetak maupun elektronik. Berikut ini adalah contoh-contoh ketika
pemerintah mengintervensi pasar menggunakan harga tertinggi:
Subsidi BBM: harga BBM di Indonesia ditentukan oleh pemerintah sehingga SPBU
tidak dapat mengubah harga BBM sesuai mekanisme pasar. Hal ini membuat kelebihan
permintaan yang mengakibatkan kelangkaan karena penawaran tidak dapat mencukupi
permintaan pembeli.
Harga batas atas taksi online: pemerintah menetapkan harga tertinggi agar konsumen
mampu membayar harga taksi online. Namun tentu saja harga batas atas ini tidak
berpengaruh karena harga keseimbangan berada di bawah harga batas atas. Kasus ini adalah
polemik yang masih hangat di tahun 2017 ini.
Harga batas atas pesawat: pemerintah menetapkan harga tertinggi agar maskapai tidak
seenaknya menaikkan harga diluar kewajaran ketika high-season (misalnya ketika masa
mudik lebaran).

6
B. Floor Price

Harga dasar merupakan tingkat harga minimum yang diberlakukan pemerintah.


Penetapan harga dasar ini bertujuan untuk melindungi produsen, karena dirasakan harga
pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah sehingga pendapatan para produsen
terancam. Untuk melindungi para produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan
menetapkan harga minimum atau Harga Eceran Terendah. Harga minimum ini lebih tinggi
daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan disebut Harga Dasar ( Floor Price
).
Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan hanya mencapai Rp 2.000. Harga
ini dianggap terlalu rendah. Maka pemerintah menetapkan harga teredah Rp 3.000.
Dengan demikian, pendapatan para produsen tidak terlalu minim. Tetapi, pada harga Rp
3.000 ini ternyata timbul suatu surplus, karena Qs > Qd. Terhadap adanya surplus,
mungkin pemerintah akan membelinya untuk disimpan sebagai stock atau untuk dijual ke
luar negeri. Hanya dengan jalan demikian penawaran tidak berkurang.

 Contoh Implementasi Harga Dasar


Kita pastinya sudah seringkali mendengar harga dasar, harga terendah, atau harga
batas bawah dari berbagai media cetak maupun elektronik. Berikut ini adalah contoh-contoh
ketika pemerintah mengintervensi pasar menggunakan harga dasar.
Upah Minimum Regional (UMR) ataupun Upah Minimum Provinsi (UMP): walaupun
menggunakan istilah “upah” namun inti dari kebijakan ini adalah sama, yaitu membatasi
“harga buruh” agar tidak menjadi terlalu rendah.
Harga batas bawah taksi online: pemerintah menetapkan harga dasar agar taksi offline
dapat bersaing dengan taksi online, ini adalah polemik yang masih hangat di tahun 2017
ini.Harga batas bawah pesawat: pemerintah menetapkan harga dasar agar maskapai tidak
mengabaikan keselamatan penumpang, karena harga murah umumnya kualitasnya pun
kurang baik.

2.3 Keterkaitan Pajak dan Subsidi dengan Harga Keseimbangan

1. Pengertian pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga
dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung.

2. Jenis-Jenis Pajak
 Menurut Waluyo Pajak Penghasilan adalah dikategorikan sebagai pajak pusat
tetapi ditinjau dari sifatnya sebagai pajak subjekti. Menurut UU No. 17 tahun 2000 yang
7
didalam buku H. Bohari, Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat
dipergunakan untuk dikonsumsi atau menambah kekayaan pajak tersebut. Berdasarkan
uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa pajak penghasilan adalah setiap tambahan
ekonomis yang diterima atau diterima wajib pajak baik berasal dari Indonesia atau tidak
yang dipakai konsumsi atau tidak.
 Menurut Richard bahwa“ Pajak Pertambahan Nilai adalah termasuk dalam
golongan pajak yang dikenakan atas konsumsi suatu barang ataupun jasa tertentu di
daerah pabean Indonesia. Menurut M. Djafar bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah
merupakan satu di antara dua jenis pajak yang diatur dalam UU PPN. Berdasarkan
uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa pajak pertambahan nilai adalah pajak yang
termasuk pajak yang dalam konsumsi ataupun jasa tertentu di daerah pabean dan begitu
juga barang yang diproduksi di daerah pabean Indonesia tetapi tidak dikonsumsi atau
diekspor dikenakan pajak tetapi sebesar 0%.
 Menurut H. Bohari bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas harta tak bergerak maka yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh
karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek tidak begitu
penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak. Menurut M. Djafar Pajak Bumi dan
bangunan adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya san konstruksi
tehnik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau pada perairan
yang diperuntukan sebagai tempat tinggal atau tempat usaha. Berdasarkan uraian
tersebut dapat kita simpulkan bahwa pajak bumi dan bangunan merupakan pada jenis
pajak objektif yang bersifat kebendaan yang dapat diartikan bahwa pengenaannya tidak
memandang kepada kemampuan atau daya pikul subjeknya tetap didasarkan pada wujud
benda yang menjadi objek PBB.
Sedangkan menurut Dani Iskandar, dkk, pajak persentase atau pajak proporsional
adalah pajak yang dikenakan terhadap suatu barang yang diperhitungkan sebesar
presentase (%) yang tetap dari hasil penerimaannya. Pajak persentase dituliskan sebesar
t% maka harga penawarannya akan bertambah sebesar t% sari harga penawaran
sebelumnya. Jika harga penawaran sebelum pajak adalah P = f (Q) dan ada pajak
sebesar t %, maka harga penawaran setelah pajak adalah P “ = (100 + t)%. Untuk
menentukan pajak per unit setelah kena pajak sebesar t % adalah :

1. Pengertian Subsidi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya subsidi yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat akan menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan
oleh produsen menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum adanya atau
tanpa adanya subsidi.
Menurut Dani Iskandar dkk, pengertian subsidi adalah bantuan yang diberikan
pemerintah kepada produsen sehingga harga yang ditawarkan sesuai dengan keinginan
pemerintah dengan harga lebih murah daripada harga semula.
Dengan adanya subsidi yang bersifat spesifik atas suatu barang (s) maka kurva
penawaran akan bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih kecil (lebih

8
rendah) dari sumbu harga, sedangkan grafik fungsi permintaannya tidak terpengaruh
dengan adanya subsidi.
Fungsi penawaran sebelum subsidi adalah :
P = F (Q)
Fungsi penawaran sesudah subsidi adalah :
P = F (Q) -s
Besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah adalah :
S=sQ
Dimana
F = Jumlah subsidi
Q = Jumlah produk setelah subsidi
S = Subsidi per unit produk

 Keseimbangan Pasar
Harga keseimbangan atau price equilibrium akan terjadi pada saat demand atau
permintaan ketemu dengan penawaran atau supply. Disebut harga keseimbangan adalah
harga dimana pada harga tersebut telah terjadi keseimbangan jumlah barang yang dibeli
dengan jumlah barang yang dijual.
Menurut Sri Endang Rahayu, dkk, keseimbangan pasar adalah keseimbangan
antara permintaan dan penawaran. Menurut Sri Endang Rahayu, dkk, keseimbangan
harga adalah harga dimana konsumen dan produsen sama-sama tidak ingin menambah
atau mengurangi jumlah barang yang dijual atau di konsumsi. Secara matematis hal ini
ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
Qd = Qs
Jika harga dibawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan atau excess
demand. Karena permintaan akan meningkat dan penawaran akan berkurang.
Sebaliknya jika harga di atas harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran atau
excess supply. Karena jumlah penawaran meningkat maka jumlah permintaan menurun.
Contoh :

Diketahui :
Fungsi permintaan : D = q = 16 – 4p
Fungsi penawaran : S = q = 2p – 2
Cari quantity dan harga keseimbangan!
Jawab :
Syarat harga keseimbangan adalah Qd = Qs

9
1. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
Pajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang
ditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan pada
fungsi permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.
Fungsi penawaran sebelum dikenakan pajak adalah P = F (Q)
Fungsi penawaran setelah dikenakan pajak t perunit adalah P = F (Q) + t.
Maka keseimbangan pasarnya adalah dengan memecahkan fungsi persamaan penawaran
sebelumdan setelah dikenakan pajak. Total pajak yang diterima oleh permerintah
adalah T pemerintah = Pajak x Q pada keseimbangan stelah pajak. Pajak yang
ditanggung oleh konsumen adalah (Pt-Pe) x Qt. Sedangkan pajak yang ditanggung
oleh produsen adalah total pajak yang diterima oleh pemerintah – pajak yang
ditanggung oleh konsumen.
Contoh soal :
1. Jika fungsi permintaan akan beras dan fungsi penawaran akan
beras yang diberikan sebagai berikut : Pd = 12- Q dan Ps = 2 + Q sedangkan
pemerintah mengenakan pajak sebesar 4 setiap unit beras yang diproduksi. Tentukan:
a. Nilai keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Nilai keseimbangan pasar setelah pajak
c. Total pajak yang dibayar oleh pemerintah
d. Besarnya pajak yang ditanggung oleh produsen
e. Besarnnya pajak yang ditanggung oleh konsumen
Jawab :
a. Dari soal yang telah dijelaskan dan diketahui
Pd = 12- Q
Ps = 2 + Q
t=4
maka nilai keseimbangan sebelum pajak adalah

Jadi nilai keseimbangan pasar sebelum pajak adalah P adalah 7 dan Q adalah 5

b. Nilai keseimbangan pasar setelah pajak adalah


Pd = 12 – Q
Ps = 2 + Q
Pst = 2 + Q + t maka Pst = 2 + Q + 4 Maka Pst + 6 + Q

Jadi nilai keseimbangan pasar setelah pajak adal P, Q adalah 9 dan 3

c. Total pajak yang dibayar oleh pemerintah


T = pajak x Q pada keseimbangan pasar setelah pajak
10
= 4 x 3 = 12
d. Besarnya pajak yang diterima oleh produsen
T produsen = T Pemerintah – T konsumen
= 12 – 6 = 6

e. Besarnya pajak yang diterima oleh konsumen


T = (Pet –Pe) x Qt
=(9–7)X3=6

2. Pengaruh Subsidi Terhadap Kesimbangan Pasar


Subsidi (s) adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen
terhadap produk yang dihasilkan atau yang dipasarkan, sehingga harga yang berlaku
di pasar lebih rendah sesuai dengan keinginan pemerintah dan daya beli masyarakat
meningkat. Fungsi penawaran setelah subsidi adalah F ( Q) = P + S atau P = F (Q)
– S. Keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah Qd = Qs atau Pd = Ps.
Keseimbangan pasar setelah pajak adalah Pd = Pss. Subsidi untuk konsumen adalah
Sk = (Pd- Ps ) x Qs. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah adalah SG = s x Qs.
Dan subsidi untuk produsen adalah SP = s – ( Pd – Ps ) x Qs
Contoh soal : Jika fungsi permintaan akan suatu komoditas adalah Qd = 12 –
2P sedangkan besarnya fungsi penawaran Qs = - 4 + 2 P. Dan subsidi yang diberikan
pemerintah adalah sebesar Rp 2 setiap unit barang yang di produksi. Tentukan :

a. Berapakah jumlah dan harga barang keseimbangan pasar sebelum subsidi


b. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan pasar setelah subsidi
c. Berapakah bagian dari subsidi untuk konsumen
d. Berapakah bagian subsidi untuk produsen
e. Berapakah subsidi yang diberikan oleh pemerintah

Jawab :
a. jumlah dan harga barang keseimbangan pasar sebelum subsidi

Jadi nilai keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah P. Q adalah 4 dan 4

b. Jumlah dan harga keseimbangan pasar setelah subsidi

11
Jadi nilai keseimbangan pasar setelahsubsidi adalah P. Q adalah 3 dan 6

c. Bagian dari subsidi untuk konsumen

d. Bagian dari subsidi untuk Produsen

e. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah

12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
· Surplus konsumen sama dengan jumlah yang mau dibayarkan pembeli dikurangi jumlah
yang sebenarnya dibayarkan pembeli untuk memperoleh suatu barang. Surplus konsumen
ini merupakan ukuran keuntungan yang dinikmati pembeli dari keikutsertaannya di sebuah
pasar. Secara grafis surplus konsumen dapat dihitung berdasarkan luas bidang yang terletak
di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga.
· Surplus produsen adalah jumlah pembayaran yang diterima penjual dikurangi biaya yang
dipikulnya dalam memproduksi suatu barang. Surplus produsen ini merupakan ukuran
keuntungan produsen atau penjual dari keikutsertaannya di sebuah pasar. Secara grafis
surplus produsen dapat dihitung berdasarkan luas bidang yang terletak di bawah garis harga
dan di atas kurva penawaran.
· Keseimbangan permintaan dan penawaran memaksimumkan jumlah surplus produsen
dan konsumen.
· Ini terjadi karena invisible hand dari suatu pasar menyebabkan penjual dan pembeli
mengalokasikan resorsesnya secara efisien.
· Apabila terjadi kegagalan pasar artinya pasar tidak mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efisien.
· Pajak merupakan pungutan yang ditarik oleh pemerintah terhadap wajib pajak, tanpa
mendapatkan wajib pajak , tanpa mendapatkan balas jasa lansung. Pajak yang dipungut oleh
pemerintah dapat bersifat pajak lansung dan pajak tidak lansung.pajak yang dikenakan
terhadap suatu barang tertentu atas pajak per unit dan pajak persentase.Sedangkan Subsidi
merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen / supplier terhadap produk
yang dihasilkan atau dipasarkannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://belajarekonomicz.blogspot.com/2015/02/surplus-konsumen.html
http://belajarekonomicz.blogspot.com/2015/02/surplus-produsen.html
http://mybloghasti.blogspot.com/

14

Anda mungkin juga menyukai