Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakangan
Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang diturunkan dari fungsi
konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku
individu-individu perusahaan dalam analisis biayanya, pada bagian-bagian di
muka telah diterangkan bahwa tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi
ketika tingkat harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata.
Jadi, setiap perusahaan hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih
tinggi daripada biaya variabel rata-ratanya. Pada dasarnya tedapat garis harga
yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal
dengan kurva biaya variabel rata-rata, dan dari sinilah kita dapat menemukan
bepara kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkat harga. Oleh karena itu,
untuk menjelaskan bagaimana kurva penawaran dibentuk perlu terlebih dahulu
kita mempelajari kurva penawaran jangka pendek perusahaan pada setiap tingkat
harga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan kurva penawaran jangka pendek?
2. Bagaimana penjelasan tentang Total Cost dan Marginal Cost?
3. Bagaimana Pengaruh pajak penjualan?
4. Apa pengertian internalisasi biaya eksternal?Bagaimana Penerapan biaya
kopensasi, batas ukuran atau daur ulang?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurva Penawaran Jangka Pendek


Pada gambar 7.1 dibawah ini tampak bahwa MC, MR, dan kurva biaya
variabel rata-rata (AVC: Average Variable Cost). Pada setiap harga yang berada
diatas P1, maka berapapun penjualan yang dilakukan oleh produsen, harga selalu
melebihi AVC sehingga produsen masih mendapatkan laba ekonomis positif.
Apabila harga berada pada saat MC sama dengan AVC, maka titik
perpotongan ini disebut impas jangka pendek (short-run break–even point). Di
mana pada harga ini produsen tidak mendapatkan laba ekonomis, namun hanya
mencapai tingkat BEP saja. Dengan demikian, titik impas tersebut hanya akan
beroperasi pada saat harga di atas AVC. Untuk mendapatkan tingkat keuntungan
optimal produsen akan berproduksi ketika MC=MR, apabila kita asumsikan pasar
bersifat persaingan sempurna maka harga (p) juga berfungsi sebagai MR. Dengan
demikian, MC = P = MR, pada gambar 7.1 di atas bila harga yang berlaku dipasar
dalam jangka pendek adalah p* maka produsen akan memperoleh keuntungan
ekonomis sebesar P*E*QS. Dengan demikmian, kita dapat mengatakan bahwa
kurva MC yang berada di atas kurva AVC adalah garis yang menerangkan
produsen bersedia berproduksi. Untuk memperjelas, kurva penawaran, pada
gambar 7.1 apabila U1 dan U2 dihubungkan, maka kita akan mendapatkan kurva
penawaran. Perlu di ingat bahwa kurva penawaran seperti yang tampak pada
gambar 7.1 adalah fungsi penawaran untuk individu produsen dan bukannya
fungsi penawaran untuk industri atau pasar.

Gambar7.1. Hubungan antara kesediaan untuk Berproduksi dengan kurva


penawaran

2
Kurva penawaran jangka pendek dari suatu sektor industri secara keseluruhan
dapat dirumuskan lewat penjumlahan horizontal seluruh kurva penawaran jangka
pendek masing-masing perusahaan. Untuk mengilustrasikan penjumlahan
horizontal kurva penawaran ini dapat dilihat pada gambar 7.2 di bawah ini

Kurva marginal untuk kedua perusahaan yang berbeda dilambangkan dengan


MCa pada panel (a) dan MCb pada panel (b). Kedua kurva biaya marginal ini
hanya berlaku bila harga-harga lebih besar daripada biaya variabel rata-rata
minimum dari masing masing produsen. Pada panel (a), perusahaan hanya akan
berproduksi sebanyak q1a,jika harga yang berlaku adalah P1. Dan bila harganya
P2, maka perusahaan akan berproduksi sebesar q2a. Hal in juga berlaku bagi
produsen kedua yang akan berproduksi pada q1b apabila harga yang berlaku P1
begitu juga harga berada pada P2 maka produsen kedua akan berproduksi pada
q2b. Kalau kita asumsikan industri yang sama hanyalah produsen a dan b maka
penambahan secara horizontal merupakan penawaran atau ΣMC

B. Total Cost dan Marginal Cost


Fungsi total cost menunjukkan, untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap
tingkat output, minimum total cost adalah TC=TC (r,w,q). meskipun fungsi total
cost menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus dikeluarkan, namun
akan lebih memudahkan dalam kaitannya dengan kurva permintaan, bila analisis
biaya dilakukan pada biaya per unit. Ada dua konsep biaya per unit yang dikenal:

3
a. Average cost
Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya per unit atau
dihitung dengan rumus total cost dibagi dengan jumlah output yang
dihasilkan. Secara matematis ditulis :
ATC=ATC(r,w,q)/q
b. Marginal cost
Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul utnuk setiap
tambahan output yang dihasilkan atau dihitung dengan rumus perubahan
total biaya dibagi perubahan output. Secara matematis ditulis :
MC=MC(r,w,q)=TC(r,w,q)/q

Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi, dan fungsi
marginal cost diturunkan dari fungsi total cost. Begitu pula dengan fungsi
average cost diturunkan dari fungsi total cost. Tabel berikut ini memberikan
ilustrasi numerik dari hubungan komponen-komponen tersebut. Fixed cost of
capital diasumsikan $30/jam, dan biaya variable yaitu biaya per unit tenaga kerja
adalah $10/jam.

L Q FC VC TC AFC AVC ATC MC*


0 0 30 0 30 ∞ - ∞
1 4 30 10 40 7.50 2.50 10.00 2.50
2 14 30 20 50 2.14 1.43 3.57 1.0
3 27 30 30 60 1.11 1.11 2.22 0.77
4 43 30 40 70 0.70 0.93 1.63 0.63
5 58 30 50 80 0.52 0.86 1.38 0.67
6 72 30 60 90 0.42 0.83 1.25 0.71
7 81 30 70 100 0.37 0.86 1.23 1.11
8 84 30 80 110 0.36 0.95 1.31 3.33
Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost
pada titik minimalnya. Titik Q2 adalah jumlah output pada saat VC mecapai titik
minimalnya yang juga adalah persinggungan kurva VC dengan rental cost per
unit (r). Titik Q3 adalah jumlah output pada saat ATC mencapai titik minimalnya
yang juga titik di mana kurva MC memotong dari bawah kurva ATC. Titik Q 1
adalah jumlah output di mana kurva MC mecapai titik minimalnya, yaitu pada

4
saat perubahan returns to scale kurva variable cost yang juga perubahan returns
to scale kurva total cost.

1. Marginal Cost dan Kurva Penawaran


Dalam jangka pendek perusahaan akan memaksimalkan labanya dengan
memilih jumlah output di mana harga sama dengan marginal cost,1 selama tingkat
harga tersebut lebih besar daripada nilai minimalnya biaya variable rata-rata
(average variable cost, AVC).2 Jika kedua keadaan tersebut terpenuhi, maka itulah
kurva penawaran.
Untuk setiap tingkat harga dibawah minimum AVC, jumlah yang ditawarkan
adalah nihil. Pada tingkat harga sama dengan AVC, jumlah yang ditawarkan
adalah Q2. Untuk setiap tingkat harga diatas AVC, jumlah yang ditawarkan
digambarkan oleh kurva MC. Misalnya, pada tingkat harga sama dengan ATC,
jumlah yang ditawarkan adalah Q. Jadi kurva penawaran adalah kurva marginal
cost yang diatas AVC.
Perhatikanlah kurva penawaran, yaitu kurva marginal cost yang dicetak tebal.
Selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang digambarkan dengan celah di
antara kedua kurva tersebut, menggambarkan AFC (average fixed cost).3
Sekarang perhatikanlah kurva penawaran yang berbeda di antara kurva ATC dan
AVC. Untuk setiap tingkat harga di atas AVC, namun di bawah ATC (yaitu antara
output Q2 dan Q3 ), berarti perusahaan mengalami kerugian setiap output yang
dijual karena harga lebih kecil disbanding ATC.
Meskipun harga lebih kecil dibanding ATC, bagi perusahaan lebih baik untuk
tetap menjual outputnya karena pada tingkat harga tersebut perusahaan telah
mampu membayar AVC nya. Kerugian yang mesih terjadi adalah sebesar AFC
nya. Ingatlah bahwa FC adalah biaya tetap yang harus dibayar perusahaan apakah
perusahaan berproduksi atau tidak berproduksi. Nah, karena AFC tetap akan
muncul berapapun jumlah output yang di produksi, maka lebih baik bagi
perusahaan untuk memproduksi output sejumlah Q2 sampai dengan Q3. Dengan
demikian, perusahaan berharap memantapkan keberadaan produksinya di pasar.

5
Bila kemudian tingkat harga melampaui ATC, perusahaan ini akan membukukan
laba.
2. Producer Surplus
Selisih antara total revenue dangan total variable cost disebut producer
surplus atau quasi rent4. Producer surplus dapat dihitung dengan dua cara :
a. Secara matematis, total revenue adalah hasil kali P*Q*. Sedangkan total
variable cost adalah hasil kali AVC dengan Q*, selisih antara keduanya
digambarkan dengan segi empat yang diasir yaitu hasil kali antara
(P*AVC) dengan Q*. inilah yang disebut producer surplus. Secara
matematis ditulis :
Produser surplus = TR-TVC
= (P x Q )-(AVC x Q)
= (P – AVC) x Q
b. Cara lain untuk menghitung producer surplus sebagai berikut.
Perhatikanlah bahwa variable cost untuk memproduksi 1 unit output sama
dengan marginal cost pada jumlah output 1 unit. Variable cost untuk
memproduksi 2 unit output sama dengan marginal cost pada jumlah
output 1 unit ditambah marginal cost pada jumlah 2 unit, dan seterusnya.
Sehingga VC (Q) = MC (1) + MC (2) +…+ MC (Q).

Q TVC MC SMC

0
1 0 0 0
2 100 100 100
3 200 100 200
4 300 100 300
5 400 100 400
6 500 100 500
7 600 100 600
8 700 100 700

6
800 100 800

Secara grafis total variable cost ini digambarkan dengan daerah yang tidak
diasir yang berada dibawah kurva MC. Sedangkan total revenue adalah hasil kali
P dengan Q. Sehingga pada producer revenue digambarkan dengan daerah yang
diasir, yaitu yang dibawah P dan diatas kurva MC.Cara pertama lebih mudah
untuk menghitung total producer surplus. Sedangkan cara kedua lebih berguna
untuk menghitung perubahan dari producer surplus yang telah ada (existing
producer surplus).

C. INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL


Perilaku memaksim alkan profit sering kali mendorong produsen untuk
berlaku aniaya. Salah satu cara meningkatkan profitnya adalah dengan
memindahkan biaya-biayaa yang seharusnya ditanggung produsen kepada pihak
lain. Biaya yang paling mudah untuk dialihkan kepada pihak lain adalaah biaya
yanga tidak mempunyai kaitan langsung dengqn proses produksi, misalmnya
biaya pembuatan penampungan limbah pabrik yang serharusnya ditanggung
produsen karena merupakan konsekuensi dari proses produksinya. Dialihkan
kepada masyarakat dengan cara membuang begitu saja limbah pambrik ketempat
umum. Tindakan ini jelas Anaya, karena produsen jelas-jelas mendapat
keuntungan dari proses produksi, namun tidak tidak mau beranggung jawab atas
akibatnya, yaitu menanggu biaya penanganan limbah. Dalam ilmu ekonomi
tindakan produsen ini disebut negative externalities.
Pada pembahasan tentang Garis Besar Ekonomi Islam diterjemahkan menjadi
empat hal, yaitu dilarang melakukan mafsadah, dilarang melakukan transaksi
gharar, dilarang melakukan transaksi maisir, dilarang melakukan transaksi riba.
Salah satu bentuk mafsadah adalah melakukan kerusakan yang dalam istilah
ekonominya disebut negative externalities. Dalam konteks utility function,
mafsadah juga dapat diartikan bahwa islam hanya membolehkan utility function
dibangun dalam pilihan “good” X dan “good” Y (“hal baik” X dan “hal baik” Y).
pada prinsipnya utility function yang dibangun dalam pilihan “good”X dan “bad”
Y (“hal baik “ X dan “hal buruk” Y), atau dalam pilihan “bad” X dan “good” Y,

7
tidak dibolehkan karena tergolong tindakan mafsadah. Dalam pembahasan tentang
teori permintaan islami kita pun telah membahas tentang corner solution bila kita
dihadapkan pada pilihan haram X dan halal Y. Corner solution ini menunjukan
bahwa kalaupun kita dihadapkan pada pilihan “good” dan “bad”, kita akan
memilih seluruhnya “good”, dan meninggalkan “bad” sama sekali. Solusi lain
selain meninggalkan “bad” sama sekali (misalnya pada saat darurat), selalu
menghasilkan solusi yang tidak optimal.
Secara grafis, upaya produsen melarikan diri dari tanggung jawab ini
digambarkan dengan turunya ATC dari ATC 1 menjadi ATC2, dan marginal cost
turun dari MC1 menjadi MC2. Dengan tingkat MC yang lebih rendah (MC 2 <
MC1) produsen akan menawarkan lebih banyak barang, sedangkan dengan tingkat
ATC yang lebih rendah (ATC2 < ATC1) Produsen akan menerima average
economic rent yang lebih besar pula. Dengan demikian, profit akan naik dari
profit1menjadi profit2.\

8
Dalam pandangan islam, marginal external cost merupakan tanggung jawab
dari produsen, karena tanpa ada proses produksi tertentu tidak akan muncul
external cost. Oleh karena itu, MEC harus diinternalisasi kedalam komponen
biaya produsen. Keadaan ini digambarkan oleh diagram yang sebelah bawah.
MC1 adalah MC produsen, dan ATC1 adalah ATC produsen. Produsen tidak
mempunyai pilihan untuk berproduksi pada tingkat MC2 dan ATC2 meskipun
produsen bersedia memberikan kompensasi tertentu. Dalam konvensional,
negative externalities masih dapat ditolerir dengan ketentuan ketentuan tertentu.
Misalnya dengan penentuan emissions standard dan emissions fees. Emissions
standard adalah ketentuan hokum tentang batas maksimal tingkat polusi yang
masih dibolehkan. Jika produsen malampaui batas tersebut, maka ia akan
dikenakan sanksi berupa denda atau bahkan dianggap melakukan tindakan
criminal. Emissions fees adalah kompensasi yang harus dibayar untuk setiap unit
populasi yang dilakukan produsen.

9
D. Penerapan Biaya Kompensasi, Batas Ukuran atau Daur Ulang?
Dalam sejarah perekonomian Amerika serika,emissions standards merupakan
pilihan dalam mengontrol negative exernalitas.sedangkan di jerman,emissions
fees yang merupakan pilihan secara teorites sebenarnya kedua instrumen ini dapat
memberikan hasil yang sama.Misalnya suatu perusahaan multi nasional compani
yang mempunyai dua pabrik masing-masing di Amerika Serikat dan Jerman. Di
Amerika Serikat di tentukan emissions standard adalah 12 unit. Di atas stndard ini
produsen akan dikenakan denda yang besar bahakan di kategorikan melakukan
tindakan kriminal, Untuk menjaga agar peroses produksi yang dilakuakan tidak
melebihi 12 unit,produsen harus mengeluarkan biaya 36 ribu. Sedangkan di
Jerman di tentukan emissions fees untuk setiap unit polusi adalah setara 3
ribu.Maka iapun akan berproduksi tingkat polusi 12 unit dan membayar 36 ribu
Dalam konsep islam, mencegah mafsadah lebih diutamakan dari pada
memperbaiki dampak buruk mafsadah, meskipun dampak buruk tersebut timbul
sebagai akses dari produksi yang bermanfaat.

E. Pengaruh Zakat Terhadap Penawaran


Kewajiban zakat mengikat bagi seorang pengusaha muslim, maka sedini
mungkin ia akan mengalokasikan sejumlah dananya untuk digunakan membayar
zakat. Sehingga melalui zakat tersebut akan menjadikan suatu tanggung jawab
bagi umat islam untuk tolong menolong. Dalam kewajiban zakat terkandung
unsur moral, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah
terjadinya penumpukan kekayaan pada seseorang dan mewajibkan orang kaya
untuk mendistribusikan harta kekayaannya pada orang miskin.
Zakat yang dikenakan kepada hasil prosuksi adalah zakat perniagaan.
Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan
dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep islam, zakat perniagaan
dikenakan bila terpenuhinya dua hal:
1. Nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat, yaitu setara 96 gram
emas)
2. Haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu satu tahun).

10
Dari pernyataan diatas, dapat kita ketahui bahwasanya apabila nisab dan haul
sudah terpenuhi, maka perusahaan tersebut wajib mengeluarkan zakatnya
sebesar 2,5%.

Objek zakat perniagaan itu sendiri adalah berupa barang yang dapat
diperjualbelikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat
perniagaan adalah revenue minus cost. Sedangkan sebagian ulama lainnya
berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan.

 Pendapat pertama berarti yang menjadi objek zakat adalah economic rent,
lalu pendapat selanjutnya.
 Pendapat kedua berarti yang menjadi objek zakat adalah quasi rent atau
producer surplus.

Pendapat mana pun yang digunakan atas objek zakat ini sama sekali tidak
memberikan pengarus ATC, yang berarti pula tidak ada pengaruh terhadap profit
yang dihasilkan..pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan
pengaruh MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap kurva
penawaran. Upaya memaksimalkan profit berarti memaksimalkan producer
surplus, dan sekaligus berarti memaksimalkan zakat yang harus dibayar. Jadi
dengan adanya pengenaan zakat perniagaan, perilaku memaksimalkan profit
berjalan dengan perilaku memaksimalkan zakat.

Jika kita membahas sisi pemanfaatan zakat untuk kegiatan produktif dari
mustahik, dapat diduga bahwa zakat yang diberikan itu akan membuka peluang
untuk dapat memproduksi sesuatu. Karena zakat yang disalurkan biasanya
bebbentuk qardhul hasan, maka tidak ada biaya atas penggunaan zakat sebagai
faktor produksi. Dengan demikian, mustahik yang menjadi produsen dengan dana
zakat yang produktif dapat menawarkan barang/ jasa dengan biaya yang lebih
kompetitif, akibatnya akan meningkatkan penawaran. Kurva penawaran akan
bergeser ke bawah akibat dukungan dana zakat produktif tersebut.

1. Pasar pada Masa Rasulullah


Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat Muslim
pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Bahkan, Muhammad SAW

11
sendiri pada awalnya adalah seorang pebisnis, demikian pula Khulafaurrasyidin
dan kebanyakan sahabat. Pada saat awal perkembangan Islam di Makkah
Rasulullah SAW dan masyarakat Muslim mendapat gangguan dan terror yang
berat dari masyarakat kafir Makkah sehingga perjuangan dan dakwah merupakan
prioritas. Ketika masyarakat Muslim telah berhijrah ke Madinah, peran Rasulullah
SAW bergeser menjadi pengawas pasar atau Al- muhtasib.
Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk
membuat kebijakan penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat
itu tiba-tiba naik. Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan
penawaran yang murni, yang tidak dibarengi dengan dorongan-dorongan
monopilistik dan monopsonistik, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati
harga pasar. Dalam suatu Hadits dijelaskan bahwa pasar merupakan hukum alam
(Sunnatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tak seorang pun secara individual
dapat mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah
menjadi ketentuan Allah SWT.
Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara dan
karena alasan yang tidak tepat, merupakan suatu ketidakadilan (injustice) yang
akan dituntut pertanggung jawabannya dihadapan Allah dan begitu pun
sebaliknya.
Penghargaan Islam terhadap mekanisme pasar berdasar pada ketentuan Allah
SWT bahwa perniagaan harus dilakukan secara baik dengan rasa suka sama suka
serta nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang
mendapat perhatian penting dalam pasar adalah persaingan yang sehat, kejujuran,
keterbukaan, dan keadilan.
2. Pasar dalam Pandangan Sarjana Muslim
a. Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf (731-798 M)
Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai dalam bukunya Al-
Kharaj yang membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran negara yang
menjadi pedoman Kekhalifahan Harun Al-Rasyid di Baghdad. Ia
menyimpulkan bekerjanya hukum permintaan dan penawaran pasar dalam
menentukan tingkat harga, meskipun kata permintaan dan penawaran ini tidak
ia katakana secara eksplisit. Selain itu dalam bukunya secara implisit juga

12
dijelaskan bahwa, harga bukan hanya ditentukan oleh penawaran saja, tetapi
juga permintaan terhadap barang tersebut. Bahkan, Abu Yusuf
mengidikasikan adanya variable-variabel lain yang juga turut mempengaruhi
harga, misalnya jumlah uang beredar di Negara itu, penimbunan atau
penahanan suatu barang, atau lainnya.

b. Evolusi Pasar Menurut Al-Ghazali (1058-1111 M)


Al-Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali banyak membahas topik-topik
ekonomi, termasuk pasar. Dalam karyanya tersebut ia membicarakan barter
dan permasalahannya, pentingnya aktivitas perdagangan dan evolusi
terjadinya pasar, termasuk bekerjanya kekuatan permintaaan dan penawaran
dalam mempengaruhi harga.
Al-Ghazali menyadari kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang
dalam istilah ekonomi modern disebut double coincidence, dan karena itu
diperlukan suatu pasar. Selain itu Al-Ghazali juga telah memahami suatu
konsep, yang sekarang kita sebut elastisitas permintaan. Hal ini tampak jelas
dari perkataaannya bahwa mengurangi margin keuntungan dengan menjual
harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini pada
gilirannya akan meningkatkan keuntungan.

c. Pemikiran Ibn Taimiyah


Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak dicurahkan
melalui bukunya, yaitu Al-Hisbah fi’l Al-Islam dan Majmu’ Fatawa.
Pandangan Ibn Taimiyah mengenai hal ini sebenarnya terfokus pada masalah
pergerakan harga yang terjadi pada waktu itu, tetapi ia letakakan dalam
kerangka mekanisme pasar. Secara umum, beliau telah menunjukan the beauty
of market (keindahan mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi).

Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaaan dan kemudian tingkat harga


adalah sebagai berikut :
 Keinginan orang terhadap barang-barang sering kali berbeda-beda.
 Jumlah orang yang meminta.

13
 Kuat atau lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu. Kualitas
pembeli baranng tersebut. Jenis (uang) pembayaran yang digunakan
dalam transaksi jual beli.
Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting harga yang
terjadi karena mekanisme pasar yang bebas. Ia menolak segala campur
tangan untuk menekan atau menetapkan harga sehingga mengganggu
mekanisme yang bebas.

d. Mekanisme Pasat Menurut Ibn Khaldun (1332-1383 M)


Ibn Khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas,
namun ia tidak mengajukan saran-saran kebijakan pemerintah untuk
mengelola harga. Ia lebih banyak memfokuskan kepada faktor-faktor yang
mempengaruhi harga. Hal ini tentu saja berdeda dengan Ibn Taimiyah yang
dengan tegas menentang intervensi pemerintah sepanjang pasar berjalan
dengan bebas dan normal.

F. Pengertian Kekuatan Pasar Menurut Ekonomi Islam


Berikut akan dipaparkan mekanisme pasar sebagaimana dikonsepkan para
pemikir Islam Klasik:
1. Permintaaan
Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakan pasar. Istilah
yang digunakan oleh Ibn Taimiyah untuk menunjukan permintaan ini adalah
keinginan. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan
sebagai berikut:
a. Faktor-faktor penentu permintaan
 Harga barang yang bersangkutan
Pada umumnya hubungan anatara tingkat harga dan jumlah permintaan
adalah negatif, yakni semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
jumlah permintaan, demikian pula sebaliknya.
 Efek Substitusi

14
Efek subtitusi berarti bahwa jika harga suatu barang naik, maka hal ini
akan mendorong konsumen untuk mencari barang lain yang bias
menggantikan fungsi dari barang yang harganya naik tersebut (barang
subtitusi).
 Efek Pendapatan
Efek pendapatan berarti bahwa, jika harga suatu barang naik maka berarti
pula secara riil pendapatan konsumen turun sebab dengan pendapatan yang
sama ia hanya dapat membeli barang sedikit.

2. Pendapatan Konsumen
Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka akan semakin tinggi
daya belinya sehingga permintaannya terhadap barang akan semakin
meningkat pula.

3. Harga barang lain yang terkait


Yang dimaksud barang lain yang terkait adalah subtitusi dan
komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang subtitusinya turun,
maka permintaan terhadap barang tersebut pun turun, sebab konsumen
mengalihkan pada barang subtitusi. Sementara jika barang komplementernya
naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun.

4. Selera konsumen
Jika selera konsumen terhadap barang tersebut tinggi maka permintaannya
pun akan tinggi meskipun harganya pun tinggi, dan begitu pun sebaliknya.

5. Ekspektasi (pengharapan)
Meskipun tidak secara eksplisit, pemikiran ekonomi Islam klasik telah
menengarai peran ekspektasi dala menentukan permintaan. Ekspektasi bias
berupa ekspektasi positif maupun negative. Dalam kasus ekspektasi positif
konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, dan untuk
ekspektasi negative berlaku sebaliknya.

15
6. Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap permitaan tidak bisa dijelaskan secara
sederhana sebab ini tergantung kepada tingkat keimanan. Jika maslahah
relative turunmaka jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga
sebaliknya

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam penjelasan mengenai teori penawaran dalam islam ini, maka dapat
dambil kesimpulan antara lain adalah :
1. Bahwasannya dalam teori penawaran yang ada dalam kegiatan ekonomi
menurut pandangan islam , tingkat harga yang stabil dan biaya hidup yang
relatif rendah merupakan  pilihan yang paling bijak, namun tetap  dengan
mengusahakan pertumbuhan dan keadilan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Didalam teroi penawaran, harga dengan kuantitas barang berhubungan
positif, dimana jika harga naik maka kuantitas barang yang akan ditawarkan
akan meningkat pula. Namun jika kita telaah dari sisi ke Islaman, hal tersebut
tidak serta merta dapat dilakukan, sebab sebagai orang yang menawarkan
(produsen) yang sesuai dengan syariat islam, kita perlu juga memperhatikan
garis religi yang ada. Apakah penawaran yang kita lakukan memberikan
dampak positif bagi kemaslahatan umat atau justru sebaliknya. 
3. Ada beberapa pengaruh pajak penjualan seperti turunya total profit dari
profit1 menjadi profit 2, turunya tingkat profit maksimal , mengecilnya
rentang skala produksi,dll. Akan tetapi zakat perniagaan memberikan
pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan pengenaan pajak penjualan.
Dalam konsep islam, zakat perniagaan dikenakan bila telah terpenuhinya dua
hal: nasib (batas minimal harta yang menjadi objek zakat,yaitu setara 96 gram
emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu satu
tahun) Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Dalam
ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah
revenue minus cost.
4. Dalam pandangan islam, marginal external cost merupakan tanggung
jawab dari produsen, karena tanpa ada proses produksi tertentu tidak akan
muncul external cost.

17
DAFTAR PUSTAKA

A.Karim Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers

Subagiyo Rahmat. 2016. Ekonommi Mikro Islam. Jakarta: Alim’s Publishing

18

Anda mungkin juga menyukai