Anda di halaman 1dari 20

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Manajemen Keuangan Syariah Nur Rodiah, S.E.I, M.H.


Terapan

Manajer Keuangan dan Aktualisasi Syariah pada Tujuan


Perusahaan

Disusun Oleh :
Kelompok 3

NAMA NIM

Nur Ula Saparina 170101050783


Risdayanti 170101050471
Muhammad Atijani 170101050709

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2020
II
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji serta syukur marilah senantiasa selalu kita panjatkan atas kehadirat
Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran didunia dan akhirat. Segala
Nikmat milik Allah yang telah memberikan kita semua waktu dan kesehatan serta
akal, jasmani dan rohani. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
ini. yang bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat kepada kita
semua.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik pada teknik penulisan maupun
secara materi. Mengingat akan kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah
ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua mendapatkan manfaat yang
baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Banjarmasin, 14 Februari 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

A. Peran Manajer Keuangan...................................................................3


B. Aktualisasi Prinsip Syariah................................................................4
C. Tujuan Perusahaan dan Pentingnya Aspek Etika...............................5
D. Tujuan Perusahaan dalam Lingkup Tata Kelola Perusahaan.............7
E. Model Tata Kelola Perusahaan dalam Perspektif Barat.....................8
F. Model Tata Kelola Perusahaan dalam Perspektif Islam.....................11

BAB III PENUTUP........................................................................................14

Simpulan.............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum lebih jauh membahas mengenai peran manajer keuangan dalam
perusahaan, terlebih dahulu akan dibahas pengertian tentang keuangan
perusahaan. Manajemen keuangan adalah keseluruhan keputusan dan aktivitas
yang menyangkut usaha untuk memperoleh dana dan mengalokasikan dana
tersebut berdasarkan perencanaan, analisis dan pengendalian sesuai dengan
prinsip manajemen yang menuntut agar dalam memperoleh dan mengalokasikan
dana tersebut harus mempertimbangkan efisiensi (daya guna) dan efektivitas
(hasil guna).
Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada
dasarnya dapat dilakukan bukan hanya oleh perusahaan, namun juga oleh
perorangan, keluarga, maupun pemerintah. Penerapan konsep atau teori keuangan
untuk pengambilan keputusan keuangan pada level individu disebut personal
finance. Teori keuangan yang diterapkan pada konteks perusahaan dikenal dengan
keuangan perusahaan (corporate finance) yang secara umum disebut manajemen
keuangan (finance management).
Kekhususan manajemen keuangan pada level perusahaan antara lain adalah
perusahaan dapat dimiliki oleh lebih dari satu orang, terikat peraturan yang
berlaku untuk perusahaan, tetapi tidak untuk individu, dan penggunaan prinsip-
prinsip akuntansi keuangan. Adapun keuangan perusahaan yang berdassarkan
prinsip-prinsip syariah yang digali dari sumber-sumber hukum Islam, yaitu al-
Qur’an, sunnah, ijma’, dan qiyas, dapat dikatakan sebagai keuangan perusahaan
syariah.
Karena latar belakang inilah akhirnya penulis berkeinginan untuk mengambil
tema dalam makalah yang akan penulis susun, dengan judul Manajer Keuangan
dan Aktualisasi Syariah pada Tujuan Perusahaan

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran manajer keuangan ?


2. Bagaimana aktualisasi dalam prinsip syariah ?
3. Apa tujuan perusahaan dalam lingkup tata kelola perusahaan ?
4. Bagaimana Tujuan Perusahaan dan pentingnya aspek etika ?
5. Bagaimana Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Barat ?
6. Bagaimana Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui peran manajer keuangan
2. Ingin mengetahui bagaimana tujuan perusahaan dan betapa pentingnya aspek
etika
3. Ingin mengetahui tujuan perusahaan dalam lingkup tata kelola perusahaan
4. Ingin mengetahui aktualisasi manajer keuangan dalam prinsip syariah
5. Ingin mengetahui Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Barat
6. Ingin mengetahui Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Manajer Keuangan

Sebelum membahas mengenai peran manajer keuangan, terlebih dulu kita


mengetahui tentang manajer keuangan. Manajer keuangan adalah fungsi pekerjaan
dalam suatu perusahaan dengan tugas merencanakan, menganggarkan,
memeriksa, mengelola, dan menyimpan dana yang dimiliki oleh perusahaan.
Ada beberapa keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan,
diantaranya keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen.
Dengan tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan, ditandai dengan
meningkatnya harga saham jika perusahaan tersebut listing di pasar modal.
Adapun fungsi utama manajer keuangan dalam sebuah perusahaan, yaitu :

1. Menghimpun dana dari pasar keuangan (financing decision)


2. Menginvestasikan dana (investment decision)
3. menghasilkan dana dari operasi dan mengalokasikan dana yang dihasilkan
untuk diinvestasikan kembali.

Dana yang diperoleh oleh manajer keuangan dari pasar keuangan berasal dari
penjualan asset keuangan atau surat berhargaa kepada investor, lalu diinvestasikan
kepada perusahaan manufaktur, asset rill atau asset fisik yang diolah menjadi
barang.
Pekerjaan utama manajer keuangan yaitu merencanakan, mencari, dan
memanfaatkan dana secara efisien dan efektif dalam pengoperasian perusahaan.
Adapun perencanaan keuangan meliputi proyeksi (forecasting) dan anggaran,
sedangkan pencarian dana berhubungan dengan sumber dana demi keseimbangan

3
struktur keuangan dan struktur modal. Pemanfaatannya pun dilakukan dengan
mengkombinasikan modal lancar dan modal tetap.

4
4

Kegiatan manajer keuangan dapat dibagi menjadi dua kegiatan utama,


diantaranya kegiatan menggunakan dana dan pencarian dana. Adapun peran
manajer keuangan adalah mengambil keputusan mengenai dana yang didapatkan,
dan penggunaan dana biasa disebut dengan keputusan investasi sedangkan dalam
pembagian laba disebut kebijakan dividen.( Husnan, Suad dan Enny Puadjiastuti,
Dasar-dasar manajemen keuangan,2006,hlm.3-10)

B. Aktualisasi Prinsip Syariah


Lembaga keungan syari’ah pada operasionalnya memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut :

1. Keadilan, yaitu berbagi untung atas dasar penjualan real yang disesuaikan


dengan kontribusi dan resiko masing-masing pihak.
2. Kemitraan, yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan
lembaga keungan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan
tujuan untuk memperoleh keungtungan.
3. Transparansi, yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keungan
syari’ah slalu memberikan pelaporan keuangan secara terbuka dan secara
berkesinambungan agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat
memantau dan mengetahui kondisi prihal dananya.
4. Universal, yaitu prinsip yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku,
dan golongan dalam masyarakat. Hal ini disesuaikan dengan prinsip dalam
agama islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Untuk membedakan antara lembaga keuangan syari’ah dan non syari’ah dapat
dilihat dari ciri-ciri khusus lembaga syari’ah. Lembaga keungan syari’ah memiliki
ciri-ciri, yaitu diharuskan sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah saat
menerima titipan dan investasi.
Hubungan antara pengguna dana, penyimpan dana (investor), dan lembaga
keuangan syari’ah sebagai intermediaryninstitusion. Hal ini didasarkan pada
kemitraan bukan hubungan antara kreditor dan debitur. Bisnis dalam lembaga ini
tidak hanya dikhususkan atau berpusat pada profit (keuntungan), tetapi juga
5

megutamakan falah orientid, yaitu kemakmuran di dunia dan kebhagiaan di


akhirat.
Konsep yang dijalankan dalm transaksi lembaga keuangan syari’ah di
dasarkan pada prinsip kemitraan sistem bagi hasil dan jual beli. Sewa menyewa
untuk transaksi komersial dan pinjam meminjam (qardh/kredit) bertujuan untuk
merugikan transaksi sosial. (H.Dadang Husen Sobana M.Ag, manajemen
keuangan syari’ah, 2017 hal.9)

C. Tujuan Perusahaan dan Pentingnya Aspek Etika


Tujuan dalam manajemen keuangan diperlukan untuk evaluasi dengan
standar yang telah ditentukan. Untuk penerapan tujuan tersebut maka perlu adanya
definisi operasional tujuan manajemen keuangan dengan bentuk variabel yang
dapat diukur.
Tujuan perusahaan dan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimalkan
kesejahteraan pemilik maupun pemegang sahamnya. Kesejahteraan pemegang
dapat berupa maksimalnya nilai pasar (market value) perusahaan. Nilai pasar pada
perusahaan apabila public yaitu jumlah saham yang beredar dikalikan dengan
harga saham pada waktu tertentu atau bisa disebut dengan kapitalisme pasar.
Perhatian manajer keuangan dalam memaksimalkan nilai pasar terletak pada
jumlah arus kas investasi yang ditargetkan, aspek waktu (timing) arus kas dan
resiko arus kas.
Menurut Hanafi (2008:5) arus kas yang positif dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Arus kas beda dengan laba akuntansi. Laba akuntansi dihasilkan dari
bertemunya pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan guna memperoleh
pendapatan. Adapun perhitungan akuntansi menjadi arus kas yaitu :
Arus Kas = Laba Bersih Akuntansi + Depresiasi
Dalam peningkatan nilai perusahaan maka manajemen perlu memperoleh
arus kas masuk yang tinggi secara berkelanjutan. Tidak hanya arus kas kas,
manajer pun harus memperhatikan juga dari aspek waktu dan resiko arus kas.
Dengan aspek waktu dan arus kas manajer dapat memperoleh nilai yang lebih
tinggi dari periode yang akan datang. Misalnya arus kas A dan B masing-masing
6

memiliki nilai ekspektasi yang sama, yaitu Rp 10 juta. Tetapi, keduanya memiliki
penyimpangan (deviasi) yang berbeda. Misalnya penyimpangan A lebih besar dari
penyimpangan B. Penyimpangan yang tinggi menunjukan tingkat ketidakpastian
arus kas yang tinggi sehingga resikonya tinggi. Dengan kata lain, arus kas yang
memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi (arus kas B) akan dipilih dari pada
arus kas yang memiliki ketidakpastiaan yang lebih tinggi.
Hanafi (2008:7) menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan bukanlah
untuk memaksimalkan laba dengan alasan laba yang besar melalui jumlah saham
beredar yang besar tidaklah sebaik yang diinginkan yang berarti hanya
membicarakan laba per lembar saham, dan laba per lembar saham juga bukan
merupakan tujuan yang tepat karena tidak memperhatikan nilai waktu uang dan
resiko.
Etika bisnis lahir di Amerika (1970), lalu meluas ke Eropa (1980) dan pada
tahun 1990 menjadi fenomena yang global. Etika bisnis merupakan suatu respon
atas krisis moral yang terjadi pada masa itu.
Dalam bisnis tanggung jawab pertamanya adalah dari segi ekonomi, seperti
meningkatkan nilai perusahaan, memperoleh laba, melayani pelanggan, dan
menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi masyarakat menginginkan sebuah bisnis
ada tanggung jawab dari segi social, etika, atau hukum.
Etika merupakan tatanan nilai dan moral dalam membentuk perilaku
dilingkungan organisasi dalam membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak
luar dan pihak dalam. Sedangkan etika dalam bisnis memuat tatanan nilai moral
dengan standar yang ada untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis mendatangkan banyak
manfaat. Selain itu, banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis dapat
menambah keuntungan dalam bisnis, yakni diyakini terdapat korelasi yang positif
antara perilaku tanggung jawab etika dan sosial dengan semakin besarnya laba.
Suatu perusahaan juga dapat menentukan standar etika yang tinggi, yaitu
dengan cara:
1. Menciptakan suatu paham atau tradisi perusahaan serta mengembangkan
dan melaksanakan kode etik tersebut secara adil dan konsisten;
7

2. Melakukan pelatihan etika;


3. Memperkerjakan orang yang tepat;
4. Melaksanakan audit etika secara berkala, tidak hanya sebatas aturan-
aturan;
5. Menetapkan contoh-contoh etika setiap waktu;
6. Menciptakan komunikasi dua arah dengan melibatkan karyawannya dalam
menetapkan standar etika.

D. Tujuan Perusahaan Dalam Lingkup Tata Kelola Perusahaan


Disini kita akan mempelajari tata kelola baik dari perspektif islam maupun
barat. Dalam islam tata kelola perusahaan bertujuan untuk menegakkan dan
mempertahankan prinsip keadilan social bagi pemegang saham dan semua
stakeholder.
Elemen pokok dalam pengembangan perusahaan yaitu tata kelolanya dalam
memainkan peran baik itu merancang, menyebarluaskan prinsip keadilan,
akuntabilitas, dan transparansi.
Tata kelola (governance) berasal dari kata latin gubernare yang berarti
mengarahkan atau memerintah. Oxford English Dictionary mendefinisikan
memerintah (govern) sebagai memandu, mengatur, atau mengarahkan masyarakat.
Secara umum, definisi tata kelola perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, dalam arti sempit tata kelola perusahaan berarti suatu sistem formal
akuntabilitas manajemen senior kepada pemegang saham. Kedua, dalam arti luas
dapat tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan hubungan
formal dan informal yang menyangkut sektor perusahaan dan konsekuensinya
bagi masyarakat secara umum.
Sedangkan tata kelola perusahaan menurut perspektif Islam tidak jauh
berbeda definisi konvensional karena hal tersebut mengacu pada sebuah sistem,
yaitu perusahaan diarahkan dan dikendalikan agar memenuhi tujuan perusahaan
dengan melindungi kepentingan dan hak semua stakeholder. Namun dalam hal
konsep pengambilan keputusan sistem konvensional menggunakan dasar
8

pemikiran (premis) epistemologi sosial-ilmiah, sedangkan Islam didasarkan pada


ketauhidan Allah.
Islam sudah lebih jauh menambahkan nilai-nilainya dengan menegaskan
unsur maqasid syariah yang tidak ditemukan dalam konsep barat. Fungsi-fungsi
tujuan menempatkan maqasid syariah sebagai tujuan akhir kesejahteraan manusia.
Maqasid syariah bermakna perlindungan atas kesejahteraan manusia, yang
terletak dalam bentuk perlindungan hak asasi berupa keyakinan agama, hidup,
intelektual, keturunan, dan kesejahteraan (H.Dadang Husen Sobana
M.Ag,manajemen keuangan syari’ah, 2017 hal.12)
E. Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Barat
Dari sejumlah model barat yang ada, bagian ini hanya berfokus pada dua
sistem tata kelola perusahaan yang dominan, yaitu pendekatan Anglo-Saxon atau
“Neo Liberal” dan model Eropa.
Setiap sistem memiliki cirinya tersendiri yang mencerminkan struktur
perusahaan yang berbeda dan tujuan perusahaan yang beragam. Perbedaan
antarmodel tata kelola perusahaan pada sistem keuangan terus-menerus menjadi
subjek perdebatan selama beberapa abad.
1. Model Anglo-Saxon
Model tata kelola perusahaan Anglo-Saxon yang juga dikenal sebagai sistem
berbsis pasar, sistem nilai pemegang saham, model prinsipal-agen atau model
keuangan. Anglo-Saxon dianggap sebagai teori yang paling dominan dan
diunggulkan Amerika Serikat dan Inggris. Dasar pemikirannya bahwa pasar
(khususnya pasar modal), tenaga kerja manajerial, dan kontrol perusahaan
memberikan batasan-batasan yang paling efektif terhadap kebijakan manajerial.
Amerika Serikat dan Inggris dipengaruhi oleh model yang berbasis single-
board system, yaitu keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi tidak
dipisahkan. Dalam model ini, dewan komisaris merangkap sebagai direksi dan
kedua organ inilah yang disebut sebagai dewan direksi. Sistem nilai pemegang
saham ini merupakan tata kelola yang dominan selama bertahun-tahun. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya praktik perusahaan di sejumlah negara yang
menggunakan sistem ini. Seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, Afrika
9

Selatan, Cina, dan sebagian besar negara-negara Asia Tenggara misalnya


Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Aspek yang paling khas dari sistem ini adalah pada struktur kepemilikan
perusahaan, yaitu kepemilikan saham tersebar secara luas dan pemegang saham
mempunyai pengaruh yang lemah pada manajemen. Hal itulah yang menjadi
alasan mengapa dalam sistem ini perusahaan perlu hukum yang kuat untuk
melindungi para pemegang saham. Singkatnya, pusat perhatian tata kelola
perusahaan pada sistem Anglo-Saxon adalah untuk melindungi kepentingan dan
hak-hak pemegang saham.

Pemegang Saham

Manajer Dewan Direksi

Karyawan

Gambar 1.1 Tata Kelola Perusahaan Model Anglo-Saxon


Gambar 1.1 menunjukan bahwa model Anglo-Saxon didasarkan pada konsep
hubungan wewenang dalam persahaan antara pemegang saham dan manajer yang
dimotivasi oleh perilaku berorientasi laba. Konsep ini berasal dari keyakinan
kapitalisme pasar di mana kepentingan dan pasar dapat berfungsi dalam mengatur
dirinya dan berfungsi secara seimbang.
2. Model Eropa
Dengan hanya mengunggulkan kepentingan dan hak pemegang saham,
banyak yang percaya bahwa terdapat masalah yang signifikan dengan sistem
Anglo-Amerika. Pendekatan lain yang diperkenalkan untuk menjawab masalah
tersebut adalah dengan model Eropa atau disebut juga teori stakeholder. Dalam
sistem ini, sebagian besar perusahaan meningkatkan keuangan eksternal mereka
dari bank-bank yang telah berhubungan dekat dan dari hubungan jangka panjang
dengan pelanggan mereka. Model Eropa difokuskan pada model berbasis
10

hubungan yang menekankan maksimalisasi kepentingan kelompok yang lebih luas


daripada hanya kepentingan pemegang saham.
Model stakeholder dipraktikkan oleh mayoritas negara-negara Eropa seperti
Jerman, Prancis, Italia, Spanyol dan Yunani karena banyak perusahaan besar
merupakan bagian dari struktur sosisal dan ekonomi.model ini isinya menolak
tiga proposisi utama model amerika yang menyatakan bahwa semua stakeholder
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan perusahaan yang
berdampak pada mereka, manajer bertugas terutama untuk melindungi
kepentingan seluruh stakeholder, dan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan
kepentingan stakeholder dan bukan hanya pemegang saham ( Iqbal dan Mirakhor,
2004:46).

Pemegang Saham

Dewan Direksi Dewan Pengawas

Tata Kelola
Perusahaan

Trade Union Dewan Pekerja

Gambar 1.2 Gaya Tata Kelola Perusahaan Model Eropa


Stakeholder merupakan kelompok-kelompok konsituen yang mempunyai
klaim yang sah pada perusahaan atau dapat diartikan orang yang memberikan
kontribusi secara langsung atau tidak langsung pada perusahaan. Stakeholder
dapat diklasifikasikan menjadi pemegang saham, stakeholder internal (karyawan
dan saerikat pekerja), para mitra operasional (pelanggan, pemasok, kreditur, dan
kontraktor), dan komunitas sosial (otoritas negara, kantor dangang, organisasi non
pemerintah/LSM, dan masyarakat sipil).
Ciri khusus model Eropa adalah praktik sistem dua tingkat (two-tier) yang
terdiri atas dewan pengawas dan dewan manajemen (direksi) seperti yang
dipratikan oleh perusahaan-perusahaan di Jerman atau Perancis yang disebut
11

conseil de surveillance. Kedua dewan ini terpisah dari direktur eksekutif, yaitu
struktur dua dewan yang bertemu secara terpisah. Pada gambar di atas
ditampilkan gaya tata kelola perusahaan model Eropa.(Najmudin,Manajemen
Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Moderen.2011)

E. Model Tata Kelola Perusahaan Dalam Perspektif Islam


Secara umum diketahui bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai kesejahteraan perusahaan. Jika demikian, maka hal ini
menadakan bahwa perusahaan tersebut, termasuk juga perusahaan Islam yang
memiliki tujuan tersebut, dalam praktiknya masih mengadopsi tata kelola
perusahaan model Anglo-Saxon.
Dalam konteks tata kelola perusahaan Islam, terdapat beberapa studi yang
dilakukan khususnya pada lembaga keuangan Islam dan ditemukan model tata
kelola perusahaan alternatif.
Studi yang pertama mengacu pada model tata kelola perusahaan berdasarkan
prinsip konsultasi yang menegaskan bahwa semua stakeholder memiliki tujuan
yang sama, yaitu tauhid dan keesaan Allah. Studi selanjutnya mengadopsi sistem
nilai stakeholder dengan beberapa modifikasi. Dalam konteks Islam, kepentingan
stakeholder bukan hanya seputar return financial atau memaksimalkan
keuntungan, tetapi kepentingan tersebut juga meliputi unsur etika, syariah dan
prinsip tauhid.
1. Pendekatan Berbasis Tauhid dan Musyawarah
Perusahaan Islam memiliki nilai tata kelola perusahaan barat. Choudhury dan
Hoque membahas dasar epistemologi tauhid sebagai acuan pada model tata kelola
perusahaan Islam. Sebagai dasar iman Islam adalah tauhid, dasar kerangka tata
kelola perusahaan juga berasal dari konsep ini. Konsep tata kelola perusahaan
dalam perspektif Islam oleh Choudhury dan Hoque, tampak pada gambar 1.3
12

Tauhid sebagai Pilar

Dewan Syariah: Puncak Tata Kelola

Musyawarah atau
Konsultasi
Pemegang Masyarakat
Saham
Kesejahteraan Sosial

Penetapan proses interaktif,


Pengujian kesatuan
integratif dan evolusi yang
pengetahuan menurut aturan
melengkapi tujuan
syariah
perusahaan dan sosial

Gambar 1.3 Konsep Tata Kelola Perusahaan Perspektif Islam


Gambar 1.3 menunjukan bahwa pendekatan tata kelola perusahaan Islam
didasarkan pada model epistemologi tauhid yang peran fungsional perusahaannya
bekerja melalui aturan syariah. Prinsip tauhid menurunkan konsep penting
khilafah dan keadilan atau keseimbangan. Prinsip keseimbangan sosial dalam
konteks ekonomi memberikan konfigurasi terbaik pada kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi. Dalam konteks ini, kebutuhan semua anggota
masyarakat merupakan prioritas pertama di atas individu.
Para stakeholder sebagai khalifah Allah mempunyai tugas menegakan prinsip
keadilan distributif melalui proses permusyawaratan. Chapra (1992:234)
menyebutkan bahwa praktik musyawarah bukan merupakan pilihan, tetapi suatu
kewajiban. Unsur musyawarah memberikan seluas mungkin partisipasi
stakeholder dalam urusan negara, termasuk juga perusahaan, baik secara langsung
maupun wakil-wakil. Terdapat dua lembaga utama yang terlibat dalam proses tata
kelola perusahaan di atas, yaitu dewan syariah dan unsur dari sekelompok-
kelompok anggota musyawarah (semua stakeholder). Dalam menentukan cakupan
13

syariah, lembaga dewan syariah masuk ke dalam struktur dan memainkan peran
penting untuk memastikan bahwa semua kegiatan perusahaan sejalan dengan
prinsip-prinsip syariah.
2. Pendekatan Berbasis Stakeholder secara Islam
Prinsip hak-hak kepemilikan dalam Islam dengan jelas memberikan kerangka
yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengakui, menghormati, dan
melindungi kepentingan dan hak setiap individu, masyarakat, negara, dan
perusahaan. Dalam hal hak-hak kepemilikan, Islam menyatakan bahwa Allah
adalah pemilik tunggal atas harta dan manusia hanyalah wakil dan pemeliharaan.
Hal tersebut menunjukan adanya pengakuan untuk menggunakan dan mengelola
harta tersebut sesuai dengan aturan syariah. Terdapat berbagai ayat al-Qur’an
yang menyebutkan prinsip hak milik, salah satunya adalah dalam QS 57:7.
Meringkas tata kelola perusahaan secara Islam berdasarkan model
berorientasi stakeholder. Ada dua konsep dasar prinsip-prinsip syariah, yakni
prinsip hak milik dan prinsip kerangka kontrak. Tata kelola setiap perusahaan
dalam Islam diatur oleh syariah bagi semua stakeholder termasuk pemegang
saham, manajemen, dan stakeholder lain seperti karyawan, para pemasok, para
pemodal, dan masyarakat.( Muhamad,Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis
Fiqih dan Keuangan 2014)
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis memberikan banyak sekali
manfaat yang dirasakan secara langsung maupun tidak. Banyak perusahaan yang
sadar bahwa perilaku etis dapat membantu mencapai tujuan perusahaan yakni
menambah keuntungan.
Dalam aktualisasi prinsip syariah di dalam bisnis lembaga ini tidak hanya di
khususkan atau terpusat pada profit (keuntungan), tetapi juga mengutamakan falah
orientid, yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Untuk manajemen perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkatkan


kesejahteraan pemegang saham yang berupa nilai pasar perusahaan. Kita biasanya
mengenal dengan istilah jumlah saham dengan target aspek waktu arus kas dan
risiko arus kas.
Dalam hal konsep pengambilan keputusan sistem konvensional menggunakan
dasar pemikiran (premis) epistemologi sosial-ilmiah, sedangkan Islam didasarkan
pada ketauhidan Allah.
Dari sejumlah model barat yang ada, bagian ini hanya berfokus pada dua
sistem tata kelola perusahaan yang dominan, yaitu pendekatan Anglo-Saxon atau
“Neo Liberal” dan model Eropa.
Model tata kelola perusahaan dalam perspektif Islam dibagi menjadi dua yakni
pendekatan berbasis tauhid dan musyawarah, serta pendekatan berbasis
stakeholder secara Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sobana, Dadang Husen. 2017. Manajemen keuangan syari’ah. Bandung.


Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Moderen.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

15

Anda mungkin juga menyukai