BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
3
4
per lembar saham juga bukan merupakan tujuan yang tepat karena tidak
memperhatikan nilai waktu uang dan resiko.
Sarker (1999) menyatakan bahwa tujuan perusahaan berbasis syariah
menjadi ganda, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan
kesejahteraan atau falah. Sebuah perusahaan syariah akan mempertimbangkan
kepentingan seluruh masyarakat atau stakeholders dengan suatu prioritas.
Selain itu, tujuan perusahaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh aspek etika.
Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970-an, kemudian meluas ke
Eropa pada tahun 1980-an dan menjadi penomena global pada tahun 1990-an.
Etika bisnis dinggap sebagai respon tepat atas krisis moral yang meliputi dunia
bisnis.
Tanggung jawab pertama suatu bisnis adalah tanggung jawab ekonomi,
yaitu meningkatkan nilai perusahaan., memperoleh laba agar perusahaan dapat
tetap menjalankan bisnisnya, melayani pelanggannya, dan menciptakan
lapangan pekerjaan. Akan tetapi, masyarakat di sekitar menuntut agar bisnis
juga memenuhi tanggung jawab sosial, etika, atau hukum. Sistem bisnis
beroperasi dalam suatu lingkungan yang menghendaki perilaku etis, tanggung
jawab sosial, peraturan pemerintah, dan undang-undang yang saling berkaitan
satu sama lain.
Etika adalah tatanan nilai dan moral dn standar perilaku yang membentuk
dasar bagi orang-orang dalam organisasi sewaktu mereka membuat keputusan
dan berinteraksi dengan pihak lain dengan pihak yang berkepentingan dalam
organisasi. Adapun etika dalam bisnis mencakup tatanan nilai moral dan
standar-standar perilaku yang dihadapi para pelaku bisnis sewaktu mereka
membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Dalam ekonomi syariah, konformitas (penyesuaian) bagi perusahaan
terhadap etika bukanlah sebuah pilihan atau tentang masalah penentuan pilihan.
Manajer keuangan harus patuh terhadap norma-norma etika islam sebagaimana
yang terkandung dalam syariah. Apakah kepatuhan tersebut merupakan nilai
yang meningkat atau dianggap menghancurkan, hal ini sebagian besar
merupakan masalah analisis residu. Dalam penelitian terbaru tentang apa yang
7
Dari sejumlah model barat yang ada, bagian ini hanya berfokus pada dua
sistem tata kelola perusahaan yang dominan, yaitu pendekatan Anglo-Saxon
atau “Neo Liberal” dan model Eropa.
Setiap sistem memiliki cirinya tersendiri yang mencerminkan struktur
perusahaan yang berbeda dan tujuan perusahaan yang beragam. Perbedaan
antarmodel tata kelola perusahaan pada sistem keuangan terus-menerus
menjadi subjek perdebatan selama beberapa abad.
1. Model Anglo-Saxon
Model tata kelola perusahaan Anglo-Saxon yang juga dikenal
sebagai sistem berbsis pasar, sistem nilai pemegang saham, model
prinsipal-agen atau model keuangan. Anglo-Saxon dianggap sebagai
teori yang paling dominan dan diunggulkan Amerika Serikat dan
Inggris. Dasar pemikirannya bahwa pasar (khususnya pasar modal),
tenaga kerja manajerial, dan kontrol perusahaan memberikan batasan-
batasan yang paling efektif terhadap kebijakan manajerial.
Amerika Serikat dan Inggris dipengaruhi oleh model yang berbasis
single-board system, yaitu keanggotaan dewan komisaris dan dewan
direksi tidak dipisahkan. Dalam model ini, dewan komisaris merangkap
sebagai direksi dan kedua organ inilah yang disebut sebagai dewan
direksi. Sistem nilai pemegang saham ini merupakan tata kelola yang
dominan selama bertahun-tahun. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
praktik perusahaan di sejumlah negara yang menggunakan sistem ini.
Seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, Afrika Selatan, Cina, dan
sebagian besar negara-negara Asia Tenggara misalnya Malaysia,
Filipina, dan Singapura.
10
Aspek yang paling khas dari sistem ini adalah pada struktur
kepemilikan perusahaan, yaitu kepemilikan saham tersebar secara luas
dan pemegang saham mempunyai pengaruh yang lemah pada
manajemen. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa dalam sistem ini
perusahaan perlu hukum yang kuat untuk melindungi para pemegang
saham. Singkatnya, pusat perhatian tata kelola perusahaan pada sistem
Anglo-Saxon adalah untuk melindungi kepentingan dan hak-hak
pemegang saham.
Pemegang Saham
Karyawan
Pemegang Saham
Tata Kelola
Perusahaan
dari konsep ini. Konsep tata kelola perusahaan dalam perspektif Islam
oleh Choudhury dan Hoque, tampak pada gambar 1.3
Tauhid sebagai Pilar
Musyawarah atau
Konsultasi
Pemegang Saham Masyarakat
Kesejahteraan Sosial
tata kelola perusahaan di atas, yaitu dewan syariah dan unsur dari
sekelompok-kelompok anggota musyawarah (semua stakeholder).
Dalam menentukan caakupan syariah, lembaga dewan syariah masuk ke
dalam struktur dan memainkan peran penting untuk memastikan bahwa
semua kegiatan perusahaan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Pendekatan Berbasis Stakeholder secara Islam
Prinsip hak-hak kepemilikan dalam Islam dengan jelas
memberikan kerangka yang komprehensif untuk mengidentifikasi,
mengakui, menghormati, dan melindungi kepentingan dan hak setiap
individu, masyarakat, negara, dan perusahaan. Dalam hal hak-hak
kepemilikan, Islam menyatakan bahwa Allah adalah pemilik tunggal
atas harta dan manusia hanyalah wakil dan pemeliharaan. Hal tersebut
menunjukan adanya pengakuan untuk menggunakan dan mengelola
harta tersebut sesuai dengan aturan syariah. Terdapat berbagai ayat al-
Qur’an yang menyebutkan prinsip hak milik, salah satunya adalah
dalam QS 57:7.
Meringkas tata kelola perusahaan secara Islam berdasarkan model
berorientasi stakeholder. Ada dua konsep dasar prinsip-prinsip syariah,
yakni prinsip hak milik dan prinsip kerangka kontrak. Tata kelola setiap
perusahaan dalam Islam diatur oleh syariah bagi semua stakeholder
termasuk pemegang saham, manajemen, dan stakeholder lain seperti
karyawan, para pemasok, para pemodal, dan masyarakat.
Berikut ini adalah perbedaan tata kelola perusahaan modal Anglo-
Saxon, Eropa, dan Syariah:
Aspek-Aspek Model Model Model
Anglo-Saxon Eropa Syariah
Filosofi Paham Paham Tauhid atau
rasionalisme rasionalisme keesaan Allah
dan dan
rasionalitas rasionalitas
Tujuan
Hak dan Kepentingan Melindungi Melindungi Melindungi
15
kurang
diprioritaskan
dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai
dengan prinsip syariah.
BAB III
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA