DOSEN PEMBIMBING :
Cian Ibnu Sina, S.Sos., M.Si
Disusun Oleh :
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tanpa rahmatnya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmatnya baik itu berupa
fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Rukun Iman Dalam Ruang Lingkup Aqidah Islam”.
Kami tentu saja menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami mengucapkan terimakasih dan mohon maaf khususnya kepada dosen yang telah
membimbing kami, apabila kelompok kami masih terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini.
Demikian dari kelompok kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….…..1
C. Tujuan…………………………………………………………….……….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………….……7
B. Saran………………………………………………………………….…...7
Daftar Pusaka…………………………………………………………….…8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dankita sebagai
manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mu’min). Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus
diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama sepakat bahwa dalil-
dalil qli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan
dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil
yang qath’i.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, Akidah Islamiyyah merupakan keimanan yang teguh dan bersifat pasti terhadap Allah
SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada
para malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk, serta mengimani
segala apa yang sudah shih mengenai prinsip-prinsip agama (ushuluddin), perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang sudah menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta
seluruh berita-berita qath'i (yang pasti), baik itu secara ilmiah ataupun amaliyah yang sudah
ditetapkan menurut dari Al Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
• Nubuwat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan mengenai Kitab Allah, mukjizat, dan lain sebagainya)
• Sam'iyat (pembahasan akan segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui dalil naqli
berupa Al Quran dan Sunnah, seperti halnya alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-tanda
kimat, surga dan neraka, dan yang lainnya)
2
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmah-
hikmah inilah yang disebut “Hukuman” atau “Filosof”.
Pendapat Xenophanes
Xenophanes menyatakan : “ Tuhan hanya satu, yang terbesar diantara dwa dan manusia,
tidak serupa denngan makhluk yang fana.
“ Tuhan yang Esa itu tidak dijadiakan tidak bergerak dan berubah- ubah, dan ia mengisi
seluruh alam. Dia melihat semuanya, mendengar semua dan memikirkan seluruhnya .
Mudah sekali ia memimpin alam ini dengan kekuatan fikir-Nya” .
Pendapat Socrates
Socrates menyatakan : “ Tuhan pencipta alam mini bukanlah hanya untuk memikirkan dan
memperhatikan manusia saja, tapi ialah roh bagi manusia. Jika tidak begitu cobalah
sebutkan padaku, hewan manakah yang dapat mengetahui adanya Tuhan yang mengatur
susunan tubuh yang mempunyai sifat-sifat tinggi ini ! Coba kata hewan mana selain manusia
yang dapat dibawa akalnya menyembah dan berkhidmah kepada Tuhan ?”.
Pendapat Descartes
Descartes menyatakan : “ Saya tidak menjadikan diri saya sendiri. Sebab kalau saya
menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri saya itu.
Oleh sebab itu tentu saya dijadika oleh Dzat yang lain . Dan sudah pasti pula Dzat lain itu
menjadikan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, kalau tidak akan sama halnya dengan
diri saya”.
“ Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri saya merasa
tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna . Dan Dzat yang sempurna itu ialah
Allah ”.
Perhatikan kandungannya, bahwa apa yang dinyatakan oleh para filosofis diatas, semakna
dengan apa yang dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an :
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari air .
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan Dia lupa kepada kejadiannya Ia berkata : “
Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh ? ” .
Katakanlah : “ Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan
Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk . (QS.36:77-79)
3
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah Dia diciptakan ? Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan . Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya ( Hidup
sesudah mati ) . (QS.86:5-8)
Dari uraian diatas, nyatalah bahwa pada hakikatnya landasan akidah Islam adalah Al-Qur’an
dan Sunnah.
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan,
Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainnya.
2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk tentang Kitab- Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda- tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.
Di samping sistimatika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistimatika arkanul
iman (rukun iman) yaitu:
4
Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Seseorang yang memiliki aqidah
yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah yang tertib dan memiliki akhlak yangmulia.
Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalautidak dilandasi dengan
aqidah.Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, makakeberadaan aqidah Islam
sangat menentukan bagi seorang muslim,sebab dalam sistem teologi agama ini diyakini
bahwa sikap, perbuatandan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas
seseorangsangat dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya.Untuk itu
signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslimdapat dilihat paling tidak dalam tujuh
hal, yaitu:
1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam
2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang didunia, sebagai modal awal
mencapai kebahagiaan diakhirat
3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang
menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya
4.Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yangdimiliki manusia sejak lahir
5.Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan
6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan
7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.
“dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar danadil. Tidak ada yang
dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”.
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurutkeinginan-Nya. Tidak lain (Al-
Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
5
Rasulullah saw bersabda,
“tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluardari-Nya kecuali
kebenaran sambil menunjuk lidahnya”(HR. Abu dawud).
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana
seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah
informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi- Nya,
Muhammad Saw.Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunnah. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu
yang tidak terbatas. Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa
ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
B. SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian
diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
7
DAFTAR PUSAKA
Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 1 Al-Banna, Majmu’atu ar-
Rasail. Muassasah ar-Risalah Beirut: tanpa tahun. h.165
Ibid. h. 21
ndiyani Muhadi, Bahriani dan Rezky Nur Wahyuni, Aqidah Akhlak Sumber-sumber Aqidah