Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM”

Disusun Oleh:

NAMA : AMANDA ALIFAH ZAFITRI

NPM : 218320075

PRODI : MANAJEMEN A1

UNIVERSITAS MEDAN AREA


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

TAHUN 2021/2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................

1. Latar Belakang...........................................................................
2. Rumusan Masalah.......................................................................
3. Tujuan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................

1. Pengertian Ketuhanan..............................................................
2. Siapakah Tuhan itu?.................................................................
3. Bukti Adanya Tuhan ...............................................................
4. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan............................
5. Proses Terbentuknya Iman ......................................................
6. Tanda –Tanda Orang Beriman ................................................

BAB III PENUTUP............................................................................

1. Kesimpulan..............................................................................
2. Saran ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam yang memang harus
terpenuli sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh pengajar. Disamping itu, makalah
ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena pada makalah ini sediki/banyaknya terdapat ilmu
yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan dibandingkan


makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang menggunakan akalnya untuk
mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa keingintahuan seperti halnya pada makalah ini
juga akan mengkaji yaitu diantaranya tentang hakikat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan
ketakwaan yang berisi dari berbagai sumber, agir makalah ini ada nilai banding dengan
makalah lain

Dengan izin Allah dalam makalah ini saya akan menjelaskan dan membahas tentang Konsep
Ketuhanan dahm Islam.

B. RUMUSAN MASALAH

Berisi pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara hin adakh sebagai
berikut:
1. Apakah Pengertian Ketuhanan ?
2. Siapakah Tuhan Itu ?
3. Bukti Adanya Tuhan ?
4. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
5. Proses Terbentukhnya Iman ?
6. Tanda – Tanda orang Beriman ?

1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui siapa Tuhan itu.

2. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.

3. Untuk mengetahui tentang konsep Ketuhanan dalam Islam

4. Untuk mengetahui tentang bukti-bukti adanya Tuhan.

5. Untuk mengetahui proses terbentuknya iman .

6. Untuk mengetahui tanda-tanda orang beriman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KETUHANAN

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫ )هللا‬dan diyakini sebagai Zat
Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Aba di,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan
sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha
Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda.Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha
Luas.Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan


kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya.
Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.
(Al-Bayhaqi, 2021).

3
2. SIAPAKAH TUHAN ITU?

"Tuhan” pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat abadi dan
supranatural. Bagi rumpun agama samawi, kata Tuhan sendiri biasanya mengacu pada Allah,
yang diyakini sebagai zat yang Maha sempurna, pemilik langit dan bumi yang disembah
manusia. Dalam bahasa Arab kata ini sepadan dengan kata rabb. Menurut Ibnu Atsir, Tuhan
dan tuan secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi
nikmat. Kata Allah saja dalam dalam Al-Qur’an disebut 2697 kali, sedangkan kata Rabb
(Rabb, Rabbi, Rabbuna, rabbukum dan Rabbuhu) sebanayak 839 kali,sedangkan kata Ilah
(Ilahun, Ilahi, Ilahuna Ilahukum Alihatun, Alihati, Alihihatuna Alihatukum) ada 147 kali.
Belum lagi semacam kata Wahid, Ahad, atau kalimat yang menafi kan ada sekutu baginyna
baik dalam perbuatan atau wewenang menetapkan hukum atau kewajaran beribadah kepada
selain-Nya atau penjelasan lain yang semuanya mengarah penjelasan tentang tauhid. Tuhan
dan fi trah adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan karena fi trah itu adalah asal kejadian,
kembali ke asal, bahkan dikatakan juga artinya Tuhan, manusia itu pada dasarnya memang ada
unsur Tuhan maka di mana pun dia berada ia tidak akan bisa lepas dengan Allah (FAHIMAH,
2019) .

3. BUKTI ADANYA TUHAN


Kepercayaan tentang adanya Tuhan yang amat mendalam dan yang sangat penting adalah
tidak terdapat pada kalangan orang-orang biasa. Namun sebagian manusia menolak
kepercayaan tentang adanya Tuhan, sebab bukti-bukti tidak memahami dan menghayati
tanda kebesaran yang tergelar di alam raya ini, sehingga akal bisa samapi memutuskan
tentang adanya Tuhan. Pada dasarnya akal memiliki kebebasan dan kemerdekaan. Dengan
akalnya manusia dapat melepaskan keterkaitannya dengan keadaan lingkungannya dan
naluri kemanusiannya. Metode refleksi filosofis yang digunakan peneliti dalam mencari
atau menyeidiki kembali pandangan para filosof tentang pembuktian adanya Tuhan dengan
tidak terikat oleh historis kronologis para filosof. Sedangkan analisa datanya menggunakan
analisa deskripsi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; 1. Akal manusia berfungsi
sebagai alat untuk mengerti, memahami dan berpikir mulai dari alam fisika hingga alam
metafisika. Dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam menentukan segala aktifitas
manusia untuk mewujudkan perbuatannya. Akal dengan kekuatannya dari masalah-

4
masalah yang rendah hingga bisa meninggi sampai kea lam malakut (alam ketuhanan). 2.
Pembuktian adanya Tuhan, bisa dibuktikan melalui akal manusia yang berdasarkan
pengalaman ilmiah, pengalaman moral maupun pengalaman keindahan. Akal dapat
digunakan untuk membuktikan adanya Tuhan dengan memahami dan menghayati segala
sesuatu yang ada di alam, termasuk manusia dan permasalahannya. 3. Islam dengan
pedoman pokok al-Qur’an, memiliki konsepsi ketuhanan yang dapat memberikan
kepercayaan dan keyakinan pada ummatnya, bahwa Tuhan itu Esa dan Maha Suci dari
sifat-sifat kealaman. Pembuktian wujud Tuhan dapat digunakan beberapa metode dan
argumentasi yang telah dimiliki oleh aliran-aliran yang tumbuh dalam Islam. Seperti
dalam aliran teologi, filsafat, tasawuf dan aliran-aliran yang ada dalam ilmu positif.
(Rohman, 2019).
4. SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN

a. Dinamisme

Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh
dalam kehidupan.Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda.Setiap
mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh
negatif. Kekuatan ada pada pengaruh tersebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana
(Malaysia), dan tuah (melayu), dan sakti (india) yakni kekuatan gaib.Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera.Oleh karena itu dianggap
sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan
pengaruhnya.

b. Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya.Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh.Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai
sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati.Oleh karena itu, roh dianggap sebagai
sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya
dipenuhi.Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatidari roh-roh
tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh.Saji-sajian yang sesuai dengan saran
dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
5
c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut
dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa
yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.

d. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu
dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan
yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu).
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut
dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

e. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme.Dalam monoteisme


hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk
monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme. Deisme adalah kepercayaan bahwa dengan pengetahuan, akal dan
pikiran, seseorang bisa menentukan bahwa Tuhan adalah nyata.Beberapa deist menanggap
bahwa Tuhan tidak mencampuri urusan manusia dan mengubah hukum-hukum alam semesta.
Panteisme atau pantheisme (Yunani: πάν ( ‘pan’ ) = semua dan θεός ( ‘theos’ ) = Tuhan)
secara harafiah artinya adalah “Tuhan adalah Semuanya” dan “Semua adalah Tuhan”.Mereka
cenderung tidak percaya dengan Dewa.,Teisme agnostis adalah pandangan filosofis yang
mencakup baik teisme dan agnostisisme.Penganut teisme agnostik mempercayai keberadaan
setidaknya satu Tuhan, namun mengganggap bahwa dasar dari kepercayaan ini merupakan
sesuatu yang pada dasarnya tidak memungkinkan untuk dipahami atau diketahui secara pasti.
(SAA, 2021).

6
5. PROSES TERBENTUKNYA IMAN

Beriman adalah syarat penting dalam menjadi muslim, tanpa iman, keislaman orang tersebut
perlu dipertanyakan. Dari itu muslim harusnya belajar tentang Tuhan dan Keimanan agar bisa
disebut beriman. apa itu iman, dan bagaimana proses terbentuknya iman dalam diri seseorang.
Iman dalam bahasa Arab memiliki arti pengetahuan, percaya dan yakin tanpa keraguan.
Dengan demikian, iman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul akibat pengetahuan dan
keyakinan. Adapun orang yang mengetahui dan percaya pada Allah disebut dengan
Mukmin.Kalau kita cermati kembali makna iman tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
terbentuknya iman dalam diri seseorang itu melalui 2 tahap, diantaranya:

1. Didahului Oleh Pengetahuan Tentang Tuhan

Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berpikir, perenungan mendalam, survey
atau penelitian terhadap alam semesta.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka (Q.S. Ali Imran:190-191).

Dengan demikian, iman seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah dan
dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia kekuasaan Allah yang tersedia di alam
semesta (burhan kauniyah), di samping selalu taat, takwa dan beribadah kepadaNya.

Lihatlah bagaimana Ibrahim a.s. mengeksplorasi alam dalam proses imannya kepada Allah,
padahal Ibrahim hidup di tengah kaum (dan bahkan bapaknya sendiri, Azar) yang
menjadikan berhala sebagai Tuhan. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami
memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang orang yang yakin. Ketika malam hari
7
telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku”. Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah
bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian tatkala dia melihat
matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” maka tatkala matahari
itu telah terbenam, dia berkata: “hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang
Menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S. al An’am: 74-79).

Ayat di atas menyiratkan sebuah makna bahwasanya faktor keturunan tidaklah membantu
dalam terbentuknya iman dalam diri, melainkan eksplorasi dan pengetahuan tentang Tuhan.
Pernyataan ini didukung dengan beberapa kisah lain dalam Al-Quran, diantaranya:

Kisah Nabi Nuh AS berupaya keras mengajak putranya untuk ikut menaiki bahtera. Namun
putranya itu membangkang. Seperti dalam Al-Quran Surat Huud Ayat 42-46:

‫َوِه َى َتۡج ِر ۡى ِبِهۡم ِفۡى َم ۡو ٍج َك اۡل ِج َباِل َو َناٰد ى ُنۡو ُح ۨا ۡب َنٗه َو َك اَن ِفۡى َم ۡع ِزٍل ّٰي ُبَنَّى اۡر َك ْب َّم َعَنا َو اَل َتُك ۡن َّم َع اۡل ٰك ِفِر ۡي َن‬

‫َقاَل َس ٰا ِو ۤۡى ِاٰل ى َج َبٍل َّيۡع ِص ُم ِنۡى ِم َن اۡل َم ٓاِءؕ‌ َقاَل اَل َعاِص َم اۡل َيۡو َم ِم ۡن َاۡم ِر ِهّٰللا ِااَّل َم ۡن َّرِح ۚ‌َم َو َح اَل َبۡي َنُهَم ا اۡل َم ۡو ُج َفَك اَن ِم َن اۡل ُم ۡغ َر ِقۡي َن‬

‫ّٰظ‬
‫َو ِقۡي َل ٰۤي َاۡر ُض اۡب َلِع ۡى َم ٓاَءِك َو ٰي َس َم ٓاُء َاۡق ِلِع ۡى َو ِغ ۡي َض اۡل َم ٓاُء َو ُقِض َى اَاۡلۡم ُر َو اۡس َتَو ۡت َع َلى اۡل ُج ۡو ِد ِّى‌ َو ِقۡي َل ُبۡع ًدا ِّلـۡل َقۡو ِم ال ِلِم ۡي َن‬

‫َو َناٰد ى ُنۡو ٌح َّرَّبٗه َفَقاَل َرِّب ِاَّن اۡب ِنۡى ِم ۡن َاۡه ِلۡى َو ِاَّن َو ۡع َدَك اۡل َح ـُّق َو َاۡن َت َاۡح َك ُم اۡل ٰح ِكِم ۡي َن‬

‫َقاَل ٰي ـُنۡو ُح ِاَّنٗه َلـۡي َس ِم ۡن َاۡه ِلَك ۚ‌ِاَّنٗه َع َمٌل َغ ۡي ُر َص اِلٍحۖ‌‌ َفاَل َتۡس ـَٔـــۡل ِن َم ا َلـۡي َس َلـَك ِبٖه ِع ۡل ٌم‌ؕ ِاِّنۤۡى َاِع ُظَك َاۡن َتُكۡو َن ِم َن اۡل ٰج ِهِلۡي‬

Demikian pula dengan kisah Nabi Musa AS yang semasa kecilnya diasuh dalam lingkungan
keluarga Fir’aun. Firman Allah dalam Al-Quran Surat al-Qashash Ayat 7-8:

‫َو َأْو َح ْيَنٓا ِإَلٰٓى ُأِّم ُم وَس ٰٓى َأْن َأْر ِضِع يِهۖ َفِإَذ ا ِخ ْفِت َع َلْيِه َفَأْلِقيِه ِفى ٱْلَيِّم َو اَل َتَخ اِفى َو اَل َتْح َز ِنٓى ۖ ِإَّنا َر ٓاُّدوُه ِإَلْيِك َو َج اِع ُلوُه ِم َن‬
‫ٱْلُم ْر َسِليَن‬

8
‫َفٱْلَتَقَط ٓۥُه َء اُل ِفْر َع ْو َن ِلَيُك وَن َلُهْم َعُدًّوا َو َح َز ًناۗ ِإَّن ِفْر َع ْو َن َو َٰه َٰم َن َو ُج ُنوَدُهَم ا َك اُنو۟ا َٰخ ِطِٔـيَن‬

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan keluarga dan masyarakat serta
pendidikan yang ditempuh oleh seseorang membawa pengaruh bagi tingkat perkembangan
pembentukan iman seseorang.

2. Timbulnya Sikap Percaya Kepada Allah

Meskipun kepercayaan pada tahap ini masih labil, tergantung pada seberapa banyak
pengetahuan tentang Allah dan upaya kontemplasinya terhadap alam semesta tersebut, namun
iman pada tahap ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang
diperoleh atau pengalaman yang dijalani.

Kadang-kadang muncul keraguan dalam dirinya, namun ketika proses pencarian tersebut
berlanjut, sedikit demi sedikit keraguan itu akan hilang lalu berubah pada terbentuknya
tahap KETIGA, yakni yakin tanpa dibayangi oleh sikap ragu. (Irawan, 2020).

TANDA-TANDA ORANG BERIMAN

Alquran menerangkan tanda-tanda orang beriman, salah satu tandanya hati mereka
bergetar saat mendengar nama Allah ‫ﷻ‬.
Pengertian bergetar di sini dijelaskan dalam tafsir surat Al Anfal ayat 2 sebagai berikut:

‫ِاَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن اَّلِذ ْيَن ِاَذ ا ُذ ِكَر ُهّٰللا َو ِج َلْت ُقُلْو ُبُهْم َو ِاَذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِه ْم ٰا ٰيُتٗه َز اَد ْتُهْم ِاْيَم اًنا َّوَع ٰل ى َر ِّبِه ْم َيَتَو َّك ُلْو َۙن‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)
imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS Al Anfal ayat 2)

Menurut penjelasan Tafsir Kementerian Agama dalam ayat ini, Allah ‫ﷻ‬menjelaskan
bahwa orang-orang Mukmin adalah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti
dalam ayat 2 surat Al Anfal ini.

9
Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.
Sifat pertama, apabila disebutkan nama Allah ‫ ﷻ‬bergetarlah hatinya karena ingat
keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru
mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya.

Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah
‫ﷻ‬, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya. Bergetarnya hati
sebagai perumpamaan dari perasaan takut, adalah sikap mental yang bersifat abstrak, yang
hanya dapat dirasakan yang bersangkutan dan hanya Allah ‫ ﷻ‬sendiri yang
mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda
lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik
perbuatannya. Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar
dalam firman Allah ‫ﷻ‬.

‫َو اَّلِذ يَن ُيْؤ ُتوَن َم ا آَتْو ا َو ُقُلوُبُهْم َو ِج َلٌة َأَّنُهْم ِإَلٰى َر ِّبِه ْم َر اِج ُعوَن‬

"Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa
takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya."
(QS Al Muminun ayat 60). (Nashrullah, 2022).

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

10
Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan dirin-Nya sendiri tunggal dalam sifatnya
maupun fa’alnya. Dia unsur yang berdiri sendiri tidak berbilang tidak bergantung pada siapa-
siapa melainkan ciptaan-Nyalah yang bergantung pada-Nya seperti malaikat, manusia, iblis,
jin, hewan, benda mati, cair, gas, padat, cahaya dan sebagainya adalah ciptaan. Dialah Sang
pencipta Sang kholik, semua makhluk berdo’a meminta kepada-Nya, hidup matinya
tergantung kepada-Nya, tidak ada makhluk yang tidak tegantung kepada-Nya demikian juga
manusia sejak zaman Adam hingga Muhammad.

2. SARAN

Dalam agama Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, PenciptaYang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Maha Abadi, Penentu Takdir, serta
Hakim bagi sekalian alam.

DAFTAR PUSTKA

11
Al-Bayhaqi. (2021, 11 10). ALLAH (ISLAM). Retrieved 4 16, 2022, from id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)#:~:text=Dalam%20konsep%20Islam%2C
%20Tuhan%20disebut,dan%20Maha%20Kuasa%20(tauhid).

FAHIMAH, I. (2019, 1 12). TUHAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN. Retrieved 4 16,


2022, from https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/:
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/view/2108Irawan, M. A.
(2020, 7). Begini Proses Terbentuknya Iman dalam Diri, Keturunan BUKAN Salah
Satunya! Retrieved 4 16, 2022, from //pecihitam.org/: https://pecihitam.org/proses-
terbentuknya-iman/

Nashrullah, F. E. (2022, 1 05). Tanda-Tanda Orang Beriman yang Disebutkan Alquran.


Retrieved 4 16, 2022, from //www.republika.co.id/berita/r57hut320/:
https://www.republika.co.id/berita/r57hut320/tandatanda-orang-beriman-yang-
disebutkan-alquran

Rohman, A. (2019, 1 16). Pembuktian wujud Tuhan dalam perspektif akal dan Islam.
Retrieved 4 16, 2022, from //digilib.uinsby.ac.id/: http://digilib.uinsby.ac.id/29056/

SAA, M. (2021, 1 13). SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN. Retrieved 4


16, 2022, from //saa.fai.um-surabaya.ac.id/: https://saa.fai.um-surabaya.ac.id/sejarah-
pemikiran-manusia-tentang-tuhan/

12

Anda mungkin juga menyukai