Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KETUHANAN DAN KONSEP KERASULAN

Disusun oleh :

Tasya Sabila Aulia

20210050115

PROGRAM STUDI SARJANA

FAKULTAS SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS NUSA PUTRA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Konsep Ketuhanan dan
Konsep Kerasulan “ . Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai sehingga makalah ini dapat penulis susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Agama Islam. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Konsep Ketuhanan dan Konsep
Kerasulan.

Seperti pepatah mengatakan “ tak ada gading yang tak retak “, makalah ini pun masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat saya harapkan agar dapat menghasilkan makalah yang lebih baik dikemudian hari.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................5
1.4 Manfaat Makalah...............................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 Konsep Ketuhanan...........................................................................................................5
2.1.1 Siapa itu tuhan?..........................................................................................................5
2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan...............................................................6
2.1.3 Ajaran Islam Tentang Kemahaesaan Tuhan................................................................8
2.1.4 Wahdaniyat Allah.......................................................................................................9
2.2 Konsep Karasulan............................................................................................................10
2.2.1 Pengertian Rasul.......................................................................................................10
2.2.2 Hukum Beriman Kepada Rasul................................................................................10
2.2.3 Ulul Azmi Ulul Azmi...............................................................................................11
2.2.4 Sifat Rasul................................................................................................................11
2.2.5 Keistimewaan Rasul.................................................................................................12
2.2.6 Peran Rasul..............................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (Bahasa arab: ) dan diyakini sebagai
Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). 

Konsep ketuhanan adalah segala sesuatu yang mencakup pemahaman seorang


muslim mengenai Tuhannya. Pemahaman ini sangat penting karena bagaimana seorang
muslim mengenal Tuhannya akan mempengaruhi kadar keimanannya. Seorang muslim
yang benar-benar yakin akan keberadaan Tuhannya akan senantiasa menjalani semua
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Konsep Tuhan sebenarnya adalah suatu hal yang dipentingkan oleh setiap makhluk,
Perkataan dipentingkan dapat diartikan untuk setiap makhluk menyerahkan diri untuk
dikuasai (memuja, mecintai serta mengagungkan) oleh Tuhan itu sendiri.

Konsep kerasulan pun tidak kalah pentingnya. Kenabian (kerasulan)


merupakan seseorang yang dibutuhkan oleh manusia dalam mengajarkan atau
menyampaikan wahyu dan kabar berita yang datangnya dari Allah. Al-Qur'an sebagai
wahyu atau mu'jizat untuk nabi dari Allah untuk disampaikan kepada umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapa Tuhan itu?
2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
3. Bagaimana ajaran islam tentang kemahaesaan Tuhan?
4. Apa yang dimaksud dengan Wahdaniyat Allah?
5. Apa pengertian Rasul?
6. Bagaimana hukum beriman kepada Rasul?
7. Apa yang dimaksud dengan Ulul Azmi?
8. Bagaimana Sifat Rasul?
9. Apa keistimewaan Rasul?
10. Apa peranan Rasul?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui siapa itu Tuhan?
2. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.
3. Mengetahui ajaran islam tentang kemahaesaan Tuhan.
4. Mengetahui pembuktian wuju Tuhan.
5. Mengetahui pengertian Nabi dan Rasul.
6. Mengetahui hukum beriman kepada Nabi dan Rasul.
7. Mengetahui Ulul Azmi.
8. Mengetahui akhlak Rasul.
9. Mengetahui keistimewaan Rasul.
10. Mengetahui peranan Rasul.

1.4 Manfaat Makalah


1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konsep ketuhanan dan
konsep kerasulan.
2. Meningkatkan keimanan kepada tuhan
3. Untuk meningkatkan wawasan tentang Tuhan dalam aspek kehidupan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ketuhanan


2.1.1 Siapa itu tuhan?
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai
untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, Perkataan dianggap penting hendaklah diartikan secara luas.
Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharapharapkan
dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut : Al-ilah
ialah : yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri dihadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakkal kepadanya
untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan
menimbulkan ketenangan saat mengingat dan terpaut cinta kepadanya.
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan manusia. Yang pasti manusia tidak mungkin ateis, tidak
mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, manusia pasti ada
sesuatu yang dipertuhakannya.

2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran
manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui
pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal
teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mulamula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-
mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap
benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh
positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana
(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh
karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama
tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh
dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai
roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai
sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang
apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia
tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran
dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan
dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada
yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.
d. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap
kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui
diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang
sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih
definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan, namun 4 manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa
lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
e. Monoteisme Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah
menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan
untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme
ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap
Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor
(1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang
Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak
mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat
Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi
reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat
mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang
Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat
primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul
kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme
adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26- 27).

2.1.3 Ajaran Islam Tentang Kemahaesaan Tuhan


Menurut aqidah islam, konsepsi tentang ketuhanan yang Maha Esa disebut Ilmu
Tauhid. Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang emahaesaan Tuhan adalah
sebagai berikut :

a. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya Hal ini dapat dirumuskan dengan kata-kata
bahwa zat Allah itu unik, berbeda dalam segala-galanya. Ia tidak dapat
disamakan atau dibandingkan dengan benda apapun yang kita kenal, yang
dapat hancur musnah dan lenyap pada suatu masa.
b. Allah Maha Esa dalam Sifat- Nya Hal ini mempunyai arti bahwa sifat-sifat
Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya.
Sifatsifat Allah itu banyak dan tidak dapat diperkirakan. Namun, dari
alquran dapat diketahu 99 nama sifat Tuhan yang disebut Asmaul Husna. Di
dalam ilmu tauhid, dijelaskan 20 sifat Tuhan yaitu : Ada, Azal, Kekal,
Berbeda Dengan Yang Baru, Berdiri Sendiri, Maha Esa, Berkuasa,
Berkehendak, Maha Mengetahui, Hidup. Maha Mendengar, Maha Melihat,
Maha Berkata-Kata, Dalam Keadaan Berkuasa, Dalam Keadaan
Berkemauan, Dalam Keadaan Berpengetehauan, Dalam Keadaan Hidup,
Dalam Keadaan Mendengar, Dalam Keadaan Melihat, Dan Dalam Keadaan
Berkatakata.
c. Allah Maha Esa dalam Perbuatan – Nya Pernyataan ini mengandung arti
bahwa kita meyakini Tuhan yang Maha Esa tiada bertara dalam melakukan
sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat berbuat menciptakan alam
semesta ini misalnya bagaimana ia menciptakan diri kita dalam bentuk
tubuh yang sangat baik, yang dilengkapi dengan panca indera, akal,
perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan sebagainya.
d. Allah Maha Esa dalam Wujud– Nya Ini berarti bahwa wujud Allah lain
sama sekali dari wujud alam semesta. Ia tidak dapat disamakan dalam
bentuk apapun juga. Karena itu Ia disbut wajibul wujud. Pernyataan ini
mempunyai makna bahwa hanya Allah lah yang abadi dan wajib eksistensi
atau wujud – Nya. Selain dari Dia, semuanya mumkinul wujud artinya boleh
ada boleh tiada seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semesta yang
pada waktunya akan hancur binasa.
e. Allah Maha Esa dalam menerima ibadah Ini berarti bahwa hanya Allah
sajalah yang berhak disembah dan menerima ibadah. Hanya kepada –Nya
pula kita meminta pertolongan. Yang dimaksud ibadah adalah segala
perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata terucapkan
maupun dalam bentuk perbuatan yang kelihatan dan yang tidak.
f. Allah Maha Esa dalam menerima Hajat dan Hasrat Manusia Artinya bila
seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan atau
keinginannya sampaikanlah langsung kepada Allah tanpa perantara apapun.
Tidak ada sistem kependetaan dalam Islam. Semua manusia, kecuali para
Nabi dan Rasul sama kedudukannya dalam berhubungan langsung dengan
Allah.
g. Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum Ini berarti bahwa Allah lah satu-
satunya pemberi hukum yang tertinggi. Ia memberi hukum kepada alam,
seperti hukum alam yang selama ini kita kenal dengan sebutan hukum
Archimedes, Boyle, Lavoisier, Hukum Relativitas, Termodinamik dan
sebagainya. Ia pula yang memberi hukum kepada umat manusia bagaimana
mereka harus hidup di bumi sesuai dengan ajaran dan kehendaknya.

2.1.4 Wahdaniyat Allah


1. Wahdaniyat Rububiyah
Dengan pengertian, hanya Allah yang menciptakan, mengurus dan
mengendalikan alam semesta ini.
Sebagaimana Firman Allah dalam (Al- Quran 2: 21-22) “Hai manusia.
Sembahlah Tuhanmu yang menciptkan kamu dan menciptakan orang –
orang yang terdahulu dari kamu terpelihara dari kejahatan. Tuhan yang
menciptakan bumi untuk hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan
menurunkan hujan dari langit (awan) maka tumbuhlah karena buah-buahan
untuk rezeki kamu. Sebab itu, janganlah kamu adakan sekutu Tuhan,
sedang kamu mengetahui.”
2. Wahdaniyat Uluhiyah
Dengan pengertian hanya Allah saja yang berhak dipuja, tempat meminta
dan tempat memohon pertolongan.
Sebagaimana Firman Allah dalam (Al- Quran 16: 20-22) “Dan apa-apa
selain Allah yang mereka puja itu, tiada menciptakan sesuatu apapun,
hanya mereka yang menciptakan benda-benda mati, tiada hidup, dan
semuanya tiada mengerti bilakah mereka akan dibangkit? Tuhan kamu
ialah Tuhan yang Maha Esa.”

2.2 Konsep Karasulan


2.2.1 Pengertian Rasul
kata 'rasul' berasal dari kata 'risala' yang berarti 'penyampaian'. Rasul
adalah seseorang yang diberikan wahyu dan kepercayaan oleh Allah SWT,
yang kemudian diamalkan dan berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut
kepada umat-Nya.

Jadi, setiap Rasul pasti seorang Nabi, namun tidak setiap Nabi itu
seorang Rasul. Jadi, jumlah para Nabi pasti jauh lebih banyak daripada para
Rasul. Seorang Rasul juga memiliki tingkatan lebih tinggi karena menjadi
pimpinan ummat.

2.2.2 Hukum Beriman Kepada Rasul


Setiap muslim wajib beriman kepada Nabi dan Rasul. Hal ini sudah jelas
tercantum dalam rukun iman yang ke-4.

Berikut adalah ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang keimanan


kepada rasul:

1. Surah Al-Mukmin, 40:78.


2. Surah An-Nahl, 16:43.
3. Surah Al-Baqarah, 2:285.
4. Surah Al-Furqan, 25:20.
5. Surah Saba’, 34:28.
6. Surah At-Taubah, 9:128.
7. Surah Al-Maidah, 5:15.
8. Surah An-Nisa, 4:165.
2.2.3 Ulul Azmi
(‫ ( أولوالعزم‬adalah sebuah gelar khusus bagi golongan nabi pilihan yang
mempunyai ketabahan luar biasa. Gelar Ulul Azmi dijelaskan dalam Surah Al-
Ahqaf ayat 35 dan AsySyura ayat 13.

Terdapat 5 orang nabi yang mendpat gelar Ulul Azmi, yaitu:

1. Nabi Nuh a.s


2. Nabi Ibrahim a.s
3. Nabi Musa a.s
4. Nabi Isa a.s
5. Nabi Muhammad s.a.w

2.2.4 Sifat Rasul


 Sifat Wajib Rasul
1. Siddiq (benar) Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi
akhlak seseorang yang beriman kepada Allah dan kepada perkara-
perkara yang ghaib. Sifat mustahilnya : Kizib (dusta). “Dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan kepadanya.” (QS An-Najm: 4-5)
2. Amanah (dapat dipercaya) Jika satu urusan diserahkan kepadanya,
niscaya urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sifat
mustahilnya: khianat (tidak dapat dipercaya). “Aku menyampaikan
amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi
nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS Al-A'raaf: 68)
3. Tabligh (Menyampaikan) Segala firman Allah SWT yang ditujukan
oleh manusia, pasti disampaikan. Sifat mustahilnya: Kitman
(menyembunyikan). “Supaya Dia mengetahui, bahwa
sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka,
dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS Al-Jin: 28)
4. Fathonah (Cerdas) Dalam menyampaikan ayat Al-Quran dan
kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis memerlukan
kecerdasan yang luar biasa. Sifat mustahilnya: Baladah (bodoh).
Rasul harus mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT kepada
kaumnya sehingga mereka mau memeluk Islam. Rasul juga harus
mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang
sebaik-baiknya.
 Sifat Mustahil Rasul
1. Kidzib
Al-Kidzib artinya yakni berdusta. Mustahil bagi rasul untuk
melakukan dusta atau bohong.
2. Khianah
Artinya yaitu mustahil bagi rasul untuk berkhianat. Semua yang
diamanatkan kepadanya pasti akan dilaksanakan.
3. Kitman
Kitman, berarti mustahil jika rasul menyembunyikan kebenaran.
Setiap firman yang rasul terima dari Allah SWT pasti akan
disampaikan kepada para umatnya.
4. Baladah
Baladah berarti mustahil apabila rasul itu bodoh. Rasulullah
memanglah merupakan orang yang ummi (tak dapat membaca dan
menulis) tetapi beliau diberikan anugerah kecerdasan yang luar
biasa dari Allah SWT.

2.2.5 Keistimewaan Rasul


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di antara para hamba-Nya
sebagai nabi dan rasul dengan memberikan beberapa kekhususan yang tidak
dimiliki hamba-hamba-Nya yang lain. Di antara kekhususan para nabi dan
rasul tersebut ialah:

1. Wahyu Allah telah mengkhususkan mereka dengan wahyu,


sehingga mereka menjadi perantara Allah dengan hamba-
hambaNya. Di antara nabi dan rasul ada yang langsung berbicara
dengan Allah dan ada yang melalui perantara Malaikat jibril,
sehingga mereka mengetahui perkara-perkara ghaib dengan wahyu
tersebut.
2. Kemaksuman (al-ismah) Seluruh umat sepakat, para rasul memiliki
kemaksuman dalam menerima risalah Allah, sehingga mereka tidak
lupa sedikitpun terhadap wahyu yang diturunkan Allah kepadanya.
Mereka juga memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu
tersebut kepada manusia.
3. Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya,
4. Dikuburkan di tempat meninggalnya. Bila seorang nabi meninggal
dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat tersebut. Hal
ini didasari hadits Abu Bakar, beliau berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang nabi
tidak dikuburkan kecuali di tempat kematiannya dengan
menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang di bawah
pembaringannya tersebut.”
5. Jasadnya tidak dimakan bumi. Allah memuliakan jasad para nabi
dengan tidak dihancurkan oleh tanah yang menguburnya, walaupun
dengan rentang waktu yang sangat lama, sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya
“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala mengharamkan tanah
menghancurkan jasad para nabi.”
6. Mata mereka terpejam tidur, namun hatinya tetap sadar dan terjaga.
Dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
berbunyi: ِ“Mataku tidur namun hatiku tidak tidur.”
7. Tetap hidup di kuburan mereka Para nabi dan rasul walaupun telah
meninggal dunia, namun mereka tetap hidup di kuburannya dalam
keadaan shalat, sebagaimana diberitakan Rasulullah dalam
sabdanya: “Para nabi itu tetap hidup di kuburan mereka dalam
keadaan shalat.

2.2.6 Peran Rasul


1. Tugas agung mereka ialah mengajak manusia beribadah kepada
Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.
2. Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan
agama yang diturunkan kepada manusia.
3. Menunjukkan umat kepada kebaikan dan menyampaikan kabar
kepada mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelakunya, serta
memperingatkan kepada mereka dari kejelekan dan siksaan yang
disiapkan untuk yang melanggarnya.
4. Memperbaiki manusai dengan teladan dan contoh yang baik dalam
perkataan dan perbuatan.
5. Para rasul mempunyai tugas menegakkan dan menerapkan syari’at
Allah diantara hamba-hambaNya.
6. Menjadi saksi sampainya hujjah kepada manusia.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep ketuhanan dan kerasulan merupakan hal yang sangat penting bagi kita
sebagai seorang muslim. Seorang muslim harus benarbenar mengenal Tuhannya
sehingga dapat beriman dengan sepenuh hati. Begitu juga kepada Rasulnya, seorang
muslim yang memahami berbagai aspek kerasulan dengan baik akan senantiasa
mempercayai dan menjalani sunnah-sunnahnya. Dengan demikian, hidup seorang
muslim akan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca lebih
mendalami pemahaman mengenai konsep ketuhanan dan kerasulan melalui
berbagai referensi lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapa tuhan itu
Perkataan ilah, yang
diterjemahkan “Tuhan”, dalam
Al-Quran dipakai untuk
menyatakan
berbagai obyek yang
dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam QS
45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu: “Maka
pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa
nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-
Qashash):38, perkataan ilah
dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri: “.
Dan Fir’aun berkata:
Wahai pembesar kaumku,
aku tidak
mengetahui tuhan bagimu
selain aku.”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapa tuhan itu
Perkataan ilah, yang
diterjemahkan “Tuhan”, dalam
Al-Quran dipakai untuk
menyatakan
berbagai obyek yang
dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam QS
45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu: “Maka
pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa
nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-
Qashash):38, perkataan ilah
dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri: “.
Dan Fir’aun berkata:
Wahai pembesar kaumku,
aku tidak
mengetahui tuhan bagimu
selain aku.”
Perkataan ilah, yang
diterjemahkan “Tuhan”, dalam
Al-Quran dipakai untuk
menyatakan
berbagai obyek yang
dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam QS
45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu: “Maka
pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa
nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
DAFTAR PUSTAKA

https://mahasiswa.ung.ac.id/452422042/home/2022/10/9/konsep-ketuhanan-dalam-
islam.html

https://repository.uin-suska.ac.id/5827/2/BAB%20I.pdf

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-nasional-veteran-
jawa-timur/lingkungan-bisnis-dan-manajemen/makalah-konsep-ketuhanan-dalam-islam/
35002004

https://mahasiswa.ung.ac.id/423422003/home/2022/10/8/artikel-pemikiran-umat-islam-
tentang-tuhan.html

https://www.bola.com/ragam/read/4467179/pengertian-nabi-dan-rasul-persamaan-
serta-perbedaannya-yang-perlu-dipahami

https://id.scribd.com/document/409943564/3-Konsep-Ketuhanan-dan-Kerasulan-
Makalah-1-docx

https://www.gramedia.com/literasi/sifat-wajib-rasul/

Anda mungkin juga menyukai