DOSEN PENGAMPU
Dr. Iskandar, M.Ag
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
MOH. ARIEF SAH - 2020100046
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 07
ii
DAFTAR ISI
Halaman sampul ....................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Pustaka ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Latar belakang dan definisi rasm usmani .....................................................4
B. Kontradiksi rasm usmani..............................................................................7
C. Kaidah-kaidah dalam penulisan rasm usmani ...........................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................18
A. KESIMPULAN ..........................................................................................18
B. SARAN ......................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diberitakan oleh Ibn Syihab al-Zuhri dari Anas bin Malik, yang mengatakan
kepadanya1 : Hudzaifah ibn al-Yaman menghadap Utsman. Ia tengah memimpin
penduduk Siria dan Irak dalam suatu ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan.
Hudzaifah merasa cemas oleh pertengkaran mereka (penduduk Siria dan Irak) tentang
bacaan Al-Quran. Maka berkatalah Hudzaifah kepada Utsman: “Wahai Amir al-
Mu‟minin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertikai tentang kitab (Allah),
sebagaimana yang telah terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani pada masa lalu.”
Kemudian Utsman mengirim utusan kepada Hafshah dengan pesan: “Kirimkanlah
kepada kami shuhuf yang ada di tanganmu, sehingga bisa diperbanyak serta disalin ke
dalam mushaf-mushaf, dan setelah itu akan dikembalikan kepadamu.” Hafshah
mengirim shuhuf-nya kepada Utsman, yang kemudian memanggil Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa‟id bin Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam, dan
memerintahkan mereka untuk menyalinnya menjadi beberapa mushaf. Utsman
berkata kepada tiga orang Quraisy (dalam tim) itu: “Jika kalian berbeda pendapat
dengan Zaid mengenai Al-Quran, maka tulislah dalam dialek Quraisy, karena Al-
Quran itu diturunkan dalam bahasa (logat) mereka.” Mereka mengikuti perintah
tersebut, dan setelah berhasil menyalin shuhuf itu menjadi beberapa mushaf, Utsman
mengembalikannya kepada Hafshah. Mushaf-mushaf salinan yang ada kemudian
dikirim Utsman kepada Hafshah. Mushaf-mushaf salinan yang ada kemudian dikirim
Utsman ke setiap provinsi dengan perintah agar seluruh rekaman tertulis Al-Quran
yang ada -baik dalam bentuk fragmen atau kodeks- dibakar habis.”
Selain riwayat di atas, ada pula riwayat lain dari Abu Daud yang telah
mengeluarkan riwayat dari dari jalur Abu Qatadah, bahwa ia mengatakan: “Pada
masa khalifah Utsman, seorang guru mengajarkan qira‟at tokoh tertentu, dan guru
1
T. A. Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran (Pustaka Alvabet, 2013), hal. 218-219.
1
(lainnya) mengajarkan qira‟at tokoh (lainnya). Anak-anak bertemu dan berpecah.
Persoalan itu terangkat sampai kepada para guru yang pada gilirannya sampai saling
mengkafirkan. Maka hal itu sampai kepada Utsman. Ia berkhotbah dan mengatakan:
“Kalian di sisi aku berpecah. Siapakah dari daerah-daerah yang lebih dahsyat
perpecahannya daripada menjauh membelakangiku?” Tidak hanya itu, Ibnu al-Atsir
dalam al-Kamil pun meriwayatkan pula, bahwa penduduk Himsh menganggap qira‟at
mereka lebih baik dari qira‟at orang lain. Mereka, seperti juga halnya penduduk
Damaskus yang mengambil qira‟at dari Miqdad, menganggap qira‟at penduduk
Kufah tidak baik. Sementara itu penduduk Kufah mengambil qira‟at dari Abdullah
bin Mas‟ud, memandang qira‟at penduduk Damaskus dan Himsh tidak baik pula.
Dalam hal ini, orang-orang Bashrah berbangga dengan qira‟at yang mereka ambil
dari Abu Musa al-Asy‟ari dengan mushafnya yang biasa disebut dengan Lubabu al-
Qulub. Dari adanya perbedaan riwayat tersebut, Kamaluddin Marzuki memberikan
komentarnya: “bisa jadi informasi yang diterima oleh Utsman tentang perpecahan
umat akibat qira‟at, tidak hanya datang dari Hudzaifah. Dan bisa jadi pula, informasi
tentang masalah tersebut telah diterima Utsman sebelum ia menerimanya dari
Hudzaifah. Marzuki bependapat demikian, karena menurutnya, pemimpin tidak layak
untuk menerima suatu informasi yang datang dari seseorang saja. Sehingga begitu
Hudzaifah menyampaikan usulannya tersebut, Utsman langsung menyetujuinya.”
Dalam banyak penelitan mereka, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat
batil seputar Al-Quran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh
Al-Quran, menolak keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran
dengan klaim bahwa itu hanyalah simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang
ada pada kaum muslimin generasi awal dulu, seperti yang ada pada teks mushhaf
Utsmani. Ia berkata bahwa huruf mim adalah simbol untuk mushhaf al-Mughirah,
huruf Ha adalah simbol untuk mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf Utsman.
Menurutnya, simbol-simbol itu secara tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf
tersebut sehingga akhirnya terus melekat pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian
dari Al-Quran hingga kini. Berkaitan dengan sumber penulisan Al-Quran, kaum
2
orientalis menuduh bahwa isi Al-Quran berasal dari ajaran Nasrani, seperti tuduhan
Brockelmann. Sedangkan Goldziher menuduhnya berasal dari ajaran Yahudi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang penulisan dan definisi rasm usmani ?
2. Bagaimana kontradiksi dalam penulisan rasm usmani ?
3. Bagaimana kaidah-kaidah yang digunakan dalam penulisan rasm usmani ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan latar belakang penulisan
serta definisi rasm usmani.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kontradiksi dalam penulisan
rasm usmani.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah yang
digunakan dalam penulisan rasm usmani.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penulisan dan Definisi Rasm Usmani
1. Latar Belakang Penulisan al Qur‟an Menggunakan Rasm Usmani
Al-Bukhari (196-256 H / 812-870 M) meriwayatkan, “hudzaifah bin al-
Yaman datang menghadap Khalifah „Usman. Ia memimpin bersama penduduk
Syam dan Irak dalam penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia merasa cemas
dengan pertengkaran yang terjadi antara penduduk dari Syam dan Irak mengenai
qira'ah Al-Qur‟an. Hudzaifah berkata kepada „Usman, “Wahai Amirul-Mu'minin,
selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertengkar mengenai qira'ah Al-Qur‟an,
sebagaimana yang terjadi kepada kaum Yahudi dan Nasrani.” Selanjutnya,
„Usman mengirim utusan kepada hafsah dengan berpesan, “Kirimkanlah kepada
kami suhuf (lembaran-lembaran al-Qur‟an hasil kodifikasi Abu Bakar), kami akan
menyalinnya ke dalam beberapa mushaf, kemudian kami akan kembalikan
kepadamu.” Selanjutnya Hafsah mengirimkan suhuf kepada „Usman, kemudian
„Usman memerintahkan kepada Zaid bin tsabit, Sa„ad bin al-„as, „Abdullah bin
az-Zubair, dan „Abdurahman bin haris bin hisyam untuk menyalinnya ke dalam
beberapa mushaf. „Usman berpesan kepada kepada keempat orang dalam
kelompok itu: “Jika kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin tsabit mengenai al-
Qur‟an, maka tulislah al-Qur‟an dalam dialek Quraish, karena al-Qur‟an
diturunkan dengan bahasa mereka,” Selanjutnya mereka mengerjakan, sehingga
setelah menyalin suhuf tersebut ke dalam beberapa mushaf, „Usman mengirim
4
mushaf yang telah mereka salin ke setiap daerah, dan ia memerintahkan agar
selain al-Qur‟an (mushaf yang baru distandarkan) seluruhnya dibakar.2
Tiga orang tersebut berasal dari kaum muhajirin, sedangkan Zaid bin tsabit
berasal dari kaum Ansar. Sementara dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ibnu
„Abbas masuk sebagai tim. Riwayat ini dapat diterima dengan
mempertimbangkan beratnya tugas yang diemban, sehingga Usman bin „Affan
merasa perlu untuk menambah anggota tim.3
Dasar yang dipakai oleh khalifah „Usman bin Affan dalam penulisan ini,
diantaranya :
a. Menuliskan bacaan yang telah diajarkan Nabi kepada para sahabatnya, selama
tidak terkena nasakh (penghapusan) sampai pada penyampaian yang terakhir
kalinya, yaitu sebelum nabi wafat.4
b. Jika ada perbedaan bacaan yang tidak dapat disatukan dalam satu tulisan,
maka dipencarlah tulisannya kepada beberapa mushaf. Namun, jika perbedaan
itu masih bisa ditolerir dalam satu bentuk tulisan maka akan ditulis sama
untuk keseluruhan mushaf.5
c. Jika ada perbedaan diantara anggota tim penyusun tentang cara penulisan
sebuah bacaan, maka disepakati penulisan tersebut sesuai dengan dialek suku
quraisy.6
2
Zainal Arifin, “Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan Al-Qur‟an dengan Rasm Usmani,”
n.d., hal. 2.
3
Mazmur Sya‟roni, Pedoman umum penulisan dan pentashihan mushaf al-Qur‟an dengan
rasm Usmani (Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama,
Puslitbang Lektur Agama, 1999), hal. 5.
4
Sya‟roni, hal. 5.
5
Sya‟roni, hal. 6.
6
Sya‟roni, hal. 6.
5
(ُ )اٌششsemuanya berarti tulisan. Dalam definisi yang lain, dapat diartikan bekas,
jejak, goresan, pengaruh, bisa juga berarti malukis, menggambar, menulis buku,
membuat tanda tulisan dan lain-lain.7 Secara terminologi rasm yaitu
menggambarkan suatu kalimat dengan huruf-huruf hija'iyah, dimulai dan diakhiri
dengan huruf-huruf tersebut.8 Sedangkan yang dimaksud dengan mushaf di sini
adalah mushaf-mushaf yang telah ditulis pada masa Khalifah Utsman yang telah
disepakati oleh para sahabat meliputi urutan surat, ayat dan tata letaknya.
Az-Zarqani menerangkan bahwa rasm usmani adalah :
واألصل ىف املكتوب أن يكون,الوضع الذي ارتضاه عثمان هنع هللا يضر ىف كتابة كلمة القرأن وحروفو
لكن املصاحف العثمانية, والتبديل والتغيري, من غري زايدة وال نقص,موافقا متام املوافقة للمنطوق
وذالك ألغراض شريفة, فزجدت هبا حروف كثرية جاء رمسها خمالفا ألداء النطق,قد أذنل فيها ىذا األصل
“Rasm Usmani adalah pola penulisan al-Qur‟an yang digunakan oleh
„Usman bin „Affan bersama para sahabat lain dalam menuliskan al-Qur‟an dan
bentukbentuk tulisan huruf (rasm)-nya. Pada dasarnya, pola penulisan bahasa
arab yang tertulis adalah sesuai dengan apa yang telah diucapkan, tanpa terjadi
pengurangan (nuqs) dan penambahan (ziyadah), begitupun pergantian (badal)
dan perubahan (tagyir); tetapi pola penulisan Al-Qur‟an dalam mushaf-mushaf
Usmani terdapat beberapa penyimpangan (ihmal) dari pola penulisan bahasa
Arab konvensional, sehingga di dalamnya terdapat banyak huruf yang pada
dasarnya tidak sesuai dengan kaidah pengucapannya, dan itu semua dilakukan
„Usman dan para sahabat yang lain untuk sebuah tujuan yang mulia”.9
Dari pemaparan diatas, rasm „usmani memiliki beberapa interpretasi, di
antaranya diartikan sebagai cara penulisan al-Qur‟an yang telah disetujui oleh
„Usman bin „Affan pada waktu penulisan mushaf. Definisi senada juga
7
Ahmad Jaeni, “Rasm Usmani in the Writing of the Braille Qur‟an: Model and its
Application in the Standard Mushaf of Braille,” n.d., hal. 354.
8
Abdul Aziz, “Rasm Mushaf Usmany Dan Rahasianya (Sebuah kajian tentang bukti. baru
kemu‟jizatan AI-Qur‟an),” ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 4, no. 1 (December 26, 2018): hal. 45.
9
Muhammad „Abdul-„Azhim az-Zarqani, tahqiq Ahmad bin „Ali, Manahilul-„Irfan fi
„Ulμmil-Qur'an, Kairo: Darul-hadis, 1422 H/2001 M, hlm. 369.
6
dikemukakan Manna„ al-Qattan, bahwa Rasm Usmani merupakan pola penulisan
Al-Qur‟an yang lebih menitikberatkan pada metode (tariqah) tertentu yang
digunakan pada waktu kodifikasi mushaf pada zaman Khalifah „Usman yang
dipercayakan kepada Zaid bin tsabit bersama tiga orang Quraisy yang disetujui
„Usman. Rasm tersebut dinisbatkan kepada Khalifah „Usman karena „Usman-lah
yang menetapkan pola penulisan al-Qur‟an yang dilakukan Zaid bin tsabit,
„Abdullah bin Zubair, Sa„ad bin al-„as dan „Abdullah bin „Abdurrahman bin al-
haris bin Hisyam.10
Dalam kerja penyalinan Al-Qur‟an ini mereka mengikuti ketentuan-ketentuan
yang disetujui oleh Khalifah „Usman. Di antara ketentuan-ketentuan itu adalah
bahwa mereka menyalin ayat berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-
ayat Mansukh dan tidak diyakini dibaca kembali dimasa hidup Nabi saw.
Tulisannya secara maksimal maupun diakomodasi qira‟at yang berbeda-beda, dan
menghilangkan semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat Al-Qur‟an. Para
penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan ini. Para
ulama menyebut cara penulisannya ini sebagai rasm al-Mushaf. Karena cara
penulisan disetujui oleh Usman sehingga sering pula dibangsakan oleh Usman.
Sehingga mereka sebut rasm Usman atau rasm al-Usmani. Namun demikian
pengertian rasm ini terbatas pada mushaf oleh tim 4 di zaman Usman dan tidak
mencakup rasm Abu Bakar pada zaman Nabi saw. Bahkan, Khalifah Usman
membakar salinan-salinan mushaf tim 4 karena kawatir akan beredarnya dan
menimbulkan perselisihan dikalangan umat Islam. Hal ini nanti membuka
peluang bagi ulama kemudian untuk berbeda pendapat tentang kewajiban
mengikuti rasm Usmani. Tulisan ini yang tersebar di dunia dewasa ini.11
10
Arifin, “Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan Al-Qur‟an dengan Rasm Usmani,” hal. 3.
11
Djamila Usup, “ILMU RASM Al-Qur‟an,” Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah 5, no. 1 (August 31,
2016): hal. 3.
7
فَكُلُّ ما ًافَقَ ًَجوَ وَحٌِ ًَكانَلِلزَّسمِ احتِمالًا يَحٌِي
Para ulama berbeda pendapat mengenai status rasm usmani atau rasm al-
Qur‟an, diantara pendapat tersebut sebagai berikut :
a. Sebahagian mereka berpendapat bahwa rasm al-„Utsmani lil Qur‟an
adalah tauqifi (sudah ketentuan tetap Rasul-Nya) yang wajib diikuti
(dipakai) dalam penulisan al-Qur‟an. Dan mereka (para Ulama) berlebih-
lebihan dalam mensucikannya (mengagungkannya), dan mereka
menyandarkan bahwa hal itu adalah tauqifi dari Nabi saw.12
اذا اختلفتم انتم وزيد بن اثبت يف شيء من القرأن فاكتبوه بلسان قريس فادنا نزل بلساهنم....
)رواه البخاري...فافعلوا
"…jika kalian berbeda pendapat dengan penulisan al-Qur'an yang dilakukan
oleh Zaid, maka tulislah sesuai dengan lisan masyarakat Quraisy, karena
12
Dr Makmur and Abdullah Yusof, “MANIFESTASI KHAT NASKHI SEBAGAI TULISAN
ASAS AL-QUR‟AN:,” n.d., hal. 11.
8
sesungguhnya al Qur'an telah diturunkan dengan menggunakan lisan mereka,
untuk itu laksanakanlah…"13
Manna al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada suatu
riwayat dari Nabi yang dijadikan alasan untuk menjadikan Rasm Utsmani
sebagai tauqifi. Rasm Utsmani merupakan kreatif panitia yang telah di
bentuk Utsman sendiri atas persetujuannya. Jika di antara panitia itu ada
berbeda pendapat dalam menulis mushaf, maka hendaknya di tulis dengan
lisan Quraisy karena dengan lisan itu al-Qur‟an turun.14
b. Banyak daripada kalangan Ulama yang berpendapat bahwa rasm al-
„Utsmani bukanlah tauqifi dari Nabi saw, namun ia hanyalah istilah yang
disetujui oleh „Utsman r.a, diterima oleh seluruh ummat, wajib berpegang
teguh denganya dan menggunakannya dan tidak boleh menyelisihinya. 15
13
Ahmad Rajafi, “IMPLIKASI YURIDIS RIWAYAT TENTANG KESALAHAN
PENULISAN DALAM MUSHAF USMANI,” no. 2 (2017): hal. 136.
14
S. M. Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an (Pustaka Al-Kautsar, 2018), hal. 215.
15
Makmur and Yusof, “MANIFESTASI KHAT NASKHI SEBAGAI TULISAN ASAS AL-
QUR‟AN:,” hal. 13.
16
Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an, hal. 216.
9
seperti huruf Wawu dan Alif‟, apakah engkau berpendapat boleh untuk
diubah daripada mushaf jika keduanya ada di dalam mushaf seperti itu?‟
Imam Malik r.a menjawab:”Tidak.”. Ibnu „Amr r.a berkata;”Maksudnya,
adalah huruf Wawu dan Alif‟ tambahan yang ditulis namun tidak
diucapakan seperti dalam kata(أولواdibaca Uluu, bukan Uuluu).”17 Imam
Ahmad bin Hanbal pernah berkata18 :
17
J. Nasrudin, Kaidah Ilmu Tafsir Al Quran Praktis (Deepublish, 2017), hal. 114.
18
Az-Zarqani Muhammad Abdul „Adzim, Manahilul „Irfan Fi „Ulumil Qur‟An (Beirut: Darul
Fikr, 1998), hal. 312.
19
Makmur and Yusof, “MANIFESTASI KHAT NASKHI SEBAGAI TULISAN ASAS AL-
QUR‟AN:,” hal. 14.
20
Anwar Rosihon, Pengantar Ulumul Quran (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2018), hal. 55.
10
pendapatnya, Al-qattan mengutip ucapan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu‟b
Al-Iman,”Siapa saja yang hendak menulis mushaf hendaknya
memperhatikan cara mereka yang pertama kali menulisnya. Janganlah
berbeda dengannya tidak boleh mengubah sedikitpun apa-apa yang telah
mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan
kebenarannya lebih dipercaya serta memegang amanah daripada kita.
Jangan ada diantara kita yang merasa dapat menyamai mereka.
11
karena beliau menjadikan surat alfil dan surat al-quraisy jadi satu. Surat yang
mereka dakwakan itu adalah21
اللهم اان نستعينك ونستغفرك ونثىن عليك وال نكفرك وخنلع من يفجرك
Artinya: “Wahai Tuhan kami, bahwasanya kami memohon pertolongan
kepadaMu dan memohon ampunan kepada Mu dan kami menyanjung akan
diriMu dan tiada kami mengingkarMu dan kami tinggalkan orang yang
berlaku curang kepada-Mu”.
اللهم اايك نعبد ولك نصلي ونسجد واليك نسعى وحنفد نرجو رمحتك وخنشى عذابك ان
عذابك ابلكفار ملحق
Artinya: “Wahai Tuhan kami, kami menyembahMu dan karena Engkau kami
bersembahyang dan sujud dan kepada engakau kami berjalan bergegas. Kami
mengharap rahmat Engkau kami takut azabMu. Bahwasanya azab Mu
menimpa orang-orang kafir”.
21
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an/Tafsir (Bulan Bintang,
1994), hal. 105.
22
Sya‟roni, Pedoman umum penulisan dan pentashihan mushaf al-Qur‟an dengan rasm
Usmani, hal. 9.
23
Sya’roni, hal. 9.
12
2. Rasm „Arudhi )ً( اٌشسُ اٌعشوض
Rasm „Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan dengan
wazan sya‟ir-sya‟ir arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui “bahr” (nama
macam sya‟ir) dari sya‟ir tersebut.24 Contohnya بحش سجضsepert :
ًِستفعً ِستفعً ِستفع ًِستفعً ِستفعً ِستفع
ًِستفعً ِستفعً ِستفع ًِستفعً ِستفعً ِستفع
Syair nadhom imrithi 254 bait, sebagai berikut :
ﺍَﻟﺤْـَــﻤْﺪُﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّــــــــﺬِﻯ ﻗَــــﺪْ ﻭَﻓَﻖَ *** ﻟِﻠْﻌِﻠْﻢِ ﺧَﻴْﺮَ ﺧَــــــــﻠْﻘِﻪِ ﻭَﻟﻠِﺘُّﻘَﻰ
ِﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺤَﺖْ ﻗُﻠُـــــــﻮْﺑــ ُﻬُﻢْ ﻟِﻨَـــﺤْﻮِﻩِ *** ﻓَﻤِﻦْ ﻋَﻈِﻴْﻢِ ﺷَﺄْﻧِﻪِ ﻟَﻢْ ﺗَــــــﺤْﻮِﻩ
Didalam rasm Alqur‟an terdapat aturan yang telah dibuat oleh para ulama
diantaranya:
24
Sya’roni, hal. 10.
25
Sya’roni, hal. 10.
13
1. Membuang Huruf ()حزف اٌحشف26
Macam-macam hazf, hazf terbagi tiga:
a. Hazf isyarah yaitu membuang huruf dengan tujuan mengisyaratkan adanya
bacaan lain.27 Contoh (ُ )أسشي تفذوهlafaz ( )أسشيditulis demikian karena bacaan
lain terdapat perbedaan yaitu bacaannya imam hamzah yang membaca ()اسشي
begitu juga dengan lafaz (ُ )تفذوهditulis demikian karena ada bacaan lain
(ُ )تفذوهyaitu bacaan ibnu katsir.
b. Hazf ikhtisar yaitu membuang huruf dengan tujuan meringkas tulisan seperti
membuang alif dari setiap jama‟ muzakkar salim atau semisalnya jika setelah
alif bukan hamzah atau tasdid.28 Contoh (ٓ)اٌحفظىْ( )اٌعٍّي.
c. Hazf iqtisar yaitu membuang huruf pada kalimat tertentu saja.29 Contoh
membuang alif pada lafaz ( )اٌّعيذyang terletak pada surat al-anfal ayat 42,
sedangkan ( )اٌّيعبدselain ditempat tersebut ditulis dengan alif.
Didalam rasm usmani huruf yang dibuang ada 5 huruf:
1. Membuang alif
a. Jama‟ muzakkar salim ada 3 keadaan
1) Membuang alif
Syarat membuang alif diantaranya lafaz tidak berulang dua kali
didalam al-Qur‟an. Kemudian setelah alif tidak terdapat tasdid atau
hamzah:
Contoh: (ٓ )ببٌىفشيٓ()اٌفسميٓ()اٌىسثىْ()خٍذوْ()صذليdan lain-lain.
Menurut abu Daud membuang alif juga berlaku pada lafaz-lafaz yang
tidak berulang dalam Al-Qur‟an, seperti :
(ٓ )وسدوْ()وٍحىْ()سفٍيٓ()اٌغفشيٓ()اٌفتحيdan lain-lain
2) Menetapkan Alif
26
Abdul Hakim and Syukron Affani, “METODE KAJIAN RASM, QIRAAT, WAKAF DAN
ḌABṬ PADA MUSHAF KUNO,” n.d., hal. 81.
27
Sya‟roni, Pedoman umum penulisan dan pentashihan mushaf al-Qur‟an dengan rasm
Usmani, hal. 18.
28
Sya‟roni, hal. 18.
29
Sya‟roni, hal. 18.
14
Jika setelah alif ada tasdid seperti: (ٓ)اٌضبٌىْ()اٌصبفىْ()اٌضبٌي
3) Menetapkan Alif lebih masyhur
Jika setelah alif ada hamzah maka menetapkan alif lebih masyhur, seperti :
(ٓ)لبئٍىْ()اٌمبئّيٓ()خبئفي.
b. Jama‟ Muannas salim
Alif pada muannas salim mempunyai dua permasalahan;
1) Yang mempunyai satu alif seperti: ()واوٌت()ظٍّت()بيٕت
2) Yang mempunyai dua alif seperti: ()وجٍتىُ()لٕتت()حفظت
c. Jama‟ muannas salim yang mengikuti wazan ٓفعبٌيdan ْ فعبٌىdan
mufradnya ikut wazan فعب يcontohnya : (ٓ)سّعىْ()طىفىْ()لىِي.
d. Jama‟ Manqush
Setiap isim yang pada akhirnya Ya lazimah dan sebelumnya kasrah
menurut Abu daud alif dihapuskan selain pada surat ashaffat : ٓاٌغبوي
dan ْاٌغبوو
2. Tambahan Huruf ()صيبدةاٌحشف
Pada bagian ini ziadah huruf terbagi menjadi 3 permasalahan:
a. Ziadah Alif
Pada bagian ini akan menghadapi 4 masalah pokok :
1) Ziadah alif sesuadh waw jama‟ contoh: ()والتفسذوا()فبسعىا()اعذٌىا
2) Ziadah alif sesudah waw jama‟ mufrad contoh: ()اشىىابثً()ِبتتٍىا()ٌٓ تذعىا
3) Ziadah alif yang tidak terletak sesudah waw jama‟ atau waw mufrad
contoh (ٓ)والوضعىا()الاربحٕت()ِبئت ِبئتي
4) Ziadah alif sesudah lafaz ٌؤالmenjadi ٌؤٌؤا
b. Ziadah Ya
Pembahasan ini memiliki beberapa karakter :
1) Sebelum ya ziadah, hamzah yang berharakat kasrah dan tidak didahului
Alif contoh ()افبئيٓ()وِالئه()ِٓ ٔببءي.
15
2) Sebelum ya ziadah hamzah yang berharakat kasrah dan didahului alif
contoh: ()أبءي اٌيً()وايتبءي رىبٌمشبً()ِٓ تً لبءي.
c. Ziadah Waw
Para ulama perawi rasm usmani empat kalimat berikut ada ziadah waw:
()اوالء()اوٌت()اٌىا()اوٌي.
16
Yang dimaksud disini adalah alif yang menjadi lam kalimah seperti ًطغ
dan ًفتdari mana mengetahui alif berasal dari isim tasniya, misalnya ًفت
menjadi ْفتيب
Contoh lain adalah: ً يبسفasalnyaًيباسف يىيٍتيasalnyaًيبويٍت
b. Alif yang berasal dari ya musyabbah yaitu alif ta‟nis
Hal ini dapat diketahui dari wazan berikut :
ًٌ فعبSeperti ًٌوسب
ًٍ فعSeperti ًِشض
ًٍ فعseperti ًلشب
c. Penulisan alif yang tidak diketahui asalnya, alif ditulis dengan ya
misalnya: (ً)حتً( )ِت.
17
( )اْ ِبdidalam alqur‟an ُوأّّب ٔشيٕه بعض اٌزي ٔعذه
Dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan singkat diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan :
1. Rasm usmani dapat diartikan sebagai menggambarkan suatu kalimat dengan
huruf-huruf hija'iyah, dimulai dan diakhiri dengan huruf-huruf tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan mushaf di sini adalah mushaf-mushaf yang
telah ditulis pada masa Khalifah Utsman yang telah disepakati oleh para sahabat
meliputi urutan surat, ayat dan tata letaknya.
2. “Setiap yang sesuai dengan kaidah nahwu meskipun hanya 1 pandangan, dan
yang sesuai dengan Rasm „Usmani meskipun ihtimal (opsional), dan sanad yang
bersambung, itulah al-Qur‟an. Inilah 3 rukun bacaan yang benar. Dimana salah
satu rukunnya tidak terpenuhi maka itu adalah bacaan yang syadz (menyelisihi
kaidah) meskipun dia mengikuti 7 imam.”
3. Kaidah-kaidah dalam penulisan rasm usmani diantaranya, hadz al huruf, ziyadah
al huruf, mengenai hamzah, penggantian huruf, penyambungan huruf dan
pemutusan huruf.
B. Saran
Terkait kesimpulan diatas, penulis dapat menyarankan beberapa hal berikut ini :
18
1. Penulis berharap adanya kontribusi dari peneliti lain untuk mengkaji hal-hal yang
belum teraangkat lebih detail penjabaran kaidah-kaidah dalam penulisan rasm
usmani.
2. Dikarenakan ada beberapa kontradiksi dalam sejarah dan kodifikasi dalam
penulisan rasm usmani, diharapkan ada pembahasan tertentu untuk membedakan
rasm usmani dan rasm sahabat.
3. Dari pemaparan otentitas rasm usmani pada makalah ini, semoga dapat
melahirkan guru atau pendidik yang efektif dan profesional yang berdasarkan al
Qur‟an.
19
Daftar Pustaka
Al-Qaththan, S. M. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an. Pustaka Al-Kautsar, 2018.
Amal, T. A. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Pustaka Alvabet, 2013.
Arifin, Zainal. “Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan Al-Qur‟an dengan Rasm
Usmani,” n.d., 18.
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an/Tafsir. Bulan
Bintang, 1994.
Aziz, Abdul. “Rasm Mushaf Usmany Dan Rahasianya (Sebuah kajian tentang bukti.
baru kemu‟jizatan AI-Qur‟an).” ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 4, no. 1
(December 26, 2018): 43–54. https://doi.org/10.18860/ua.v4i1.6134.
Hakim, Abdul, and Syukron Affani. “METODE KAJIAN RASM, QIRAAT,
WAKAF DAN ḌABṬ PADA MUSHAF KUNO,” n.d., 21.
Jaeni, Ahmad. “Rasm Usmani in the Writing of the Braille Qur‟an: Model and its
Application in the Standard Mushaf of Braille,” n.d., 22.
Makmur, Dr, and Abdullah Yusof. “MANIFESTASI KHAT NASKHI SEBAGAI
TULISAN ASAS AL-QUR‟AN:,” n.d., 18.
Muhammad Abdul „Adzim, Az-Zarqani. Manahilul „Irfan Fi „Ulumil Qur‟An. Beirut:
Darul Fikr, 1998.
Nasrudin, J. Kaidah Ilmu Tafsir Al Quran Praktis. Deepublish, 2017.
Rajafi, Ahmad. “IMPLIKASI YURIDIS RIWAYAT TENTANG KESALAHAN
PENULISAN DALAM MUSHAF USMANI,” no. 2 (2017): 12.
Rosihon, Anwar. Pengantar Ulumul Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2018.
Sya‟roni, Mazmur. Pedoman umum penulisan dan pentashihan mushaf al-Qur‟an
dengan rasm Usmani. Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan
Pengembangan Agama, Puslitbang Lektur Agama, 1999.
Usup, Djamila. “ILMU RASM Al-QUR‟AN.” Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah 5, no. 1
(August 31, 2016). https://doi.org/10.30984/as.v5i1.229.
iv