Disusun oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa
Ta’ala yang berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Konsep Ilmu Tauhid” Sholawat serta selama kita haturkan
kepada junjungan agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa
Sallam yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebenar-
benarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan
menjadi rahmat bagi alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini
tepat waktu sebagai pemenuh tugas Ilmu Tauhid dan Kalam . Selain itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu
kami untuk merampungkan makalah ini sampai selesai. Demikian yang bisa kami
sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...............................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasamya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu,
bertauhid. Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah
yang menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman namun tanpa
didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada saja yang
masih menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi mereka yang berada di
penjuru kampung yang masih banyak mempercayai pohon-pohon yang besar,
batu-batuan yang besar, dan lain sebagainya.
Tak diragukan lagi bahwa intisari islam adalah tauhid, sebuah komitmen
yang menegaskan bahwa Allah itu Esa, pencipta mutlak lagi utama, Tuhan
semesta alam. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, tauhid ini adalah pengikat
bagian-bagian islam, yang menjadikan semua bagian-bagian islam sebagai
suatu badan yang integral dan organis yang kita sebut sebagai peradaban.
1
Bisa dipastikan bahwa umat Islam nyaris tidak memiliki permasalahan
yang berarti dalam memahami tauhid pada masa Rasulullah s.a.w. Akan
tetapi setelah beliau wafat, problematika tauhid muncul satu persatu dari
rahim sejarah umat Islam seiring dengan timbulnya berbagai pendapat
mengenai iman dan amal. Meskipun pada awalnya permasalahan ini lebih
condong dipersepsikan sebagai masalah politik, namun pergerakannya meluas
hingga memasuki wilayah kalam (teologi).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini
adalah:
1. Apa saja konsep dasar Ilmu Tauhid ?
2. Nama lain Ilmu Tauhid ?
3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Atas Ilmu tauhid ?
4. Apa saja Pengaruh Tauhid Terhadap Kehidupan Seorang Muslim ?
5. Tujuan mempelajari Ilmu Tauhid ?
C. Tujuan masalah
Dalam pembahasan makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk :
Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar Ilmu Tauhid, mulai dari nama lain
Ilmu Tauhid, Kebutuhan Ilmu Tauhid terhadap manusia, dan apa saja pengaruh
kehidupan seorang muslim terhadap tauhid, serta dari itu semua yang terakhir
ialah tujuan Ilmu Tauhid.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian ilmu Tauhid adalah salah satu cabang ilmu studi
keislaman yang lebih memfokuskan pada pembahasan wujud Allah dengan
segala sifatnya serta para Rosul-Nya, sifat-sifat dan segala perbuatanya
dengan berbagi pendekatan.
3
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib pernah berpesan kepada putra beliau,
Imam Hasan sebagai: Wahai putraku, mengetahuilah jika Tuhanmu memiliki
sekutu, para utusannya juga pasti berkencan denganmu, engkau akan melihat
tanda-tanda kerajaan dan kekuasaannya dan mengenal pekerjaan dan sifat-
sifatnya. Akan tetapi, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa seperti Dia telah
mensifati diri-Nya.
Alam semesta ini memiliki pencipta Yang Maha Esa, Maha bijaksana dan
Maha kuasa. Seluruh wujud, Kekekalan, dan perputaran alam semesta ini
berasal dari-Nya. Tidak satupun makhluk yang dapat keluar dari kekuasaan-
Nya, dan Dia adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia tidak pernah
menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Dia tidak terbentuk dari materi. Dia
adalah Mahatunggal dan Maha Tak Terbatas. Dia mengetahui segala sesuatu.
Dia menguasai seluruh alam semesta. Dia ada dan akan selalu ada.
Jelas bahwa kesatuan sistem dan susunan yang khas ini tidak akan
terealisasikan kecuali dengan keesaan pencipta-Ny a. Allah berfirman dalam
Al Qur'an Surah Al-Mu'minun 23: Ayat 9.
Dengan kata lain, meskipun seluruh makhluk alam semesta ini memiliki
bentuk yang beraneka ragam dan hakikat yang berbeda, akan tetapi mereka
mengikuti satu aturan, dan setiap dari mereka. sesuai dengan kemampuan
wujudnya menempuh jalannya masing-masing. Atas dasar ini, mereka terjaga
dari kehancuran dan kerusakan. Ini tidak mungkin terjadi, kecuali dengan
4
adanya keesaaan Pencipta mereka. Di dalam Al-Qur'an Allah telah
mengisyaratkan tentang argumentasi ini.
Yang Artinya: Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada
tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang
memiliki Arsy, dari apa yang sifatkan mereka (QS. Al-Anbiyaa, 21 ayat 22).
Tauhid mengetahui dan menyaakinkan bahwa Allah itu tunggal tidak ada
sekutunya. Sejarah menunjukan, bahwa pengertian manusia terhadap terhadap
Tauhid itu sudah tua sekali, yaitu sejak utusannya nabi adam kepada anak
cucunya. Tegasnya sejak permulaan manusia mendiami bumi ini, sejak itu
telah diketahui dan diyakini adanya dan esanya Allah ta"ala, pencipta alam ini.
5
B. Nama Lain Dari Tauhid
Ilmu Tauhid mempunyai banyak pula nama-nama yang timbul dari
pengarang-pengarang, dan timbul dari kepentingan yang diutamakannya. Nama-
nama itu adalah sebagai berikut:
1. Ilmu Ushulludin
Ushuluddin berasal dari dua kata, ushul dan ad- din. Ushul merupakan bentuk
plural dari kata asıl yang berarti: asal, pokok, dasar, fundamen. Sedangkan ad-din
berarti agama. Jadi, perkataan Ushuluddin menurut bahasa berarti pokok-pokok
atau dasar-dasar agama.Secara istilah dapat diartikan: Ilmu Ushuluddin adalah
ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-
dalil naqli (al-Qur'an dan as-Sunnah) dan dalil-dalil 'aqli (akal).Dinamakan
demikian karena Ilmu Ushuluddin pembahasannya adalah dasar-dasar agama yang
merupakan masalah esensial dalam ajaran agama islam.
2. Ilmu 'Aqoid/"Aqoidul-Iman
Kata 'Aqoid berasal dari bahasa Arab, bentuk plural dari kata 'aqidah, berasal
dari kata al-'aqdu yang berarti mengikat sesuatu. Namun, yang dimaksud dengan
'aqidah disini adalah مایدین به االنسانsesuatu yang diimani oleh seseorang
Secara istilah yang dijelaskan dalam kitab Bajuri dan Jam'u al-Jawami' sebagai:
"pengetahuan yang melekat dalam masalah keyakinan keagamaan yang diambil
dari dalil-dalil syara”.
Dalam kitab at-Tauhid Pon-Pes Darussalam disebutkan:
Adapun guna mempelajari ilmu Aqo'id adalah untuk membetulkan dan
meneguhkan iman manusia kepada Tuhan Allah SWT. Iman yang benar akan
mengesahkan segala amal ibadah seperti, sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain.
Dan surga menjadi pahala balasan di akhirat nanti. Namun jika iman seseorang
tidak dalam posisi yang benar, maka semua amal itu akan sia-sia. Dan di akhirat
nanti neraka sebagai ganjarannya.
6
Ilmu Aqo'id dinamakan demikian karena pengetahuan ini berisi satu ikatan
mengenai sahnya iman dan islam yang berjumlah 50, yang terkenal dengan aqo'id
seket. Dengan perincian 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah,
satu sifat jaiz bagi Allah, 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul dan
satu sifat mustahil bagi Rasul. Semuanya itu tercantum di dalam kalimat "la
ilaha illa allah".
3. Ilmu Kalam
Kata Kalam berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk mashdar dari kata )- كلم
(يكلمyang berarti perkataan atau kata-kata. Secara bahasa dapat berarti ilmu
tentang kata-kata. Sedangkan menurut istilah, al-Farabi mendefinisikan: Layanan
Pelanggan dan Layanan Pelanggan dan Layanan dan Layanan Pelanggan dan
Layanan Pelanggan.
"ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat Allah SWT beserta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya
adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis".
Ibnu Khodun mendefinisikan:
ةZZة العقليZة باألدلZZد االيمانيZZاج عن العقائZ" هو علم يتضمن الحجilmu kalam adalah disiplin ilmu
yang mengandung berbagai argumentasi tentang aqidah imani yang diperkuat
dalil-dalil rasional".
Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan:
"Ilmu yang membahas tentang wujud Allah SWT, tentang sifat-sifat yang wajib
tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat
yang wajib ditiadakan daripada- Nya. Juga membahas tentang Rasulullah untuk
menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada padanya, hal-hal yang jaiz
terhubung pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang menghubungkan pada diri
mereka”.
7
Mushtofa Abdul Raziq memberikan definisi:
"ilmu kalam adalah yang berkaitan dengan aqidah imani ini sesungguhnya
dibangun di atas argumentasi argumentasi rasional. Atau ilmu yang berkaitan
dengan aqidah Islami ini bertolak atas bantuan nalar".
Apabila kita perhatikan dengan seksama definisi-definisi yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut tentang Ilmu Kalam, ternyata pendapat mereka tidak jauh
beda. Maka penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa Ilmu Kalam itu adalah
sebuah disiplin ilmu yang membahas segala macam masalah ketuhanan dengan
menggunakan logika.
8
takut pada Roh dari benda-benda yang menimbulkan perasaan dahsyat, seperti
hutan yang lebat, danau yang dalam, sungai yang arusnya deras, pohon besar lagi
rindang daunnya, gua yang gelap, dan sebagainya. Masyarakat primitif
mempersembahkan sesajen kepada roh-roh seperti ini untuk menyenangkan hati
mereka. Sesajen biasa- nya berupa binatang, makanan, kembang, dan sebagainya.
Bagi penganut animisme, roh nenek moyang mereka juga menjadi objek yang
ditakuti dan dihormati.
Dalam konteks agama animisme, tujuan beragama masih terbatas pada
penciptaan atau penjalinan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan
dihormati itu dengan cara berupaya menyenangkan hati mereka. Tindakan yang
membuat mereka marah harus dijauhi karena kemarahan roh-roh itu akan
menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang diyakini dapat mengontrol roh-roh
tersebut, seperti halnya dalam agama dinamisme, adalah dukun dan ahli sihir juga.
Dalam masyarakat Indonesia, masih dijumpai kepercayaan kepada roh seperti
halnya kepercayaan kepada mana. Bentuknya banyak terlihat dalam tradisi
pemberian sasajen, selamatan, kepercayaan kepada "makhluk halus" dan lain-
lain. Ritus dan tradisi seperti ini adalah bekas dan peninggalan dari kepercayaan
animistis masyarakat.
Di sinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama
monotcis. Dalam agama- agama primitif, manusia mencoba membujuk dan
menarik perhatian kekuatan supernatural dengan penyembahan dan saji-sajian
supaya kekuatan itu mengikuti kemauan manusia. Sebaliknya, dalam agama
monoteisme, manusialah yang tunduk kepada kemauan Tuhan. Tuhan dalam
paham. monoteisme adalah Maha Suci dan Dia menghendaki supaya manusia pun
tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan, dan yang dapat kembali ke sisi
Tuhan Yang Maha Suci hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor
tidak akan diterima kembali ke sisi Tuhan Yang Maha Suci. Orang-orang kotor
akan berada di neraka, yang berarti jauh dari Tuhan. Orang yang suci akan berada
dekat Tuhan dalam surga. Jalan untuk tetap suci adalah dengan senantiasa
berusaha mendekati dan. mengingat Dia dan tidak pernah melunakan-Nya.
9
D. Pengaruh Tauhid Terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat,
maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses penghambaannya kepada
Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka hidup
yaitu keinginan mereka untuk bertemu dengan tuhannya Allah SWT.
Implementasi penghambaan mutlak kepada Allah SWT tersebut terwujud
dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim, mulai hubungan antara manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan
manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan terwujud secara selaras dan
harmonis, karena memang itulah perintah Allah. Dengan mempunyai aqidah yang
kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya dengan baik dan ringan.
Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global, seorang
muslim harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan
pengaruh global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-
tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai
muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk
mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan diri-Nya. Kekhususannya meliputi perkara Rububiyah,
Uluhiyah, dan Asma' wa sifat. Tauhid sendiri berasal dari Bahasa Arab
“wahhada-yuwahhidu-tauhiidan”, artinya mengesakan atau menunggalkan
dari sekian banyak yang ada.
Dengan demikian ilmu Tauhid adalah salah satu cabang ilmu studi
keislaman yang lebih memfokuskan pada pembahasan wujud Allah
dengan segala sifatnya serta para Rosul-Nya, sifat-sifat dan segala
perbuatanya dengan berbagi pendekatan.
Bisa dipastikan bahwa umat Islam nyaris tidak memiliki permasalahan
yang berarti dalam memahami tauhid pada masa Rasulullah s.a.w. Akan
tetapi setelah beliau wafat, problematika tauhid muncul satu persatu dari
rahim sejarah umat Islam seiring dengan timbulnya berbagai pendapat
mengenai iman dan amal. Meskipun pada awalnya permasalahan ini lebih
condong dipersepsikan sebagai masalah politik, namun pergerakannya
meluas hingga memasuki wilayah kalam (teologi).
Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid
yang kuat, maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses
penghambaannya kepada Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena
hanya satu tujuan mereka hidup yaitu keinginan mereka untuk bertemu
dengan tuhannya Allah SWT.
A. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum mampu mengupas
secara mendalam tentang Muhakam dan Mutasyabihat. Oleh karena itu,
penting rasanya untuk diutarakan bahwa saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari hasil diskusi sekiranya akan membantu
mengoptimalisasi dalam tulisan makalah ini dan akan lebih
12
menyenangkan apabila dalam kritik dan saran tersebut disertai rujukan
yang jelas, yang akan mempermudah dalam proses penyempurnaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Asy'ari, Ad-durar, hlm. 16-17 Nurcholish Madjid, "Islam, Iman dan Ihsan sebagai
Trilogi Ajaran Islam, "dalam Kontekstualisasi,ed Munawar Rachman.
Ismail Raji Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Kebudayaan Islam,
14