Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
1. Nabila
2. Arinda Abelina
TAHUN 2021/2022
1
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA”.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................5
A. Pengertian Islam..............................................................................................................................5
Kesimpulan...............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................19
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan Allah kepada manusia
melalui Nabi Muhammad SAW. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. sumber dari ajaran-ajarn
yang mengambil berbagai aspek itu adalah Al-Qur’an dan hadits. Dalam paham dan keyakinan
umat islam Al-Qur’an mengandung sabda Tuhan (kalamullah) yang di wahyukan kepada Nabi
Muahammad SAW. Berdasarkan atas sejarah pembukaan yang jelas ini kita umat islam
berkeyakinan bahwa teks Al-Qur’an yang ada sekarang betul sesuai dengan apa yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Bahwa Al-Qur’an sekarang betul orisinal dari Nabi
MuhammadSAW diakui juga oleh orang orientalis.
Hadits sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi
Muhammad SAW. sunnah bisa mempunyai bentuk ucapan, perbuatan, persetujuan secara diam dari
Nabi. Ini-dua sumber asli dari ajaran-ajaran islam dalam segala hal. Ajaran yang terpenting dari
islam ialah ajaran Tauhid, maka sebagai halnya dalam agama monoteisme atau agama Tauhid
lainnya yang menjadi dasar dari segala dasar disina ialah pengalaman tentang adanya Tuhan Yang
Maha Esa.
B. Rumusan Masalah
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
1. Secara Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu
kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan
muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan
tunduk kepada Allah s.w.t
2. Secara Terminilogi
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan sempurna yang
mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika
berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub,
Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Artinya :
”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub,
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu,
sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-
Baqarah, 2:132)
Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut
Artinya :
5
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia :
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah
(Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi
ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat,
hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan
rahim Allah swt.
3. Menyelamatkan manusia dari tepi jurang kehancuran yang disebabkan pertikaian dalam
memperebutkan hal-hal yang tidak essensial, yaitu memperebutkan harta, takhta dan kasta. Misi
Islam ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapatkan petunjuk. (QS. Ali Imran (3):103)
8
Ayat tersebut berkaitan dengan misi Islam dalam menciptakan situasi dan kondisi
yang tertib, aman, rukun damai. Adanya berbagai perbedaan dalam segi sosial, ekonomi, politik,
budaya, bahasa, suku, tradisi dan lainnya tidak boleh dijadikan alasan untuk berpecah belah atau
bermusuhan, melainkan harus dipadukan menjadi sebuah kekuatan yang membawa manfaat
dunia dan akhirat. Mereka harus menyadari tentang hal yang esensial dalam kehidupan mereka,
yaitu bahwa mereka bersaudara, satu nenek moyang, diciptakan dari bahan dan proses yang
sama, makan dan minum dari bahan yang sama, hidup di bumi yang sama, dan kelak akan
kembali kepada Tuhan untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya. Dengan demikian,
mereka harus hidup rukun, damai, toleransi, tolong-menolong, bersahabat, dan tertib, karena
dengan cara demikianlah mereka akan memperoleh kebahagiaan hidup yang sejati.
4. Melakukan pencerahan batin dan pikiran kepada manusia agar sehat jiwa, akal, dan jasmani.
Misi Islam ini dijelaskan dalam ayat sebagai berikut:
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (QS. al-Isra’ (17):82)
Ayat tersebut berbicara tentang salah satu misi Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an,
yakni memperbaiki mental dan pola pikir (mindset) manusia, sebagai modal utama bagi
perbaikan di bidang lainnya, Al-Qur’an mengingatkan bahwa perubahan masyarakat harus
dimulai dari perubahan pola pikir dan mentalnya. Islam mengingatkan, bahwa antara jiwa, akal
dan raga memiliki hubungan fungsional simbiotik, yakni saling menopang dan memengaruhi.
Jiwa yang sehat akan memengaruhi akal, dan raga; dan raga serta pikiran yang sehat akan
memengaruhi jiwa. Misi Islam yang berkaitan dengan perbaikan jiwa dan pola pikir ini sangat
strategis, karena dari sinilah akan lahir pemikiran, sikap dan perbuatan yang mulia sebagai dasar
seluruh perbuatan manusia.
5. Memperbaiki akhlak yang mulia. Misi ini sejalan dengan misi perbaikan jiwa dan pola piker
sebagaimana disebutkan sebelumnya, Akhlak yang mulia adalah buah dari jiwa dan pola pikiran
yang sehat serta hasil atau dampak dari iman, Islam, dan ihsan. Misi perbaikan akhlak ini
sejalan dengan misi kedatangan Rasulullah SAW.
9
Tujuan ajaran Islam pada garis besarnya sejalan dengan visi dan misi ajaran islam. Menurut
al-Syathibi (dalam Nata, 2011) tujuan syariat islam adalah diarahkan untuk memelihara lima hal,
yaitu :
Tujuan ini sejalan dengan fitrah keagamaan yang terdapat dalam diri manusia,
sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW. “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan membawa fitrah beragama , maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan fitrah
keagamaan itu menjadi bentuk Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas )
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Engkau adalah hanief
(secara kodrat memihak kebenaran). Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum (30):30)
Berdasarkan ayat tersebut bahwa di dalam setiap diri manusia sudah ada potensi
beragama, yaitu merasakan tentang adanya tuhan yang menciptakan dirinya, menciptakan
langit dan bumi beserta segala isinya, menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan
dirinya.
10
Dengan menggunakan akal, manusia akan mampu memahami pesan ajaran islam
serta mendalaminya untuk meningkatkan kualitas hidup, memahami kandungan Al-
Qur’an dan melahirkan ilmu agama Islam, dan dengan akalnya ini pula maka berbagai
kewajiban agama dapat dilaksanakan dengan baik. Nabi Muhammad SAW. bersabda :
“Tonggak seseorang adalah akalnya, dan tidak dianggap beragama bagi orang yang
tidak memiliki akal.” (Musnad al-Harits)
Berkaitan dengan tujuan ini, ajaran islam melarang membunuh seseorang tanpa
alasan yang dibenarkan syara’, seperti membunuh dalam peperangan. Islam juga
melarang seseorangmembiarkan dirinya jatuh kedalam kebinasaan, seperti
mengonsumsi makanan dan minuman yang memabukkan dan mematikan. Sejalan
dengan upaya memelihara jiwa ini, maka islam melarang keras membunuh orang lain
atau diri sendiri. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
Berkenaan dengan hal ini, agama islam memberi kebebasan kepada setiap orang
untuk memilih cara yang efektif untuk mendapatkan harta yang dibutuhkan umatnya.
Islam juga melindungi harta yang ada pada diri seseorang dengan cara menetapkan
berbagai ketentuan, misalnya Islam melarang seseorang mencuri harta orang lain dan
melarang melakukan sesuatu yang merugikan harta milik orang lain seperti menipu,
mengurangi timbangan dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, islam juga mendorong
agar seseorang bekerja keras untuk mendapatkan harta, dan menganggap orang yang
melakukannya sebagai jihad di jalan Allah SWT. Tujuan Islam dalam memelihara dan
melindungi harta benda ini sejalan dengan tujuan memelihara kecenderungan manusia
terhadap harta benda. Allah SWT. berfirman
“dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr
(89): 20)
11
5. Memelihara harta keturunan (hifdz al-nasl).
Tujuan Islam dalam memelihara keturunan ini berkaitan dengan tujuan menjaga
keberlangsungan eksistensi manusia di bumi. Oleh karena itu, Islam menganjurkan
kepada setiap orang untuk membangun kehidupan rumah tangga, menjadi pasangan
suami-istri secara halal, membangun keluarga yang sesuai dengan tuntunan agama yang
selanjutnya dapat melahirkan keturunan yang saleh dan salehah. Dalam islam juga
dilarang seseorang untuk menghalangi seseorang untuk menikah, dan tidak pula
memaksakan atau menjodohkan seseorang dengan orang lain yang tidak saling
mencintai. Sebaliknya seorang pemuda yang dinilai secara fisik dan mental memiliki
kesanggupan dianjurkan untuk segera menikah, karena menikah dapat memelihara diri
dari perbuatan maksiat.
Untuk mencapai tujuan ini, maka Islam mengharuskan membangun rumah tangga
yang dibentuk melalui sebuah perkawinan secara islami, memenuhi syarat dan rukun
perkawinan sesuai dengan ajaran Islam, seperti calon suami istri yang sudah dewasa
baik mental maupun fisik, kesamaan dalam akidah dan keyakinan, kesanggupan unutk
memberi nafkah lahir dan batin, dan melaksanakan hak dan kewajiban suami istri.
12
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk
kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam
firman allah dalam surah al-baqarah, 2:208 yang artinya :
“ Wahai orang-orang yang beriman,masuklah kamu ke dalam islam keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata.
Antara aqidah, syariah, dan ahklak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau
iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan
syariah. Apabila syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahirakhlak. Oleh
karena itu, iman tidak hanya ada didalam hati, tetapi ditampilkan dalambentuk
perbuatan.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan landasan bagi
tegak berdirinya syariah dan akhlak adalah prilaku nyata pelaksanaan syariah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Islam juga memiliki visi dan misi yang luas dan memiliki
tujuan yang jelas yaitu untuk:
Dari tujuan-tujuan itu, memiliki ruang lingkup Aqidah, Syariah dan Akhlak
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. (Jakarta: Prenada Media Group. 2011). Cetakan ke-1
14
Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.
Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Maarif Bandung, 1989
Zainab Al-Ghazali, Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta, 1995
H. Djarnawi Hadikukusam, “Ijtihad”, dalam Amrullah Achmad dkk. (Editor), Persepektif
Ketegangan Kreatif dalam Islam, PLP2M Yogyakarta, 1985
15