(Al-Mutaqaddimin A)
Oleh :
Destiar Kharisma Zahara (201410110311078)
M Alfani Ridloan (201410110311135)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam
dan Kemuhammadiyahan. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang kami miliki. Kami berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi. Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan kami tambahan
ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kami. Dan bagi para
pembaca makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini, semoga ALLAH SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan keutamaan ilmu, ilmuan dan jenis ilmu?
2. Apa perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum?
3. Apa pengertian dari akhlaq mencari dan mengajarkan ilmu
4. Bagaimana prinsip-prinsip islam dalam pengembangan IPTEK?
5. Bagaimana pendapat mengenai beberapa persoalan bioakhlak dalam
pandangan islam ?
(bayi tabung, kloning, operasi ganti kelamin, bedah plastik, dsb)
C. Tujuan
Tujuan dalam masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang keutaman ilmu, ilmuan, dan jenis
ilmu.
2. Untuk mengetahui perbedaan ilmu agama dengan ilmu umum.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang akhlaq mencari dan mengajarkan
ilmu.
4. Untuk mengetahui lebih dalam tentang prinsip-prinsip islam dalam
pengembangan IPTEK.
5. Untuk mengetahui pendapat bebeapa para ahli tentang persoalan bioakhlak
dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits Nabi :
"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari Ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan jalan baginya menuju syurga" (HR. Muslim)
"Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali
tiga perkara; shadaqah jariah(yang terus mengalir pahalanya), ilmu yang
bermanfaat dan anak shalih yang mendoa'kannya". (HR. Muslim dari Abu
Hurairah RA)
"Barang siapa yang datang ke mesjidku ini hanya untuk suatu kebaikan yang
ia pelajari atau ia ajarkannya(kepada kepada orang lain), maka ia akan
sederajat dengan para mujahidin fie sabillillah". (HR. Ibnu Majjah dan Baihaqi
dengan sanad La Ba'sa Bihi)
pendapat ulama
Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau
memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat
dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari
istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:
Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur
pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya.
Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma
yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang
suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang
bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.
Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita
lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang
suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang
lain.
Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami
air spermanya kepada tanaman orang lain ( vagina perempuan bukan istrinya).
HR. Abu Daud At- Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibba
cloning
Arinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-
Baqarah/2:29)
Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan
apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jaatsiyah/45:13)
Pada kasus dua cara pertama, pendapat yang dikemukakan adalah haram,
dilarang melakukan cloning yang semacam itu dengan dasar analogi
(qiyas) kepada haramnya lesbian dan sadduzarai (tindakan pencegahan,
precaution) atas timbulnya kerancuan pada nasab atau sistem keturunan,
padahal melindungi keturunan ini termasuk salah satu kewajiban agama.
Di lain pihak juga akan menghancurkan sistem keluarga yang merupakan
salah ajaran agama Islam. Pada cara ketiga dan keempat, cloning haram
dilakukan jika sel atau sperma yang dipakai milik lelaki lain (bukan
suami) atau milik hewan. Jika sel atau sperma yang dipakai milik suami
sendiri maka hukumnya belum bisa ditentukan (tawaquf), melihat dulu
maslahat dan bahayanya dalam kehidupan sosial.
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
paling indah. [At-Tn/95:4]
Firman Allh Azza wa Jalla saat berbicara tentang kewajiban perang yang
tidak disukai tabiat manusia :
Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik bagi
kalian; dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu padahal ia buruk bagi
kalian. Allh lah yang tahu, sedangkan kalian tidak mengetahui. [al-
Baqarah/2:216]
Sebagaimana telah disinggung, alasan utama seseorang berganti
kelamin ialah karena tidak suka dengan kodrat ilahi yang menjadikannya
sebagai laki-laki atau wanita, dan menganggap bahwa dirinya lebih cocok
menjadi lawan jenisnya.