Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN SAINS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Islam dan Sains

Dosen Pengampu: Khoirul Anam, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh:

Rabia Mumtaz Muna (20103040148)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSTITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sains berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan. Sains bisa
didefinisikan sebagai suatu pengetahuan yang didapatkan dengan cara pembelajaran dan
pembuktian secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode yang terbakukan.
Sains berasal dari rasa keingintahuan manusia akan sesuatu sehingga membuat mereka
berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Sains berkembang dengan sangat cepat. Seiring berjalannya waktu, sains semakin mudah
untuk ditemukan. Kemajuan sains ini telah memberikan banyak kemudahan bagi kehidupan
manusia. Jika kita mendengar kata sains, maka tak bisa dipungkiri jika kita akan teringat
dengan kata teknologi. Teknologi ini merupakan salah satu temuan atau hasil dari
pengembangan sains yang telah banyak membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya.

Jika kita telusuri, sains atau ilmu pengetahuan merupakan hal yang tak bisa dipisahkan
dengan ajaran Islam. Sebagai agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Islam tidak hanya
mengatur urusan akhirat saja tetapi juga mengatur mengenai kehidupan di dunia, salah
satunya tentang sains atau ilmu pengetahuan. Hal ini bisa dilihat dari perintah Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yaitu perintah untuk membaca yang termuat
dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5. Wahyu ini memberikan perintah kepada manusia supaya
membaca, karena dengan membaca dapat memperoleh informasi dan membuka ilmu
pengetahuan.

Allah telah menurunkan wahyu yaitu Al-Quran sebagai petunjuk atau pedoman bagi
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Allah juga menciptakan manusia dengan akal
pikiran, ini artinya Allah memerintahkan manusia untuk mencari ilmu menggunakan akalnya
dengan petunjuk Al-Quran. Dengan melihat korelasi antara Islam dengan sains tersebut, bisa
dilihat jika Islam memberikan peran yang besar dalam perkembangan sains.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Islam bisa mempengaruhi perkembangan sains?
2. Bagaimana hubungan antara Islam dan Sains?
3. Bagaimana peran Islam dalam perkembangan Sains?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui penyebab islam bisa mempengaruhi perkembangan sains.
2. Untuk mengetahui hubungan Islam dengan sains.
3. Untuk mengetahui peran Islam dalam mempengaruhi perkembangan sains.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Sains

Terdapat beberapa terma dalam kamus tentang akar kata Islam. Secara umum, kata ini
mempunyai dua kelompok makna dasar yaitu Selamat, bebas, terhindar, terlepas dari,
sembuh, meninggalkan. Bisa juga berarti; Tunduk, patuh, pasrah, menerima. Kedua
kelompok makna dasar ini saling terkait dan tidak terpisah satu sama lain.1

Dalam ensiklopedi Agama dan filsafat dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diperintahkan-Nya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya
kepada Nabi Muhammad saw. dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut
kepada seluruh manusia dengan mengajak mereka untuk memeluknya.2 Harun Nasution
menerangkan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan kepada seluruh
masyarakat melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi tetapi mengenai bebagai segi dari
kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengadung berbagai aspek itu adalah al-
Qur’an dan hadis.3

Kata “sains” dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari kata Inggris “science” yang
sebenarnya bersumber dari bahasa Latin “scientia” yang berarti mengetahui atau
pengetahuan, (to know, knowledge) atau dikenal dalam bahasa Latin juga “scire” bermakna
belajar (to learn). Dua Istilah tersebut identik dengan istilah Arab, ‘alima, ’ilm dalam tradisi
Islam masih dibedakan dengan istilah idrāk (persepsi) yang bertumpu pada pencerapan
inderawi dan ‘irfān (pengenalan).4

Secara Bahasa, sains bisa diartikan sebagai keadaan atau fakta mengetahui. Sains juga
sering digunakan dengan arti pengetahuan scientia. Secara istilah, sains berarti mempelajari
berbagai aspek dari alam semesta yang teroganisir, sistematik dan melalui berbagai metode
saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada beberapa yang dapat dipahami
oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan) atau dapat
1
Baso Hasyim “Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan Islam)”.
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013. Hal. 129
2
Ibid.
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Cet 1 (Jakarta: UI Press, 1979),
hlm.17
4
Muhammad Muslih, Falsafah Sains, dari Isu Integrasi Keilmuan Menuju Lahirnya Sains Teistik,
(Yogyakarta: LESFI, 2017), 27.
dikatakan bahwa sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan
pembuktian.5

B. Sejarah Perkembangan Sains

Sains berasal dari penggabungan dua tradisi tua, yaitu tradisi pemikiran filsafat yang
dimulai oleh bangsa Yunani kuno serta tradisi keahlian atau keterampilan tangan yang
berkembang di awal peradaban manusia yang telah ada jauh sebelum tradisi pertama lahir.
Filsafat memberikan sumbangan berbagai konsep dan ide terhadap sains sedangkan keahlian
tangan memberinya berbagai alat untuk pengamatan alam (Nugroho, 2018).6

Pada masa awal abad masehi, yaitu pada masa Yunani Kuno, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan. Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan akhir abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap
an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis) dan tidak
menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu
saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.7

Di zaman selanjutnya, para filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles memberikan
penerangan. Contohnya, Aristoteles yang telah membangun dunia logis sehingga ia dianggap
sebagai Bapak logika. Pemikirannya menjadi cikal bakal lahirnya sains. Dengan pemikiran
tersebut, perkembangan sains mengarah kepada kehidupan manusia pada posisi yang paling
tinggi. Dari sini, kemudian mucullah para Saintisme-saintisme baru yang memiliki
kepercayaan bahwa sains adalah satu-satunya proses belajar manusia yang paling bernilai
karena sifat kegunaannya.8 Pada masa itu, dipenuhi dengan saintisme-saintisme yang
menjunjung tinngi sifat rasionalisme.

Pada masa ini, perkembangan sains merupakan puncak dari masa yang pernah ada. Sains
telah menghasilkan teknologi maju yang mempermudah manusia dalam melakukan
aktivitasnya. Hasil ini merupakan pencapain bangsa Barat yang dimulai dengan adanya
revolusi industri di Inggris pada abad ke-16 dan Revolusi Prancis pada tahun 1789. Pada

5
Hasyim, Loc. Cit
6
Muhammad Hamdan dan Jepri Nugrawiyati. “Problematika Perkembangan Sains dan Dampaknya
Terhadap Pendidikan Islam” dalam Jurnal Prosidiing Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan
Sains Volume 2, Maret 2020. Hal. 314
7
Ibid
8
Ibid
masa ini, perkembangan sains terus berlanjut. Perkembangannya saat ini tak lepas dari
teknologi, politik, ekonomi, social, dan filsafat masyarakat.

C. Penghargaan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan (Sains)

Islam sangatlah menekankan pentingnya untuk mencari ilmu pengetahuan. Dalam sumber
hukumnya yaitu Al-Quran dan As-Sunnah terdapat ajakan bagi para kaum muslimin untuk
mencari dan mendapatkan ilmu. Di dalam Al-Quran sendiri kata yang bermakna ilmu
digunakan lebih dari 780 kali.9 Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati ilmu
pengetahuan dan orang yang berilmu karena orang yang berilmu akan ditempatkan pada
derajat yang tinggi. Sebagaimana yang disampaikan di Surah al-Mujadilah ayat 11, yang
artinya "......... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”

Ayat-ayat Al-Qur’an yang diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammad saw.,


menyebutkan pentingnya membaca bagi manusia. Seperti yang kita tahu bahwa membaca
bisa menambah ilmu. Sebagaimana yang tertuang dalam Q.S. al-Alaq ayat 1-5 yang
berbunyi:

َ ُّ‫ق ٱ ْق َرْأ َو َرب‬


َ‫ك ٱَأْل ْك َر ُم ٱلَّ ِذى َعلَّ َم بِ ْٱلقَلَ ِم َعلَّ َم ٱِإْل ن ٰ َسن‬ ٍ َ‫ق ٱِإْل ن ٰ َسنَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ٱ ْق َرْأ بِٱس ِْم َرب‬
َ َ‫ك ٱلَّ ِذى َخل‬
َ َ‫ق خَ ل‬
‫َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”

Dalam hadis-hadis Nabi juga terdapat pernyataan-pernyataan yang memuji orang


yang berilmu dan mewajibkan menuntut ilmu antara lain: “Menuntut ilmu wajib atas tiap
muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah). Carilah ilmu walaupun di
negeri Cina. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad. Para ulama itu adalah
pewaris Nabi. Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta
ulama dilebihkan dari darah syuhada.10

Berdasarkan keterangan diatas, bisa kita lihat jika Islam dengan perantara Al-Quran
dan As-Sunnah sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur’an sendiri
9
Hasyim, Loc. Cit. Hal.130
10
Ibid
sebenarnya telah terdapat prinsip-prinsip, spirit serta kaidah-kaidah yang bisa
mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan.

D. Hubungan antara Islam dengan Sains

Kata sains dan Islam kadang menimbulkan distorsi karena sebagian orang memahami
bahwa sains hanya bersifat rasional, dapat diobservasi, terukur, dan dapat diuji. Sedangkan
Islam sebaliknya, yaitu hanya bersifat ghoib, supranatural, dan tidak dapat diuji. 11
Berdasarkan pemikiran tersebut, Islam dan Sains kemudian dianggap sebagai hal yang
berlawanan. Padahal kedua hal ini memiliki hubungan yang erat.

Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui dengan dua sudut pandang. Pertama,
apakah konsepsi dalam Islam melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua
gagasan ilmiah itu bertentangan dengan agama. Sudut pandang kedua dapat dilihat dari
pengaruhnya bagi manusia karena kedua hal ini sama-sama mempunyai pengaruh pada
manusia, di antaranya Islam dan Sains sama-sama memberikan kekuatan, sains memberi
manusia peralatan dan mempercepat laju kemajuan, Islam menetapkan maksud tujuan upaya
manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah
(material), Islam membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran,
Islam memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir,
badai, dan bencana alam lain. Islam melindungi manusia dari keresahan, kegelisahan dan rasa
tidak nyaman. Sains mengharmoniskan dunia dengan manusia dan Islam menyelaraskan
dengan dirinya.12

Dalam perkembangannya, pengembangan ilmu pengatahuan empiris (sains) dan ilmu


agama (Islam) oleh masing-masing ahlinya ditemukan hubungan antara keduanya yaitu
bersifat dikotomis, dialogis, paralel, harmonis, bahkan konflik atau integrasi. Kesemuanya itu
sangat tergantung pada sikap dan kedalaman suatu paradigma yang digunakan. Jika
pengembangan suatu ilmu itu rigid dan tidak menoleh ke arah ilmu yang lain, tidak saling
tegur sapa, maka hubungan keduanya akan cenderung bersifat kaku dan dikotomis. Tetapi
jika pengembangan keduanya dapat saling tegur sapa, saling memahami, maka akan terjadi
bentuk dialog, paralel, dan harmoni, bahkan integrasi.13

11
Hidayatulloh. “Relasi Ilmu Pengetahuan dan Agama”. Dalam Jurnal Proceeding of ICECRS. Hal.
902
12
Restiana Mustika Sari dan Yudi Setiadi. “Keselarasan Islam dan Sains”. Hal. 6
13
Hidayatulloh Loc. Cit. hal. 902-903
M. Amin Abdullah memperlihatkan adanya tiga pola pendekatan yang melahirkan model
hubungan antara ilmu (Sains) dan agama (Islam) yaitu:14

1) Model single entity, dalam arti pengetahuan agama berdiri sendiri tanpa memerlukan
bantuan metodologi yang digunakan oleh ilmu lain.

2) Model isolated entities, dalam arti masing-masing rumpun ilmu berdiri sendiri, tahu
keberadaan rumpun ilmu yang lain tetapi tidak bersetuhan, tidak tegur sapa secara
metodologis.

3) Model interconnected entities, dalam arti masing-masing sadar akan keterbatasannya


dalam memecahkan persoalan manusia, lalu menjalin kerjasama setidaknya dalam hal
yang menyentuh persoalan pendekatan (approach), metode berpikir, dan penelitian
(process and procedire)

Dari uraian di atas bisa dilihat jika sains memiliki hubungan dengan Islam. Sains tanpa
agama bagaikan lampu terang yang dipegang pencuri yang membantu pencuri lain untuk
mencuri barang berharga di tengah malam. Atau bahkan sains tanpa agama adalah pedang
tajam ditangan pemabuk yang kejam.

E. Peran Islam dalam Perkembangan Sains

a) Peran Al-Quran dalam membantu perkembangan sains

Sejak masa kenabian, sejatinya ilmu pengetahuan dan teknologi telah dikenal. Allah
memberikan kelebihan ilmu kepada para nabi. Sebagai contoh, terdapat pada surat al-Anbiya
ayat 80 dan 81 yang artinya “Dan setelah kami ajarkan kepada daud pembuatan baja dan
perisai (dari besi) untuk kamu, untuk memelihara kamu dalam peperangan maka apakah
kamu tidak bersyukur (dan telah kami tundukkan) bagi sulaiman angin yang kencang
tiupanya yang berhembus ke negeri yang Allah berkati dan kami maha mengetahui tentang
segala sesuatu.”

Di dalam ayat 80 surat al-Anbiya, Nabi Daud diberi ilmu oleh allah SWT. tentang cara
pembuatan baju perlindungan dari besi yang dapat di pakai dalam peperangan. Begitu pula di
ayat 81 surat al-Anbiya, Allah SWT. Memberitahu kepada Nabi Sulaiman tentang

14
Ibid
pemanfaatan tenaga angin sehingga ia dapat melayang dengan cepat ke negeri-negeri di
sekitarnya seolah-olah ia dapat memerintah angin itu.15

Pada dasarnya, Al-Quran sebagai sumber ilmu memberikan dasar-dasar keilmuan untuk
dapat dikembangkan oleh manusia. Selain itu, Al-Quran juga menjamin kebenaran ilmu yang
bersumber dari-Nya. Didalam al-Quran, disebutkan tentang kejadian alam semesta,
penciptaan mahluk hidup dan berbagai jenis proses alamiah lainya.

Salah satu contoh pembuktian mengenai Al-Quran sebagai sumber imu adalah adanya
ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesesuaian dengan teori Heliosentris. Teori ini
beranggapan bahwa matahari adalah merupakan pusat peredaran planet-planet, termasuk di
dalamnya adalah bumi, sedangkan bulan adalah mengelilingi bumi yang kemudian bersama-
sama bumi berputar mengelilingi matahari. Sedangkan matahari hanyalah berputar
mengelilingi sumbunya saja.16 Terkait dengan teori Heliocentris, ada beberapa ayat yang
menjelaskan tentang gerak matahari, bulan dan bumi, yaitu surat Yunus ayat 5, surat Yasin
ayat 38, dan surat al-Naml ayat 88.

Dalam surat Yāsīn ayat 38:

‫يز ْٱل َعلِ ِيم‬ َ ِ‫َوٱل َّش ْمسُ تَجْ ِرى لِ ُم ْستَقَ ٍّر لَّهَا ۚ ٰ َذل‬
ِ ‫ك تَ ْق ِدي ُر ْٱل َع ِز‬

Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui”

Sedangkan mengenai gerak bumi, dijelaskan dalam surat al-Naml: 88:

َ‫ى َأ ْتقَنَ ُك َّل َش ْى ٍء ۚ ِإنَّهۥُ خَ بِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْف َعلُون‬


ٓ ‫ص ْن َع ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذ‬ ِ ‫َوتَ َرى ْٱل ِجبَا َل تَحْ َسبُهَا َجا ِم َدةً َو ِه َى تَ ُمرُّ َم َّر ٱل َّس َحا‬
ُ ۚ‫ب‬

Artinya: Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh
tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam surat Yunus ayat 5:

ِّ ‫ق ٱهَّلل ُ ٰ َذلِكَ ِإاَّل بِ ْٱل َح‬


‫ق‬ َ َ‫اب ۚ َما َخل‬ ۟ ‫ضيَٓا ًء َو ْٱلقَم َر نُورًا َوقَ َّد َرهۥُ منَاز َل لِتَ ْعلَ ُم‬
َ ‫وا َع َد َد ٱل ِّسنِينَ َو ْٱل ِح َس‬ ِ َ َ َ ‫ۚ هُ َو ٱلَّ ِذى َج َع َل ٱل َّش ْم‬
ِ ‫س‬

15
Eva Iryani. Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17
No.3 Tahun 2017. Hal. 76
16
Slamet Hambali, “Astronomi Islam Dan Teori Heliocentris Nicolaus Copernicus,” Al-Ahkam 23,
no. 2 (2013): 228, https://doi.org/10.21580/ahkam.2013.23.2.24.
ِ َ‫يُفَصِّ ُل ٱلْ َءا ٰي‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yangmengetahui.

b) Peran Ilmuwan Muslim dalam Perkembangan Sains

Selama beberapa abad, dari abad kesembilan hingga abad kelima belas, kaum muslimin
merupakan pemimpin intelektual di bidang sains dan teknologi. Pada abad pertengahan,
dunia Islam telah memainkan peranan penting baik di bidang sains teknologi. Harun Nasution
menyatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan Islam tidak hanya mempelajari sains-
teknologi dan filsafat dari buku Yunani, tetapi menambahkan ke dalam hasil-hasil
penyelidikan yang mereka lakukan dalam lapangan sains-teknologi dan hasil pemikiran
mereka dalam ilmu Filsafat. Dengan demikian, lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-
filsuf Islam, seperti, al-Farazi sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun Astrolabe
(alat yang digunakan untuk mengukur tinggi bintang). 17

Para ilmuwan tersebut memiliki pengetahuan yang bersifat desekuaristik, yaitu ilmu
pengetahuan umum yang mereka kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak
terlepas dari nilai-nilai Islam. Ibnu Sina misalnya, di samping hafal al-Quran dia dikenal ahli
di bidang kedokteran. al-Biruni, seorang ahli filsafat, astronomi, geografi, matematika, juga
sejarah. Ibnu Rusyd, yang oleh dunia barat dikenal dengan Averous, dia bukan hanya terkenal
dalam bidang filsafat, akan tetapi juga dalam bidang Fiqh. Bahkan kitab fiqih karangannya,
yakni Bidayatul Mujtahid dipakai sebagai rujukan umat Islam di berbagai negara.18

Selain itu, ada Ibn al-Haytham. Pemikiran Ibn al-Haytham mengenai optik telah banyak
memberikan pengaruh kepada ilmuwan-ilmuwan Barat. Ia membuat kajian mengenai teori
penglihatan (Optik), cermin kanta cekung dan kanta cembung, teori biasan cahaya, dan
masalah-masalah yang berkaitan dengan mata. Tulisannya mengenai mata yang berjudul Al-
Manāẓir adalah karya Ibn al-Haytham yang teragung. Buku tersebut pernah menjadi rujukan

17
Nurul - Anam, “Al-Qur’an Dan Hadits: Dialektika Sains-Teknologi Dan Ilmu Agama,” Al-Adalah
7, no. 1 (2008): 214.
18
Ibid
bagi para ahli kajian optik setelahnya, yaitu Boger Bacon dan Kepler, pencipta mikroskop
serta teleskop.19

Selain di bidang biologi, Islam pada saat itu juga punya ilmuan kimia, yaitu Jabir ibn
Hayyan. Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah asam klorida, asam nitrat,
asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan
larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan
emas. Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia ke dalam
proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama
mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Jabir Ibn Hayyan
juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah
terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan
etanol.20

BAB III

Penutup

Kesimpulan
19
Imam Amrusi Jailani. “Kontribusi Ilmuan Muslim dalam Perkembangan Sains Modern”. Jurnal
THEOLOGIA, Vol 29 No 1 (2018). Hal. 169-172
20
Ibid. hal. 177-180
Islam bisa mempengaruhi perkembangan sains karena dalam ajaran Islam terkandung
muatan-muatan yang bisa dijadikan referensi dalam mencari ilmu. Hubungan antara Islam
dan sains yaitu sama-sama bisa memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia. Lalu peran Islam bagi perkembangan Islam karena disebabkan dua hal
yaitu ayat-ayat Al-Quran yang memuat dasar-dasar ilmu pengetahuan yang jika digali bisa
membantu perkembangan sains. Contohnya ada di surat Yāsīn ayat 38 yang ternyata sama
dengan teori Heliosentris. Selain itu ilmuan muslimin pada abad pertengahan telah
menghasilkan penemuan-penemuan luar biasa yang hasilnya dijadikan oleh ilmuan barat dan
masa kini.

SARAN

Kita sebagai kaum muslimin di zaman ini haruslah lebih bersemangat dalam mencari
ilmu. Kita harus bangkit sehingga kejayaan Islam bisa terwujud lagi. Dalam mengkaji
keilmuan kita juga bisa melakukan studi dengan Al-Quran karena di dalamnya terkandung
banyak ilmu yang apabila bisa kita gali akan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai