Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Islam

IPTEKS: Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni adalah suatu sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang yang berhubungan dengan
bidang teknologi dan seni, baik itu penemuan yang terbaru ataupun perkembangan
dibidang teknologi itu sendiri. Kemajuan IPTEKS yang begitu pesat di berbagai bidang
seperti transportasi, telekomunikasi, informasi dan lain-lain, terbukti telah banyak
memberikan kemudahan (manfaat) positif bagi manusia. Disisi lain, dengan kemajuan
IPTEKS juga memberikan kemudahan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif.
Artinya tidak terelakkan bahwa perkembangan IPTEKS memberikan pengaruh yang
positif kepada manusia, akan tetapi juga banyak memberikan pengaruh negatif kepada
manusia. Sehingga penguasaan dan pengembangan IPTEKS saja tidak cukup, karena
dengan menguasai teknologi tanpa dibarengi dengan penguatan nilai-nilai agama akan
menghasilkan intelektual-intelektual sekuler yang jauh dari akhaqul karimah. Hal ini
terbukti, bahwa IPTEKS banyak disalah gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat
melanggar ketentuan agama, misalnya konten-konten pornografi semakin marak,
penciptaan senjata biologis dan senjata-senjata pemusnah masal mengakibatkan bencana
bagi kemanusiaan.

Sebagaimana Alloh SWT berfirman:

‫ص يبَة ٍ فَبِ َما َك َسبَت ْ َأ ْي ِدي ُكم ْ َو يَ ْعفُو عَن‬ َ ‫َو َما َأ‬
ِ ‫صابَ ُكم ْ ِم ن ْ ُم‬
‫َكثِير‬
Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu (QS 42:30)

Apa saja yang menimpa kalian -wahai manusia- baik musibah pada diri atau harta kalian,
maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dari tangan kalian sendiri,
dan Alloh memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan dan tidak menghukum kalian
karenanya.
1. Islam menyikapi IPTEKS
Islam adalah agama yang sangat menghormati IPTEKS, terbukti banyak ayat-ayat al
Qur`an dan hadits Nabi SAW yang menunjukkan bahwa islam adalah agama yang
menghormati IPTEKS. Meksim Rodorson (penulis yang berhaluan Marxis) ketika
menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164. menyatakan
bahwa, kata ‘aqala (menunjukkan manusia harus berpikir secara rasional). Al-Qur’an
memerintahkan agar, manusia banyak melakukan kajian ilmiyah, seperti afala
ta’qiluun “Apakah kamu tidak berakal?”; nazhara (menganalisa), tatafakkaruun
(memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti,
argumentasi) dan lain-lain, apabila ini dilakukan oleh umat islam niscaya akan
menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur`an. Maka
dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil, hujjah atau
argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an mengisyaratkan
mengenai hal ini, tergantung bagaimana kita memikirkannya.
2. Konsep IPTEKS dalam Islam.
Allah SWT berfirman:

ِ ‫ِإن ِ ا ْستَطَ ْعتُم ْ َأن ْ تَ ْنفُ ُذوا ِ يَا َم ْع َشر َ ْال‬


‫ج ن ِ ّ َو اإل ْنس‬
‫فَا ْنفُ ُذوا ال تَ ْنفُ ُذون َ ِإال ِ ِم ن ْ َأ ْقطَار ِ ال َّس َما َو ات ِ َو األرْ ض‬
‫طان‬َ ‫بِس ُْل‬
Artinya: Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan. (QS 55:33).

Seruan Allah SWT dalam ayat diatas, adalah merupakan tantangan bahwa manusia
harus secara terus menerus megembangkan IPTEKS di segala bidang kehidupan
manusia, agar dapat memahami rahasia-rahasia Allah SWT baik yang di langit
maupun di bumi. Dan melalui penemuan-penemuan diharapkan manusia semakin
yakin akan keberadaan dan kebesaran Allah SWT.

Toronto (2007), Hakekat IPTEKS sebenarnya adalah alat yang diberikan kepada
manusia untuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan Alloh sebagai
khalifatullah fil ard, dan tujuan akhir dari IPTEKS adalah pengabdian manusia secara
total kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam (QS 6:162).

Pada hakekatnya IPTEKS harus mengakui adanya nilai-nilai kemanusiaan yang


universal. Artinya mengaitkan IPTEKS dengan ideologi Islam sangatlah mungkin
untuk dilakukan, yaitu dengan menanamkan teori, metode dan tujuan IPTEKS secara
Islami. Mulkan (1998), menilai bahwa epistemologi islam sangat diperlukan karena
Islam sudah jauh ketinggalan dari golongan orang-orang non Islam. Oleh karena itu
kajian-kajian tentang IPTEKS yang dihubungkan dengan Islam harus menjadikan
paradigma baru dan secara terus menerus harus dilakukan. Karena pada dasarnya
IPTEKS dan Islam bisa bisa berjalan bersama demi untuk kemaslahatan umat manusi
secara universal dalam rangka untuk mencari ridho Allah SWT dengan cara
menghubungkan antara IPTEKS dengan ayat-ayat al-Qur’an.
3. IPTEKS tidak bertentangan dengan Islam
Banyak orientalis barat yang mengatakan bahwa yang menghambat kemajuan
IPTEKS adalah agama, sehingga mereka harus memisahkan antara ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan agama. Memang banyak bukti yang mengarah pada pernyataan
itu, sehingga mereka yang umumnya beragama nasrani semakin mempelajari
IPTEKS mereka akan semakin jauh dari agamanya sendiri. Berbeda dengan Islam,
semakin maju IPTEKS akan semakin membuktikan akan kebenaran Islam, sehingga
Islam adalah satu-satunya agama yang bisa berjalan selaras dengan kemajuan
teknologi. Posisi Islam semakin jelas dalam menempatkan IPTEKS pada konteks
yang layak, artinya menuntut ilmu memiliki tempat tinggi, tetapi tetap tnduk pada
norma-norma dan nilai-nilai Islam.
4. Peradaban Islam mendukung IPTEKS
Banyak bukti bahwa peradaban Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan As Sunnah
adalah pendukung utama IPTEKS. Al-Qur’an mendorong perkembangan IPTEKS,
hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, pujian dan kedudukan yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu serta
pahala bagi yang menuntut ilmu. Alloh berfirman:

‫فَا ْف َسحُوا ِ يَا َأيُّهَا الَّ ِذين َ آ َمنُوا ِإ َذا قِيل َ لَ ُكم ْ تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجالِس‬
‫يَ ْف َسح ِ الل َّ ُ لَ ُكم ْ َو ِإ َذا قِيل َ ا ْن ُش ُز وا فَا ْن ُش ُز وا يَرْ فَع ِ الل َّ ُ الَّ ِذين َ آ َمنُوا‬
‫ِم ْن ُكم ْ َو الَّ ِذين َ ُأوتُوا ْال ِع ْلم َ د ََر َجات ٍ َو الل َّ ُ بِ َما تَ ْع َملُون َ َخبِير‬
Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadilah:
11)
Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan
orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.
Dengan memberikan keleluasan dan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang
berilmu, maka banyak prestasi yang ditorehkan oleh para ilmuwan muslim di
berbagai bidang kehidupan seperti : bidang matematika, fisika, kimia, kedokteran,
sosial dan lain-lain. Al-Khwarizmi (833M) adalah ahli matematika yang menemukan
rumus Al Jabar dan angka nol dalam matematika yang sampai saat ini masih
digunakan oleh manusia. Nama Al-Khawarizmi juga di abadikan dalam matematika
yaitu logaritma yang berasal dari bahasa inggris algorithm yang ditransliterasi dari
Al-Khawarizmi. Di bidang kedokteran ada Ibnu Sina (oleh orang barat disebut
Avicena) melalui sebuah karya medisnya yang berjudul The Canon “Al-Qanun fit
thibb” yang bukan hanya membahas masalah medis saja, tapi juga membahas tentang
farmasi, farmakologi dan zoology. Di bidang fisika ada Al-Biruni (1038M)
menemukan hukum gravitasi bumi, dan rumus trigonometri untuk mengukur keliling
bumi. Al-Haitsam (1041M) dalam karyanya Al-Manazir menemukan bidang optic
dan teori penglihatan yaitu seseorang bisa melihat karena adanya obyek yang
memantulkan cahaya pada kornea mata. Banyak lahirnya ilmuwan Muslim tersebut
menunjukkan tingginya peradaban muslim, yang salah satu cirinya adalah perhatian
yang serius terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya

Hampir seluruh larangan dan perintah dalam al-Qur’an selalu ditunjukkan latar belakang
akaliyahnya, sehingga dapat diterima oleh akal sehat manusia. Kemajuan Ilmu
Pengetahuan di satu sisi memang berdampak positif yaitu dapat memperbaiki kualitas
hidup manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai sarana modern
industri, komunikasi, transportasi dan lain-lain, terbukti amat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Akan tetapi di sisi lain, tidak jarang berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai
pedoman hidup menjadi sangat penting untuk dirumuskan kembali dalam rangka untuk
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan juga mencegah atau mengeleminir
dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan.

Sementara budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola
pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir
masyarakat. Pengembangan kepribadian memerlukan adanya kebudayaan, dan
selanjutnya kebudayaan dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut.
Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa
budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat
tanpa agama. Ilmu pengetahuan, agama dan budaya memang saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Agama adalah keyakinan dan pola perilaku yang dimiliki oleh
manusia untuk menangani berbagai masalah di alam semesta yang tidak dapat
diselesaikan dengan ilmu pengetahuan maupun sistem organisasi sosial. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber
daya alam lebih efektif dan efisien, bukan saja membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, akan tetapi juga dapat menaikkan kualitas hidup
manusia untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Furchan (2002), menjelaskan bahwa ada 4 (empat) hubungan sebab akibat (kausalitas/
sunnatulloh) antara agama dan ilmu pengetahuan.
Pertama, adalah pola hubungan negative dan saling menolak. Apa yang dianggap benar
oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan. Demikian pula sebaliknya apa
yang dianggap benar oleh ilmu pengetahuan dianggap salah oleh agama. Dalam pola
hubungan seperti ini, pengembangan ilmu pengetahuan akan menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.
Kedua, perkembangan dari pola hubungan pertama, yaitu kebenaran ilmu pengetahuan
yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima
kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah
kebenaran yang berbeda.
Ketiga, adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama
tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan ilmu pengetahuan sama sekali, mendukung ajaran
agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, dan ajaran
agama mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan demikian pula sebaliknya.
Keempat, adalah pola hubungan positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi
dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan ilmu pengetahuan tapi
pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendukung ajaran agama.

Hubungan Agama dengan Kebudayaan Sistem religi merupakan salah satu unsur
kebudayaan universal yang mengandung kepercayaan dan perilaku yang berkaitan
dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural. Sebagai salah satu unsur kebudayaan
yang universal, religi dan kepercayaan terdapat di hampir semua kebudayaan
masyarakat. Religi meliputi kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang lebih tinggi
kedudukannya daripada manusia dan mencangkup kegiatan- kegiatan yang dilakukan
manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan- kekuatan gaib
tersebut. Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi kuno yang dianut oleh manusia
sampai masa munculnya agama- agama. Sutardi (2007), menyatakan bahwa agama sukar
dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa budaya.
Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa
agama.

C. Hukum Sunnatullah (kausalitas)

Hidayat (1996), mengatakan bahwa sunnatullah dapat diartikan sebagai cara Allah dalam
memperlakukan manusia, yang bermakna ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Allah,
sehingga sunnatullah dapat diartikan sebagai ketentuan Allah. Dengan demikian,
sunnatullah adalah hukum yang ditetapkan Allah yang bersifat fitrah untuk mengatur
mekanisme alam semesta, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi manusia
dalam beribadah kepada Allah sebagai hambaNya dan sebagai kalifatullahu fil ardi guna
mewujudkan kemaslahatan dan menghindari mafsadat. Adapun sunnatullah mempunyai
beberapa spesifikasi sebagai berikut :
1. Allah SWT yang menciptakan dan mengatur alam semesta, sebagaimana Allah SWT
berfirman :

َ ‫الل َّ ُ الَّ ِذي َر فَع َ ال َّس َم‬


‫او ات ِ بِ َغيْر ِ َع َمد ٍ ت ََر وْ نَهَا ثُم َّ ا ْست ََو ى‬
‫َو َس َّخر َ ال َّش ْم س َ َو ْالقَ َمر َ ُكل ٌّ يَجْ ِر ي أل َجل ِ َعلَى ْال َعرْ ش‬
‫ص ّل ُ اآليَات ِ لَ َعلَّ ُكم ْ بِلِقَاء ِ َر بِّ ُكم‬
ِ َ‫ُم َس ًّمى يُ َدبِّر ُ األ ْم ر َ يُف‬
‫تُوقِنُون‬
Artinya: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan
bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”. (QS 13:2).

Allah SWT menciptakan dan mengatur alam semesta, langit dan bumi beserta isinya.
Langit yang tanpa tiang dilengkapi dengan bintang-bintang, rembulan matahari,
planet-planet dan mahkluk angkasa lainnya. Di bumi Allah SWT menciptakan
daratan, lautan, gunung, binatang, manusia, dan lain sebagainya. Semua ciptaan Allah
tersebut hidup dalam keteraturan, keharmonisan dan keserasian. Di langit, perputaran
matahari, bulan, bintang-bintang dan planet lainnya, secara teratur tetap berjalan pada
porosnya, sehingga tidak pernah berbenturan satu sama lainnya, karena semua sudah
diatur dan diawasi oleh Allah SWT. Seandainya semua itu tidak ada yang
mengaturnya tentu akan terjadi saling bertabrakan antara satu dengan yang lainnya,
sehinga pasti akan terjadi kehancuran. Di bumi juga demikian, Allah SWT mengatur
ada siang ada malam secara bergantian sehingga bisa menjaga keseimbangan.
Seandainya dibumi tidak ada malam, niscaya daerah kutup akan mencairsehingga
lautan akan meluap, sebaliknya kalau bumi terus-menerus dalam keadaan malam,
sinar mentari tidak ada, suhu bumi berada pada posisi nol derajat celsius sudah dapat
dipastikan dunia akan beku.
2. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui tanda tanda alam, sebagaimana Allah
SWT berfirman :
ْ ِ‫فََأقِم ْ َو جْ هَك َ لِلدِّين ِ َحنِيفًا ف‬
‫ط َر ة َ الل َّ ِ الَّتِي فَطَر َ النَّاس َ َعلَ ْيهَا ال‬
‫ال يَ ْعلَ ُمون ِ تَ ْب ِديل َ لِخ َْلق ِ الل َّ ِ َذلِك َ الدِّين ُ ْالقَيِّم ُ َو لَ ِكن َّ َأ ْكثَر َ النَّاس‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. (QS 30:30).

Setelah memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah serta meminta Rasul
dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat ini Alloh meminta mereka agar
selalu mengikuti agama islam, agama yang sesuai fitrah. Maka hadapkanlah wajahmu,
yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama islam. Itulah fitrah Allah yang
Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Manusia diciptakan oleh Allah
dengan bekal fitrah berupa kecenderungan mengikuti agama yang lurus, agama
tauhid. Inilah asal penciptaan manusia dan tidak boleh ada seorang pun yang
melakukan perubahan pada ciptaan Allah tersebut. Itulah agama yang lurus, agama
tauhid, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dan menyadari bahwa mengikuti
agama islam merupakan fitrahnya. Berpegang teguhlah pada agama yang lurus itu
dengan mendekat dan kembali bertobat kepada-Nya dengan sepenuh
hati, dan bertakwalah kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, serta laksanakanlah sholat secara konsisten dan
sempurna, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh
baik dalam beribadah maupun dengan mengikuti agama yang menyimpang (Hidayatul
Insan bi Tafsiril Qur’an).
3. Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan kehendak-Nya, sebagaimana Alloh
berfirman :

‫َو ِم ن ْ آيَاتِه ِ ي ُِر ي ُكم ُ ْالبَرْ ق َ َخوْ فًا َو طَ َمعًا َو يُن َِز ّ ل ُ ِم ن َ ال َّس َماء ِ َماء‬
‫فَيُحْ يِي بِه ِ األرْ ض َ بَعْد َ َموْ تِهَا ِإن َّ فِي َذلِك َ آليَات ٍ لِقَوْ م ٍ يَ ْعقِلُون‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya (QS 30:24)

Dan diantara tanda-tanda kebesaran dan rahmatNya adalah bahwa dia memperlihatkan
kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan khususnya di saat kamu dalam
perjalanan dan di sisi lain ia menjadi harapan akan turunnya hujan bagi kamu yang
dilanda kekeringan. Dan dia menurunkan air hujan dari langit, yakni arah atas, lalu
dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati dan kering. Hujan itu juga menjadi
bukti karunia-Nya kepada manusia dan binatang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi kaum yang mengerti atau mau
berpikir bahwa hari kebangkitan itu niscaya adanya. Dan di antara tanda-tanda
kebesaran-Nya ialah berdirinya langit tanpa tiang dan bumi yang terhampar dengan
kehendak-Nya.
Kemudian, apabila kamu wafat dan dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi
pada hari kiamat, seketika itu kamu keluar dari kubur untuk menghadap Alloh guna
menjalani proses hisab dengan seadil-adilnya (Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an)
Berdasarkan pada beberapa ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa, Alloh telah
menciptakan alam semesta beserta isinya, serta berbagai macam keindahan di muka
bumi berdasarkan atas kehendak, ketentuan maupun ketetapanNya. Hal ini
menunjukkan adalah sunnatullah, dimana Allah Maha kuasa dalam menentukan suatu
peristiwa, dan yang menjadi Ketetapan-Nya adalah nyata terbukti dan dibuktikan oleh
manusia. Manusia merupakan makhluk Allah yang tinggal dan menjadi Khalifah
dibumi, melakukan berbagai perbuatan yang pasti tidak menyimpang dari sunnatullah
yaitu hukum sebab dan akibat yang datangnya dari Allah. Kausalitas atau hukum
sebab akibat terjadi di seluruh alam raya ini, artinya segala sebab akibat yang terjadi
di muka bumi dan alam semesta terjadi karena kehendak maupun ketetapan Allah
SWT. Kata sunnatullah secara bahasa atau etimologi terdiri dari kata sunnah dan
Allah. Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Jadi sunnatullah adalah kebiasaan-
kebiasaan Allah dalam memperlakukan manusia atau masyarakat. Sedangkan secara
terminologi sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang pasti dan tidak berubah
yang berlaku diseluruh jagad raya, yang disampaikan untuk umat manusia melalui
para Rasul, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang termaktub di
dalam al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai