Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di zaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam
kemajuan suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap
taraf ekonomi,sosial dan intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun
IPTEKS sudah berkembang dengan pesat.
Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmupengetahuan,teknologi
dan seni dalam kehidupan dalam umat manusia. Martabat manusia
disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan
oleh kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni.
Bahkan didalam Al-quran sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang
yang berilmulah yang benar takut kepada Allah.

Dialog antara Allah dan Malaikat ketika Allah mau menciptakan


manusia dan Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan
dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia dari
pada Malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui
kemampuan menyebutkan nama-nama. IPTEK dan seni dalam praktik
mampu mengangkat harkat dan martabat manusia karena melalui IPTEK
dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang
disediakan oleh Allah. Oleh karena itu dalam pengembangan ilmu IPTEK
dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh
memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.

B. Kajian Literatur
1. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) adalah
lapangan kegiatan terus-menerus dikembangkan dalam peradaban
Muslim. Hal ini dikarenakan penemuan-penemuan IPTEKS seperti
telekomunikasi, transportasi, informasi dan lainnya telah memudahkan

1
kehidupan, memberikan kemudahan dan kenikmatan, sehingga
kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi pemenuhanannya. Di sisi
lain penguasaan dan pengembangan IPTEKS, tanpa mengaitkan dengan
nilai-nilai agama, hanya akan menciptakan intelektual-intelektual yang
miskin eksistensi diri dan moralitas (akhlak) yang mulia. Hal ini
terbukti dari pemanfaatan sain dan teknologi yang cenderung tak
terkontrol, sehingga menimbulkan eksploitasi yang luar biasa, baik dari
sisi fisis-biologis maupun dari sisi sosial budaya terhadap kehidupan
manusia. Alhasil, eksploitasi dan eksplorasi berlebihan tersebut
melahirkan berbagai bencana, baik bencana material maupun moral. Hal
ini semata-mata merupakan kelalaian dari manusia itu sendiri. Allah
SWT selalu mengingatkan kepada manusia dalam firmanNya:






Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S. As-Syuura [42]: 30)
Sementara konsep IPTEK terungkap dalam kenyataan bahwa Al-
Quran menyebut-nyebut kata akar dan kata turunannya tidak kurang
dari 800 kali (Trianto, 2007). Dalam sejarah peradaban Muslim, konsep
IPTEKS secara mendalam meresap ke dalam seluruh lapisan
masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam sejarah semua
intelektual. Gambaran Al-Quran tentang spirit pengembangan IPTEKS
termaktub dalam Al-Quran surat Ar-Rahman ayat 33:

Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus


(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan (sains dan teknologi). (Q.S.
Ar-Rahman [55]: 33)

2
Sebenarnya tidak ada pertentangan antara Islam dan IPTEKS,
ketika IPTEKS diartikan sebagai metode yang rasional dan empiris
untuk mempelajari ilmu fenomena alam. Pertentangan itu hanya bisa
terjadi, jika IPTEKS dan metodologinya dibuat dalam sebuah nilai yang
mencakup secara menyeluruh dengan mengorbankan nilai-nilai Islam
(Butt, 2001). Al-Quran menekankan bahwa manusia merupakan bagian
dari alam semesta dan telah dikaruniai dengan kemampuan untuk
menguasai kekuatan alam dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian
semakin jelas, bahwa Al-Quran menempatkan IPTEKS dalam
konteksnya yang layak, yaitu dalam rangka pengalaman manusia secara
total. Alhasil, anjuran menuntut ilmu memiliki tempat yang penting
dalam masyarakat Islam, tetapi tetap tunduk pada nilai-nilai dan etika
Islam.

2. Hubungan Ilmu, Agama, dan Budaya


Hubungan masalah ilmu, agama dan budaya akan berkaitan dengan
posisi akal dalam sistem ajaran agama. Dalam ajaran Islam, hampir
seluruh perintah dan larangan dalam Al-Quran sesungguhnya selalu
disinggung latar belakang akaliahnya, sehingga dapat diterima oleh
manusia. Berikutnya, al-Quran di banyak tempat juga memberi posisi
khusus perbuatan sadar manusia yang terus berkembang akhirnya
membentuk suatu format kebudayaan. Kebudayaan secara ringkas dengan
demikian adalah media manusia untuk berhadapan dengan dirinya, alam
dan Allah. Di sisi lain fungsi Al-Quran sebagai wahyu adalah merupakan
cara Allah SWT memberi petunjuk kepada manusia untuk secara terus-
menerus membentuk kebudayaannya sebagai proses agar manusia yang
taat (perbuatan) memperoleh kebahagiaan hidup (Mulkhan, 1993).
Perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi memiliki dampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern
industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.

3
Tapi di sisi lain, tidak jarang ipteks berdampak negatif karena merugikan
dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Di sinilah, peran
agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk memberi ruh
atau spirit berbagai kehidupan sosial dalam pengembangan ilmu dan
kebudayaan berdasarkan kaidah dan prinsip-prinsip ajaran agama.
a) Pola hubungan agama dengan ilmu, Furchan (2002) melihat ada
empat pola hubungan, yaitu:
(1) Pola hubungan yang negatif, saling tolak menolak.
Dalam hal ini apa yang dianggap benar oleh agama dianggap
tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan
iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.
(2) Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan
pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan
kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-
satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan
bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang
berbeda. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan
diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang
berbeda.
(3) Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan
ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan
kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Walaupun ajaran agama tidak bertentangan
dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama
sekali. Mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak
mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung
pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

4
(4) Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang
positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak
adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan
serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama
mendukung pengembangan IPTEKS tapi pengembangan iptek
tidak mendukung ajaran agama, pengembangan ilmu.
3. Hukum Sunatullah (Kausalitas)
Sunnatullah berasal dari bahasa arab yaitu sunnah (
) dan
Allah ( ) . Menurut Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah, sunnah adalah
kebiasaan yang dilakukan kedua kalinya seperti apa yang dilakukan
pertama kalinya. Sedangkan, kata Allah adalah Dzat yang Maha Esa.
Jadi kata Sunnatullah dapat diartikan sebagai cara Allah
memperlakukan manusia atau hukum-hukum Allah untuk alam
semesta. Berdasarkan konsep tersebut maka, sunnatullah merupakan
hukum yang ditetapkan Allah yang bersifat fitrah, yakni tetap dan
otomatis, untuk mengatur mekanisme alam semesta sehingga dapat
menjadi pedoman bagi manusia dalam beribadah kepada Allah selaku
hamba-Nya dan dalam mengelola alam semesta selaku khalifatullah,
guna mewujudkan maslahat bagi kehidupan manusia dan menghindari
mafsadat.
a) Karakteristik Sunnatullah:
(1) Sunnatullah mengatur pergerakan alam semesta dan isinya. Hal ini
dinyatakan dalam firman Allah dalam (Q.S. Al-Ahzab [33]: 62)




Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah
terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan
mendapati peubahan pada sunnah Allah. (Q.S. Al-Ahzab [33]: 62)

5
(2) Sunnatullah memiliki sifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Sifat
fitrahnya sunnatullah ini juga dinyatakan dalam firman-Nya yang
lain dimana Allah menyatakan dalam (Q.S. Al-Fath [48]: 23).





Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah
itu.(Q.S. Al-Fath [48]: 23).

(3) Mekanisme kerja hukum alam terbebas dari campur tangan akal
dan kehendak manusia. Allah dalam menetapkan hukum
sunnatullah ini terbebas dari campurtangan pemikiran dan
keinginan manusia. Bahkan pemikiran dan kehendak manusia
terhadap alam semesta dan aturan hukumnya tunduk pada
sunnatullah. Tidak ada tempat sama sekali bagi manusia untuk ikut
campur tangan dalam menetapkan hukum sunnatullah untuk
mengatur alam semesta.
b) Ketentuan Sunnatullah
(1) Sunnatullah adalah hubungan ilmiah, dan dapat diterangkan secara
ilmiah dan logika.
Sunnatullah adalah hukum alam yang dapat dijelaskan secara
ilmiah dan logika. Sunnatullah adalah hukum kausal, hubungan
sebab akibat yang terjadi di alam, yang dapat diterangkan secara
ilmiah. Misalnya seseorang sakit, kemudian dia (si sakit) meminum
obat, kemudian sakitnya berkurang atau sembuh. Hal seperti ini
disebut sunnatullah yaitu hubungan sebab akibat. Dengan
mengetahui hubungan sunnatullah di alam, maka kita harus tidak
meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakit, tetapi
tetap Allah SWT karena dengan sunnatullah yang berlaku
dialamlah yang menyebabkan sembuh penyakit setelah makan
obat. Obat disini hanyalah sebagai perantara atau usaha manusia.

6
(2) Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur, diperhitungkan dan
diramalkan
Dengan adanya Sunnatullah, kita dapat membedakan antara
ramalan atau prediksi yang bersifat ilmiah dan ramalan atau
prediksi yang bersifat musyrik. Ramalan atau prediksi yang
bersifat ilmiah antara lain ramalan cuaca, ramalan gerhana.
Sedangkan ramalan atau prediksi yang bersifat musyrik antara lain
meramal nasib seseorang melalui kartu atau tanggal lahir.
4. Ayat dan Hadist yang Relevan
(1) Ayat yang menjelaskan tentang IPTEKS dalam pandangan Islam




Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S.
As-Syuura [42]: 30)







Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sains dan
teknologi). (Q.S. Ar-Rahman [55]: 33)





Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah
terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati
peubahan pada sunnah Allah. (Q.S. Al-Ahzab [33]: 62)
(2) Hadist yang menjelaskan tentang IPTEKS dalam pandangan Islam
Dari Abud Darda` radhiyallahu anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

7


















Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu,
maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan
(menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan
meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya
seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-
makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada
di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah
seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka
sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak. (HR. Abu
Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat
Jaamiul Ushuul 8/6)

Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu dia berkata: Aku


mendengar

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

8
Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari
kami lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang
dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih
memahami daripada orang yang mendengarnya. (HR. At-Tirmidziy
no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaamiul Ushuul 8/18)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi


wa sallam, beliau bersabda:


:


Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendoakannya. (HR.
Muslim no.1631)

C. DISKUSI

Bukti IPTEKS yang telah tertulis dalam Al-Quran sebelumnya yaitu


ditemukannya keunikan dari sidik jari. Sidik jari atau Finger Print biasanya
berbentuk garis-garis horizontal dan vertikal atau gabungan keduanya dan juga
ada bentuk lengkungan-lengkungannya. Seluruh manusia di dunia diciptakan
dengan sidik jari yang berbeda, satu sama lainnya. Tak ada sidik jari yang identik
di dunia ini, sekalipun di antara dua saudara kembar. Dalam dunia sains pernah
dikemukakan, jika ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik
jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian. Proses
identifikasi manusia masih sulit dilakukan sebelum ditemukannya tanda pengenal
pada sidik jari. Sejak itu, muncul ilmu Daktiloskopi, yang khusus mempelajari
sidik jari. Keunikan sidik jari diperkenalkan pertama kali oleh Johann Christoph
Andreas Mayer (1747-1801) pada tahun 1788, seorang ahli anatomi Jerman.
Pernyataan ini diteruskan oleh Sir William James Herschel pada tahun 1858.
Namun keduanya hanya membahas tentang keunikan sidik jari, namun tidak
mengkaji sidik jari sebagai identitas. Jauh sebelum penemuan ilmuan barat

9
tersebut, Ilmuan Muslim Rashid al-Din Hamadani (1247-1318) sudah
menjelaskan tidak ada dua individu yang memiliki jari persis sama. Namun
penemuan ini selalu dibantah hingga akhirnya mereka sendiri yang melakukan
penelitian dan mengklaim. Sidik jari mulai diteliti secara ilmiah dan akhirnya
dijadikan sebagai tanda pembeda identitas adalah ketika Sir Francis Golt secara
khusus melakukan riset tentang ini pada tahun 1880. Setelah melakukan risetnya,
dia mengatakan bahwa tidak ada dua orang manusia di dunia ini yang memiliki
bentuk sidik jari yang benar-benar sama. Pada perkembangannya, muncullah
berbagai alat teknologi sidik jari dengan sistem analisa elektronik. Setelah itu,
sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap kriminalitas, tapi
juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk mesin absensi, teknologi
akses kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi retail, sistem payment dan
masih banyak lagi. Berdasarkan penelitian tersebut, sidik jari sangat signifikan
sebagai pembeda identitas dikarenakan sidik jari memiliki karakteristik yaitu
parennial nature atau adanya guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada
manusia yang bersifat seumur hidup, immutability, yang berarti bahwa sidik jari
seseorang tak akan pernah berubah. Individuality yang berarti keunikan sidik jari
merupakan originalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun.

Namun, tahukah Anda, jauh hari sebelum teori-teori modern tentang sidik
jari itu bermunculan (biometrik), sesungguhnya al-Quran telah mengupasnya. Al-
Quran telah memperhatikan sidik jari sebagai sesuatu yang sangat vital dalam
anggota tubuh kita. Allah berfirman, "Apakah manusia mengira bahwa Kami
tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami
mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (QS. Al-
Qiyamah [75]:3-4).


(3).


Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya?

(4).

10
Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya
dengan sempurna.

Namun, para penentang kebenaran al-Quran selalu saja mencari celah.


Dikatakan, bahwa konsep sidik jari sebenarnya sudah diperkenalkan sejak dulu
sebelum Islam lahir. Terlepas dari adanya pertentangan pada zaman dulu, bagi
kita sebagai umat Islam sangat bangga dengan adanya kitab suci bernama al-
Quran. Sejak 14 abad yang lalu, al-Quran selalu otentik dipergunakan.
Informasi-informasi ilmiah yang diberikannya selalu teruji sampai kapanpun,
yang saat itu belum disadari sama sekali oleh orang. Dengan kata lain, al-Quran
adalah bukti tertulis yang paling otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan
ilmiah dalam mengupas persoalan-persoalan teknologi zaman sekarang.
Sedangkan bukti-bukti lain terkadang terkikis zaman atau hilang dan terbakar.

11
D. PENUTUP
Kesimpulan
IPTEKS hakikatnya adalah alat yang diberikan kepada manusia untuk
mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan Allah sebagai
khalifah Allah di bumi dalam rangka pengabdian total kepada Allah SWT.
Hubungan masalah ilmu, agama dan budaya akan berkaitan dengan posisi
akal dalam sistem ajaran agama. Dalam ajaran Islam, hampir seluruh
perintah dan larangan dalam Al-Quran sesungguhnya selalau disinggung
latar belakang akaliahnya. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup
menjadi sangat penting untuk memberi ruh atau spirit berbagai kehidupan
sosial dalam pengembangan ilmu dan kebudayaan berdasarkan kaidah dan
prinsip-prinsip ajaran agama. Sehingga, antara agama dan ilmu memiliki 4
pola yaitu pola hubungan yang negatif, saling tolak menolak, pola
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak
dapat disangkal, pola hubungan netral, dan pola hubungan positif.
Hukum sunnatullah atau kausalitas (sebab akibat) merupakan hukum yang
ditetapkan Allah yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis, untuk
mengatur mekanisme alam semesta sehingga dapat menjadi pedoman bagi
manusia dalam beribadah kepada Allah selaku hamba-Nya dan dalam
mengelola alam semesta selaku khalifatullah, guna mewujudkan maslahat
bagi kehidupan manusia dan menghindari mafsadat.

12
E. REFERENSI

http://stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-
dlm-Pandangan-Islam.pdf
http://syahid-punya.blogspot.co.id/2014/04/hadist-nabi-tentang-iptek.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/19/m14aiu-
subhanallah-inilah-mukjizat-alquran-tentang-sidik-jari-sebagai-identitas
http://www.kabarmakkah.com/2016/12/subhanallah-kebenaran-al-quran-
tentang.html

13

Anda mungkin juga menyukai