Anda di halaman 1dari 119

Kelas.

2M
KEWIRAUSAHAAN

RESUME TUGAS
MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu : Dr. Achmad Faqih, Ir., MM

Oleh:
IIN IRYANI
NPM: 114040417

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2015

0
KEWIRAUSAHAAN

RESUME TUGAS
MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas


Mata Kuliah Kewirausahaan
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Oleh:
IIN IRYANI
NPM: 114040417

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2015

pg. 1
pg. 2
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalaini yang merupakan tugas mata kuliah Kewirausahhan. Penulis sampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan Dr.
Achmad Faqih, Ir., MM dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Cirebon, 04 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................vi
PENDAHULUAN............................................................................................................vi
1. LATAR BELAKANG...........................................................................................vi
2. TOPIK BAHASAN.............................................................................................viii
3. TUJUAN..............................................................................................................xii
BAB II...............................................................................................................................1
PEMBAHASAN................................................................................................................1
1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN...................................................................4
Wirausaha dan Impian...............................................................................................4
Pengertian Entrepreneur/Wirausaha Secara Global................................................12
Pengertian kewirausahaan Menurut Para Ahli........................................................14
1.4 Kewirausahaan Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang Dan Konteks................18
Langkah-langkah memulai wirausaha.....................................................................20
2. FUNGSI KEWIRAUSAHAAN...........................................................................25
Pentingnya Kewirausahaan.....................................................................................25
Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha.......................................................................31
Fungsi tambahan wirausaha....................................................................................35
Tujuan berwirausaha................................................................................................36
3. PERANAN WIRAUSAHA..................................................................................37
Wirausaha dalam Pertumbuhan Ekonomi...............................................................37
Alasan Berwirausaha...............................................................................................49
Manfaat Kewirausahaan..........................................................................................52
Gambar: 3.1 Peluang entrepreneur..........................................................................55
Peranan Kewirausahaan...........................................................................................56
Sarjana dan kewirausahaan......................................................................................62
3 UNSUR-UNSUR KEWIRAAUSAHAAN..........................................................64
Unsur-Unsur Kewirausahaan...................................................................................64
Prinsip Kewirausahaan............................................................................................66
Kategori Entrepreneur.............................................................................................69
Proses Kewirausahaan.............................................................................................70
Syarat-Syarat Wirausaha.........................................................................................72
Kewirausahaan Dalam Konteks Organisasi............................................................73
Langkah Penciptaan Entrepreneur..........................................................................87
Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan..............................................92
Konsep 10 D dari Bygrave......................................................................................98
Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia............................................................99
Rangkuman....................................................................................................................102
BAB III..........................................................................................................................105
PENUTUP.....................................................................................................................105
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................105
3.2. SARAN...........................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................106

DAFTAR GAMBAR

Gambar: 3.1 Peluang Entrepreneur 56


BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide
inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau
ketidakpastian.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan
ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai
dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan
pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada
beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.
Krisis yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1996 tidak hanya
berpengaruh terhadap dunia usaha, tetapi juga berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat luas. Dunia kerja semakin sempit, sementara masyarakat yang
membutuhkan lapangan kerja semakin meningkat. Pengangguran yang disebabkan
ketiadaan lapangan kerja pada akhirnya menjadi beban masyarakat juga. Pengangguran
ini akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan terutama di kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan sering mengharapkan mendapat pekerjaan
formal di kantor-kantor, sementara penawaran pekerjaan di sektor formal sangat
terbatas. Tuntutan kualitas sumber daya manusia makin lama makin tinggi dan
menuntut kekhususan yang lebih sulit untuk dipenuhi. Lapangan kerja yang terbatas
membuat orang mencari jalan untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Dengan
melihat situasi tersebut maka sektor informal merupakan alternatif yang dapat
membantu menyerap pengangguran. Berwirausaha merupakan satu alternatif jalan
keluar terbaik. Wirausaha adalah seseorang yang berkemauan keras melakukan tindakan
yang bermanfaat. Wirausaha juga didefinisikan sebagai orang yang memiliki gaagasan
dan mengelola serta menjalankan gagasannya tersebut. Kewirausahaan ialah
kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi,
mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat
menciptakan makna dan memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan situasi diatas, kehadiran dan peranan wirausaha tentu saja akan
memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan
ekonomi di Indonesia sekarang ini. Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan
menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang mengumpulkan sumber – sumber daya
yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang – peluang
tersebut. Dengan meningkatnya kewirausahaan, diharapkan perekonomian di Indonesia
juga meningkat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
masalah penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan antara perkembangan
kewirausahaan dengan perekonomian di Indonesia, apa saja pengaruh positif
perkembangan kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta apakah
resiko wirausahawan dalam pengembangan bisnis.
Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis sampai berapa jauh keterkaitan antara perkembangan kewirausahaan
dengan perekonomian di Indonesia, untuk mengetahui pengaruh positif perkembangan
kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta untuk mengetahui resiko
wirausahawan dalam pengembangan bisnis di Indonesia.
Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa
tingkat keinginan untuk berwirausaha akan menjadi penentu kelangsungan hidup usaha
tersebut. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat
dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu menambah
wawasan pengembangan ilmu mengenai kewirausahaan dan pengaruhnya terhadap
perekonomian di Indonesia, serta meningkatkan kesadaran pembaca untuk berwirausaha
dalam rangka meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul
pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir
yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan
jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku
sebagai manusia unggul.
Pada makalah ini dijelaskan tentang pengertian, hakekat, prinsip-priinsip, objek,
fungsi, peranan, dan unsur-unsur kewirausahaan dalam perekonomian nasional.

2. TOPIK BAHASAN
A. Tinjauan Tentang Kewirausahaan
Beberapa decade ini telah terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang sangat
pesat sebagai akibat dari proses globalisasi dalam berbagai sektor. Di sisi lain
keprihatinan pun muncul oleh adanya inflasi, pengangguran, serta dilema ekologi untuk
memperoleh gol ekologis dan daya dukung ekonomi serta keseimbangan di planet bumi
ini. Hal tersebut menuntut adanya kepemimpinan yang kreatif dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang rumit. Generasi sekarang dan berikutnya dituntut untuk
mampu dan terlatih untuk menghadapi hal ini dan berbagai perubahan sosial serta
kebutuhan manusia.
Di negara yang dilanda keterpurukan dalam berbagai aspek seperti Indonesia
sekarang ini, kekurangan pangan dan bencana kelaparan serta tragedi kemanusiaan
sering terjadi. Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan atas
kemampuan diri dan kemampuan mengelola masa depan.
Melihat fakta-fakta di atas tentang kehidupan ekonomi yang tidak berjalan
dengan baik, sejauh mana relevansi kewirausahaan dapat memberikan solusi ekonomi,
lingkungan, sosial maupun masalah kemanusiaan. Kewirausahaan memiliki peranan
yang sangat penting dalam segala dimensi kehidupan ini. Masyarakat yang dibangun
kembali memiliki vitalitas dan energi yang bermula dari aktivitas kewirausahaan.

B. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai
sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap
berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Suatu masyarakat yang
didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu
merespon perubahan kebutuhan dan realitas. Jiwa kewirausahaan ini ditunjukkan oleh
adanya keinginan untuk mengambil inisiatif dan bersifat kreatif serta inovatif dalam
mengelola orang dan sumber daya agar tercapai hasil yang memuaskan. Wirausahawan
merupakan agen dari perubahan sosial, politik dan ekonomi.
Pada umumnya, orang mengasosiasikan jiwa kewiraushaan adalah perintis
perusahaan di sektor ekonomi. Sesungguhnya jiwa kewirausahaan dapat tumbuh dan
berkembang dalam sektor atau organisasi non ekonomi seperti : organisasi komunitas
yang baru, pusat rehabilitasi yang baru, atau institusi baru di bidang seni. Karakter unik
dari kewirausahaan adalah merintis dan membangun sesuatu yang baru dan lebih efektif
dibandingkan dengan meneruskan sesuatu yang sudah ada.

C. Keterkaitan antara Perkembangan Kewirausahaan dengan Perekonomian


Selama dua tahun belakangan ini, kondisi Indonesia di berbagai bidang tidak
menunjukkan perubahan berarti. Kebijakan pemerintah masih simpang siur, hukum
semakin tidak jelas, musibah di mana-mana, dan kondisi sosial kian tidak menentu. Di
bidang ekonomi, tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. PHK tetap berlangsung
karena banyak wirausahawan tidak lagi berminat memulai atau mengembangkan
usahanya, dan para investor asing sudah banyak yang memutuskan untuk memindahkan
usahanya ke negara lain yang lebih menjanjikan.
Di sisi lain, jumlah populasi dengan usia produktif tidak bisa begitu saja
menganggur. Hidup tetap harus berjalan dan penghasilan tetap mesti dicari untuk
menutupi biaya hidup yang kian mahal. Berbagai ide bisnis bermunculan dan di
diskusikan dalam berbagai forum pertemuan baik formal maupun informal. Sebagian
ide tersebut memang hanya merupakan “mimpi yang indah” tetapi sebagian lagi
ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi. Dari hal ini terlihat bahwa masyarakat kita
justru merasa terpacu ketika dihadapkan pada suatu krisis yang berkepanjangan. Hal ini
senada dengan pendapat yang dikemukakan David Fagin (dalam buku Crouch, tahun
2002), yang mengatakan bahwa sebagian besar tantangan dapat dihadapi dengan
kreativitas. Tanpa kreativitas, problem jarang menjelma menjadi kesempatan.
Sumbangan kewirausahaan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara
tidaklah disangsikan lagi. Suatu negara agar dapat berkembang dan dapat membangun
secara ideal, harus memiliki wirausahawan sebesar 2% dari jumlah penduduk (PBB).
Wirausahawan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan kriteria memiliki keahlian
profesional, memiliki karakter entrepreneur yang kuat, memiliki motivasi berprestasi
tinggi (McClelland) dan kemampuan berinovasi (Drucker) serta kemampuan dalam
berafiliasi atau membangun aliansi.

D. Pengaruh Positif Kewirausahaan


Dampak positif sosio-ekonomis dengan adanya wirausaha yaitu menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pemerataan pendapatan,
memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas
nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan melalui program
pemerintahan, seperti pajak dan lain-lain.
Hendra Esmara mengemukakan gagasan pengukuran pembangunan Indonesia
yang terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut adalah penduduk dan
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan dan kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan gagasan tersebut maka kewirausahaan dapat meningkatkan
pembangunan Indonesia karena kewirausahaan dapat menyediakan lapangan pekerjaan
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Michael P. Todaro, sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai
macam faktor, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama
bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu
memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya
berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif dan yang bisa menaikkan
produktivitas seluruh sumber daya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi, dan
kemajuan teknologi. Berdasarkan pendapat tersebut, kewirausahaan dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja
yang semula hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan
beralih pada sektor informal. Menurut Stephen R. Covey, perubahan tersebut seringkali
merupakan proses yang menyakitkan. Ia merupakan perubahan yang harus dimotivasi
oleh suatu tujuan yang lebih tinggi, oleh kesediaan untuk menomorduakan apa yang
anda pikir anda inginkan sekarang untuk apa yang anda inginkan di kemudian hari.

E. Manfaat kewirausahaan terhadap Sosial


Kewirausahaan memiliki empat manfaat sosial; memperkuat pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru,
serta mengubah dan meremajakan pasar.
· Pertumbuhan Ekonomi. Dengan kewirausahaan, dapat menciptakan lowongan
pekerjaan baru bagi masyarakat. Contohnya dalam bidang elektronika yang berdiri
kurang dari 5 tahun akan lebih menciptakan pekerjaan daripada perusahaan yang sudah
berdiri lebih dari 20 tahun. Dengan meningkatnya penciptaan pekuang atau lapangan
pekerjaan baru akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
· Produktivitas Yaitu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa
dengan tenaga kerja dan input lain yang lebih sedikit. Fungsi wirausaha adalah
menjalankan aset organisasi untuk mendesain, menguji dan menghasilkan produk baru.
Teknologi, Produk dan Jasa baru. Kewirausahaan memainkan peran penting dalam
memajukan perubahan teknologi, produk dan jasa inovatif. Contoh usaha inovatif yang
dihasilkan dari kewirausahaan misalnya: penemuan radio FM, penisilin, mesin fotocopy,
bolpen dan lain-lain. Kewirausahaan juga menciptakan revolusi industri pada abad
kedelapan belas, yaitu industri penenunan kain dari kapas di Inggris yang awalnya
diimpor dari India. Karena kapasitas mesin terbatas, maka kuantitas kain yang
dihasilkan tidak maksimal. Proses yang panjang dari penenunan kain tersebut pada
akhirnya menciptakan suatu mesin pintal yang meningkatkan kapasitas produksi.
Perubahan Pasar, dengan globalisasi akan menciptakan pasar baru yang sebelumnya
tidak mendapat perhatian dari pengusaha lain. Contohnya pasar komputer yang awalnya
dikuasai oleh IBM mendapat pesaing dari microsoft serta Apple computer.
1. Pengertian Kewirausahaan
2. Fungsi Kewirausahaaan
3. Hakikat Kewirausahaan
4. Peran Kewirausahaan Dalam Perekonomian Nasional
5. Prinsip-prinsip Kewirausahaan
6. Unsur-unsur Kewirausahaan

3. TUJUAN

1. Dapat memahami pengertian kewirausahaan


2. Dapat memahami hakikat kewirausahaan
3. Dapat memahami fungsi-fungsi kewirausahaan
4. Dapar memahami peran kewirausahaan dalam perekonomian nasional
5. Dapat memahami unsur-unsur kewirausahaan
BAB II

PEMBAHASAN

Wirausaha atau entrepreneur adalah seorang yang bertanggung jawab atas


sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi. Entrepreneur dapat digolongkan
ke dalam dua kelompok, yaitu business entrepreneur (wirausaha bisnis) dan social
entrepreneur (wirausaha sosial). Perbedaan pokok keduanya terletak pada pemanfaatan
keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan yang diperoleh akan dimanfaatkan
untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial entrepreneur keuntungan yang didapat
(sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan masyarakat.
Social entrepreneur adalah orang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan
kemampuan entrepreneurshipnya untuk melakukan perubahan sosial (sosial change),
terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesejahteraan
(healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja
keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan), maka keberhasilan social
entrepreneurs diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Permasalahan mendasar bangsa Indonesia antara lain :


1. Kemiskinan
2. Pengangguran
3. Besarnya hutang luar negeri
4. Kelaparan dan krisis pangan
5. Mahalnya harga pangan
6. Buruknya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat

Kewirausahaan sosial adalah solusi yang paling tepat dalam menyelesaikan


permasalahan bangsa. Kewirausahaan sosial merupakan gerakan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan sosial, misalnya mengurangi kemiskinan, menyediakan makanan
bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan dan pendidikan. Gerakan ekonomi dalam
konteks ini digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven. Artinya, tujuan yang
hendak dicapai dari aktivitas ekonomi tadi adalah implikasinya terhadap kelompok
sasaran, jika masyarakat miskin menjadi kelompok sasarannya, diharapkan kondisi
kemiskinan tersebut dapat teratasi.

1. Kemiskinan
Dalam konteks Indonesia, salah satu alternatif solusi bagi pengentasan kemiskinan
adalah melalui kewirausahaan sosial. Namun, dibutuhkan strategi yang bisa memperkuat
konsep tersebut dalam konteks sosial budaya Indonesia. Ada beberapa strategi yang
teridentifikasi, yaitu :
 Pertama, pendekatan kewirausahaan sosial sebagai bentuk investasi
kepada kelompok sosial tertentu, dalam hal pengentasan kemiskinan ini maka
kelompok masyarakat miskin yang menjadi sasaran. Investasi disalurkan melalui
modal produktif dalam berbagai wujud sumber daya finansial kepada masyarakat
miskin.
 Kedua, penguatan jaringan (networking) dengan kelompok lain yang dapat
memberikan ruang bagi kelompok masyarakat miskin guna mendistribusikan atau
menjual produk yang dihasilkan dari aktivitas kelompoknya.
 Ketiga, penguatan kapasitas kelompok masyarakat miskin dalam aspek manajemen
ekonomi produktif, sehingga dalam jangka panjang masyarakat miskin dapat
melipatgandakan usaha produktifnya dan sekaligus meningkatkan pendapatan serta
keuntungan yang mereka peroleh.
 Keempat, pembangunan kepercayaan (trust building) sebagai awal dari keseluruhan
proses tersebut, hal ini bermanfaat bagi peningkatan moral masyarakat miskin
sehingga merasa lebih dihargai dan diberi kesempatan secara aktif untuk keluar dari
kemiskinannya.

Keempat strategi tersebut merupakan perspektif kewirausahaan yang masuk ke


dalam kelompok sosial spesifik, menggunakan pendekatan sosial (dalam wujud
penguatan trust) dan bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial. Melalui strategi itu
diharapkan ruang sosial terbangun secara praktis. Hal tersebut sebenarnya sudah
menjadi bagian dalam beberapa program pemberdayaan masyarakat, tapi belum ada
pengaruh yang signifikan dari aplikasi prinsip tersebut terhadap pengentasan
kemiskinan.
Perubahan dalam bentuk peran dan kesempatan ekonomi produktif bagi kelompok
tersebut, semestinya diiringi dengan perubahan yang menyeluruh dalam cara pandang
terhadap diri dan orang lain, sehingga mereka mampu untuk berakselerasi dengan
aktivitas ekonomi yang lebih dahulu berjalan. Kemudian kendala atau hambatan dari
struktur yang mengitari aktivitas usaha-usaha sosial tersebut, seperti misalnya struktur
birokrasi, struktur pasar dan lingkungan politik harus pula diatasi karena faktor ini
merupakan ruang yang tidak mudah untuk dihadapi atau diantisipasi pengaruhnya
terhadap pergerakan kelompok masyarakat tersebut dalam aktivitas ekonomi
produktifnya. Jika faktor ini kontraproduktif terhadap gerakan yang hendak melakukan
perubahan secara berkelanjutan tersebut, perubahan peran dan posisi kelompok
masyarakat itu tidak menyeluruh. Karena itu, tetap diperlukan pengawalan dari negara
agar gerakan ekonomi berbasis kelompok sosial ini dapat secara konsisten berjalan.
2. Pengangguran
Kewirausahaan memegang peranan besar dalam mengurangi angka pengangguran di
berbagai negara. Kegiatan wirausaha secara otomatis menyerap tenaga kerja sehingga
memberi kesempatan kerja pada pengangguran sehingga diharapkan dengan
berkembangnya berbagai wirausaha di Indonesia akan dapat mengurangi angka
penganguran secara signifikan. Di banyak Negara seperti, China, Korea, Taiwan dan
banyak Negara maju lainnya peranan lembaga inkubator sangat penting dalam rangka
penumbuhan wirausaha baru, khususnya yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) knowledge-based entrepreneurs. Menumbuhkan wirausaha baru yang berbasis
IPTEK ini menjadi sangat penting untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha yang
memiliki daya saing tinggi. Jadi, menumbuhkan wirausaha baru bukan hanya untuk
mengatasi masalah pengangguran, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing para pelaku
bisnis itu sendiri. Kalau para pelaku bisnis meningkat daya saingnya, maka daya saing
ekonomi kita juga akan lebih meningkat. Sesungguhnya kewirausahaan adalah hal yang
memungkinkan terjadinya multiplier effect, artinya seorang wirausaha yang menerapkan
kewirausahaan mampu menciptakan dampak positif bagi dirinya dan sekitarnya. Hal
tersebut tidak terbatas hanya pada kata memberikan lapangan pekerjaan, tetapi lebih
menekankan tentang bagaimana seseorang bermanfaat dan berperan bagi lingkungannya.
Maksudnya kewirausahaan tidak hanya berbicara tentang seorang businessman yang
memulai sebuah bisnis, kemudian bisnis tersebut mendatangkan profit bagi dirinya dan
membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Lebih dari itu kewirausahaan membahas
tentang bagaimana setiap orang mampu berperan dan bermanfaat sesuai dengan jati
dirinya, sehingga mempunyai peran yang berarti dan nilai lebih bagi dirinya secara pribadi
dan sekitarnya sebagai dampak positif.

3. Kelaparan dan krisis pangan


Permasalahan pokok yang dihadapi dalam bidang ketahanan pangan adalah
bagaimana mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan sumber daya alam yang sangat
terbatas jumlahnya dan pengelolaan sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini erat
kaitannya dengan bidang pertanian. Dalam perkembangannya petani juga memerlukan jiwa
entrepreneur yang tangguh guna mewujudkan ketahanan pangan tersebut. Di sisi lain,
fenomena yang terjadi di kalangan petani adalah rendahnya kemampuan manajemen
agribisnis yang rendah sehingga petani tidak mampu menghadapi tantangan-tantangan yang
muncul dalam proses produksi. Untuk itu pembentukan mental entrepreneur farmer
diperlukan di kalangan petani dalam usaha untuk dapat tetap eksis menghadapi tantangan
dalam memproduksi pangan maupun ke sistem pemasarannya. Dalam mewujudkan
Indonesia yang berketahanan pangan, petani yang yang memiliki jiwa entrepreneur farmer
yang tinggi serta memiliki kemampuan manajemen agribisnis yang kuat adalah modal
utama untuk mewujudkan ketahanan pangan itu sendiri. Selain perombakan mental petani,
harus didukung juga oleh kebijakan-kebijakan pemerintah pusat melalui pemberian
penyuluhan dan pelatihan yang intensif. Penerapan mental entrepreneur farmer juga
mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh petani sesuai dengan karakteristik
yang dimiliki. Dengan demikian, pengembangan sektor pertanian yang optimal diharapkan
mampu menciptakan Indonesia yang berketahanan pangan.

1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN SANGAT PENTING?

“…Without entrepreneur, economies become poor and weak. The old will not exist; the
new can not enter” Lester Thurow
“Pengalaman adalah guru yang sulit sebab ia memberikan ujian dulu kemudian baru
pelajarannya” Vermon Sander Law

Wirausaha dan Impian

“kita adalah realita di masa kini..


Sejarah di masa lalu..
Dan di masa depan...kita bukanlah siapa-siapa tanpa mimpi-mimpi..”
(Ramdhan, 2010)

Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya


akan keindahan mimpi-mimpi mereka.
If You can Dream it, You can Do it. (Walt Disney)

Kata kunci dari kewirausahaan adalah:


1. Pengambilan resiko.
2. Menjalankan usaha sendiri.
3. Memanfaatkan peluang-peluang.
4. Menciptakan usaha baru
5. Pendekatan yang inovatif
6. Mandiri (misal; tidak bergatung pada bantuan pemerintah)

Pengusaha, Wirausaha, dan Penemu


Tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Sebagai contoh seorang
pengusaha yang karena ia memiliki saham disuatu perusahaan danmemiliki koneksi
tertentu dengan pejabat pemerintah sehingga ia memperoleh fasilitas-fasilitas istimewa
baik dalam memenangkan tender maupun kemudahan dalam perizinan bukanlah
seorang wirausahawan. Orang tersebut tidak lebih hanyalah seorang
pengusaha/pedagang. Kita dapat mengambil contoh pengusaha air minum dalam
kemasan dengan merk Aqua, Bapak Tirto Utomo. Dia dapat dikatakan seorang
wirausahawan karena ia melakukan terobosan dalam usaha baru air minum dalam
kemasan yang pada saat itu dikuasai oleh minuman bersoda dan beralkohol. Pada awal
berdirinya perusahaan Aqua banyak orang mempertanyakan mengapa air tawar
diperjual belikan yang biasanya di Indonesia dapat diminta dengan gratis, tetapi usaha
tersebut ternyata berhasil bahkan kini banyak perusahaan lain yang mengikutinya.
Wirausaha berbeda dengan penemu (inventor) yaitu orang yang menemukan sesuatu
yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya Thomas Alpha Edison menemukan
listrik. Einstein menemukan atom, dan lainnya. Mereka tidak dapat disebut
wirausahawan jika penemuannya tersebut tidak ditransformasikan oleh mereka sendiri
ke dalam dunia usaha. Wirausahawan adalah orang yang yang memanfaatkan penemuan
tersebut ke dalam dunia usaha.

Impian menjadi wirausahawan


Kemana Anda setelah kuliah?? Pertanyaan ini sekilas singkat, namun
berdasarkan riset yang dilakukan oleh Asnadi (2005) terhadap 5 perguruan tinggi negeri
di Indonesia ditemukan bahwa hampir 75 persen responden (mahasiswa) tidak memiliki
rencana yang jelas setelah lulus. Hal ini tidaklah mengherankan jika setiap tahunnya
akan selalu muncul pengangguran terdidik di Indonesia yang angkanya semakin
membludak. Sakernas (2010) mengemukakan fenomena ironis yang muncul di dunia
pendidikan Indonesia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau
kemungkinan menjadi pengangguran semakin tinggi.
Salah satu upaya dalam mengurangi tingkat pengangguran terdidik di Indonesia
adalah dengan menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya memiliki orientasi sebagai
job seeker namun job maker atau yang kita sebut wirausaha. Penciptaan lulusan
perguruan tinggi yang menjadi seorang wirausahawan tidak serta merta mudah untuk
dilaksanakan. Kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan profesi ini karena
preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi Preferensi yang lebih tinggi
didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh
pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang sebanding.
Seminarnya mengungkapkan ada kecenderungan, semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani
ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para
lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada
orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji
secara rutin seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan lainnya.Meskipun setiap tahun
pemerintah membuka pendaftaran menjadi PNS, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian besar dari mereka yang mendaftar mengalami kekecewaan karena tidak
berhasil lulus. Peluang untuk menjadi PNS semakin kecil lagi setelah pemerintah
memutuskan penundaan sementara (moratorium) tambahan formasi untuk penerimaan
PNS sejak 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Keterbatasan terserapnya
lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian beralih pada
peluang bekerja pada sektor swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan
terkadang membuat peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas.
Satu-satunya peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan memulai usaha
mandiri. Hanya saja, jarang ditemukan seseorang sarjana yang ingin mengawali
kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai mendirikan usaha.
Kecenderungan yang demikian, berakibat pada tingginya residu angkatan kerja berupa
pengangguran terdidik. Jumlah lulusan perguruan tinggi dalam setiap tahun semakin
meningkat. Kondisi ini tidak sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan
kerja yang akan menampung mereka. Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan
perguruan tinggi sangat disayangkan.

Syaefuddin (2003) mengatakan bahwa seharusnya para lulusan melihat kenyataan


bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan
perguruan tinggi di Indonesia, para lulusan perguruan tinggi mulai memilih
berwirausahaan sebagai pilihan karirnya, mengingat potensi yang ada di negeri ini
sangat kondusif untukmelakukan wirausaha.
Ilik (2010) mengatakan bahwa, untuk memulai menjadi seorang wirausaha, setiap
mahasiswa harus memiliki impian yang kokoh yang dibangun tidak dalam waktu
singkat. Urgensi impian ini semakin penting mengingat resiko dari wirausaha ini
tidaklah kecil, bila mahasiswa tidak memiliki impian yang kokoh maka sangat mungkin
baginya untuk cepat menyerah.

Berikut ini adalah beberapa motivasi yang bisa diberikan kepada mahasiswa mengenai
impian:
 Motivasi Untuk Meraih Impian
Impian adalah ambisi dari dalam diri manusia yang menjadi penggerak untuk maju.
Impian merupakan hasrat yang akan menggerakkan manusia untuk mewujudkannya.
Dunia ini bertumbuh dengan peradaban yang lebih tinggi dan teknologi yang lebih hebat
itu berkat
impian orang-orang besar. Orang-orang besar itu adalah para pemimpi. Orang-orang
yang tidak mempunyai impian, seperti orang yang naik angkot jurusan kemana saja
sehingga waktu hidup orang yang tidak memiliki impian sangat tidak efektif. Orang
yang tidak memiliki impian, memiliki hasrat atau kegigihan yang mudah sekali pudar,
sehingga mereka dengan mudah mengubah impian mereka menjadi sangat sederhana.
Padahal, impian yang besar mempunyai kekuatan yang besar pula. Orang-orang yang
berhasil mencatat nama dalam sejarah rata-rata mempunyai ciri khas yaitu selalu
mampu memperbarui impian mereka.

Impian Merupakan Sumber Motivasi


Impian akan mempengaruhi pikiran bawah sadar seseorang. Bahkan impian
dapat menjamin keberhasilan, karena senantiasa menjadi sumber motivasi hingga
mencapai tujuan atau menggapai tujuan selanjutnya. Dorongan motivasi itulah yang
akan menggerakkan tubuh dan mengatur strategi yang harus ditempuh, misalnya
bagaimana mencari informasi dan menjalin komunikasi maupun bekerjasama dengan
orang lain. Nelson Mandela, sebelum menjadi Presiden Afrika Selatan, ia harus
berjuang untuk sebuah impian negara Afrika Selatan yang berdaulat. Untuk itu ia
menghadapi tantangan teramat berat. Impian selalu memotivasi Nelson Mandela untuk
tetap berjuang, meskipun ia harus merelakan sebagian besar waktunya dibalik terali
besi. Impian merupakan sumber semangat bagi Nelson, hingga Afrika Selatan benar-
benar merdeka. Sebenarnya, setiap orang dapat memperbarui nilai dan
menyempurnakan jati diri dengan kekuatan impian. sehingga jangan takut untuk
bermimpi akan hal-hal yang besar, sebab impian menimbulkan hasrat yang kuat untuk
meraihnya. Impian mampu berperan sebagai sumber motivasi, yang membangkitkan
ambisi dan optimisme, sehingga mampu melampaui semua rintangan dan kesulitan.

Impian Menciptakan Energi Besar untuk Berprestasi


Impian menjadikan manusia penuh vitalitas dalam bekerja. Impian itu sendiri
sebenarnya merupakan sumber energi menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Menurut Anais Nin, "Hidup ini mengerut atau berkembang sesuai dengan keteguhan
hati seseorang”.
Terdapat empat tips sederhana dalam menjadikan impian sebagai sumber energi kita,
yaitu
disingkat dengan kata PLUS, yaitu; percaya, loyalitas, ulet dan sikap mental positif.
 Tips yang pertama adalah Rasa percaya menjadikan seseorang pantang menyerah,
meskipun mungkin orang lain mengkritik atau menghalangi. Kepercayaan itu juga
membentuk kesadaran bahwa manusia diciptakan di dunia ini sebagai pemenang.
 Tips yang kedua adalah loyalitas atau fokus untuk merealisasikan impian. Untuk
mendapatkan daya dorong yang luar biasa, maka tentukan pula target waktu.
 Tips yang ketiga adalah ulet. Sebuah impian menjadikan seseorang bekerja lebih
lama dan keras.
 Sedangkan tips yang ke empat adalah sikap mental positif. Seseorang yang
mempunyai impian memahami bahwa keberhasilan memerlukan pengorbanan, kerja
keras dan komitmen, waktu serta dukungan dari orang lain.

Oleh sebab itu, mereka selalu bersemangat mengembangkan kemampuan tanpa henti
dan mencapai kemajuan terus menerus hingga tanpa batas. Impian yang sudah menjadi
nafas kehidupan merupakan daya dorong yang luar biasa.

Impian Menjadikan Kehidupan Manusia Lebih Mudah Dijalani


Impian menjadikan manusia lebih kuat menghadapi segala rintangan dan
tantangan. Sebab impian dapat menimbulkan kemauan keras untuk merealisasikannya.
Para pencipta puisi Belanda atau Dutch Poet's Society mengatakan "Nothing is difficult
to those who have the will ( Tidak ada sesuatupun yang sulit selama masih ada
kemauan)". Kunci kebahagiaan
adalah mempunyai impian. Sedangkan kunci kesuksesan itu sendiri adalah mewujudkan
impian.
George Lucas mengatakan, "Dreams are extremely important. You can't do it unless you
imagine it (Impian sangatlah penting Kau tidak akan dapat melakukan apa-apa sebelum
kau membayangkannya)".
Kesimpulannya adalah jangan takut memimpikan sesuatu. Jadikan impian tersebut
sebagai nafas kehidupan. Sebab impian yang kuat justru menjadikan perjuangan yang
berat.
Saat menggapainya sebagai sarana latihan mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang
lain, misalnya kekuatan emosi, fisik, maupun rohani.

Konsep Be – do – have
Be Do Have adalah suatu konsep yang terdapat dalam buku One Minute
Millionaire oleh Mark Victor Hansen dan Robert G. Allen. Uniknya konsep ini bukan
diawali dari kerja (do) menuju milyarder, tetapi diawali oleh menjadi (be).
 Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pikirkan Anda ingin menjadi
apa? hal ini sejalan dengan konsep dasar manajemen yaitu “think what u do
and do what u think”. Setelah Anda sudah mengetahuinya, maka lakukan hal
(do) yang diperlukan untuk menuju be (menjadi apa yang Anda inginkan).

Posisi be di awal Anda akan mampu menjadikan tindakan Anda lebih efektif, terlahirlah
tindakan efektif jika Anda sudah berpikir bahwa Anda sudah menjadi apa yang Anda
inginkan maka tindakan akan mengikutinya. Ketika Anda bertanggung jawab penuh atas
keputusan Anda maka have adalah efek samping dari tindakan efektif Anda yang sangat
amat mungkin untuk didapatkan.
Sebagai contoh : Ketika seseorang ingin menjadi programmer, maka lakukanlah
tindakan yang mendukung menjadi programmer. Belilah alat-alat atau hal-hal yang bisa
membantu menjadi programmer, temui para programmer-progammer, diskusikanlah
dengan mentor/pembimbing jika ada yang mengalami kesulitan, lakukanlah dengan
teguh dan pantang mengeluh, maka orang tersebut akan memiliki hasil yang luar biasa
berupa pengakuan dan tergantikannya harga yang telah dibayar berupa kerja keras,
biaya, dan himpitan pada masa sebelumnya.
Makna be – do have juga menunjukkan sikap perspektif jangka panjang. Sikap ini
berarti bahwa seseorang yang sukses dalam berencana dan bertindak selalu memiliki
perspektif jangka panjang. Segala keputusan yang dibuat selalu memperhatikan
akibatnya bagi masa depan dalam jangka panjang. Tidak ada istilah bagi mereka yang
berbunyi “bagaimana nanti saja”’ mereka lebih berpikir: “nanti bagaimana?”.
Berpikir jauh ke depat bukan berarti mengkhawatirkan masa depan. Tetapi lebih kepada
mempersiapkan masa depan.

Segala keputusan, rencana dan tindakan akan dipertimbangkan bagaimana


dampaknya dimasa depan:
 Apakah keputusan yang anda saat ini akan membawa dampak positif bagi masa
depan anda?
 Apakah rencana anda mendukung visi anda?
 Apakah tindakan anda akan mempengaruhi masa depan anda?

Satu-satunya cara untuk membentuk perspektif jangka panjang ini ialah dengan
merumuskan visi anda saat ini. Jangan abaikan dengan langkah sukses ini. Jangan takut
anda gagal, lebih baik anda gagal meraih visi yang luar biasa, daripada berhasil tidak
meraih apapun.
a. Impian Harus Smart
Pernahkah Anda mendengar ketika ada sebuah pertanyaan dilontarkan kepada
mahasiswa “apa impian kalian?” lalu mereka berkata “ingin menjadi orang sukses” atau
“ingin membahagiakan orang tua”. Sekilas nampak bahwa jawaban mahasiswa ini
sangat baik dan mulia, namun demikian impian ini sangatlah abstrak dan tidak jelas apa
ukuran/indikator kesuksesan tersebut sehingga sangat sulit untuk ditentukan bagaimana
langkah-langkah untuk mewujudkannya.
Dengan kata lain, impian yang abstrak dan tidak jelas ini sangat dimungkinkan
hanya akan menjadi mimpi yang sulit untuk diwujudkan. Bila mengacu kepada konsep
manajemen tentang bagaimana sebuah impian/tujuan itu seharusnya dirumuskan, maka
kita akan merujuk kepada sebuah konsep yang bernama SMART. Konsep dasar yang
harus disadari terlebih dahulu adalah, sukses itu bukanlah sebuah kebetulan, namun
sukses adalah by Desig. Oleh karena itu impian yang kita buat harus SMART “Cerdas”,
Apakah impian yang SMART itu? Impian yang SMART adalah Impian yang :
1. Specific artinya Anda harus jelas mengenai apa yang anda inginkan, dengan
demikian Anda akan lebih mudah dalam membuat perencanaan.
Dengan demikian, istilah “Saya memiliki impian menjadi orang sukses” diganti
dengan misalnya ; “Saya memiliki impian untuk menjadi seorang manajer
pemasaran di PT X dengan penghasilan Rp X”
atau “Saya ingin menjadi seorang wirausahawan di bidang X dengan
penghasilan sebesar Rp X dan lainnya.
2. Measurable artinya impian haruslah terukur. Dengan demikian, anda akan tahu
kapan impian anda telah tercapai.
3. Achieveble artinya Impian anda harus dapat anda raih.
Jika impian itu terlalu besar, Anda perlu memecah impian itu menjadi impian
yang lebih kecil dulu sebagai langkah awal atau bagian dalam pencapaian
impian besar.
4. Realistic artinya, impian Anda harus masuk akal.
Makna masuk akal ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan/ketersediaan
sumber daya yang dimiliki.
5. Time Bond Impian haruslah memiliki garis waktu yang jelas kapan impian
tersebut ingin Anda raih.
Misalnya : “ saya memiliki impian mendirikan sekolah bagi anak-anak yang
tidak mampu 10 tahun dari sekarang”.

Pengertian Entrepreneur/Wirausaha Secara Global

Istilah kewirausahaan (entrepreneur) pertama kali diperkenalkan pada awal abad


ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah
“agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”.
Adapun makna secara etimologis wirausaha/wiraswasta berasal dari bahasa Sansekerta,
terdiri dari tiga suku kata : “wira“, “swa“, dan “sta“. Wira berarti manusia unggul,
teladan, tangguh, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan, pionir,
pendekar/pejuang kemajuan, memiliki keagungan watak. Swa berarti sendiri, dan Sta
berarti berdiri. Istilah kewirausahaan, pada dasarnya berasal dari terjemahan
entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go
between.

Pengertian Encyclopedia of America (1984), Entrepreneur adalah pengusaha yang


memiliki keberanian untuk mengambil resiko dengan menciptakan produksi, termasuk
modal, tenaga kerja, dan bahan, dan dari usaha bisnis dan mendapat profit/laba.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha,
berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau
pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta
memasarkannya. Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan di
Indonesia tahun 1978, mendefinisikan “Wirausahawan adalah pejuang kemajuan yang
mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan dan bertekad dengan
kemampuan sendiri membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat
dan memperluas lapangan kerja”.

Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan


seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap
dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut
melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya
peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang
tersebut.
Adapun sesuatu yang baru tersebut bisa dalam bentuk:

 Ada produk baru yang dikenalkan

 Ada metode produksi baru yang dikenalkan

 Dibukanya pasar yang baru (new market)

 Diperolehnya sumber pasokan baru dari komponen yang baru

 Dijalankannya suatu organisasi baru pada sebuah perusahaan

Pengertian kewirausahaan secara umum adalah kewirausahaan adalah suatu proses


dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang
bermanfaat dalam memberikan nilai lebih. Sedangkan proses kewirausahaan adalah
meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan
peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering
digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda. Selain
itu, definisi Kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES)
No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan dan Membudaya-kan
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar.

Pengertian kewirausahaan Menurut Para Ahli

Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan
usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah
suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang
terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada
pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang
mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif
dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan
pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses.Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada
hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada, setidaknya terdapat 6 hakekat penting
kewirausahaan. Di antaranya : Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat
memberi nilai lebih.
1. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen.

2. Menurut Arif F. Hadipranata, wirausaha merupakan sosok yang mengambil


resiko yang dibutuhkan untuk mengelola & mengatur segala urusan serta
menerima sejumlah keuntungan financial maupun non financial.

3. Menurut Thomas W Zimmerer, Kewirausahaan ialah penerapan keinovasian &


kreativitas untuk pemecahan masalah & memanfaatkan berbagai peluang yang
dihadapi orang lain setiap hari.
4. Menurut Andrew J Dubrin, Seseorang yang menjalankan dan mendirikan suatu
usaha yang inovatif.

5. Menurut Robbin & Coulter, Kewirausahaan merupakan suatu proses dimana


seseorang ataupun suatu kelompok individu menggunakan upaya yang
terorganisir & sarana untuk mencari sebuah peluang dan menciptakan suatu nilai
yang tumbuh dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui sebuah
inovasi & keunikan, tidak mempedulikan apapun sumber daya yang digunakan
pada saat ini.

6. Menurut Jean Baptista Say, Seorang wirausahawan ialah agen yang


menggabungkan berbagai alat produksi & menemukan nilai dari yang
diproduksinya.

7. Menurut Nickels et.al.(2009:4) pengusaha (entrepreneur) adalah orang yang


mempertaRuhkan waktu dan uang untuk memulai dan mengelola sebuah bisnis.

8. Menurut Penrose, Kegiatan kewirausahaan mencakup berbagai peluang yang


teridentifikasi didalam suatu sistem ekonomi. Kemampuan atau kapasitas
kewirausahaan berbeda dengan kapasitas manajerial.

9. Menurut Raymond, Wirausaha ialah seseorang yang inovatif, kreatif dan mampu
mewujudkanya kreatifitasnya agar meningkatnya kesejahteraan diri di
lingkungan dan masyarakat.

10. Menurut Kasmir, Wirausaha ialah seorang yang berjiwa pemberani yang berani
mengambil resiko untuk membuka sebuah usaha di berbagai kesempatan yang
ada.

11. Menurut Harvey Leibenstein, Kewirausahaan mencakup berbagai kegiatan yang


diperlukan untuk melaksanakan & menciptakan perusahaan pada saat dimana
pasar belum terbentuk / belum teridentifikasi dengan jelas, atau beberapa
komponen fungsi produksinya belum teridentifikasi secara penuh.
12. Menurut Peter F Drucker, Sebuah kemampuan untuk membuat atau
menciptakan sesuatu yang baru & berbeda.

13. Menurut Kathleen, Menjelaskan bahwa wirausaha ialah seseorang yang


menjalankan, mengatur, dan berani mengambil resiko bagi pekerjaan yang
dijalankannya dalam dunia usaha.

14. Menurut Ahmad Sanusi (1994), Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang
diwujudkan didalam perilaku yang menjadi dasar tujuan, kiat, siasat, tenaga
penggerak, proses dan hasil bisnis.

15. Menurut Soeharto Prawiro, Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang


dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha & perkembangan usaha. (ventura
growth,1997)

16. Menurut Frank Knight, Seorang wirausahawan mencoba untuk menyikapi &
memprediksi perubahan pasar. Penjelasan ini menekankan peranan seorang
wirausahawan dalam menghadapi ketidakstabilan pada dinamika pasar. Seorang
wirausahawan disyaratkan untuk melakukan semua fungsi manajerial mendasar
seperti pengawasan & pengarahan.

17. Menurut Mas’ud Machfoedz & Mahmud Machfoedz, Wirausaha ialah seorang
yang mempunyai inovasi untuk mengubah kesempatan menjadi suatu ide yang
bisa di jual, mampu memberikan nilai plus lewat usaya, biaya, waktu dan
kecakapan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

18. Menurut Joseph Schumpeter, Wirausaha ialah seseorang yang mendapat peluang
& menciptakan suatu organisasi untuk mengejar sebuah peluang tersebut.

19. Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess, Wirausaha ialah seseorang yang
mengorganisasikan, mengelola dan berani mengambil resiko untuk menciptakan
sebuah peluang usaha & usaha baru.
20. Menurut J.B Say, Wirausaha ialah pengusaha yang dapat mengelola berbagai
sumber daya yang dimiliki secara ekonomis & meningkatkan produktivitas yang
rendah menjadi tinggi.

21. Menurut Drs. Joko Untoro, bahwa kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk
melakukan upaya upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh
seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara manfaatkan segala potensi yang
dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain
Dalam buku Entrepreneurial Finance oleh J.Leach Ronald Melicher bahwa
kewirausahaan adalah sebuah proses dalam merubah ide menjadi kesempatan
komersil dan menciptakan nilai (harga) "Process of changing ideas into
commercial opportunities and creating value" Dalam buku Entrepreneurship:
Determinant and Policy in European-Us Comparison bahwa kewirausahaan
adalah proses mempersepsikan, menciptakan, dan mengejar peluang ekonomi
"process of perceiving, creating, and pursuing economic opportunities". Akan
tetapi dikatakan dalam buku tersebut, bahwa proses dari kewirausahaan itu
sendiri sulit untuk diukur.
22. Menurut Bapak Eddy Soeryanto Soegoto, bahwa kewirausahaan atau
entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat,
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Bila diperhatikan pengertian kewirausahaan dari ahli-ahli di atas, terlihat jelas
bahwa kewirausahaan, tidak hanya cocok untuk usaha-usaha yang mengejar
keuntungan (profit motif), melainkan juga cocok untuk aktivitas sosial seperti
pendidikan, rumah sakit dan jasa pelayanan sosial lainnya. Implikasinya adalah,
pengelolaan semua kegiatan/usaha baik yang bermotif profit maupun yang bermotif
sosial harus disertai dengan inovasi agar usaha tersebut mempunyai keunggulan
komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Inovasi, sebagai kata kunci entrepreneurship seperti yang diuraikan di atas dapat
dibagi-bagi dalam beberapa bentuk. Inovasi dapat berupa menghemat kapital
(capital saving), menghemat tenaga kerja (labor saving). Inovasi dapat juga dilihat
dari sudut permintaan dan biaya-biaya seperti menekan biaya produksi (cost
reducing) atau meningkatkan permintaan (demand increasing). Inovasi yang berupa
turunnya biaya seperti memperkenalkan metode baru, menggunakan sumber bahan
mentah baru, dan pemakaian bentuk organisasi yang baik. Sedangkan inovasi yang
berupa peningkatan permintaan misalnya memperkenalkan produk baru dengan
kualitas baik serta pembukaan pasar baru.

Itulah penjabaran mengenai Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli

Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang


mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya
sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan
berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai
kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan
untuk belajar dan berusaha.Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan,
(2) kemampuan menanggapi peluang. Berdasarkan hal tersebut, maka definisi
kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam
seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang
melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)

1.4 Kewirausahaan Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang Dan Konteks

Terlepas dari definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
wirausaha dapatdipandang dari berbagai sudut dan konteks yaitu, ahli ekonomi,
manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal.

a. Menurut pandangan ahli ekonomi


Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktor-faktor
produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan
orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi
lainnya. Dengan kata lain wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan
keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa.

b. Menurut pandangan ahli manajemen


Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan
mengombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan
untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi usaha baru
(Marzuki Usman. 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi
unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, semangat,
dan kemampuan memanfatkan peluang usaha.

c. Menurut pandangan pelaku bisnis


Menurut scarborough dan zimmerer (1993: 5), wirausaha adalah orag yang menciptakan
suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidak pastian dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan
mengkombinasikan sunber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang
tersebut (an entrepreneur is one who create a new business in the face of risk and
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities
and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities).
Menurut Dun Steinhoff dan Jhon F. Burgess (1993: 35)pengusaha adalah orang
yang mengorganisasikan, mengelola, dan berani menanggung resiko sebuah usaha atau
perusahaan (a person who organizes, manages,and assumes the risk of a business or
entreprise in a entrepriner, sedangkan wirausaha adalah orang yang menanggung resiko
keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara menciptakan konsep usaha yang
baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah ada (entrepreneur is individual who
risk financial, material, and human resource, a new way create a new business concept
or opportunities within and exiting firm).
Dalam konteks bisnis manurut Sri Edi Swasono (1978: 38), wirausaha adalah
pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor
dalam bisnis, inovator, penangggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan
memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Sebagian besar definisi wirausaha diatas menekankan pada peran seseorang
sebagai pengusaha yang kreatif. Bahkan, stainhoff da burgess (1993: 4) memandang
wirausaha sebagai pengelola atau operator perusahaan kecil (entrepreneur is considered
to have the same meaning as “small business owner-manager” or “small usiness
operator”).

d. Menurut pandangan psikolog


Wirausaha adalah orang yang mempunyai dorongan kekuatan dalam dirinya untuk
memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan
dirinya di luar kekuasaan orang lain.

e. Menurut pandangan pemodal


Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain,
menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan,
dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.
Meskipun sudut pandang mengenai wirausaha tersebut berbeda-beda dan konsep
kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan pengusaha dalam dunia bisnis,
akan tetapi pada umumnya menagndung unsur-unsur yang hampir sama, yaitu
seseorang yang memiliki kemampuan kreatif, inovatif, berani menanggung resiko, serta
selalu mencari peluang melalui potensi yang dimilikinya. Kewirausahaan tidak selalu
identik dengan perilaku dan watak pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki juga oleh
mereka yang bukan pengusaha. Wirausaha meliputi semua aspek pekerjaan, baik
karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980).

Langkah-langkah memulai wirausaha

Berikut ini ditampilkan beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila


seorang mahasiswa ingin memulai wirausaha.
1. Pilih bidang usaha yang Anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan di
dalamnya.
Tips pertama ini sangatlah membantu bagi mahasiswa yang cenderung memiliki
keinginan yang tinggi sekaligus mudah jenuh. Tidak mudah memang, terutama jika kita
sudah lama dan terbiasa berada dalam zona aman. Seringkali kesibukan kerja
membunuh instink kita untuk berkreasi maupun mengasah minat dan kesukaan yang
mampu mendatangkan uang. Jika anda telah menentukan minat, maka segeralah asah
pengetahuan dan perbanyak bacaan serta ketrampilan mengenai bidang usaha yang
hendak Anda tekuni. Kadang-kadang hal-hal yang kita rasakan kuasai, ternyata setelah
berada di lapangan berbeda drastis dengan yang kita pikirkan. Seorang yang sehari-hari
mengerjakan pekerjaan keahlian tertentu, belum tentu bisa sukses berbisnis dalam
bidang tersebut, karenanya perlu sekali belajar dari orang-orang yang telah sukses
merintis usaha di bidang tersebut.

2. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan.


Seringkali tawaran-tawaran peluang bisnis dan dukungan pengembangan bisnis
datang dari rekan-rekan di dalam jaringan tersebut. Namun anda tetap harus hati-hati,
karena tidak pernah ada yang namanya makan siang gratis, siapapun itu, anda harus
tetap berhati-hati dan mempersiapkan akan datangnya hal-hal yang tidak terduga. Hal
ini juga sejalan dengan prinsip seorang pebisnis “uang tidak mengenal tuan”. Bisa saja
hari ini anda adalah big boss, namun esok lusa anda menjadi pengangguran karena
didepak oleh karyawan sendiri yang bekerja sama dengan partner bisnis anda atau
bahkan investor anda.

3. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa anda.


Kebanyakan orang tidak sadar, ketika memulai berbisnis, terjebak di dalam
fenomena banting harga. Padahal, ada kalanya, harga bukan segalanya. Anda harus bisa
mencari celah dan ceruk pasar yang unik. Anda harus menentukan posisi anda di dalam
peta persaingan usaha. Jika anda menilai terlalu tinggi jasa/produk anda, sementara hal
yang anda tawarkan itu tidak punya keunggulan yang sangat spesifik dan memiliki nilai
tambah, maka orang akan berpaling kepada usaha sejenis dengan harga dan kualitas
yang jauh lebih baik. Misalkan anda memulai usaha bisnis jasa pembuatan desain web
(web desainer). Tentukan, apakah anda ingin bersaing berdarah-darah di usaha web
murah meriah, atau anda akan spesifik kepada desainnya, atau anda akan spesifik
kepada faktor security (keamanannya) atau kepada tingkat kesulitan dan kompleksitas
pengelolaan databasenya.

4. Jaga kredibilitas dan brand image.


Seringkali kita ketika memulai berusaha, melupakan faktor nama baik, kredibilitas dan
pandangan orang terhadap produk/jasa kita. Padahal, ini yang paling penting dalam
berbisnis. Mengulur-ulur pembayaran kepada supplier atau peminjam modal, adalah
tindakan yang sangat fatal dan berakibat kepada munculnya nama anda di dalam daftar
hitam jaringan bisnis usaha yang anda tekuni. Misalnya salah satu usaha bisnis,
seringkali bertindak arogan dan mengabaikan keluhan para pelanggannya, padahal
bukan hanya sekali dua kali orang-orang melakukan komplain, akibatnya, kehilangan
pelanggan adalah hal nyata yang akan terjadi dan bahkan kehilangan pasar potensial dan
pangsa pasar yang dikuasainya.

5. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja
dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa.
Banyak orang yang jika sudah untung besar dan berada di atas, melupakan faktor
persiapan akan hal tak terduga maupun merencanakan pengembangan usaha. Padahal
bisnis adalah sama dengan hidup, harus selalu bertahan dan berjuang. Banyak
pengusaha dan pengrajin kita, ketika sudah kebanjiran order dan menerima banyak
uang, malah mendahulukan membeli mobil mewah ataupun mobil sport. Hal ini tidak
salah, namun akan lebih baik jika keuntungan itu disisihkan untuk laba ditahan dan
penambahan modal kerja. Dengan demikian usaha bisa lebih berkembang, dan
mendapatkan kepercayaan dan pinjaman modal dari bank menjadi lebih mudah. Karena
anda dipercaya oleh pihak bank mampu mengelola perusahaan secara profesional.
Sebaiknya untuk keperluan sehari-hari, pemilik perusahaan mencadangkan
alokasi dana secukupnya saja untuk biaya hidup dan keperluan pribadi dalam bentuk
gaji tetap komisaris/pemilik. Atau disisihkan sebagian saja dari laba tahunan, namun
jangan menganggu arus kas perusahaan untuk kepentingan pribadi yang tidak ada
urusannya dengan produktivitas usaha. Selain point di atas, kiat memulai wirausaha
juga dapat diadopsi menurut seorang pakar bisnis sekaligus motivator yaitu Tum Desem
Waringin.

Berikut ini adalah langkah-langkah teknis yang dapat dilakukan untuk memulai bisnis :
1. Bangun Ide bisnis dengan menulis Impian dan hobby kita.
Tuliskan 10 mimpi dan hobby kita, lalu seleksi menjadi 3 yang paling membuat kita
sangat ambisius dan enjoy untuk menjalankannya. Seleksi lagi menjadi 1 mimpi yang
membuat kita menjadi harus untuk mewujudkannya. Sehingga 1 mimpi tersebut benar-
benar dijadikan sebagai Visi/Goal/Target yang harus diraih.
2. Berikan alasan yang sangat kuat untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Bayangkan kenikmatan apa yang akan kita dapat apabila mimpi tersebut terwujud
dan kesengsaraan apa yang akan kita terima kalau mimpi tersebut tidak terwujud.
3. Mulai lah untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan bertindak dan cari tema yang
tepat dan tulis misi / Langkah pencapaian dan tuangkan menjadi konsep usaha yang
jelas
4. Lakukan riset baik di internet maupun di kenyataan sehari-hari, Visi dan Misi yang
kita tulis harus terdefinisi dengan jelas, specific dan marketabel sesuai bidangnya.
5. Tuliskan dan rancang strategi yang akan dijalankan.
6. Gunakan faktor pengungkit.
OPM (Other People’s Money)
OPE (Other People’s Experience)
OPI (Other People Idea)
OPT (Other People’s Time)
OPW (other People’s Work)
7. Cari pembimbing (pilih yang sudah sukses di bidang tersebut), untuk pembanding
dan mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan langkah-langkah pencapaian
goal tersebut.
8. Buatlah sebuah TEAM yang kompak untuk membantu mewujudkan goal tersebut
T = Together
E = Everybody
A = Achieve
M = Miracle
9. Optimalkan jaringan, relasi dan network yang kita punya untuk mencapai goal/visi
kita tersebut.
10. Buat jaringan baru yang tak terhingga dengan membuat relasi dan silaturahmi
sebanyak-banyaknya.
11. Gunakan alat bantu untuk mempercepat pencapaian misal website, jejaring sosial,
advertisement, promosi, dll
12. Buat system yang ideal untuak bisnis tersebut.
S=Save
Y=Your
S=Self
T=Timing
E=Energy
M=Money
Data membuktikan bahwa, 94% kegagalan usaha karena system bukan orangnya
perbanyak menggunakan 5W = Why Why Why Why Why dan 5H = How How How
How How.
4. FUNGSI KEWIRAUSAHAAN

Pentingnya Kewirausahaan

Di dalam keragaman definisi mengenai kewirausahaan, pada hakikat-nya


terkandung suatu gagasan yang sama dan cenderung semakin diakui oleh berbagai
pihak, terutama yang berkenaan dengan: penciptaan (creating), kebaruan (newness), dan
pengambilan risiko (risk taking). Sehubungan dengan hal itu, kewirausahaan nampak
semakin diakui sebagai suatu penggerak pertumbuhan ekonomi, inovasi, peningkatan
produktivitas, dan lapangan pekerjaan, serta telah diterima secara luas sebagai aspek
penting dalam dinamika perekonomian, yang mencakup: lahir dan matinya suatu
perusahaan, serta pertumbuhan dan perampingannya (downsizing). Dengan adanya
perusahaan yang masuk dan keluar industri, hal ini menunjukkan bahwa para pendatang
baru (new entrants) akan lebih efisien dibanding perusahaan yang digantikannya (exit).
Perusahaan yang tidak tergeser ke luar arena industri, akan dituntut untuk berinovasi
dan lebih produktif agar mampu bersaing dan bahkan bertahan hidup. Banyak penelitian
telah memberikan dukungan empiris pada proses “creative destruction” ini, yaitu
konsep yang pertamakali dikemukakan oleh Schumpeter. Dengan terdapatnya
perusahaan yang mampu bertahan dalam industrinya, karena mampu berinovasi dan
lebih produktif, ditambah dengan masuknya beberapa perusahaan baru ke dalam
industri dengan kapasitas yang lebih besar, maka telah mampu menciptakan tingkat
produktivitas yang jauh lebih tinggi, dan secara langsung atau tidak, telah mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Gagasan bahwa kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan erat secara
signifikan tidak diragukan lagi telah berhasil sejak awal penelitian yang dilakukan oleh
Schumpeter (Aghion and Howitt’s, 1998). Suatu peningkatan dalam jumlah wirausaha
umumnya mengarah pada suatu peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi. Pengaruh ini
sebagai suatu hasil nyata dari peningkatan keterampilan mereka, dan lebih tepatnya lagi,
kecenderungan mereka untuk berinovasi (propensity to innovate). Schumpeter (1963)
telah menggambarkan aktivitas inovatif ini, yaitu melaksanakan berbagai kombinasi
baru dengan membedakan lima hal. Pertama, memperkenalkan suatu produk baru, yaitu
produk yang belum dikenal konsumen, atau suatu produk dengan kualitas baru. Kedua,
memperkenalkan suatu metode operasi baru, yaitu metode yang belum teruji secara
empiris. Ketiga, membuka pasar baru, yaitu pasar yang belum dimasuki perusahan atau
cabang suatu perusahaan tersebut. Keempat, merebut sumber pasokan baru berupa
bahan baku atau barang setengah jadi, terlepas apakah pasokan baru ini sudah ada atau
harus dibuat terlebih dahulu. Kelima, melahirkan perusahaan baru dalam suatu industri,
seperti menciptakan suatu posisi atau penghentian posisi monopoli melalui
trustification (Schumpeter, 1963). Melalui aktivitas inovatifnya, para wirausaha versi
Schumpeterian berupaya menciptakan peluang baru untuk memperoleh keuntungan.
Peluang-peluang baru ini dapat dihasilkan melalui peningkatan produktivitas, sehingga
kaitan antara produktivitas dengan pertumbuhan ekonomi akan nampak dengan jelas.
Pertumbuhan ekonomi, pada umumnya akan lebih mudah dicapai dengan masih adanya
perusahaan-perusaahaan lama yang mampu bertahan dalam industri karena mereka terus
mampu berinovasi, lebih produktif dan ditambah lagi dengan masuknya perusahaan
baru ke dalam industri yang memiliki kapasitas baru. Secara sederhana nampak disini
bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dikarenakan para wirausaha mampu
menciptakan perusahaan baru, yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan,
meningkatkan tingkat persaingan, dan produktivitas melalui perubahan teknologi.
Dengan demikian, pengukuran kewirausahaan melalui cara ini secara langsung dapat
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi meskipun secara
kenyataannya tidak mudah (Varga dan Zoltan Acs, 2006). Global Entrepreneurship
Monitor (GEM), mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara
necessity entrepreneurship dan opportunity entrepreneurship dalam memberikan
dampak pada kemajuan dan/ atau pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau negara.
Necessity entrepreneurship adalah suatu proses yang dilalui seseorang untuk menjadi
wirausaha karena tidak memiliki pilihan lain, Sedangkan opportunity entrepreneurship
adalah suatu pilihan untuk memulai suatu usaha dengan dilandasi oleh suatu persepsi
tentang adanya peluang usaha yang belum atau kurang tergali. Pengkajian data yang
dikumpulkan oleh GEM di 11 negara terungkap suatu informasi bahwa dampak dari
keberadaan kedua jenis kewirausahaan tersebut sangat berbeda terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara-negara tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa necessity
entrepreneurship tidak memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
opportunity entrepreneurship memiliki dampak yang positif dan siginifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dalam mengukur kontribusi kewirausahaan
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau negara tidak dapat dilihat secara
agregat tanpa memperhatikan terlebih dahulu kedua jenis kewirausahaan yang ditelaah.
Pengamat lain berpendapat bahwa di dalam mengukur kontribusi kewirausahaan
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau negara, perlu terlebih dahulu
menelaah dan mengkaji secara seksama mengenai definisi kewirausahaan yang
dipergunakan. Dalam hubungan ini, Carree dan Thurik (2002) berpendapat bahwa
kewirausahaan adalah suatu hal yang berkenaan dengan aktivitas perorangan, dan tidak
halnya konsep pertumbuhan ekonomi yang secara relevan melihat pada tingkat
perusahaan, wilayah, industri dan bangsa. Dengan demikian, mengkaitkan
kewirausahaan dengan pertumbuhan ekonomi berarti mengkaitkan tingkat perorangan
dengan tingkat agregat.
Sehubungan dengan keterkaitan antara kewirausahaan dan ekonomi, Audretsch (2002)
berpendapat bahwa peran kewirausahaan di dalam suatu masyarakat berubah secara
signifikan sejak setengah abad yang lalu. Selama era pasca Perang Dunia ke-2,
pentingnya peran kewirausahaan dan ekonomi khususnya bisnis nampak menjadi kabur.
Walaupun tanda-tanda sudah terlihat pada saat itu, bahwa UKM perlu dipertahankan
dan bahkan dilindungi untuk alasan sosial maupun politis, namun hanya sedikit yang
berlandaskan pada efisiensi ekonomi. Pandangan ini secara signifikan berbalik pada
tahun-tahun terakhir ini dimana kewirausahaan telah menjadi motor pembangunan
ekonomi dan sosial di seantero dunia, dan hal ini berlaku baik pada sistem ekonomi
tradisional maupun modern.

Kesan atau anggapan bahwa Small Medium Enterprises (SMEs) yang memiliki
karakteritik seperti berikut di bawah ini cenderung semakin mengalami perubahan,
yakni:
• Para pelaku SMEs pada umumnya kurang efisien dibandingkan perusahaan berskala
besar;
• Para pelaku SMEs pada umumnya memberikan tingkat kompensasi yang relatif lebih
rendah dibandingkan perusahaan berskala besar; dan
• Para pelaku SMEs terlibat dalam kegiatan inovatif hanya secara marginal (setengah-
setengah) saja dibandingkan perusahaan berskala besar.

Audretsh dan Thurik (2001) berpendapat bahwa para wirausaha di kalangan SMEs,
tidak akan menjadi usang sejalan dengan globalisasi, namun perannya akan berubah
sejalan dengan keunggulan komparatif yang dicapai ke arah aktivitas yang berbasis
pengetahuan ekonomi (knowledge-based economy). Hal ini terjadi dikarenakan dua
alasan. Pertama, perusahaan berskala besar di dalam industri manufaktur tradisional
telah kehilangan daya saingnya di pasar dalam negeri karena memiliki biaya operasi
yang relatif tinggi. Kedua, tidak halnya kewirausahaan yang dimiliki para pelaku SMEs
telah mengambil suatu manfaat dan nilai tambah baru dalam suatu ekonomi yang
berbasis pengetahuan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa kontribusi kewirausahaan
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara atau wilayah pada dasarnya tidaklah
mudah diukur. Karena secara statistik kurang didukung oleh adanya data yang akurat.
Kewirausahaan cenderung bersifat perorangan, padahal pengukuran pertumbuhan
ekonomi bersifat agregat. Demikian pula, pengukuran peran kewirausahaan pada
perusahaan berskala besar tidaklah mudah, karena konsep kewirausahaan telah
terakomodasi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (Research & Development)
sehingga sulit untuk ditelusuri perilaku kreatif, inovatif, dan risk taking secara orang
perorangan.
Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil,
atau percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar. Sebelum
mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.
Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba memenangkan hidup mereka dan
memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk untuk mewujudkan
cita-citanya.
2. Memberi peluang melakukan perubahan.
Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap peluang
untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting. Mungkin
berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai, dan mendirikan
daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas, pebisnis kini
menemukan cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai
masalah ekonomi dengan sosial dengan harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali membosanka,
kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi seorang
wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara bekerja atau menyalurkan
hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh wirausahawan
merupakan alat untuk menyatakan aktualisasidiri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal
yang ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki
usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka, kebangkitan
spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untruk meraih keuntungan.
Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi
kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir 75% yang
termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan wirausahawan
generasi pertama. Menurut hasil penelitian, Thomas stanley dan William Danko,
pemilik perusahaan sendiri mencapai 2/3dari jutawan Amerika serika. “Orang-orang
yang bekerja memiliki perusahaan sendiri empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan
daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyaratkan dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya.
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling
merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan
yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam bertahun-tahun.
Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan setempat serta
kesadaran bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan
ekonomi nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer perusaan kecil.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa
senang dalam mengerjakan.
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah bahwa
kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan kewierausahawan yang
berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab mereka tertarik dan mrenyukai
pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau kegemaran mereka menjadi
pekerjaan mereka dan mereka senang bahwa mereka melakukannya. Wirausahawan
harus mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan dirikan usaha
yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah terpaksa harus bekerja sehari pun dalam
hidup anda” Hal ini yang menjadi penghargaan terbesar bagi pebisnis/wirausahawan
bukan tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau perjalanannya.
Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut diatas jelas bahwa
menjadi usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh
jika seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau menjadi pekerja bagi
para pemilik perusahaan.

Fungsi pokok kewirausahaan


1. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan
dan sasaran perusahaan.
2. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.
3. Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani.
4. Menghitung skala usaha yang diinginkannya.
5. Menentukan modal yang diinginkan (modal sendiri atau modal dari luar).
6. Memilih dsan mernetapkan kreteria pegawai/karyawan dan memotivasinya.
7. Mengendalikan secara efektif dan efesien.
8. Mencari dan menciptakan cara baru.
9. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input serta
mengelolahnya menjadi barang atau jasa yang menarik.
10. Memasarkan barang dan jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan
sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha

Wirausaha mempunyai dua fungsi, kedua fungsi tersebut adalah fungsi makro dan
fungsi mikro.
a. Fungsi Makro
Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu
perekonomian suatu bangsa. Di amerika serikat, eropa barat, dan negara-negara di asia,
kewirausahaan menjadi kekuat-an ekonomi negara tertentu, sehingga negara-negara itu
menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam
produk barang dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses
dinamis wirausaha yang dinamis. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
b. Fungsi Mikro
Secara mikro peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian,
mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbedauntuk
menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya
menurut marzuki usman (1977) secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu
sebagai penemu (innovator) dan sebagai perencana (planner).
1. Innovator merupakan Wirausaha yang berperan dalam menemukan dan
menciptakan:
 Produk baru (the new product)
 Teknologi baru (the new technologi)
 Ide-ide baru (the new image)
 Organisasi usaha baru (the new organization)
2. Planner merupakan Wirausaha yang berperan dalam merancang ;
 Perencanaan usaha (corporate plan)
 Strategi perusahaan (corporate strategy)
 Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
 Organisasi perusahaan (corporate organi-zation)

Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk berfikir
optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan,karena dengan begitu semangat
dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan usaha kita yang maju
dan terus berkembang.Juga disamping itu kita harus berfikir alternatif dimana dengan
berfikir alternatif kita menciptakan suatu Ide dan strategy dari dan atas usaha yang akan
kita lakukan untuk usaha kita.

Prinsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidiek D. Machyudin, yaitu:


1. Harus optimis
2. Ambisius
3. Dapat membaca peluang pasar
4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda
Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum. Ada
tujuh prinsip yang diberikan, diantaranya:
1. Passion (semangat)
2. Independent (mandiri)
3. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar)
4. Creative and innovative (kreatif dan inovatif)
5. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
6. Persistent (pantang menyerah)
7. High ethical standard (berdasar standar etika)

Jadi, apabila kedua pendapat tersebut digabungkan ada 14 prinsip dalam


berwirausaha yaitu:
1. Jangan takut gagal.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogkan dengan impian
seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah
bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah lengkap, tidak ada
gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam air (praktek berenanga) demikian halnya
untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak terjun langsung, sehingga mengalami
(berpengalaman), dan sekalilagi jangan takut gagal sebab kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda.
2. Penuh semangat
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan bukanlah
tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya.
3. Kreativ dan Inovativ.
Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang wirausaha tidak
boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal.
4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko yang
satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah
perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat
resikonya tinggi.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan keytekunan.
Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan, dan
kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
6. Harus optimis.
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis
nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha yang
kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.
7. Abisius.
Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan harus berambisi, apapun jenis
usaha yang akan dilakukannya.
8. Pantang menyerah atau jangan putus asa.
Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya.
9. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar.
Prinsip peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah prinsip mutlak yang
harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, maupun
internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga dapat
mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.
10. Berbisnis dengan standar etika.
Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik tentang standar
etika yang berlaku secara universal.
11. Mandiri.
Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak
hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak atau
para pemangku kepentingan atas usaha kita.
12. Jujur.
Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana. Jadi, jujur
kepada pemasok dan pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan adalah
prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam berusaha.
13. Peduli lingkungan.
Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga haruas turut
serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
Dan yang terakhir dalam prinsip kewirausahaan adalah membangun Relasi dan network
dengan sesama wirausahawan karena dengan begitu proses pembelajaran dan pengetahuan
akan kewirausahawan kita akan berkembang. Semakin banyaknya network atau relasi juga
akan menciptakan peluang-peluang kita dalam mengembangkan dan mencapai usaha yang
baik.usaha yang baik dan maju disini bukan berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah kita
dapatkan,karena dengan rasa puas dan nyaman tersebut justru nantinya akan menurunkan
semangat dan optimalisasi dalam kita meningkatkan usaha kita.

Fungsi tambahan wirausaha

1. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan


peluang usaha.
2. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan.
3. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugiakan masyarakat yang mau
merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya.
4. Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta
bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Tujuan berwirausaha

Berikut beberapa tujuan dari seorang wirausaha yang seharusnya:

1. Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik
dengan kata lain ikut serta dalam mengader manusia manusia calon wirausaha
untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik

2. Ikut serta dalam mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk meningkatkan


kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan Negaranya

3. Ikut serta dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran serta orientasi


kewirausahaan yang kokoh.

4. Menyebarluaskan dan membuat budaya ciri ciri kewirausahaan disekitarnya


terutama dalam masyarakat

5. Mengembangkan dalam bentuk inovasi dan kreasi agar tercipta dinamika dalam
kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga kemakmuran dapat tercapai
3. PERANAN WIRAUSAHA

Wirausaha dalam Pertumbuhan Ekonomi

Wirausaha mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi


nasional. Menurut McClelland, seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki
kontrol terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat
di konsumsinya atau dijual agar memperoleh pendapatan. Selain harus memilikisi
inovasi dan kreativitas, seorang wirausaha juga harus mempunyai kinerja yang baik agar
barang atau jasa yang di produksinya bermanfaat bagi orang lain dan secara khusus
membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Setiap negara mempunyai potensi
nya masing-masing dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan kestabilan
pertahanan negara itu sendiri. Banyak sekali usaha yang dapat dilakukan negara untuk
mewujudkannya, salah satunya adalah dengan pembangunan ekonomi. Pendapatan total
dan pendapatan perkapita menjadi tolak ukur pembangunan ekonomi tanpa melupakan
angka pertambahan penduduk dan pemerataan pendapatan bagi penduduk.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah sumber
daya alam. Sudah tidak asing lagi bahwa Indonesia merupakan negara dengan sumber
daya alam yang melimpah, namun itu saja tidak cukup karena sumber daya manusia
yang terkualifikasi juga menjadi syarat utama untuk mengolah sumber daya alam
tersebut. Selain itu, sumber daya modal dan kewirausahaan juga menjadi faktor
pembangunan ekonomi. Dalam tulisan ini, salah satu unsur pembangunan ekonomi
yaitu kewirausahaan akan di bahas secara lebih mendetail.
Mungkin bagi orang awam, istilah kewirausahaan tidak mempunyai andil dalam
pembangunan ekonomi karena kebanyakan wirausaha itu bersifat mandiri. Tetapi jika di
teliti, wirausaha mempunyai andil yang patut di perhatikan dalam pembangunan
ekonomi.
Menurut salah seorang ilmuwan asal Amerika Serikat yaitu David McClelland,
kemakmuran suatu negara dapat di raih jika negara tersebut setidaknya memiliki
wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Dalam berwirausaha, peluang
seperti perusahaan baru yang menciptakan lapangan kerja akan mengurangi
pengangguran sekaligus juga mengurangi angka kemiskinan. Kewirausahaan sendiri
dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and
different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi risiko.
David McClelland, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa
suatu Negara dapat dikatakan makmur apabila minimal harus memiliki jumlah
entrepreneur atau wirausaha sebanyak 2% dari jumlah populasi penduduknya. Pendapat
ini diperkuat oleh Peter Drucker seorang konsultan manajemen Austria. Kewirausahaan
memiliki peranan yang strategis dalam menciptakan pelaku bisnis dan perusahaan yang
baru. Ungkapan tidak ada pembangunan tanpa kehadiran wirausahaan memang benar
pernyataan tersebut. Saya setuju dengan ungkapan tersebut. Kewirausahaan mampu
membuat suatu Negara maju dan makmur karena kewirausahaan sebagai pencipta
kesempatan kerja baru, penghasilan baru, inovasi baru, serta unggul dalam kualitas
untuk mengorganisir sumberdaya yang diperlukan dalam menciptakan nilai tambah.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru,
menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan
jasa yang baru yang lebih efisien dan secara keseluruhan disebut sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
Menurut survey yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada
tahun 2006, 19,3% penduduk indonesia yang berusia produktif merupakan wirausaha
yang aktif. Seperti yang di sebutkan di atas bahwa setidaknya dibutuhkan jumlah
wirausahawan sekitar 2%, ternyata, Indonesia sudah mencapai jumlah yang bisa
dibilang cukup besar bagi negara berkembang. Namun, yang menjadi permasalahan
adalah sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan wirausahawan yang berdasarkan
kebutuhan hidup atau Necessity Entrepreneurahip seperti golongan petani dan nelayan
yang bersifat informal. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah wirausaha yang tinggi namun pendapatan perkapita nya rendah. Data pada tahun
2006 mencatat bahwa Indonesia berhasil mendapatkan PDB nasional dengan dukungan
UKM hanya sebesar Rp. 1.786,22 triliun. Jumlah tersebut terbilang kecil dibandingkan
negara lain yang mempunyai jumlah wirausaha yang lebih kecil.
Walaupun Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah wirausaha yang tinggi, bila
pemerintah sendiri tidak mendukung wirausaha tersebut, keuntungan yang di dapat
tidak akan maksimal. Pajak yang terlalu besar dan sistem birokrasi yang tidak kompeten
menjadi salah satu penghambatnya. Bukan hal yang tidak mungkin bila dengan jumlah
wirausaha yang di atas 19% Indonesia akan menjadi negara yang makmur.
Data yang di ambil dari Tribunnenews.com, menunjukkan bahwa pertumbuhan
indonesia akan mencapai 7,7% pada tahun 2014. Namun data tersebut hanya
berdasarkan prediksi. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan, gerakan
kewirausahaan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sudah di akui oleh dunia.
Bahkan menurut beliau, peningkatan dengan angka 6,8% juga bukanlah hal yang sulit di
capai jika kita termotivasi untuk terus mengembangkan kewirausahaan sehingga
penyerapan tenaga kerja akan terus meningkat dan pengangguran harus diturunkan.
Sebagai tambahan, tingkat pengangguran yang berada pada level 7,14% bisa diturunkan
setidaknya sampai tahun 2014 menjadi 5%. Selain itu, dengan berwirausaha, angka
kemiskinan juga berpotensi menurun dari 13% ke angka 8%.1[7] Oleh karena itu,
melihat optimisme tersebut, diharapkan bisa terus memotivasi kita untuk terus
meningkatkan wirausaha dan membuat inovasi baru. Dengan tingkat wirausaha yang
tinggi dan di dukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hal yang tidak
mungkin perekonomian Indonesia akan terus tumbuh.
Wirausaha yang tumbuh sejak 200 tahun yang lalu ini menjadi salah satu faktor
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1911 dan pencetusnya sendiri adalah Schumpeter.
Setiap manusia mempunyai naluri untuk bertahan hidup. Selain dengan bekerja sebagai
intansi pemerintah maupun swasta, seseorang yang mempunyai pemikiran mandiri dan
kreatif akan berusaha untuk membangun kehidupan di atas usahanya sendiri, dalam hal
ini berarti berwirausaha. Dengan berwirausaha, selain memiliki keuntungan yang masuk
ke kantong pribadi, wirausahawan juga membantu peningkatan ekonomi negara.

1
Berikut adalah gagasan Schumpeter mengenai hubungan antara wirausaha dan
peningkatan ekonomi negara:
1. Dengan adanya inovasi baru, tentu saja wirausaha akan terus melahirkan produk baru
dan juga kualitas yang baru. Hal ini menurut saya juga dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi. Semakin maju teknologi, inovasi baru pun akan semakin membantu manusia
untuk menjalani hidup. Misalnya saja adalah wirausaha makanan dengan bentuk yang
unik. Usaha tersebut dibilang sukses karena
2. Selain produk dan kualitas yang baru, wirausaha juga memperkenalkan metode baru
yang pasti lebih baik dari sebelumnya. Pengalaman kerja dan hasil kajian ilmiah akan
memberikan pendorong untuk menghasilkan metode yang lebih efisien dan tentunya
akan semakin membuka lapangan kerja baru
3. Dalam memproduksi sesuatu, tentu saja sasarannya adalah pasar. Seorang wirausaha
akan memiliki target usahanya sendiri. Apakah dia akan memproduksi barang tersebut
untuk di pasarkan di wilayahnya atau di luar wilayahnya. Dengan demikian wirausaha
juga akan membuka pasar baru baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
4. Wirausaha menggali sumber pasokan bahan baku baru dari industri setengah jadi
maupun industri akhir.
5. Wirausaha akan menjalankan organisasi baru yang juga memberikan kesempatan
kerja yang baru.
Dalam kelima gagasan Schumpeter tersebut, produktivitas menjadi ciri khas dari suatu
wirausaha. Oleh karena itu, produktivitas tersebut mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi nasional akan memberikan kesempatan
berusaha, namun inflasi yang berpengaruh pada upah kerja pun akan menjadi hambatan
tersendiri. Di sisi lain, ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja akan menaikkan upah
tenaga kerja.
Menurut Davidsson dan Kirzner, wirausaha merupakan perilaku kompetitif yang
mendorong pasar, bukan hanya menciptakan pasar baru, tetapi menciptakan inovasi
baru ke dalam pasar, sekaligus sebagai kontribusi nyata dari wirausaha sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi. Dengan menciptakan inovasi baru, perubahan dan persaingan,
wirausaha mampu memberikan suatu kontribusi terhadap dinamika perekonomian
nasional. Jadi, dalam waktu yang lama, keberadaan wirausaha dengan produktivitas
yang tinggi akan menjadi elemen yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Jovanovic dan Audretsch, hubungan antara wirausaha dan pertumbuhan
ekonomi bisa menciptakan evolusi industri atau evolusi ekonomi. Sejauh ini, kita bisa
menyebut wirausaha sebagai agen perubahan dengan membawa inovasi baru dan
merangsang pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan persaingan perusahaan.
Dalam merumuskan hubungan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi, Wennejers
dan Thurik (1999) membangun suatu kerangka operasional penelitian. Kerangka
tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dalam wirausaha dari level apa pun mempunyai
dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak banyak model yang dapat membutikan
kaitan wirausaha dengan pertumbuhan ekonomi, namun, terinspirasi dari model
pertumbuhan endogen yang dikembangkan oleh Romer (1986) Schmitz (1989)
menciptakan suatu konsep model pertumbuhan ekonomi yang bersifat teoritis. Ternyata,
model teoritis Sxhmitz mampu memperlihatkan penignkatan kewirausahaan yang
menghasilkan input bagi perekonomian.2[8]

Kendala yang ditemukan dalam merumuskan peningkatan ekonomi oleh kewirausahaan


adalah kurangnya data kewirausahaan tingkat nasional. Oleh sebab itu, tingkat aktivitas
kewirausahaan dijadikan tolak ukur para peneliti melalui indikator mikro seperti
lapangan kerja, jumlah pekerja, jumlah perusaaan, dan tingkat urbanisasi. Namun,
teknologi juga menjadi perhatian utama, seperti dalam model pertumbuhan ekonomi
neo klasik dan pertumbuhan endogen dimana teknologi khususnya teknologi inovasi
menjadi pemicu pertumbahan melalui penignkatan produktivitas dan teknologi. Berkat
usaha Audretsch dan Thurik (2000), sebuah model persamaan tunggal diciptakan untuk
membuktikan bahwa peningkatan produktivitas kewirausahaan berhasil menurunkan
tingkat pengangguran.
Untuk mengetahui tingkat aktivitas kewirausahaan yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi khususnya pada level makro, Wong dan Autio (2005) memberikan enam
hipotesis umum sebagai berikut:
1. Negara dengant tingkat inovasi yang tinggi akan mempunyai pertumbuhan ekonomi
yang cepat pula. Seperti Indonesia yang terkenal dengan inovasi makanannya yang

2
berhasil menciptakan lapangan kerja baru, seperti usaha inovasi abon ikan gabus dari
Garut dan mie ubi jalar yang diciptakan mahasiswa FMIPA Universitas Yogyakarta.
Dengan tingkat inovasi yang tinggi, suatu negara secara langsung akan membuka
peluang khususnya untuk pasar tenaga kerja.
2. Total aktivitas kewirausahaan juga menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan
ekonomi. Dengan berjalannya proses seperti produksi dan distribusi, wirausahawan
akan memberikan peningkatan berupa pajak penghasilan kepada negara.
3. Selain total aktivitas, hipotesis berikutnya adalah peluang total aktivitas suatu negara
yang berada pada level tinggi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
4. Hipotesis selanjutnya adalah negara dengan kebutuhan total aktivitas kewirausahaan
yang rendah akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan
dengan negara yang kebutuhan total aktivitas kewirausahaannya tinggi.
5. Hipotesis terakhir adalah potensi total aktivitas kewirausahaan. Bila suatu negara
memiliki potensi yang lebih tinggi, maka pertumbuhan ekonomi nya pun akan lebih
cepat.
Hipotesis tersebut dinilai relaistis melihat keadaan perekonomian Indonesia yang sedikit
demi sedikit mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya usaha-usaha mandiri
dari rakyat. Berbagai macam perusahaan kecil maupun menengah mulai tumbuh dan
membantu Indonesia dalam membangun pundi-pundi ekonominya.
Untuk memperhitungkan perubahan pertumbuhan ekonomi yang di akibatkan oleh
aktivitas kewirausahaan dibutuhkan identifikasi terhadap variabel-variabel eksogen.
Dalam aktivitas kewirausahaan, baik itu dalam konteks mikro dan makro, teori ekonomi
menjadi syarat yang mutlak terhadap pembangunan model hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan aktivitas kewirausahaan. Dibutuhkannya teori ekonomi
makro dan mikro di karenakan aktivitas kewirausahaan bukanlah satu-satunya variabel
pertumbuhan ekonomi. Salah satu elemen penting dalam kewirausahaan adalah aktivitas
inovasi, menurut Dejardin, aktivitas inovasi terdiri dari pilihan kerja, upah relatif, dan
proyek pembangunan sosial, baik yang produktif maupun yang tidak produktif.
Kita mungkin bingung tentang apa yang sebenarnya menjadi faktor penyebab wirausaha
yang meningkatkan perekonomian nasional. Lalu apa saja yang di sumbangkan
wirausaha terhadap perekonomian? Yang pertama adalah dampaknya terhadap tingkat
lokal seperti kota, kabupaten maupun propinsi. Untuk mengidentifikasinya, dampak
terhadap tingkat lokal dapat di lihat melalui penelitian dasar maupun kebijakan publik.
Selanjutnya, kita belum tahu input seperti apa saja yang bisa dijadikan patokan
penignkatan aktivitas kewirausahaan. Namun secara Empiris, input-input tersebut bisa
saja berupa interaksi sosial, motivasi seseorang untuk berwirausaha maupun dukungan
pemerintah dalam mengembangkan wirausaha.
Dalam menjelaskan kinerja ekonomi regional, Modal kewirausahaan dijadikan variabel
independen yang menjelaskan kinerja ekonomi regional. Audretsch dan Keilbach
merupakan tokoh yang berhasil membuktikan bahwa kewirausahaan mampu
memberikan dampak positif pada kinerja ekonomi regional. Dalam suatu wilayah yang
mempunyai tingkat kedapatan penduduk yang tinggi, kewirausahaan akan memiliki
kemajuan yang baik karena kewirausahaan berperan dalam menciptakan inovasi baru,
produk baru maupun teknologi baru sehingga dengan kepadatan penduduk, tingkat
pengangguran pun akan menurun. Hal tersebut di sebabkan oleh tingkat industri yang
akan terus tumbuh di tengah kepadatan penduduk.
Di amerika serikat, kewirausahaan sangatlah berdampak terhadap perekonomiannya,
pajak yang rendah, regulasi yang tidak ketat dan perlindungan hak cipta swasta menjadi
penyebabnya. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika kegiatan produktif sektor
swasta di tingkatkan, dalam artian, aktivitas kewirausahaan juga akan meningkat.
Kecepatan inovasi dan peningkatan produktivitas harus ditempatkan sebagai alat untuk
menhadapi pasar terbuka oleh perusahaan. Para wirausaha di Amerika berani
mengambil resiko dalam menghadapi pasar global karena menurut Drozdiak, Di pasar
global yang kompetitif, bangsa yang melupakan kontribusi wirausaha pada perubahan
teknologi, produktivitas, efisiensi sumber daya, dan pertumbuhan ekonomi,
pembangunannya berpotensi high cost. Selain Amerika, China juga di kenal sebagai
negara dengan tingkat wirausaha yang tinggi. Pada sejarahnya, kewirausahaan di China
hanya di gunakan untuk menuntaskan masalah pengangguran dan keimiskinan, namun
karena kesuksesannya, kewirausahaan di China menjadi sebuah kebijakan khusus.
Wirausaha dinilai lebih efisien dalam meningkatkan perekonomian, oleh karena itu
China memutuskan untuk memberikan kebebasan bagi penduduk untuk memulai usaha.
Hal tersebut menyebabkan standar kehidupan di China lebih tinggi.
Keberhasilan China dalam mengelola kewirausahaan semoga menjadi sautu
pembelajaran bagi Indonesia. Hal apa saja yang kira-kira perlu di terapkan? Berikut
adalah apa saja yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengembangkan wirausaha:
1. Menegakkan hak paten dan hak cipta
2. Mendorong persaingan bebeas melalui perdagangan bebas
3. Deregulasi dan undang-undang antirust
4. Mempromosikan iklim ekonomi yang sehat melalui inisiatif anti-inflasi.
Oleh kerena itu, pemahaman pembuat kebijakan terhadap pentingnya kewirausahaan
bagi pertumbuhan ekonomi dapat diaktualisasikan melalui kebijakan-kebijakannya
dalam program permodalan, target-target subsidi usaha kecil, dan penumbuhan usaha-
usaha baru (Hall, 2006).
Menurut analisis Leeson dan Boettke, hubungan aktivitas kewirausahaan dengan kinerja
ekonomi harus di pahami dengan adanya pertimbangan mengenai tingkat
kewirausahaan di negara-negara berkembang. Investasi di bidang teknologi produktif
yang merupakan inti produktivitas kewirausahaan akan menghasilkan tingkat
pembangunan ekonomi yang impresif. Seharusnya para ekonom mulai memikirkan dan
mempertimbangkan variabel-variabel eksogen dari aktivitas kewirausahaan sebagai
dampak dari pertumbuhan ekonomi.
3.2 Wirausaha di Indonesia
Salah satu kendala bagi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas, mungkin adalah daya
saing industri manufaktur. Hal tersebut di sebabkan oleh kendala infrastruktur dan
ketergantungan Indonesia terhadap bahan dan barang modal dari luar. Walaupun
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, jika tidak didudkung dengan sumber
daya manusia yang di kelola dengan baik. Sumber daya alam Indonesia tidak kurang
hanyalah sumber ekslporasi berlebihan. Bukan hal yang aneh lagi jika sumber daya
alam Indonesia hanya untuk di ekspor sebagai bahan mentah ke negara-negara di Asia
khususnya China. Kemudian hal yang lebih aneh lagi, karena China mempunyai industri
manufaktur yang baik, mereka mengolah bahan mentah dari Indonesia untuk dijadikan
barang baru yang kemudian di ekspor kembali ke Indonesia sebagai bahan jadi. Hal ini
tentu saja merugikan Indonesia. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto
menyatakan bahwa Indonesia sebaiknya memiliki Industri nilai tambah untuk
mengelola sumber daya alam. Untuk mendukung gerakan tersebut, pemerintah
meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025.
Menurut Sulisto, pertumbuhan sektor manufaktur sangat tergantung pada tenaga kerja.
Untuk meningkatkan proses industri manufaktur, di perlukan upaya yang serius dari
pemerintah, perusahaan dan serikat tenaga kerja. Kendala yang di hadapi dalam
merealisasikannya antaralain karena relatif murahnya tenaga kerja indonesia, serta
kualitas dan produktivitasnya yang masih dibilang rendah. Jika di bandingkan dengan
negara Asia lain contohnya Thailand, mereka mempunyai tenaga kerja yang lebih ahli
karena diberikan pelatihan eksklusif oleh pihak pemerintah. Tidak heran jika Indonesia
kalah saing dalam bidang tenaga kerja.
Selain kurangnya produktivitas tenaga kerja Indonesia, peran pemerintah dalam
mendukung kinerjanya pun patut di perhatikan, Sulisto mengungkapka bahwa Indonesia
belum bisa memberikan imbalan yang sepadan terhadap tenaga kerja kita sehingga
kebanyakan tenaga kerja kita tidak mau bekerja di tanah air dan lebih memilih merantau
ke luar negeri. Selain itu, Indonesia juga dinilai tidak pro-bisnis karena sistem regulasi
nya yang kurang. Dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja, pemerintah sudah mulai
berupaya untuk menangani hal tersebut dengan meningkatkan mutu pendidikan di
SMK.
Jika permasalahan tenaga kerja masih menjadi momok penghambat majunya
perekonomian Indonesia lalu bagaimana dengan perkembangan industri kecil dan
menengah? Indonesia sebenarnya hanya membutuhkan kebijakan yang jelas dan
konsisten terhadap UKM karena 90% lebih tenaga kerja dapat di tampung oleh UKM.
Tentu saja hal tersebut harus di dukung oleh kebijakan yang memudahkan UKM
mendapatkan modal, teknologi da sistem distribusi yang baik. Jika hal tersebut dapat di
penuhi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergerak melebihi garis ekulibrium
hanya dengan peran UKM.
Kendala-kendala yang di hadapi industri kecil menengah seperti tidak meratanya
pemberian label SNI dan proses pemasaran yang belum maksimal. Walaupun sudah
mencapai lebih dari 19%, Indonesia masih di anggap kekurangan wirausaha yang
handal dalam sektor UKM. Sebagai saran agar UKM dari berbagai level di Indonesia
meningkat, seharusnya, peran UKM tidak dapat dipisahkan dengan peran industri skala
besar. Indonesia harus bisa membangun struktur industri maupun struktur perekonomian
yang terdiri dari usaha skala besar, menengah, kecil maupun mikro secara proporsional.
Selain itu, teknologi juga merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan
industri dan perekonomian.
industri kecil juga ternyata tidak akan tumbang dalam masa krisis. Kenapa? Pertama
karena UKM tidak terikat dengan sistem global, tidak di kontrol oleh pemerintah dan
sifatnya masih mandiri dan informal. Oleh karena itu, jika terjadi krisis global maupun
nasional, dampaknya tidak akan terlalu terasa pada UKM. Namun, kemandirian UKM
tersebut sebaiknya tidak bertahan terlalu lama, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
dukungan pemrintah sangat di butuhlan guna menguatkan posisi UKM sebagai salah
satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional. Dukungan dan perlindungan dari
pemerintah sangat di perlukan.
Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, tahun 2011 akan dijadikan sebagai tahun
kewirausahaan. Di usahakan, wirausaha indonesia mempunyai daya saing di pasar
global. ekspor dan kemampuan investasi swasta menjadi kendala karena ekspor masih
di dominasi oleh pedagang lain dan investasi masih di batasi. Pemerintah akan
mendukung wirausaha yang kreatif dan inovatif sehingga dibutuhkan pensuplai barang
dan jasa yang unggul. Seperti yang sudah disebutkan bahwa wirausaha akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena wirausaha merupakan aktivitas masyarakat
dalam produksi ekonomi sekaligus menjadi penuntas pengangguran dan kemiskinan.
Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif Handito Joewono
yang memprakarsai pendirian Indonesia Creative Entrepreneur Club (ICEC)
mengatakan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait telah menyediakan tiga
program, yaitu pembenihan, penempaan dan pengembangan. “Salah satunya
dimasukkannya kewirausahaan kreatif dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan bagi
mahasiswa, pelajar dan anggota masyarakat lain yang ingin membangun usaha.
Sementara kementerian terkait lainnya membantu mengembangkan usaha dan akses
pasarnya,” jelasnya.3[9]

3
Semoga apa yang di kemukakan oleh Menko Perekonomian bukanlah sekedar wacana.
Karena keberadaan wirausaha merupakan salah satu pendorong yang menjanjikan bagi
perekonomian suatu negara. Bahkan dalam sejarah, wirausahawan memberikan andil
yang signifikan bagi pendapatan negara-negara maju. Sebagai contoh, dalam sejarah,
kita tentu ingat dengan wirausahawan Jepang pada masa Restorasi Meiji, Kaum Parsi di
Timur Tengah, wirausahawan Protestan di Barat dan di Cina. Dengan adanya
wirausahawan yang melimpah, keberadaan kaum feodalis dan masyarakat birokratis
akan berkurang. Dengan ini, daya saing bangsa akan meningkat pada masa yang akan
datang.
Upaya untuk meningkatkan atau setidaknya memotivasi generasi muda untuk
berwirausaha, pemerintah mengupayakan masuknya kurikulum pendidikan dan
pelatihan bagi pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum untuk mempelajari apa itu
wirausaha. Namun, sampai saat ini, kebanyakan fresh graduate ternyata lebih memilih
menjadi karyawan ketimbah membuka usaha sendiri. Ada tiga alasan mengapa hal ini
bisa terjadi, 4[10]
Pertama, tentu saja karena kekurang-seriusan pemerintah dalam mendukung kelahiran
para wirausahawan muda. Walaupun sering dikatakan modal bukanlah faktor terpenting
bagi wirausahawan, tapi tanpa modal finansial mustahil seseorang akan mampu
berwirausaha. Sementara, dunia perbankan memberlakukan persyaratan yang sangat
sulit bagi para fresh graduate memperoleh pinjaman di bank.
Kedua, sulitnya mendapatkan perijinan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk
memperoleh legalitas bagi dunia usaha bukanlah hal yang mudah. Selain faktor lamanya
waktu, biaya ‘non formal’ yang harus dikeluarkan untuk ‘uang saku’ para pejabat
pemberi ijin tidaklah kecil bagi para calon wirausahawan ini.
Ketiga, meski kurikulum kewirausahaan telah diperkenalkan sejak beberapa tahun
silam, namun jiwa wirausaha tak jua tumbuh di kalangan generasi sekolahan. Hal ini
karena kesalahan-tafsir para pengelola pendidikan di dalam memaknai pendidikan
kewirausahaan. Selama ini, para pendidik beranggapan bahwa pendidikan
kewirausahaan adalah mengajarkan ketrampilan-ketrampilan membuat berbagai macam
barang produksi. Atau, mengajarkan pelajaran pembukuan. Tidak lebih dari itu.

4
Jadi, bisa disimpulkan bahwa dalam mempelajari kewirausahaan, teori tidaklah cukup,
yang paling utama adalah praktek, karena dengan praktek, kita akan mengetahui
bagaimana strategi yang bagus dalam berwirausaha, seperti strategi produksi, distribusi
dan target pemasaran. Persoalan wirausaha bukan saja mengenai ketrampilan, tetapi
yang terpenting adalah dimilikinya mental wirausaha ini.
Pendidikan merupakan kunci utama dalam kemajuan suatu negara, begitupun dengat
tingkat ekonominya. Namun bagaimana bila pendidikan itu sendiri misalnya tidak
mendukung adanya wirausaha. Pemerintah sendiri masih kurang dalam mendorong
semangat kerja masyarakat. Hal itu terlihat dengan adanya kebijakan-kebijakan yang
tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
Menurut Thomas Zimmerer dalam bukunya, ada 8 faktor pendorong pertumbuhan
kewirausahaan antara lain sebagai berikut:
1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan.
2. Pendidikan Kewirausahaan.
3. Faktor ekonomi dan Kependudukan.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
5. Kemajuan Teknologi.
6. Gaya Hidup Bebas.
7. E-Commerce dan The World-Wide-Web
8. Peluang Internasional.

Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan suatu masalah yang menjadi


perhatian pada setiap negara diseluruh dunia. Akan tetapi hingga kini solusi yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan ini masih belum ditemukan. Tentunya masih segar
didalam ingatan kita bagaimana Negara sebesar Amerika mengalami goncangan
perkekonomian yang berakibat pula terhadap kestabilan perekonomian dunia.
Sebagian besar kewirausahan di Indonesia adalah kelompok kewirausahaan yang
didasarkan atas kebutuhan untuk hidup (necessity entrepreneurship) bukan kelompok
kewirausahaan atas dasar merespons peluang (opportunity entrepreneurship).
Berdasarkan survei yang dimuat dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor
(GEM) tahun 2006, diperoleh data bahwa jumlah wirausaha di Indonesia adalah sebesar
19,3% dari jumlah total penduduk dewasa. Jumlah yang cukup besar bagi suatu negara
berkembang dan sangat fantastis karena minimal hanya dibutuhkan 2% saja dari suatu
penduduk Negara agar Negara itu berkembang. tetapi sebagian besar wirausaha kita
adalah mereka yang tergolong sebagai kelompok necessity entrepreneurship. Hal ini
disebabkan sebagian besar usaha mereka (termasuk dalam bidang pertanian) adalah
usaha yang dikelola secara asal-asalan, sekadar bisa bertahan hidup dan informal
sifatnya. Dalam laporan GEM, sebagai akibatnya, Indonesia diposisikan sebagai negara
dengan kondisi jumlah wirausaha yang besar tapi dengan pendapatan per kapita yang
tergolong kecil. Terhitung Pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB
nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 1.786,22 triliun pendapatan ini
masih terbilang rendah dengan Negara lain yang memiliki presentase wirausaha lebih
kecil dari Indonesia.
Keadaan seperti ini sangat di sayangkan, Indonesia mempunyai potensi yang sangat
besar untuk menjadi Negara yang makmur karena salah satu faktornya sudah terpenuhi
dan dengan jumlah yang sangat besar di banding Negara yang lain yaitu 19%. Mungkin
untuk pemerintah Indonesia cobalah Memberi kebebasan pengembangan kewirausahaan
untuk mewujudkan peluang menjadi usaha yang mempunyai keunggulan kompetitif
agar kita bias memaksimalkan hasil untuk pembanguna ekonomi di Indonesia.

Alasan Berwirausaha

Di indonesia sampai saat ini masih banyak kita lihat orang baru mencoba memasuki
dunia wirausaha setelah dia ditolak bekerja pada beberapa instansi pemerintah, tidak
diterima di perusahaan yang diidam-idamkan, atau sudah bekerja pada sebuah instansi
kemudian baru keluar dan mulai merintis usaha pada saat mendekati usia pensiun.
Sehingga bisa dikatakan wirausaha menjadi alternatif terakhir setelah gagal menjadi
Pegawai swasta ataupun pegawai negeri bahkan baru akan berpikir menjadi wirausaha
setelah mau pensiun atau mendapat phk. Memang untuk memulai berwirausaha
seseorang harus memiliki keberanian dan tekad yang kuat karena dalam berwirausaha
seseorang seringkali menemui banyak halangan dan ketidakpastian yang tidak ditemui
pada saat seseorang menjadi pegawai. Karenanya seorang wirausaha juga harus
memiliki semangat dan komitmen yang tinggi dan mau bersusah payah di awal usaha
untuk dapat menui kebahagiaan diakhir.
Apabila berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan yang “berat” mengapa anda harus
tetap berfikir untuk menjadi seorang wirausaha? Mudah saja jawabannya karena dibalik
kesusahan dan tantangan yang berat dalam berusaha PASTI ada sesuatu yang besar yang
akan dapat anda peroleh. Seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi dimana ada banyak
alasan yang membuat anda menahan diri menjadi seorang wirausaha tapi sisi lainnya
ada pula lebih banyak alasan mengapa menjadi seorang wirausaha bisa menjadi pilihan
yang tepat bagi anda selain karena sudah terdesak.

Ada beberapa alasan mengapa menjadi seorang wirausaha menjadi sebuah pilihan yang
perlu anda pertimbangkan:
1. Wirausahawan sebagai Pahlawan
Bagaimana tidak seorang wirausahawan dikatakan sebagai pahlawan, karena dengan
menjadi seorang wirausaha kita anda paling tidak dapat memberikan lapangan pekerjaan
kepada paling tidak satu orang. Hal lainnya adalah wirausahawan juga membantu
masalah negara untuk mengurangi tingkat pengangguran, pemerataan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan yang masih menjadi masalah pelik di negara kita.

2. Bebas secara keuangan


Bila anda menjadi pegawai baik itu pegawai swasta atau pegawai negeri ada pasti ada
batas maksimal dalam memperoleh penghasilan. Lihat saja pegawai negeri dengan
golongan tertinggi tetap memiliki aturan-aturan gaji pokok dan beberapa tunjangan serta
fasilitasnya. Walaupun seorang pegawai dapat menghasilkan laba milyaran rupiah bagi
suatu perusahaan, kenaikan gajinya tidak akan sebanding dengan kenaikan laba
perusahaan yang diperoleh. Selain itu kenaikan gaji terkadang tidak bisa mengimbangi
kenaikan harga-harga kebutuhan hidup yang makin meningkat pesat. Selain itu meski
kita memiliki prestasi yang baik jika pendidikan kita tidak cukup tinggi maka akan sulit
untuk mendapatkan gaji yang tinggi. Seorang Wirausaha bisa menentukan besarnya
pendapannya yang sampai secara tak terbatas. Banyak orang bekerja pada orang lain
hanya sebagai loncatan untuk mencari modal usaha dan modal relasi. Meski telah
mendapatkan fasilitas yang bagus di perusaaan tidak jarang seorang dengan jiwa
wirausaha keluar dan mengembangkan usaha sendiri dengan modal pengalaman
bekerja.

3. Bebas dalam mengelola Waktu


Dengan mempunyai usaha sendiri, seorang wirausaha akan mempunyai jam kerja yang
bebas, tidak terikat jam kantor , serta bebas dari pelanggaran disiplin kantor. Apa bila
bisnis yang dijalankan sudah berjalan dengan baik tidak perlu setiap hari kita pergi ke
kantor karena bisa didelegasikan kepada orang lain. Waktu bisa dibagi untuk kegiatan
bisnis yang lain atau aktifitas lain. Meski wirausaha memerlukan disiplin yang tinggi
tetapi dengan memiliki usaha sendiri kita bisa mengatur waktu sesuai kebutuhan kita
sendiri tanpa diatur oleh orang lain. Karenanya sering kita dengar wirausaha orang yang
bebas mengelola waktunya.

4. Memiliki Peluang untuk Mengendalikan Nasib Anda Sendiri


Memiliki suatu usaha memberikan kebebasan dan peluang pada wirausahawan untuk
mencapai sasaran yang mereka anggap penting. Sepertinya seorang wirausaha ingin
menggunakan usaha yang dimilikinya untuk mewujudkan keinginan dalam hidupnya.
Wirausaha meraih kepuasan pribadi dengan menyadari bahwa mereka sendirilah daya
dorong di balik bisnis mereka.
5. Kesempatan Melakukan Perubahan
Semakin banyak wirausaha yang memulai usahanya karena mereka melihat kesempatan
untuk membuat perubahan yang menurut mereka penting. Mungkin berupa keinginan
menyediakan perumahan yang murah dan layak untuk keluarga miskin, atau mendirikan
program daur ulang untuk melestarikan sumberdaya alam yang terbatas. Para wirausaha
kini menemukan cara-cara untuk mengkombinasikan keprihatinan mereka terhadapa
masalah sosial dengan keinginan menjalani hidup lebih baik.

6. Peluang untuk Menggunakan Potensi Sepenuhnya


Terlalu banyak orang yang mendapatkan bawa pekerjaan mereka membosankan, tidak
menantang, dan tidak menarik. Tetapi pada seorang wirausaha kebanyakan mereka tidak
merasa berbeda antara bekerja dan bermain. Kondisi ini akan memacu wirausaha untuk
bekerja secara maksimal dan mengeluarkan kemampuan yang terbaik yang mereka
miliki untuk dapat mempertahankan usaha yang di milikinya.
7. Memiliki Peluang untuk Melakukan Apa yang Anda Suka
Yang umum dirasakan oleh para wirausaha adalah kegiatan kerja yang mereka lakukan
sesungguhnya bukanlah kerja. Kebanyakan wirausaha yang berhasil memilih masuk
dalam bisnis tertentu, dikarenakan mereka tertarik dan menyukai pekerjaan tersebut.
Wirauasaha membuat kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka sangat
senang melakukannya. Dalam berwirausaha yang paling perlu perlu dikembangkan
adalah motif berusaha dan bekerja keras, kesuksesan dalam berwirausaha adalah
prestasi yang ditentukan oleh diri sendiri bukan ditentukan orang lain . Motif ini
mestinya menjadi filosofi dasar seorang wirausaha. Hal kedua adalah semangat
berkompetisi secara sehat, bisnis adalah persaingan menjadi yang terbaik. Persaingan
yang ketat memerlukan kemauan dan tekad keras,serta kesanggupan berpacu dengan
keunggulan. Motif berafiliasi juga juga perlu perlu diperhatikan karena karena
wirausaha harus pandai pandai meningkatkan meningkatkan kemampuan manajerial
yang mampu menggerakkan orang lain dengan sebaik-baiknya yang dilakukan dengan
menjalin hubungan antar sesama yang yang baik. Sebenarnya setiap orang memiliki
potensi untuk jadi seorang wirausaha, tetapi lingkungan dimana seseorang itu hidup dan
bersosialisasi akan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan potensi wirausaha
tersebut.

Manfaat Kewirausahaan

Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil,


atau percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar. Sebelum
mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.
Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis
untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba memenangkan hidup mereka
dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk untuk
mewujudkan cita-citanya.
2. Memberi peluang melakukan perubahan.
Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap
peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting.
Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai, dan
mendirikan daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas,
pebisnis kini menemukan cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka
terhadap berbagai masalah ekonomi dengan sosial dengan harapan untuk menjalani
hidup yang lebih baik.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali
membosanka, kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku
bagi seorang wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara bekerja atau
menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh
wirausahawan merupakan alat untuk menyatakan aktualisasidiri. Keberhasilan mereka
adalah suatu hal yang ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka
sendiri. Memiliki usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka,
kebangkitan spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan.
Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi
kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir 75% yang
termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan wirausahawan
generasi pertama. Menurut hasil penelitian, Thomas stanley dan William Danko,
pemilik perusahaan sendiri mencapai 2/3dari jutawan Amerika serika. “Orang-orang
yang bekerja memiliki perusahaan sendiri empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan
daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakan dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya.
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling
merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan
yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam bertahun-tahun.
Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan setempat serta
kesadaran bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan
ekonomi nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer perusaan kecil.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan
rasa senang dalam mengerjakan.
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah
bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan
kewierausahawan yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab mereka
tertarik dan mrenyukai pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau kegemaran
mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka senang bahwa mereka melakukannya.
Wirausahawan harus mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan
dirikan usaha yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah terpaksa harus bekerja
sehari pun dalam hidup anda” Hal ini yang menjadi penghargaan terbesar bagi
pebisnis/wirausahawan bukan tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau
perjalanannya.
Manfaat yang akan diperoleh jika menjadi seorang wirausaha5[14] antara lain
sebagai berikut:
1. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
b. Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, dan punya kepribadian unggul
yang pantas diteladani.
c. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun, dan
jujur dalam menghadapi pekerjaan.
d. Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisian, tidak berfoya-foya, dan tidak
boros.

5
e. Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
f. Pelaksana pembangunan bangsa dan negara.
g. Meningkatkan kepribadian dan martabat/harga diri.
h. Memajukan keuangan.
i. Melaksanakan persaingan yang sehat dan wajar.

Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut diatas jelas bahwa


menjadi usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh
jika seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau menjadi pekerja bagi
para pemilik perusahaan.
Peluang Untuk Entrepreneur

Gambar: 3.1 Peluang entrepreneur

Globalisasi Bisnis Menciptakan Peluang Bagi Pengusaha:


a. Dapat memasarkan produk nya ke luar negeri .
b. Menjalin kerjasama dg pengusaha lain di luar negeri.
c. Pendikan kewiraswastaan terus berkembang.
d. Kewiraswastaan menjadi kuriulum di perguruan tinggi.
e. Kursus kewiraswastaan muncul dalam berbagai pola.
f. Teknologi I. membantu peng-usaha untuk bekerja dengan cepat dan efisien.
g. Memberikan pelayanan konsumen yang seutuhnya.
h. Meningkatkan citra profesional.
i. Kecenderungan demografi dan perek. mencptakan peluang bagi pengusaha utk
memasarkan produk dan jasa mereka.
Peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, karena ;
a. Usaha kecil dapat memperkokoh pereko-nomian nasional melalui berbagai
keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan
pemasar bagi hasil produk-produk industri besar.
b. Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap
sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal,
dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang
tangguh.
c. Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat
pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan, karena jumlahnya tersebar
baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Peranan Kewirausahaan

Menurut Setyanto P. Santosa (Dosen FE Unpad dan Komisaris PT. Indosat Tbk.),
kewirausahaan sosial memiliki peran dalam pembangunan ekonomi karena ternyata
mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut.
1. Kesempatan Kerja.
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari kewirausahaan sosial di berbagai negara adalah
penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat secara signifikan. Penelitian yang
dilakukan oleh John Hopkins University pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan
bahwa tenaga kerja yang bekerja disektor ini berkisar antara 1-7 persen. Selain itu
memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat untuk dilibatkan dalam
kegiatan produktif. Keberhasilan Muhammad Yunus antara lain adalah kemampuannya
untuk memberdayakan enam juta orang wanita menjadi kekuatan yang produktif secara
ekonomi, membentuk phone-lady yang tersebar didesa-desa dan memberdayakan ribuan
pengemis untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif.
2. Inovasi dan Kreasi.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak tertangani oleh
pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social Entrepereneurship seperti misalnya :
penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali
standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu
kaku mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk
mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi.

3. Modal Sosial.
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat
diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang
paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan)
dan budaya kerjasama (a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial.
Keberhasilan negara Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship
dan etika kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan
industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa permasalahan
yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai.
Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin meningkat
sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik, aspek keuangan dan sumber daya
manusia.

4. Peningkatan Kesetaraan.
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan
pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui kewirausahaan sosial tujuan
tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya
memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya akan tergerak pula
untuk memikirkan pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari
manfaat ini. Demikian pula upaya J.B.Schramm dari Amerika Serikat yang telah
membiayai ribuan pelajar dari keluarga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikannya
di perguruan tinggi.

a. Peran kewirausahaan adalah sebagai motor penggerak pembangunan nasional adalah


sebagai berikut :
 Wirausaha berusaha mengurangi pengangguran

 Wirausaha berusaha mengurangi ketegangan sosial

 Wirausaha berusaha meningkatkan taraf hidup anggota dan masyarakat


lingkunganya

 Wirausaha berusaha memajukan perekonomian bangsa dan negara

 Wirausaha berusaha memperkecil sifat ketergantungan terhadap bantuan luar


negeri

 Wirausaha berusaha memenuhi segala macam kebutuhan masyarakat terhadap


produk dan adanya jasa

b. Peranan Wirausaha dalam dunia usaha yang ada di Indonesia.


Secara garis besar peranan wirausaha dalam dunia usaha yang ada di Indonesia
adalah sbb :
5. Menciptakan lapangan kerja.
6. Mengurangi pengangguran.
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
8. Mengkombinasikan factor – factor produksi (alam. Tenaga kerja, modal dan
keahlian).
9. Meningkatkan produktivitas.

Sebagai contoh, seorang desainer pakaian tidak akan bekerja sendiri dalam
mengembangkan usahanya. Ia akan membutuhkan orang – orang yang akan
membantunya dalam menjalankan kegiatannya, seperti membuat pola, menjahit,
mengerjakan detail pakaian serta aktivitas lainnya. Artinya , usaha yang dijalankannya
akan menyerap banyak tenaga kerja dan otomatis dapat mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia, hal ini akan memberikan kontribusi yang baik dalam
pengembangan perekonomian di negara kita.
Peranan kewirausahaan dalam perekonomian

kegiatan kewirausahaan dapat di lakukan dalam bidang pendidikan, karier, jabatan, dan
dalam perekonomian. kewirausahaan dalam perekonomian, adalah setiap usaha yang
berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan manusia. usaha pemenuhan
kebutuahan ekonomi ini memerlukan aktivitas dalam bidang perekonomian, separti
peningkatan pengetahuan berusaha dan mengembangkan modal. aktivitas perekonomian
yang dapat diarahkan dapat menhasilkan pendapatan, untuk memenuhi kebutuhan
konsumtif pengusaha dan keluarganya ataupun dengan orang orang lain, misalnya
karyawannya maupun orang orang di sekitarnya.
untuk mencapai keberhasilan dalam aktifitas perekonomian, di perlukan kualitas
peribadi yang kuat dan mantap dalam berusaha. para pengusaha memerlukan sikap dan
kemauan yang kuat untuk berkerja, demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi pribadi
dan masyarakat. di samping itu harus memiliki semangat berpetualang, bebrani yang
ada, baik material financial maupun personal.
kegiatan ekonomi dalam bidang ekonomi,bergerak dan bernaung dalam lembaga
lembaga ekonomi yang berupa perusahaan maupun perseroan, yang bergerak dalam
bidang produksi jasa dan pelayanan.

Peran Wirausaha dalam Suatu Negara

1. Peranan Wirausaha dalam Perekonomian Nasional


Seorang ahli bernama J. Schumpeter menekankan pentingnya peranan wirausahawan
dalam kegiatan ekonomi suatu negara, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Menurutnya, para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus
membuat pembaruan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.
Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi
efisiensi dalam memproduksi suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran
yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, dan mengadakan
perubahan dalam organisasi. Peranan wirausahawan sangat dibutuhkan oleh suatu
Negara karena ikut pula menentukan keberhasilan pembangunan nasional.

Adapun peranan wirausahawan adalah sebagai berikut:


a. Ikut meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara.
b. Ikut memajukan ekonomi bangsa dan negara.
c. Ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat.
d. Ikut mengurangi atau mengatasi pengangguran.
e. Ikut mengatasi ketegangan sosial.
f. Ikut meningkatkan perdagangan domestik (dalam negeri) maupun
perdagangan internasional.
g. Ikut meningkatkan devisa negara.
h. Ikut meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya modal.

Seorang wirausahawan bisa di katakan sebagai tiang negara? Mengapa? Lihat saja
ketika krisis ekonomi hebat yang melanda Indonesia tahun 1998. Usaha yang mampu
bertahan adalah usaha kecil menengah, mereka mampu survive tidak seperti
kebanyakan perusahaan besar yang ternyata lebih rentan terhadap krisis. Apa
sesungguhnya peran entreprenuer dalam perekonomian sebuah negara?

1. Pemutar gerak roda ekonomi. Dengan menjadi seorang wirausahawan, maka


roda perekonomian akan terasa lebih bergerak. Seorang wirausahawan akan
berusaha menciptakan produk atau jasa yang bisa di terima konsumen.
Wirausahawan bisa menggaji karyawan yang membantunya. Karyawan tersebut
kemudian mempunyai pendapatan untuk keluarganya, sehingga keluarganya bisa
memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Pembuka atau penyedia lapangan kerja. Seorang wirausahawan bisa


menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat. Seperti kita tahu, lapangan kerja
di Indonesia tidak sebanding dengan pencari kerja, namun tidak di pungkiri
banyak lowongan yang tersedia namun pelamar tidak memenuhi kualifikasi
yang di harapkan. Saya pernah membaca bahwa setiap tahun ada sekitar 200
ribu orang sarjana dan selalu bertambah. Namun mestinya seorang sarjana itu
dimana memperoleh pendidikan yang lebih tinggi tidak berorientasi menjadi
karyawan, namun bisa menjadi solusi dengan menyediakan lapangan pekerjaan
minimal untuk dirinya sendiri. Para sarjana harus mencoba untuk merubah
mindset dimana masih menjadi stereotip dimasyarakat semakin tinggi
pendidikan, semakin berpeluang untuk bekerja di perusahaan besar dan di bayar
tinggi.

3. Pembayar pajak sebagai sumber pemasukan APBN/APBD. Wirausahawan


juga mempunyai peran lain yaitu sebagai salah satu sumber pemasukan
pemerintah baik pusat maupun daerah. Namun sayang Indonesia masih di kenal
sebagai negara dengan biaya ekonomi tinggi, meskipun iklim wirausaha di
Indonesia sudah cukup baik. Wirausahawan membayar berbagai macam pajak
seperti pajak penjualan dll, sehingga jika pemerintah serius ingin meningkatkan
penerimaan di sektor pajak, maka hendaknya mempermudah wirausahawan
dalam menjalankan usahanya dan juga memihak pada mereka tidak semata-mata
mereka yang mempunyai modal besar saja.

4. Penghasil devisa dari produk ekspor yang akan memperkuat cadangan


devisa. Banyak wirausahawan Indonesia yang mampu menembus pasar
mancanegara. Hal ini merupakan modal yang baik karena selain mengharumkan
nama Indonesia, juga sebagai penghasil devisa yang akan memperkuat cadangan
devisa. Pemerintah hendaknya membuka akses seluas-luasnya dan juga
mempermudah perizinan agar produk kita bisa go Internasional. Banyak pangsa
pasar yang bisa kita kembangkan seperti pasar ASEAN, Asia Pasifik dan dunia.
Saat ini Indonesia saat ini di untungkan sebagai negara dengan pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik di tengah lesunya perekonomian negara lain terutama
di Eropa dan Amerika.

5. Menjalankan peran sebagai fungsi sosial untuk memajukkan bangsa. Para


wirausahawan dapat memajukkan bangsa melalui sumbangan-sumbangannya di
berbagai bidang seperti pendidikan, budaya, kesehatan dan lain-lain. Saat ini
banyak di kenal istilah social entreprenuer. Social entreprenuer atau
wirausahawan sosial merupakan seseorang yang mempu mengidentifikasi
problem sosial di sekitarnya seperti pendidikan, kesehatan, pengangguran dan
lain-lain untuk kemudian melalui kemampuan kewirausahaannya membantu
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Contohnya:

seorang social entreprenuer dari Bangladesh yang cukup mendunia adalah Muhammad
Yunus, dimana melalui Grammen Bank yang di bukanya berhasil memberdayakan
banyak orang dan membantu banyak orang keluar dari jerat kemiskinan terutama
kalangan ibu. Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan sosial sehingga bisa
mengatasi masalah yang masih banyak terjadi di masyarakat.

Sarjana dan kewirausahaan

Kalau kita berbicara tentang kewirausahaan, frase kuncinya adalah "mengejar


kesempatan untuk mewujudkan perbaikan". Howard Stevenson, seorang pakar teori
kewirausahaan dari Harvard Business School, membedakan antara pendekatan
administratif dan pendekatan kewirausahaan. Menurutnya, inti dari pendekatan
kewirausahaan adalah "the pursuit of opportunity without regard to resources currently
controlled." Sebagai ilustrasi, misalnya, seorang wirausahawan sanggup menciptakan
kesempatan untuk mendongkrak produktivitas dan meningkatkan kualitas produk,
meskipun terbatas sumber daya yang tersedia. Di bidang sosial, seorang wirausahawan
sanggup menciptakan kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup kelompok-
kelompok marjinal, meskipun terbatas kelembagaan sosial dan infrastruktur yang
tersedia. Jadi, misi seorang wirausahawan adalah mengejar kesempatan untuk
mewujudkan perbaikan. Perbaikan tersebut bisa di bidang ekonomi, ataupun di bidang-
bidang sosial.
Wirausahawan tidak identik dengan pelaku bisnis. Seorang wirausahawan bisa
berprofesi sebagai politikus, aktivis LSM, birokrat ataupun ilmuwan. Kalau anggaran
tersedia dalam jumlah besar, tentu banyak hal yang bisa kita lakukan. Kalau sumber
daya tersedia secara berlimpah, tentu kesempatan untuk melakukan perbaikan menjadi
luas. Tetapi, bagaimana kalau sumber daya dan anggaran sangat terbatas? Apakah ini
berarti kesempatan untuk melakukan perbaikan menjadi terbatas? Dalam situasi seperti
inilah peranan seorang wirausahawan menjadi penting. Bagi seorang wirausahawan,
keterbatasan sumber daya bukanlah kendala bagi terwujudnya perbaikanperbaikan.
Kepiawaian para wirausahawan adalah dalam mencermati kesempatan. Wirausahawan
bukan pelaku perubahan yang radikal. Namun ia mampu melihat kesempatan untuk
meraih keberhasilan dalam segala keterbatasan yang ada, dalam situasi di mana orang-
orang lain meragukan kesempatan itu. Kalau disarikan, ciri-ciri seorang wirausahawan
adalah memiliki misi perubahan dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan
perubahan tersebut, tidak terbelenggu pada sumber-sumber daya yang tersedia dan
cermat dalam melihat kesempatan perubahan dalam situasi di mana orang lain
menganggap perubahan tidak mungkin terjadi. Seorang wirausahawan tidak mungkin
berhasil hanya dengan mengandalkan misi dan komitmen yang kuat. Ia perlu memiliki
sesuatu bekal untuk mewujudkan kesempatan menjadi perubahan. Menurut hemat saya,
bekal itu adalah pengetahuan. Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan ilmu-ilmu sosial-
kemanusiaan, singkatnya ipteks, adalah sumber daya intelektual yang penting bagi
kewirausahaan. Penguasaan ipteks membuat menjadi mungkin, hal-hal yang
sebelumnya dipandang tidak mungkin atau sulit diwujudkan. Tetapi untuk membawa
ipteks ke dalam praktik kewirausahaan, diperlukan upaya untuk memfasilitasi
pembelajaran ipteks di masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
dalam pembelajaran tersebut: (1) karakteristik yang spesifik dari setiap permasalahan
praktis yang dihadapi oleh masyarakat; (2) pilihan-pilihan ipteks yang tersedia beserta
potensi-potensi perbaikan sosial/ekonomi yang ditawarkan oleh pilihan-pilihan tersebut;
dan (3) kondisi-kondisi sosial/ekonomi yang harus dipenuhi untuk mengadopsi pilihan
ipteks tertentu.
3 UNSUR-UNSUR KEWIRAAUSAHAAN

Unsur-Unsur Kewirausahaan

Ada beberapa unsur penting dalam kewirausahaan yang saling terkait satu dengan
lainnya:
1. Pengetahuan (Kognisi, Daya Nalar, Daya Pikir, Intelegensi)
Tingkat penalaran (reasoning) atau kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
seseorang dicirikan oleh daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual atau unsur
kognisi. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan hewan, bahkan
kemampuan inipulalah yang membedakan daya kreatifitas seseorang maupun bangsa
yang menyebabkan perbedaan kemakmuran dan kejayaan bangsa. Daya penalaran
merupakan kekuatan otak yang merupakan juga sumber dan awal kelahiran berbagai
kreasi dan penemuan baru. Kreasi dan penemuan baru ini menjadi ujung tombak
kemajuan bangsa. Jika otak seumpama pisau, maka ketajamannya hanya dapat diperoleh
jika sering diasah. Jika otak diumpamakan hard-disc, maka ia hanya akan memiliki
kemampuan besar jika diisi banyak masukan.

Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan daya nalar adalah bagaimana dapat
meningkatkan pengetahuan agar dapat hidup maju dan menjadi makmur. Pendidikan
adalah salah satu unsur penting dalam pengembangan pengetahuan seseorang. Makin
tinggi dan makin luas pendidikan yang diperoleh, maka makin tinggi dan luas pula
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang dapat juga berkembang dari hasil
belajar sendiri seperti: membaca, mendengar radio, menonton televisi, diskusi, dan lain
sebagainya.

2. Keterampilan (Psikomotor)

Berfikir saja, tidaklah dapat mewujudkan sesuatu. Sesuatu itu dapat diwujudkan jika ada
tindakan. Daya gerak untuk bertindak, terutama tindakan awal disebut daya inisiatif.
Daya ini dapat mencirikan seseorang apakah ia malas atau rajin. Banyak orang yang
tahu, tetapi karena tidak bertindak atau lambat bertindak, maka dia akan merugi.
Keterampilan merupakan tindakan raga terutama tangan dan kaki untuk melaksanakan
sesuatu kerja dan dari kerja tersebut baru akan terwujud hasil karya. Berbagai macam
hasil karya telah lahir dari orang-orang yang mempunyai keterampilan. Keterampilan,
sebagaimana halnya pengetahuan dapat ditingkatkan. Bebrapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan adalah sebagai berikut:

a. Rajin dan tekun melakukan latihan mengerjakan sesuatu yang ingin diterampilkan.

b. Melakukan latihan dengan teratur, tetib dan bergairah.

c. Selalu berusaha untuk dapat melakukan lebih baik lagi dari pada kemaren.

d. Selalu berusaha untuk menemukan cara kerja yang paling baik dan efisien.

e. Berusaha kuat untuk menghasilkan karya yang terbaik.

f. Harus mampu bekerja dengan “ zero mistake”.

g. Rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan.

3. Sikap Mental (Efektif)

Seseorang mungkin saja mempunyai otak yang cerdas dan keterampilan tinggi, namun
jika ia malas, lamban, tidak mempunyai keberanian, dan apalagi ceroboh, tentulah hal
itu tidak menjamin untuk dapat sukses. Sukses dapat dipakai jika pemikiran,
keteramplan dan sikap mental maju digabungkan. Sikap mental maju ini meliputi:
keteladanan, keluhuran, keberanian, penuh tanggung jawab, jujur, berjiwa besar dan
mandiri. Jika ditelusuri lebih dalam, akan se makin jelas bahwa kesuksesan seseorang,
kemajuan suatu bangsa disebabkan seseorang maupun bangsa tersebut memiliki sikap
mental maju, daya penalaran dan keterampilan yang tinggi.

4. Intuisi Atau Unsur Kewaspadaan


Sebenarnya ada faktor lain selain kecerdasan penalaran, keterampilan dan sikap mental
yang berpengaruh atas sukses seseorang, yaitu daya intuisinya. Daya intuisi adalah daya
ramal atau dikenal juga dengan feeling seseorang yang sulit digambarkan apakah itu
hasil pemikiran atau khayalan. Jika seseorang merasakan bahwa apa yang akan
dilakukan itu benar dan akan membawa keuntungan, maka sering apa yang semula
hanya dirasakan itu kemudian setelah diperjuangkan terbukti benar adanya.

Banyak usahawan yang sukses karena memiliki kewaspadaan khususnya daya intuisi
yang kuat. Daya ini memang sulit dijelaskan karena seolah-olah menyatu dengan
pikiran, jiwa dan perasaan seseorang. Karena intuisi hanyalah sesuatu yang abstrak,
maka haruslah ada tindakan untuk dapat mewujudkan apa yang dirasakan itu menjadi
kenyataan. Gabungan empat unsur itulah yang menentukan seseorang maju atau
terbelakang, kaya atau miskin, berjaya atau sengsara. Jadi tantangan terletak pada upaya
mengembangkan empat unsur tersebut secara serentak dan harmonis, sehingga mampu
membawa seseorang menjadi orang yang maju.

Prinsip Kewirausahaan

Prinsip-Prinsip kewirausahaan yang paling penting adalah Berani atau keluar


dari Rasa takut akan gagal.makna berani disini adalah tindakan dimana kita harus bisa
mengambil sikap atas peluang-peluang yang muncul dalam hidup ini terutama peluang
untuk mendirikan usaha.Seorang wirausahawan tidak mengenal tingkat pendidikan tapi
mengenal pada tingkat seseorang berani mengambil Resiko.Walaupun pendidikan itu
penting tapi perannya disini justru adalah pada tingkatan keberanian akan usaha yang
akan kita buat.Pendidikan disini berguna pada tingkat keahlian dari bidang usaha yang
akan kita dirikan tapi hal tersebut bukan lah jadi prinsip dasar dalam membangung
usaha tapi keberanian kita lah yang dapat menjadi prinsip dasar dalam membangun
usaha.
Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk berfikir
optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan,karena dengan begitu semangat
dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan usaha kita yang maju
dan terus berkembang.Juga disamping itu kita harus berfikir alternatif dimana dengan
berfikir alternatif kita menciptakan suatu Ide dan strategy dari dan atas usaha yang akan
kita lakukan untuk usaha kita.
Primsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidiek D. Machyudin, yaitu:
1. Harus optimis
2. Ambisius
3. Dapat membaca peluang pasar
4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal.
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan
yang tertunda

Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum. Ada
tujuh prinsip yang diberikan, diantaranya:
1. Passion (semangat)
2. Independent (mandiri)
3. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar)
4. Creative and innovative (kreatif dan inovatif)
5. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
6. Persistent (pantang menyerah)
7. High ethical standard (berdasar standar etika)

Jadi, apabila kedua pendapat tersebut digabungkan ada 12 prinsip dalam


berwirausaha yaitu:
1. Jangan takut gagal.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogkan dengan
impian seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya
berenang sudah bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah
lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam air (praktek
berenanga) demikian halnya untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak
terjun langsung, sehingga mengalami (berpengalaman), dan sekalilagi jangan takut
gagal sebab kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

2. Penuh semangat
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan
bukanlah tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya.
3. Kreativ dan Inovativ.
Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang
wirausaha tidak boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal.
4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko
yang satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan
adalah perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang
tingkat resikonya tinggi.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan
keytekunan. Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk
permasalahan, percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
6. Harus optimis.
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata
optimis nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga
apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan
akan sukses.
7. Abisius.
Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan harus berambisi, apapun
jenis usaha yang akan dilakukannya.

8. Pantang menyerah atau jangan putus asa.


Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun
waktunya.
9. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar.
Prinsip peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah prinsip mutlak
yang harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, maupun
internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga
dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.
10. Berbisnis dengan standar etika.
Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik tentang
standar etika yang berlaku secara universal.
11. Mandiri.
Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam
banyak hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari
pikak-pikak atau para pemangku kepentingan atas usaha kita.
12. Jujur.
Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana.
Jadi, jujur kepada pemasok dan pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan
perusahaan adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam berusaha.\
13. Peduli lingkungan.
Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga haruas
turut serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
Dan yang terakhir dalam prinsip kewirausahaan adalah membangun Relasi
dan network dengan sesama wirausahawan karena dengan begitu proses pembelajaran
dan pengetahuan akan kewirausahawan kita akan berkembang. Semakin banyaknya
network atau relasi juga akan menciptakan peluang-peluang kita dalam
mengembangkan dan mencapai usaha yang baik.usaha yang baik dan maju disini bukan
berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah kita dapatkan,karena dengan rasa puas dan
nyaman tersebut justru nantinya akan menurunkan semangat dan optimalisasi dalam kita
meningkatkan usaha kita.

Kategori Entrepreneur

1. Classic entrepreneur
Mengidentifikasi peluang bisnis dan mengalokasikan sumberdaya yang dimungkinkan
untuk memenuhi pasar
2. Serial entrepreneur
Memulai satu bisnis, menjalankan dan kemudian memulai dan menjalankan bisnis
lainnya.
3. Social entrepreneur
Memahami masalah sosial dan menggunakan prinsip bisnis untuk mengembangkan
solusi inovatif. Social entrepreneurs merupakan pioneer inovasi yang memberikan
manfaat bagi kemanusiaan.

i. Memulai Usaha Baru


1. Memilih ide bisnis
Menemukan sesuatu yang sangat disukai dan baik untuk dilaksanakan.
2. Menentukan apakah ide yang ada memenuhi kebutuhan pasar.
Membeli bisnis yang telah berjalan.
Keuntungannya; karyawan sdh terbiasa melayani beragam konsumen dan
berhubungan dengan pemasok yang telah dikenal, produk dan jasa sdh dikenal,
serta ijin dan pendaftan sdh ada.
3. Membeli hak waralaba
4. Franchisee harus menganilisis kondisi franchisor scr hati-hati dan kemampuan
memberikan dukungan.

Proses Kewirausahaan

Pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah pengetahuan mengenai usaha


yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada, pengetahuan tentang peran
dan tanggung jawab, serta pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya adalah keterampilan
konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif
dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam memimpin dan mengelola,
keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, serta keterampilan teknik usaha yang
akan dilakukan.
Ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi
kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus
menjadi peluang usaha. Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka
wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus.
Proses penjaringan ide atau screening merupakan cara terbaik untuk menuangkan ide
potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah-langkah dalam penjaringan ide
dapat dilakukan dengan cara menciptakan produk baru yang berbeda, mengamati pintu
peluang, menganalisis produk dan proses secara mendalam, serta memperhitungkan
risiko
Menurut Srie Sulastri (2008) ,pengembangan kewirausahaan di awali dari proses sebagai
berikut :
1. Proses Inovasi
Faktor yang mendorong terjadinya inovasi,yaitu keinginan berprestasi, adanya sifat
penasaran, keinginan menanggung resiko, dan pengalaman.
2. Proses Pemicu
Faktor yang mendorong seseorang terjun ke dunia bisnis yaitu adanya ketidakpuasan
terhadap pekerjaan yang ada, terjadinya pemutusan hubungan kerja,keberanian
menanggung resiko, dan komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
3. Proses Pelaksanaan
Faktor yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis yaitu kesiapan mental wirausaha
secara total, adanya manager sebagai pelaksana kegiatan, dan adanya visi jauh kedepan
untuk mencapai keberhasilan.
4. Proses Pertumbuhan
Proses pertumbuhan didorong factor organisasi,yaitu adanya tim yang kompak dalam
menjalankan usaha, adanya strategi yang mantap, adanya struktur dan budaya organisasi
yang baik dan adanya produk yang menjadi unggulan.

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha terdiri dari :


1. Tahap Memulai
Tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
seuatu yang diperlukan,di awali dengan melihat peluang usaha baru yang
mungkin,apakah membuka usaha baru atau melakukan franchising. Juga memilih usaha
yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian,industri atau manufaktur, maupun
produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha
Tahap ini seseorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya. Mencakup aspek-aspek : Pembiayaan, SDM, Kepemilikan, Organisasi,
Kepemimpinan yang meliputi bagaimana pengambilan resiko dan mengambil keputusan
pemasaran dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha
Tahap ini dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk ditindak
lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha
Tahap dimana jika hasil yang diperoleh tergolong psitif atau mengalami perkembangan
atau dapat bertahan maka perluasan usaha yang menjadi salah satu pilihan yang
mungkin di ambil.

Syarat-Syarat Wirausaha

Secara garis besar modal kewirausahaandapat dibagi menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
a. Modal Intelektual.
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang
disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab.
b. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga
dapat terbentuk citra.
c. Modal Mental
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, yang diwujudkan
dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
d. Modal Material
Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk
apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
Syarat-syarat untuk menjadi seorang wirausaha antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki sikap mental yang positif.
2. Memiliki keahlian di bidangnya.
3. Mempunyai daya pikir yang kreatif.
4. Rajin mencoba hal-hal yang baru (inovatif).
5. Memiliki semangat juang (motivasi).
6. Mampu mengantisipasi berbagai resiko dan persaingan.

Kewirausahaan Dalam Konteks Organisasi

a. Kewirausahaan dalam Organisasi Pemerintahan


Kewirausahaan di lingkungan organisasi pemerintah mulai populer pada Tahun 1992,
ketika David Osborne dan Gaebler mempopulerkan sepuluh prinsip menata ulang
birokrasi pemerintahan (Reinventing the Government) yaitu pemerintahan katalis,
pemerintahan milik masyarakat, pemerintah yang kompetitif, pemerintahan yang
digerakan oleh misi, pemerintah yang berorientasi hasil, pemerintahan berorientasi pada
pelanggan, pemerintahan entrepreneur, pemerintahan antisipatif, pemeritahan
desentralisasi dan pemerintahan berorentasi pasar.

Obsborne & Gaebler (1992:12), menawarkan sepuluh prinsip pokok penataanulang


birokrasi, yaitu:
1. Dominasi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus segera
diakhiri atau setidaknya dikurangi untuk selanjutnya secara bertahap deserahkan
kepada sektor non-publik-masyarakat.

2. Memberikan sepenuhnya masyarakat otoritas serta kepercayaan untuk mau


melayani dan menolong dirinya sendiri – to help for self helf, bukan sebaliknya
melulu diladeni atau dilayani apalagi dicekoki.

3. Birokrasi harus segera dibersihkan dari praktek dan intervensi banyak


kepentingan partai politik penguasa. Juga bentuk dan praktek monopoli yang
sering dianggap sah harus segera diakhiri, kecuali benar-benar dimaksudkan
untuk melindungi hajat hidup rakyat banyak atau semata keberpihakan terhadap
mereka yang tak berdaya.

4. Rumusan kebijakan, tujuan dan sasaran yang jelas, dengan memberikan


kesempatan kepada setiap elemen pemberi pelayanan untuk merumuskan sendiri
langkah dan aturan tehnis pelaksanaannya.
5. Pemerintahan yang berorientasi kepada hasil, bukan input atau masukan. Intinya,
jadikan kinerja, bukan semata input atau proses sebagai tolok ukur penilaian dan
pendanaan setiap program.

6. Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; memenuhi kebutuhan pelanggan


(baca rakyat), bukan birokrat, dengan mendengarkan suara dan aspirasi rakyat,
termasuk keluhan dan kritik pedas mereka sekalipun.

7. Pemerintah wirausaha, menghasilkan ketimbang membelanjakan. Birokrasi


harus dijalankan dalam perspektif "investasi", dan investasi tidak dimaknai
secara sempit sebagai cara mendatangkan uang, melainkan berarti
“menyimpan".

8. Pemerintah antisipatif, melalui upaya pencegahan daripada mengobati.

9. Membangun pemerintahan desentralisasi, dengan memberikan wewenang untuk


mengambil keputusan kepada lebih banyak orang yang memungkinkan lebih
banyak keputusan dibuat pada tingkat lini terdepan pemberi pelayanan.

10. Pemerintahan berorientasi pasar dengan mendongkrak perubahan melalui pasar.


Birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju pendekatan pasar, dari
pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif.

Di antara ke sepuluh prinsip penataan ulang birokrasi tersebut, terdapat dua prinsip yang
relevan dengan bahasan modul ini, yaitu prinsip ke-7 dan prinsip ke-10.
Prinsip ke-7, ialah, Pemerintah “Entrepreneur”, ialah pemerintahan yang menghasilkan
ketimbang membelanjakan. Pesan penting yang tersirat dari prinsip ini, bahwa
organisasi harus dijalankan dalam perspektif "investasi". Menurut Osborne & Gaebler,
istilah “Investasi” tidak dimaknai secara sempit sebagai cara “mendatangkan uang”,
akan tetapi harus dimaknai sebagai aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan
“Menyimpan”.
Membelanjakan anggaran untuk organisasi, harus dalam kerangka investasi, kendati
secara langsung tidak rnenghasilkan uang. Karena itu, hal yang amat prinsipil,
pemimpin organsasi harus mampu menjadikan setiap bawahannya „sadar pendapatan‟.
Gaji atau insentif yang diberikan oleh pimpinan organisasi harus mampu mendorong
bawahannya untuk menghasilkan uang sebagaimana mereka mengeluarkannya.

Prinsip ke-10, ‟Pemerintahan Berorientasi Pasar”. Mendongkrak perubahan melalui


pasar. Intinya, cara kerja birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju
pendekatan pasar, dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif. Pendekatan
program cenderung berjalan kaku karena sifatnya hanya menjalankan sesuatu yang telah
ditetapkan dan karenanya monopolistik, sementara mekanisme pasar akan menciptakan
insentif yang menggerakkan orang membuat keputusan sendiri dan karenanya
cenderung kompetitif di samping partisipatif. Ke depan, bentuk pemerintahan
berorientasi pasar merupakan alternatif yang sulit bisa ditawar karena cenderung
responsif terhadap segala bentuk perubahan dan ketidakpastian yang akan menjadi ciri
utama zaman ini.

Implikasi terhadap kepemimpinan pendidikan tidak lepas pengaruhnya dari tatanan


birokrasi pemerintahan, karena pemimpin organisasi pendidikan yang dimaksud dalam
bahasan ini ialah pemimpin yang dibentuk dan dilegitimasi oleh sistem pemerintahan.
Pada bulan Mei Tahun 2001, pejabat dari tingkat pusat dan daerah menghadiri seminar
untuk membahas penerapan berbagai elemen penataanulang birokrasi pemerintahan
sebagaimana disarankan Osborne & Gaebler melalui good governance (tata
pemerintahan yang baik). Tetapi hampir semua kesimpulan yang diambil dapat
diaplikasikan pada semua tingkat pemerintahan. Seminar tersebut merekomendasikan.

prinsip-prinsip good governance bagi pimpinan pemerintahan sebagai berikut:


1. Partisipatif (Participation), yaitu kepemimpinan yang mendorong bawahannya
untuk menggunakan haknya untuk mengemukakan pendapat dalam penyusunan
kebijakan organisasi, langsung atau tidak langsung.
2. Penegakan hukum (Law enforcement), yaitu kepemimpinan yang menjamin
bahwa penegakan hukum dan pengamanan hukum di lingkungan organisasi
berlangsung secara adil dan tidak diskriminatif, serta mendukung hak asasi
manusia dengan mempertimbangkan tata nilai yang berlaku di masyarakat.
3. Keterbukaan (Transparency), yaitu kepemimpinan yang berupaya membangun
rasa saling percaya antara pemimpin dengan bawahannya, pemimpin harus
memberikan informasi yang memadai pada bawahannya dan mempermudah
akses bawahan terhadap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat yang
berkepentingan
4. Responsif (Responsiveness), kepemimpinan yang dapat meningkatkan kecepatan
penyelenggara organisasi dalam memberikan respon terhadap protes,
permasalahan dan keinginan stakeholders tanpa pengecualian
5. Kesetaraan (Equity), yaitu kepemimpinan yang dapat memberikan kesempatan
yang sama pada semua bawahan untuk meningkatkan kesejahteraannya tanpa
pengecualian
6. Visi yang strategis (Strategic vision), yaitu kepemimpinan yang
memformulasikan strategi kelembagaan, yang ditunjang dengan sistem
penganggaran yang memadai, akan meningkatkan rasa memiliki dan rasa
tanggungjawab seluruh anggota organisasi untuk mendukung kemajuan
organisasinya, dan
7. Efisien (Effectiveness and efficiency), yaitu kepemimpinan yang memberikan
layanan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dengan memanfaatkan
sumberdaya secara optimal dan bertanggungjawab
8. Profesionalisme (Profesionalism), yaitu kepemimpinan yang dapat
meningkatkan kemampuan, keterampilan dan moral anggota anggota organisasi
sehingga mereka memiliki rasa tanggungjawab untuk memberikan layanan yang
mudah didapat, cepat, teliti dan terjangkau (murah)
9. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kepemimpinan yang dapat memperkuat
pertanggungjawaban para pembuat keputusan organisasi pada semua aspek
(politik, keuangan, dan anggaran);
10. Pengawasan (Supervision), yaitu kepemimpinan yang dapat menerapkan control
dan pengawasan yang lebih ketat terhadap operasional manajemen kelembagaan
dengan cara melibatkan stakeholders.

Melalui penerapan ke sepuluh prinsip tersebut diharapkan sistem pengelolaan


pembangunan berkembang ke arah yang lebih baik. Hal yang lebih diutamakan tentunya
berkenaan dengan pengembangan modal manusia sesuai dengan tingkatan manajemen
pemerintahan.

Pertama, melalui pengembangan modal manusia. Hal yang perlu diupayakan tersebut
ditujukan pada penciptaan budaya kewirausahaan melalui pelatihan siswa dari berbagai
disiplin dan pada tingkatan pendidikan yang berbeda termasuk pekerja dan
masyarakat/orang-orang bisnis, melalui kebijakan tentang:
1. Promosi budaya wirausaha
2. Promosi penyuluhan dan kemampuan wirausaha melalui system pendidikan dan
mendorong hubungan yang lebih dekat antara akademisi dan pasar tenaga kerja
3. Pengembangan kerangka kerja untuk memfasilitasi dan penekanan dini tentang
pelatihan kewirausahaan
4. Rencana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan nasional
5. Pengembangan pusat-pusat pendidikan untuk pengembangan kemampuan
kewirausahaan antar siswa
6. Pelatihan guru untuk pengembangan proyek pendidikan yang difokuskan pada
kewirausahaan
7. Mendorong pengembangan program yang memuat upaya pengembangan
kemampuan kewirausahaan, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,
analisis masalah yang sistematik, kreativitas, pengelolaan diri dan tanggung
jawab antara siswa-siswa dari berbagai tingkatan pendidikan – dasar, lanjutan
pertama dan lanjutan atas.

Kedua, perhatian untuk meningkatkan akses pendanaan bagi upaya-upaya wirausaha


meliputi implementasi mekanisme dan jejaring bagi pengusaha guna akses kepada
sumber-sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek yang
dikembangkan, melalui:
1. Bantuan pubik untuk mendukung akses finansial harus dibatasi dengan waktu,
untuk menghindari ketergantungan terhadap pemerintah secara permanen oleh
pelaku bisnis
2. Regulasi untuk aktivitas finansial dan jaminan pemerintah untuk
deposito/tabungan
3. Praktek perbankan yang baik berkaitan dengan regulasi dan pengaturan pasar
uang
4. Dukungan finansial untuk operasi bukan harga atau tingkat suku bunga
5. Koordinasi penjaminan antara lembaga keuangan swasta serta bisnis mikro dan
kecil
6. Pengembangan sektor lembaga keuangan khusus dan penciptaan platform
layanan secara khusus bagi perusahaan yang sedang berkembang
7. Pengembangan jejaring modal-modal awal dan modal ventura.

Ketiga, penghapusan hambatan bagi pengembangan bisnis ditujukan untuk


menghilangkan masalah tersebut yang dapat menyediakan pengembangan aktivitas
wirausaha secara memadai. Berbagai tindakan yang diberikan haruslah tidak menjadi
distorsi pasar, melalui:
1. Dukungan bagi inkorporasi perusahaan
2. Fasilitasi terhadap perusahaan gagal yang mau keluar
3. Fasilitasi proses kelengkaan bisnis ditingkat pusat dan daerah
4. Penghapusan hambatan-hambatan non ekonomi untuk akses pasar
5. Desentralisasi pengambilan keputusan anggaran dari intervensi pengembangan
ekonomi.

Keempat, inovasi teknologi, pengembangan dan adaptasi adalah faktor utama bagi
pembentukan sisi kompetisi, nilai tambah inisiatif bisnis. Penekanan khusus harus
diupayakan untuk pengembangan jejaring ilmu pengetahuan serta pengembangan
proyek dan kemampuan implementasi, melalui:
1. Pengembangan jejaring berbasis ilmu pengetahuan dengan penguatan hubungan
antara perguruan tinggi dan perusahaan

2. Adaptasi dan pengembangan teknologi, khususnya yang memiliki ceruk dengan


potensi tinggi atau industri yang sedang berkembang

3. Pengembangan dan penguatan incubator untuk membantu pengembangan basis


inovasi dan atau sisi kompetisi perusahaan

4. Promosi terhadap perlindungan hak kekayaan dan industri

5. Mendorong pengembengen jejaring bisnis teknologi.

b. Kewirausahaan dalam Organisasi Pendidikan

Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah cukup lama untuk
memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus oleh
wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Namun,
hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan
kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba.
Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya
ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan
berkewirausahaan.
Misalnya, Timmons dan Spinelliv membuat pengelompokan yang diperlukan untuk
tindakan kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni:
1. Komitmen dan determinasi
2. Kepemimpinan
3. Obsesi pada peluang
4. Toleransi pada risiko-ambiguitas dan ketidakpastia
5. Kreativitas-keandalan dan daya beradaptasi
6. Motivasi untuk unggul.

Dari banyak kasus yang menggambarkan perilaku para wirausaha sosial, misalnya para
penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan bahwa keenam hal tersebut di atas dapat
diadopsi sebagai karakteristik perilaku dan sikap wirausaha sosial. Dengan demikian,
pengertian kewirausahaan cenderung menjadi makin luas, tidak terbatas hanya pada
wirausaha bisnis. Luasnya cakupan kewirausahaan menggugah kemungkinan untuk
membuat tipologi wirausahaan.
Tidak semua wirausaha bisnis sama tingkat kewirausahaannya. Ada yang
melakukan tindakan membuat usaha baru sebagai alternatif mengganti jalur sebagai
karyawan. Tindakan itu bertujuan mencapai keberhasilan untuk bertahan hidup tanpa
berada dalam organisasi yang dimiliki dan/atau dipimpin orang lain. Di lain pihak,
terdapat tingkat kompleksitas yang ekstrim dalam berwirausaha, yakni melakukan
tindakan kewirausahaan dengan tujuan menghasilkan karya yang dapat mengubah
dunia. Misalnya, Steve Job berobsesi menghasilkan komputer yang mudah dipakai oleh
banyak orang (personal computer), tidak hanya oleh ahli komputer. Di awal jaman
bahasa komputer, penggunaan komputer hanya dikuasai oleh sejumlah ahli yang khusus
mempelajari bahasa komputer tersebut. Gagasan Steve Job ditolak oleh perusahaan
tempatnya bekerja. Ia memutuskan untuk keluar dan bersama temannya, Steve Wozniak,
mendirikan perusahaan baru yang terkenal: Apple Computer.

Adanya pemahaman tentang heterogenitas wirausaha mengakibatkan perluasan


bidang penelitian.
Misalnya; kewirausahaan yang dikembangkan oleh mereka yang memanfaatkan
teknologi tinggi/canggih akan menjadi bidang pengembangan “technopreneur”. Atau
ahir-ahir ini muncul kewirausahaan yang dikembangkan oleh mereka yang
berkecimpung di lingkungan perguruan tinggi, seperti halnya di lingkungan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) yang mengembangkan kewirausahaan dalam dunia
pendidikan yang mereka istilahkan “edupreneur”.

Munculnya cabang-cabang baru dalam kewirausahaan tidak dapat dihindari. Adanya


organisasi besar dan mapan yang membutuhkan kelincahan dalam berinovasi dan
berubah, telah menumbuhkan jenis wirausaha di dalam perusahaan. Jenis wirausaha di
dalam perusahaan disebut “intrapreneur” yang merupakan kependekan “intra corporate
entrepreneur”. Salah satu bidang kewirausahaan baru yang juga menarik untuk
dikembangkan adalah wirausaha pendidikan (edupreneur).
Sebagai bidang yang relatif baru berkembang, akan terdapat sejumlah pendapat
yang tidak seragam tentang apa itu kewirausahaan pendidikan dan siapa yang disebut
sebagai wirausaha pendidikan tersebut. Pendapat atau rumusan yang ada cenderung
menggambarkan suatu jenis wirausaha pendidikan yang unggul beserta karakteristik
peran dan kegiatannya. Berdasarkan temuan adanya berbagai jenis wirausaha bisnis,
sangat dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha pendidikan. Tugas
wirausahawan pendidikan ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam
kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan
itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah
sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk
berani melakukan perubahan.
Wirausahawan tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara
“memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Kasus
bagaimana Mohammad Yunus mengembangkan bank untuk melayani kaum miskin
merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan kaidah yang umumnya menjadi
target pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil. Kemacetan akses pada
dana yang dihadapi oleh kaum miskin telah dipecahkan dengan penyediaan sistem
kredit mikro yang ditujukan kepada mereka dalam pola kelompok.
Contoh lain; suatu terobosan atas kebuntuan hidup berdampingan antara etnis Cina
dengan etnis setempat di Medan, telah dilakukan oleh Sofyan Tan, seorang lulusan
sekolah dokter, dengan mendirikan sekolah di daerah miskin. Sekolah yang muridnya
campuran antaretnis tersebut, khususnya dari kalangan miskin, merupakan hal yang
baru. Menurut Sofyan Tan, penduduk miskin lebih sulit berintegrasi dengan etnis lain
dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan tinggi. Wajarlah bila semula ada
yang meragukan kualitas sekolah tersebut. Dengan sistem orang tua asuh asal dari etnis
lain, sekolah tersebut telah menghasilkan lulusan yang mampu masuk ke perguruan
tinggi negeri yang menjadi kebanggaan sekolah berpredikat sekolah unggulan.
Di website Ashoka Fellow, organisasi ini menyajikan informasi bahwa jumlah
anggotanya mencapai 1.800 orang di 60 negara. Sofyan Tan adalah salah satu penerima
Ashoka Fellow. Salah satu misi yang diembannya adalah mengembangkan profesi
kewirausahaan sosial di dunia. Cara yang dilakukannya ialah mengidentifikasi
wirausaha sosial yang menonjol, menyediakan dana untuk mendukung orangnya,
idenya, dan institusinya. Bidang garap kegiatan sosialnya meliputi: pendidikan,
lingkungan, kesehatan, hak asasi manusia, partisipasi masyarakat, dan pembangunan
ekonomi.
Gregory Dees, seorang professor di Stanford University dan pakar di bidang
kewirausahaan sosial menyatakan bahwa kewirausahaan sosial merupakan kombinasi
dari semangat besar dalam misi sosial dengan disiplin, inovasi, dan keteguhan seperti
yang lazim berlaku di dunia bisnis. Kegiatan kewirausahaan sosial dapat meliputi
kegiatan: (a) yang tidak bertujuan mencari laba, (b) melakukan bisnis untuk tujuan
sosial, dan (c) campuran dari kedua tujuan itu, yakni tidak untuk mencari laba, dan
mencari laba, namun untuk tujuan sosial.

Hal yang mirip dengan pendapat Dees di atas ditemukan pula dalam pengertian
kewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang
bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial termasuk pendidikan
kepada masyarakat. Dalam websitenya dijelaskan, wirausahawan tersebut menciptakan
dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan
sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk,
jasa, metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial dan pendidikan menciptakan
organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode bisnis, namun hasil
akhirnya adalah penciptaan nilai sosial di masyrakat yang tidak dapat diukur secara
ekonomi. Dibandingkan kewirausahaan bisnis, kewirausahaan sosial dan pendidikan
relatif lebih baru dalam perkembangannya. Dengan gencarnya kegiatan pengembangan
kewirausahaan di dunia sosial dan pendidikan yang semula memfokus pada tingkat
peguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya mampu berwirausaha dan tidak
menganggur, tetapi kini bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra
kewirausahaan bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan
kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickham, dianalogikan sebagai
tahapan “remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada
fase yang lebih dini, yakni pada tahapan “bayi”.
c. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan
Prinsip kewirausahaan pendidikan tidak lepas dari prinsip kewiraan soaial, dan
kewirausahaan sosial berinduk pula pada bidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan.
Kewirausahaan dikembangkan dengan menggunakan data empiris dari dunia bisnis.
Sejumlah upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi acuan untuk
pengembangan wirausaha sosial. Sebagaimana telah diyakini oleh para ahli di bidang
pengembangan kewirausahaan, untuk terciptanya wirausaha yang profesional, akan
lebih cepat dan baik bila tidak diserahkan hanya pada satu jalur pengembangan, yaitu
pada bakat saja. Ketiga sumber pembalajaran di atas: aktif mencoba, belajar dari
jejaring sosial, dan belajar dari sumber formal, dapat dimanfaatkan. Kasus
pengembangan kewirausahaan sosial oleh Kelompok Tani Wanita Menur di Desa
Wareng, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogjakarta, yang telah direkam dalam film
dokumenter, dapat menjadi sumber inspirasi. Adanya partisipasi perusahaan melalui
program tanggung jawab sosial mereka akan mempercepat pemecahan masalah sosial
yang saat ini mengalami kemacetan atau kemandegan.
Tulisan C.K. Prahalad, seorang akademisi di The University of Michigan
Business School, dalam bukunya: “The Fortune at The Bottom of The Pyramid” dapat
menjadi sumber inspirasi tentang cara perusahaan dan perguruan tinggi berpartisipasi
dalam pemecahan masalah sosial. Prahalad menulis , bila kita berhenti berpikir bahwa
kaum miskin adalah korban atau beban, dan mulai menganggap mereka sebagai
wirausaha yang ulet dan kreatif, peluang besar yang baru akan terbuka. Asian Institute
of Management (AIM), Manila, Filipina, dalam program Master in Development
Management. Peguruan Tinggi AIM di Manila ini unggul dalam menghasilkan kasus
untuk pendidikan dan pelatihan, di samping menghasilkan model pengembangan suatu
masyarakat atau daerah.
Bagaimana dengan perguruan tinggi di Indonesia? Kontribusi dunia pendidikan
sangat dinantikan dalam pelbagai bentuk, mengingat bidang kewirasusahaan sosial
masih dalam taraf “bayi”. Misalnya, melalui mempelajari apa yang telah dikembangkan
oleh pelbagai institusi pendidikan dan pusat kewirausahaan yang sudah lama
mempunyai keahlian di bidang kewirausahaan sosial di luar Indonesia, kita diharapkan
untuk mampu memahami apa kemacetan yang terjadi di Indonesia dan upaya
pemecahan di tempat lain sebagai inspirasi. Meruntuhkan dan menciptakan sistem
secara kreatif, Sebagaimana telah disebutkan di atas, tinggkah laku dan sikap
kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah dan
menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil risiko yang telah diperhitungkan.
Istilah yang dapat digunakan tentang melakukan perubahan dengan menghadirkan hal
yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa inovasi tidak hanya satu jenis.
Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau jasa, dan dapat pula dalam hal proses.
Inovasi tidak pula hanya bersifat radikal, tetapi juga berskala kecil, dan
berkesinambungan, yang sering disebut sebagai kaizen. Kaizen adalah metode
“penyempurnaan secara berkelanjutan” (kaizen continual improvement) yang
dikembangkan oleh perusahaan Jepang.
Dari contoh kasus-kasus kewirausahaan sosial di atas, termasuk kasus yang
disajikan dalam film Lelakoné Menur, dapat kita temukan bermacam-macam kreativitas
individu yang dilanjutkan menjadi inovasi produk dan proses. Makin radikal gagasan
untuk menghadirkan inovasi, makin besar pula sumber daya yang diperlukan. Hambatan
yang harus dihadapi untuk suatu inovasi sosial yang radikal adalah tembok birokrasi dan
kenyamanan dari pelaku dalam sistem yang telah „mapan‟ saat ini. Di negaranya,
Bangladesh, Mohammad Yunus menghadapi sistem lintah darat. Ia menghadirkan
sistem perbankan baru bagi masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan. Sofyan
Tan menhadapi pesimisme mereka yang terbiasa mengenali adanya sekolah unggulan
bagi masyararakat mampu, bukan masyarakat miskin, sehingga ia mengalami banyak
kesulitan dalam mendapatkan sponsor. “Apakah mungkin ada sekolah berkualitas untuk
orang miskin?” Kasus kelompok tani wanita Menur juga menghadapi pelbagai
hambatan, di antaranya budaya tentang peran wanita sebagai isteri dan ibu rumah
tangga. Perubahan yang dilakukan oleh ibu-ibu Menur tergolong dalam inovasi yang
bersifat tidak sangat radikal, tetapi tetap tidaklah bebas dari risiko. Mereka harus secara
kreatif menciptakan sistem keseimbangan baru. Gagasan baru cara bertani dan
berorganisasi yang baik perlu dikomunikasikan ke suami agar dapat diterima.
Tembok yang harus diruntuhkan oleh wirausaha pendidikan dengan mengadakan
inovasi tidak sama tingginya. Hal ini mirip dengan apa yang dihadapi oleh wirausaha
bisnis yang ingin unggul dan harus menghadapi lingkungan dan sistem yang tidak selalu
ramah. Salah satu contoh menghadapi tembok yang tinggi adalah kasus Steve Job yang
ingin menghadirkan komputer pribadi (personal computer). Ia harus berhadapan dengan
perusahaan raksasa komputer pada masa itu. Besar kecilnya inovasi dan risiko yang
akan dihadapi merupakan bagian yang harus diperhitungkan oleh semua wirausahawan.
Rata-rata entrepreneur di Indonesia merupakan kelompok necessity
entrepreneur. Yang mendasari minat kelompok ini untuk membangun usaha adalah
faktor dorongan ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga yang belum stabil
mengakibatkan usaha kelompok ini hanya bersifat individu dan kurang menyerap tenaga
kerja. Kelompok necessity entrepreneur cenderung asal-asalan dalam manajemen
usahanya. Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga sehari-hari masih menjadi
motivasi terpenting keIompok ini. Sebenarnya sebagian necessity entrepreneur memiliki
skill yang cukup dalam membangun usaha, tetapi masalah utama terletak pada
permodalan.
Peran Kewirausahaan di Negara Lain Takashi Yamamoto (2007) kontribusi
entrepreneur berkaitan dengan pembangunan ekonomi endogen. Pembangunan ekonomi
terkonsentrasi pada skala lokal.
Entrepreneurship endogen dan inovasi merupakan kunci sukses competitive
advantages terhadap perekonomian global. Inovasi entrepreneur dalam perusahaan
kecil lokal dengan didukung akumulasi kapitaI, akan mampu memperbesar spesialisasi
jenis usaha. Terdapat partisipasi lokaI dalam pengambilan keputusan, pembangunan,
dan kontrol sumber daya sehingga hal ini dapat memungkinkan perekonomian sebuah
desa kecil menjadi maju melalui entrepreneurship di bidang
perkebunan dan pertanian.
Minat menjadi entrepreneur di beberapa negara maju seperti Jepang dan Korea
sangat tinggi. Penelitian Acs (2010) memberi gambaran bahwa minat entrepreneurship
di Amerika Serikat sangat tinggi. Berdasarkan laporan GEM pada tahun 2009, AS
menjadi peringkat ketiga dalarii' )ndeks pembangunan entrepreneurship. Prestasi
selanjutnya selama tahun 2005-2008 AS merupakan negara dengan pelatihan dan
pendidikan entrepreuneur non formal yang tinggi pula. Pelatihan dan pendidikan ini
dikelola baik oleh pemerintah maupun swasta. Entrepreneur sukses di AS umumnya
berasal dari universitas terkenal, profesor, peneliti, institusi, atau peneliti perusahaan
besar. Penduduk AS lebih berminat membangun usaha kecil (small firms) untuk
memaksimalkan kontribusinya, atau membangun usaha barn karena ketidakpuasan
terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Penduduk AS memberi penerimaan dan
dukungan terhadap kegagalan usaha, sehingga entrepreneur di AS tidak takut untuk
mencoba kembali peruntungannya dalam dunia usaha. Kushida (2001) selanjutnya
menjelaskan kondisi entrepreneur di Jepang.
Setelah Perang Dunia II, regulasi dan struktur sosial di Jepang tidak kondusif
untuk menumbuhkan entrepreneur yang berasal dari akademisi. Anak-anak di Jepang
harus memperoleh pendidikan tinggi kemudian bekerja pada instansi atau perusahaan
besar.Jika hanya mendirikan perusahaan kecil, maka ilmu yang diperoleh selama
sekolah dianggap gagal. Persepsi ini kemudian berubah sejak tahun 1990,
yaitu entrepreneur mulai berkembang pesat. Pada tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi
Jepang mengalami stagnasi dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7
persen sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien. Jepang kemudian bangkit
dengan aktivitas ekonomi terkonsentrasi pada sektor jasa. Jepang sudah terkenal dengan
budaya kerja produktif dan disiplin, tetapi beberapa golongan masyarakat Jepang suiit
untuk menerima kegagalan. Banyak kasus harakiri (bunuh diri demi kehormatan) dan
mengundurkan diri karena merasa gagal bekerja.

Langkah Penciptaan Entrepreneur

Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan


bahwa hingga tahun 2012 jumlah total entrepreneur di Indonesia hanya sekitar 1,56 %
dari total penduduk. Dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 240 juta jiwa, hanya
3,75 juta penduduk yang berminat dan bersedia menjadi entrepreneur. Data pada tahun
2012 lebih baik dibandingkan tahun 2010 sebab jumlah entrepreneur pada tahun 2010
hanya sebesar 0,24 persen. Peningkatan ini cukup baik, namun jumlah entrepreneur di
Indonesia perlu didorong agar mencapai angka 2%. Pembangunan ekonomi suatu
negara akan meningkat jika proporsi penduduk yang menjadi entrepreneur adalah
sebesar 2%. Dibutuhkan sekitar 4,8 juta orang untuk memenuhi kuota 2% tersebut,
tetapi Kementerian Koperasi dan UMKM mengharapkan jumlah entrepreneur Indonesia
mampu meningkat hingga mencapai 9 juta penduduk.
Dalam jurnal pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I, terdapat empat
faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan entrepreneurship yaitu:
1. Akses terhadap modal
2. Peran inovasi
3. Pelatihan entrepreneurship
4. Peran pemerintah dalam menciptakan iklim bernsaha yang kondusif bagi lahimya
entrepreneur yang berdaya saing.

Thailand dan USA mernpakan negara yang menyatakan bahwa akses terhadap
modal mernpakan salah satu faktor penting bagi pengembangan UKM, khususnya
entrepreneur barn. Bahkan, di beberapa negara, seperti India, Amerika Serikat, Jepang,
dan Taiwan terdapat dana khusus untuk usaha pemula (business start-up). Keterlibatan
pemerintah sangat penting dalam pengembangan inovasi dan proses pewirausahaan.
Dengan berinvestasi pada inovasi, artinya pemerintah berinvestasi untuk kesejahteraan
rakyat.
Landasan dan kebijakan kunci untuk pertumbuhan entrepreneur barn atau pemula
menyangkut pusat-pusat pelayanan, eksibisi bisnis, program pelatihan, dan inkubator
bisnis. Sulit untuk menemukan jiwa entrepreneurship mengakibatkan pemerintah
menumbuhkan entrepreneurship melalui pendidikan maupun pelatihan. Pemberian
materi pendidikan entrepreneurship mulai diarahkan pada dunia pendidikan. Usia
belajar terutama usia produktif masih memiliki semangat juang yang tinggi untuk
menemukan jenis usaha barn produktif. Sesuai yang dijelaskan oleh Priyanto (2009)
“bahwa rasionalnya entrepreneur memiliki karakteristik motivasi dan mimpi yang
tinggi, berani mencoba, inovatif, dan independen”.
Terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan dalam penciptaan entrepreneur,
yaitu:
1. Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
2. Regulasi yang memudahkan pembukaan usaha
3. Model penciptaan entrepreneur

a. Pendidikan dan Training Entrepreneurship


Pendidikan entrepreneurship perIu dilakukan meIaIui pemberian materi maupun
peIatihan. Materi entrepreneurship sudah banyak diberikan terutama pada mahasiswa di
perguruan tinggi. Sesuai penjeIasan Priyanto (2009) bahwa ada empat tujuan dalam
pendidikan entrepreneurship, yaitu:
1. Pendidikan Motivasional
2. Pendidikan pengetahuan
3. pendidikan keahlian
4. pengembangan kemampuan. Tujuan tersebut dapat dimasukkan dalam
kurikulum pembelajaran.

Pada dasamya entrepreneur adalah kelompok yang pandai memanfaatkan


peluang dan berani mengambil resiko. Hal ini kembali lagi kepada "self
performance" entrepreneur, bahwa motivasi yang kuat, keberanian, dan soft skill
yang tangguh akan mendorong entrepreneur berani menuju tahap ini. Banyak
kekakuan dalam pembentukan karakter pelajar terutama pada sekolah formal.
Pengembangan softskill pelajar menjadi kurang maksimaI sekalipun sekolah telah
menyediakan berbagai kegiatan peminatan yang sesuai bakat mereka.
Pengembangan soft skill tidak hanya dipengaruhi pendidikan pembentukan karakter,
tetapi juga pengaruh lingkungan ekstemal. Konsep menyelesaikan pendidikan
kemudian bekerja mapan telah ditanarnkan dalam persepsi pelajar sehingga banyak
dari lulusan akademik yang tidak berminat menjadi entrepreneur. Lee (2005)
melakukan studi perbandingan dampak pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
terhadap siswa Korea dan AS. Pendidikan entrepreneurship terbukti meningkatkan
kapabilitas mereka untuk menjadi entrepreneur. Siswa Korea mengalami
perkembangan signifikan dibanding AS. Siswa Korea hidup dalam lingkungan
berbeda mengenai pemahaman dunia usaha, pentingnya menjadi entrepreneur, dan
bekerja teamwork hingga luar negeri. Perkembangan signifikan nu disebabkan
orientasi kultur entrepreneurship di Korea masih rendah dan berada pada tahap
embrio pembangunan. Sedangkan AS sudah mempunyai orientasi
kulturentrepreneurship, sehingga dampak pendidikan entrepreneurship relatif kecil.

b. Regulasi Memudahkan Pembukaan Usaha Baru


Dukungan Pemerintah melalui regulasi pembukaan usaha akan memperbanyak
peluang entrepreneur barn. Regulasi ini meliputi perizinan pembukaan usaha baru,
pajak, izin pendirian bangunan, dll. Perizinan dan pajak terkait dengan biaya yang
dikeluarkan entrepreneur. Entrepreneur membangun usaha barn dengan tujuan
memperoleh keuntungan. Jika terlalu banyak beban biaya, banyak entrepreneur yang
tidak berminat memulai usaha. Regulasi pemerintah hendaknya hanya membatasi
jumlah usaha barn yang didirikan, bukan mempersulit perizinannya.

c. Model Penciptaan Entrepreneneur


Wim Naude (2008) menyatakan beberapa cara terbaik untuk mendukung
entrepreneurship antara lain meningkatkan kemampuan entrepreneur dan mengurangi
biaya dalam membuka perusahaan barn serta regulasi yang memudahkan pembukaan
usaha oleh entrepreneur barn. Kemampuan entrepreneur menentukan pembangunan
ekonomi suatu negara. Entrepreneur yang hanya mencan rent-seeking dengan
kapabilitas rendah justru menyebabkan stagnasi ekonomi bahkan "perangkap
pembangunan". Negaranegara tidak hanya memperhitungkan berapa banyak
entrepreneur yang lahir, tetapi juga kapabilitas mereka agar stabilitas ekonomi makro
lebih terkendali.
Dalam menciptakan entrepreneur, pemerintah dapat mengkombinasikan antara
pendidikan dan pelatihan entrepreneurship. Pendidikan berfungsi memberikan bekal
materi entrepreneurship sedangkan training dimaksudkan untuk:Mengasah softskill
calon entrepreneur. Melalui dua hal tersebut diharapkan calon entrepreneur termotivasi
untuk membuka usaha baru, berani mengambil resiko, dan tidak takut gagal. Pemerintah
berperan sebagai mediasi masalah permodalan. Kegiatan-kegiatan pemerintah fokus
untuk meningkatkan jumlah entrepreneur melalui pinjaman modal umumnya disebut
inkubator bisnis. Bantuan dana tersebut
digunakan sebagai modal awal mendirikan usaha. Calon entrepreneur yang berani
mengambil resiko tidak akan takut gagal, karena seorang pengusaha besar pun harus
mengalami beberapa kegagalan untuk mencapai sukses.
Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan

Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (2000),
kebanyakan responden menjadi wirausaha karena didasari oleh pengalaman sehingga ia
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil,
persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan.
Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengatruhi oleh keterampilan, kemampuan,
atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman
usaha. Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik
an manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan
menanggung risiko.

Menurut Casson (1992) seorang wirausaha disamping harus memiliki modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal
baik uang maupun waktu, dan kecukupan tenaga serta pikiran, juga harus memiliki
beberapa kemampuan berikut:
1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan
atau ditekuni.
2. Imagination, aitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan
kesuksesan masa lalu.
3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan
teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
4. Search skill, yaitu kemampuan menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
5. Foresight, yaitu berpandangan jauh kedepan.
6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi keadaan di masa
yang akan datang.
7. Communication skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan
dengan orang lain.
Sementara itu menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service (1993) ada 10
kompetensi yang harus dimiliki wirausaha yaitu:
1. Knowing your business: harus mengetahui usaha apa yang dilakukan dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan usaha dan bisnis yang dilakukan.
2. Knowing the basic business management: mengetahui dasar-dasar pengelolaan
bisnis.
3. Having the proper attitude: memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang
dilakukan.
4. Having adequate capital: memiliki modal yang cukup, baik materi maupun
moril.
5. Managing finaces effectively: memiliki kemampuan mengatur keuangan secara
efektif dan efisien.
6. Managing time effectively: kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin.
7. Managing people: kemampuan menerencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerak-kan dan mengendalikan orang-orang dalam perusahaan
8. atisfaying customer by providing high quality product: memberi kepuasan
kepada pe- langgan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing how to compete: mengetahui cara bersaing.
10. Copying with regulations and paperwork: membuat pedoman dan aturan yang
jelas.
Di samping kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki, seorang wirausaha
masih harus memiliki pengalaman yang seimbang.

Menurut A. Kuriloff, john M. Memphil, Jr, dan Douglas Cloud (1993:8) ada empat cara
untuk mencapai penga-laman yang seimbang:
1. Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun
yang sesuai dengan bentuk usaha yang dipilih.
2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar
yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan.
3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan
(mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya).
4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan
hubungan personal.
Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (1993) kompetensi kewirausahaan yang
diperlukan tersebut meliputi:
1. Proaktif, selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
2. Berorientasi pada prestasi, dengan cirri-ciri:
a. Selalu mencari peluang.
b. Berorientasi pada efisiensi.
c. Konsentrasi untuk bekerja keras.
d. Perencanaan yang sistematis.
e. Selalu memonitor.
3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, dengan ciri:
a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis

Disamping itu bekal berupa pengetahuan yang harus juga dimiliki meliputi:
1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada
disekitarnya.
2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
3. Pengetahuan tentang kepribadian.
4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis

Sementara itu bekal pengetahuan saja tidaklah cukup bila tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan, yang antara lain mencangkup:
1. Ketrampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko.
2. Ketrampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
3. Ketrampilan dalam memimpin dan mengelola.
4. Ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi .
5. Ketrampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.

Kemampuan kewirausahaan, pengetahuan dan ketrampilan akan membentuk


kepribadian wirausaha. Dan menurut Dan Bradstreet, pengusaha kecil harus memiliki
kepribadian khusus, yakni penuh pendirian, realitas penuh harapan, penuh komitmen.
Sedangkan modal yang cukut dapat diperoleh apabila perusahaan mampu
mengembangkan hubungan baik dan menjali kepercayaan dengan lembaga keuangan.
Menurut Ronald J.Ebert, efektivitas manajer perusahaan tergantung pada ketrampilan
kemampuan, dimana ketrampilan dasar manajemen tersebut mencangkup:
1. Technical skill.
2. Human relations skill.
3. Conseptual skill.
4. Decision skill.
5. Time manajemen skill

Sementara itu kemampuan untuk menguasai persaingan, merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam bisnis. Sebagai wirausaha harus mampu mendeteksi SW sendiri
atau OT yang ada pada pesaing. Dalam Smal Business Centre telah dikemukakan bahwa
wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang merupakan fungsi dari
kapabilitas yang diperlukan yaitu marketing, technical, financial, personel dan
management. Disamping itu juga dikemukakan bahwa untuk mencapai keberhasilan
usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
1. Individual skill and attitude.
2. Knowledge of business.
3. Establishment of goal.
4. Take advantages of the opportunities
5. Adapt to the change
6. Minimize the threats to business.

Disamping pengetahuan dan ketrampilan seperti telah dibahas, pada akhirnya seorang
wirausaha harus memiliki perencanaan strategis yaitu suatu proses penentuan tujuan,
menetapkan langkah- langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi sumberdaya
perusahaan. Misalnya: fasilitas, pasar, produk, dana, karyawan.
Strategi tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumberdaya
seoptimal mungkin.

Menurut John A. Welsh dan Jerry F. White, profil wiraswasta yang sukses adalah
sebagai berikut:
1. Sehat rohani dan jasmani.
Wiraswasta yang sukses memiliki fisik yang kuat. Mereka mampu bekerja untuk waktu
lama. Beberapa wiraswasta sukses malah menyatakan bahwa penyakit yang pernah
mereka alami justru hilang ketika mereka mulai membangun bisnis mereka. Tampaknya
gejala-gejala psikosomatis juga bisa ditekan lewat konsentrasi meraih kesuksesan bisnis.
2. Ada kebutuhan mendasar untuk mengendalikan dan mengarahkan.
Para wiraswasta agak sulit berkiprah dalam struktur organisasi tradisional. Mereka tidak
ingin ada kekuasaan di atas mereka. Mereka percaya mereka bisa melakukan sesuatu
lebih baik dari orang lain. Mereka memerlukan tanggung jawab dan akuntabilitas
maksimal, kebutuhan akan kebebasan untuk memulai tindakan yang mereka anggap
penting. Namun ini bukan berarti keinginan untuk menguasai orang lain. Mereka senang
menciptakan dan melaksanakan strategi-strategi.
3. Percaya diri.
Para wiraswasta sangat percaya diri terhadap apa yang mereka anggap mungkin.
Mereka menangani masalah dengan segera dan langsung. Selama mereka memegang
kontrol, mereka gigih mengejar rujuan-tujuan mereka.
4. Tidak pernah berhenti beraktivitas.
Tidak adanya kegiatan tampaknya membuat para wiraswasta tidak sabar, tegang, dan
tidak tenang. Mereka tampaknya selalu ingin mengerjakan sesuatu.
5. Kewaspadaan yang tinggi.
Ketika merencanakan, mengambil keputusan, dan bekerja, para wiraswasta sukses
memiliki pandangan umum tentang keseluruhan situasi yang mereka hadapi. Mereka
memiliki kesadaran terhadap dampak yang ditimbulkan oleh setiap tindakan mereka.
6. Realistis.
Para wiraswasta menerima hal-hal sebagaimana adanya. Mereka mungkin idealis atau
mungkin juga tidak, tetapi jelas bukan seseorang yang tidak realistis.
7. Kemampuan membuat konsep yang hebat.
Para wiraswasta memiliki kemampuan intelektual untuk cepat mengidentifikasi
hubungan-hubungan antarfungsi atau antarhal dalam situasi yang kompleks dan
membingungkan. Mereka menemukan masalah dan mencari solusi lebih cepat dari
orang lain di sekitar mereka. Mereka diterima sebagai pemimpin karena biasanya
merekalah yang pertama kali mengidentifikasi masalah yang harus diatasi, kecuali
dalam hal-hal yang menyangkut masalah interpersonal.
8. Kebutuhan yang rendah akan status.
Para wiraswasta yang sukses menemukan kepuasan dalam simbol-simbol kesuksesan
eksternal. Mereka senang ketika ada yang memuji bisnis mereka, tetapi seringkali malu
jika langsung dipuji sebagai individual. Kebutuhan mereka akan status terpenuhi oleh
adanya pencapaian, bukan pakaian, dekorasi kantor, atau mobil pribadi. Mereka pun
tidak ragu mengatakan "saya tidak tahu", terutama berkaitan dengan bidang-bidang di
luar keahlian mereka.
9. Pendekatan yang obyektif terhadap hubungan interpersonal.
Para wiraswasta umumnya menghindari keterlibatan interpersonal dalam bisnis. Mereka
menjaga jarak psikologis. Mereka tidak ragu memutuskan hubungan untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
10. Emosi yang stabil.
Para wiraswasta memiliki kontrol diri yang baik, mampu mengatasi kecemasan dan
tekanan dari masalah bisnis atau problem-problem lain dalam hidup. Kemunduran dan
kegagalan akan membuat mereka tertantang, bukan patah harapan.
11. Senang pada tantangan, bukan risiko.
Para wiraswasta bukanlah pengejar atau penghindar risiko. Mereka memilih situasi
yang hasilnya bisa mereka pengaruhi. Mereka sangat termotivasi oleh tantangan yang
mereka anggap menarik. Mereka jarang bertindak sebelum memperhitungkan risikonya.
Konsep 10 D dari Bygrave

Selanjutnya dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil


memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
1. Dream
Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan
pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan impiannya tersebut.
2. Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan
secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia mengambil
keputusan adalah merupakan faktor kunci (key factor) dalan kesuksesan bisnisnya.
3. Doers
Begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya.
Mereka melak-sanakan kegiatannya secepat mungkin yang dia sanggup artinya seorang
wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat di-manfaatkan.
4. Determination
Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung
jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau
rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5. Dedication
Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia
mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya
untuk sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7 had dalam
seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan
bisnisnya.
6. Devotion
Devotion berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai
pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah
yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk
yang ditawarkannya.
7. Details
Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak
mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan
usahanya.
8. Destiny
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang
lain.
9. Dollars
Wirausahaan tidak sangat mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan
memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya.
Mereka berasumsi jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat
laba/bonus/ hadiah.
10. Distribute
Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-
orang kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang kritis dan
mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.

Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia

Heidirachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita
bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tanpa
orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
 Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.

 Sifat mentalitet yang suka menerabas.


 Sifat tak percaya kepada diri sendiri.

 Sifat tak berdisiplin murni.


 Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung-jawab yang kokoh.
Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan dalam
praktik- pembangunan di negara ini. SD inpres yang roboh sebelum waktunya, jalan dan
jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu sesudah diperbaiki, barang-
barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah cermin sifat meremehkan mutu.
Korupsi dan main pungli yang masih dipraktikkan meskipun sudah ada aparat
pengawasan adalah pengejawantahan dari sikap suka menerabas. Sikap ikut-ikutan
dalam berinvestasi sehingga dalam waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah
jenuh sehingga semuanya akan menderita rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa para
kaum usahawan kurapg rnampu menemukan dirinya sendiri dan lebih suka mengekor
pendapat orang lain.
Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambit saja contoh pada waktu ada
kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol
semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi.
Akhirnya, banyak hal-hal yang berjalan secara tersendat-sendat hanya karena tidak ada
kesinambungan dalam peng-garapannya yang disebabkan para pelaksana memiliki
pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin sikap tidak bertanggung-jawab
yang masih banyak menghinggapi bangsa kita.

Di zaman orde baru sering diadakan lomba kebersihan antar kota, memperebutkan
Prasamya Nugraha. Tapi setelah orde baru jatuh tak ada lagi lomba-lomba, maka kita
lihat kota besar di Indonesia, mulai semrawut, kumuh, sampah bertebaran dimana-mana.
Pak Walikota diam, tak ada motivasi lagi, nama jalan banyak yang hilang tak diganti
dengan yang baru, sungai-sungai dalam kota penuh sampah, jika hujan got tersumbat
banjir dan sebagainya. Ini mental apa namanya?
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yaitu terletak pada
supersutrukturnya.Di dalam ekonomi Pembangunan, ada 3 elemen penting yang
menunjang pembangunan yaitu Infra struktur, Struktur ekonomi, Superstruktur.
Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, alat
transportasi, telepon dan sebagainya.
Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga
manajemen yang berpandangan luas, kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga
tersedia pasar produksi.
Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat, semangat kerja ulet,
tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.
Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang Dunia
II, adalah karena mereka unggul dalam superstruktur ini. Bandingkan dengan negara
kita dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat kaya,
mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin santai.
Demikian pula bangsa kita, apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan, mereka
cenderung memperbanyak waktu santai.
Masyarakat kita begitu cepat ingin menikmati waktu santai, walaupun penghasilannya
belum begitu tinggi. Lihatlah pada hari mulai libur Jumat sore, Sabtu, Minggu jalan-
jalan ke daerah tujuan wisata macet total. Kebiasaan lain yang kurang baik yaitu,
memanfaatkan hari-hari 'terjepit' untuk bolos, minta ijin tidak masuk kantor. Perilaku ini
semua akan menurunkan prestasi kerja. Sebaiknya waktu istirahat atau leisure dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan mental dan keterampilan peningkatan kebudayaan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan, dan Iain-lain.
Bagi para mahasiswa, hari-hari libur dan waktu senggang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan, seperti membersihkan kamar, membongkar tumpukan buku dan
menyusunnya kembali, membersihkan rumah, menyapu halaman depan dan belakang
rumah, me^perbaiki atap yang bocor. Wanita dapat mencoba resep-resep makanan baru,
belajar menjahit, dan sebagainya. Kegiatan kreatif ini menjadi kebiasaan positif kelak
kemudian hari dan akan berpengaruh baik terhadap semangat kerja, dimanapun anda
bekerja.
Rangkuman

Orang yang memiliki sifat-sifat kewirausahaan (keberanian mengambil resiko,


keutamaan, kreativitas dan keteladanan dalam menangani usaha atau perusahaan dengan
berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri).

Kewirausahaan dalam konteks kehidupan sehari-hari: (1) Kemampuan kuat untuk


berkarya (terutama dalam bidang ekonomi) dengan semangat mandiri; (2) Mampu
membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil resiko; (3) Kreatif dan inovatif;
(4) Tekun teliti dan produktif; (5) Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika
bisnis yang sehat.

Fungsi pokok wirausaha: (1) Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil


resiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan bidang usaha dan pasar yang akan
dilayani. Skala usaha dan permodalannya dan tentang kriteria pegawai/karyawan dan
cara memotivasi dan mengendalikannya; (2) Mencari dan menciptakan berbagai cara
baru, terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta mengolahnya
menjadi barang dan jasa yang menarik dan memasarkan barang dan jasa tersebut untuk
memuaskan langganan dan sekaligus memperoleh keuntungan.

Karakter-karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya seorang


wirausaha yang berpeluang sukses: (1) Daya gerak (drive), seperti inisitaif, semangat,
tanggung-jawab, ketekunan dan kesehatan; (2) Kemampuan berpikir (thinking ability),
seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis; (3) Kemampuan membina relasi
(competency in human relation), seperti mudah bergaul (sociability), mempunyai
tingkat emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka membantu (cheer fullness), kerja
sama, penuh pertimbangan (consideration), dan bijaksana (tactfulness); (4) Mampu
menyampaikan gagasannya (communication skills), seperti terbuka dan dapat
menyampaikan pesan secara lisan (bicara) atau tulisan (memo); (5) Keahlian khusus
(technical knowledge), seperti menguasai proses produksi atau pelayanan yang
dibidanginya, dan tahu dari mana mendapatkan informasi yang diperlukan.
Kualifikasi Dasar wirausahawan yang baik atau wirausaha yang andal (administrative
entrepreneur) dan kualifikasi wirausaha tangguh dan unggul (innovative entrepreneur).

Administrative entrepreneur adalah: (1) Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri
yang tinggi untuk berusaha mencari penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan;
(2) Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang menguntungkan serta
melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya; (3) Mau dan mampu bekerja
keras dan tekun dalam menghasilkan barang dan jasa serta mencoba cara kerja yang
lebih tepat dan efisien; (4) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan
musyawarah dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha
terutama para pembeli/langganan (salesmanship); (5) Menghadapi hidup dan menangani
usaha dengan terencana, jujur hemat dan disiplin; (6) Mencintai kegiatan usahanya dan
perusahannya serta lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya; (7)
Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan
memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership dan managerialship) serta
melakukan perluasan dan mengembangkan usaha dengan resiko yang moderat; (8)
Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang kerjasama yang
saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan.

Ciri dan cara wirausahawan tangguh: (1) Berpikir stratejik serta adaptif terhadap
perusahaan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung
risiko yang agak besar dan dalam mengatasi berbagai masalah; (2) Selalu berusaha
untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan
langganan; (3) Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan
perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem
pengendalian intern; (4) Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan
perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta
penumpukkan permodalan.
Ciri dan cara wirausahawan unggul (sukses): (1) Berani mengambil risiko serta mampu
memperhitungkan dan berusaha menghindarinya; (2) Selalu berupaya mencapai dan
menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga
kerja, masyarakat, bangsa dan negara; (3) Antisipatif terhadap perubahan akomodatif
terhadap lingkungan; (4) Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (5) Selalu berusaha meningkatkan
keunggulan dan citra perusahaan melalui investasi baru di berbagai bidang.

Keberhasilan seseorang dalam usaha lebih disebabkan karena lima faktor: (1) bekerja
keras, cerdas, dan ikhlas; (2) fokus pada tujuan; (3) menjunjung tinggi komitmen; (4)
memandang karyawan sebagai aset; (5) membelanjakan anggaran secara tepat sasaran.
10) Kunci sukses dari para wirausahawan: (1) Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok
yang berguna bagi masyarakat melalui prestasi kerja sebagai wirausaha; (2)
Pengetahuan, yaitu keinginan belajar terus agar tidak menjadi usang dalam perubahan
situasi persaingan usaha; (3) Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan
perencanaan matang yang dipersiapkan secara realistis sesuai dengan kebutuhan
menghadapi persaingan dan kemampuan melaksanakannya.

Tipe-tipe kepribadian pebisnis: (1) The Improver, yaitu pemimpin yang memiliki
kepribadian ingin selalu memperbaiki; (2) The Advisor, yaitu pemimpin yang bersedia
memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya; (3) The
Superstar, yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang
Superstar.: (4) The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan
hidup. Hakikat dasar dari kewirausahaan adalah kreativitas dan keinovasian. Kreativitas
adalah berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah berbuat sesuatu yang baru.
Ada beberapa alas an mengapa seseorang berminat berwirausaha yaitu alas an
keuangan,alas an social, alasan pelayanan dan alasan memenuhi diri.
Kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap
kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini
karena wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi
sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan
kesejahteraan pemerintahan. Dengan demikian, meningkatnya perkembangan
kewirausahaan dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.

3.2. SARAN
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh perkembangan kewirausahaan
terhadap tingkat perekonomian Indonesia , maka disarankan wirausaha dapat menjadi
alternatif dalam usaha pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Pemerintah diharapkan dapat mendukung kemajuan kewirausahaan di Indonesia dengan
cara memberikan bantuan modal sehingga wirausahawan dapat mendirikan usaha tanpa
halangan mengenai biaya modal. Pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat
pada sektor formal juga diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor
informal yaitu wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA

Acs, Zoltan J., dkk. 2010. Global Entrepreneurship and the United States. SBA Office
for Advocacy, www.sba.gov/advo
Acs,Zoltan J., dkk. 2010. Entrepreneurship, Economic Development and Institution.
Alma, Buchari. 2000. Kewirausahaan: Panduan Perkuliahan untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Alfabeta.
Andrew, Andy. 2004. The Traveler’s Gift: Tujuh Keputusan yang Membawa Anda
Menuju Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Bird, Barbara. J. 1989. Intrepreneurial Behavior. Illinois: Scott. Foresman and
Company.
Braiker, Harriet B. 2005. Life is Yours: Mematahkan Jerat-jerat Manipulatif dan
Meraih Kembali Kendali Hidup Anda. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Crouch, Van. 2002. Buku Saku Para CEO (Chief Executive Officer). Jakarta:Harvest
Publication House.
Daniels, Aubrey C. 2005. Maximum Performance: Sistem Motivasi Terbaik bagi
Kinerja Karyawan. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer.
Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta :
PT.Gramedia.
Hisrich, R D. and Michael P. Peters. 1992. Entrepreneurship, Starting, Develo-ing,
and Managing a New Enterprise 2nd Edition. Irwin. USA
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. PT Raja Grafindo Perkasa: Jakarta.
Kushida, Kenji. 2001. Japanese Entrepreneurship: Changing Incentives in the Context
of Developing a New Economic Model, Stanford, Journal of East Asian Affairs
Vol 1. Japan.
Lee, Sang M., dkk. 2005. Impact of Entrepreneurship Education: A Comparative
Study of the Us. and Korea, International Entrepreneurship and Management
Journal 1. United States Naude, Wim. 2008. Entrepreneurship in Economic
Development, Research Paper No. 2008120. United Nations University
Merrill, Mike. 2005. Dare to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk Meraih
Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Obsborne, David and Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How The
Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector. Mass: Addison-
Wesley Publishing.
Osborne, David & Peter Plastrik. 2000. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju
Pemerintahan Wirausaha Terjemahan Ramelan Bhuana Ilmu Populer.
Suparman Sumahamijaya. 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta. Jakarta:
Gunung Jati.
Sadarachmat, Duduh. 2001. Bunga Rampai Manajemen. Surabaya : Majalah
Mitra.
Schumpeter, J.A. 1934. In Theory of Economic Development: an Inquiry into Profits,
Capital, Credit, Interest, and The Business Cycle. Oxford University Press, New
York.
Sumarto, Hetifah Sj. 2003. Inovasi. Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Bandung. Salemba Empat
Turner, Suzanne. 2005. Tools for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi Manajer
dan Praktisi Lainnya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh.
Jakarta : Erlangga.
Yoyon Bahtiar Irianto. 2006. Materi Perkuliahan Kewirausahaan dan Pemasaran
Pendidikan. Bandung: Lab Adpend FIP IKIP Bandung.
Zohar, Danah & Ian Marshal. 2006. Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia
Bisnis. Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai