2M
KEWIRAUSAHAAN
RESUME TUGAS
MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu : Dr. Achmad Faqih, Ir., MM
Oleh:
IIN IRYANI
NPM: 114040417
0
KEWIRAUSAHAAN
RESUME TUGAS
MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
Oleh:
IIN IRYANI
NPM: 114040417
pg. 1
pg. 2
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalaini yang merupakan tugas mata kuliah Kewirausahhan. Penulis sampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan Dr.
Achmad Faqih, Ir., MM dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................vi
PENDAHULUAN............................................................................................................vi
1. LATAR BELAKANG...........................................................................................vi
2. TOPIK BAHASAN.............................................................................................viii
3. TUJUAN..............................................................................................................xii
BAB II...............................................................................................................................1
PEMBAHASAN................................................................................................................1
1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN...................................................................4
Wirausaha dan Impian...............................................................................................4
Pengertian Entrepreneur/Wirausaha Secara Global................................................12
Pengertian kewirausahaan Menurut Para Ahli........................................................14
1.4 Kewirausahaan Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang Dan Konteks................18
Langkah-langkah memulai wirausaha.....................................................................20
2. FUNGSI KEWIRAUSAHAAN...........................................................................25
Pentingnya Kewirausahaan.....................................................................................25
Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha.......................................................................31
Fungsi tambahan wirausaha....................................................................................35
Tujuan berwirausaha................................................................................................36
3. PERANAN WIRAUSAHA..................................................................................37
Wirausaha dalam Pertumbuhan Ekonomi...............................................................37
Alasan Berwirausaha...............................................................................................49
Manfaat Kewirausahaan..........................................................................................52
Gambar: 3.1 Peluang entrepreneur..........................................................................55
Peranan Kewirausahaan...........................................................................................56
Sarjana dan kewirausahaan......................................................................................62
3 UNSUR-UNSUR KEWIRAAUSAHAAN..........................................................64
Unsur-Unsur Kewirausahaan...................................................................................64
Prinsip Kewirausahaan............................................................................................66
Kategori Entrepreneur.............................................................................................69
Proses Kewirausahaan.............................................................................................70
Syarat-Syarat Wirausaha.........................................................................................72
Kewirausahaan Dalam Konteks Organisasi............................................................73
Langkah Penciptaan Entrepreneur..........................................................................87
Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan..............................................92
Konsep 10 D dari Bygrave......................................................................................98
Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia............................................................99
Rangkuman....................................................................................................................102
BAB III..........................................................................................................................105
PENUTUP.....................................................................................................................105
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................105
3.2. SARAN...........................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................106
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide
inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau
ketidakpastian.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan
ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai
dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan
pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada
beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.
Krisis yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1996 tidak hanya
berpengaruh terhadap dunia usaha, tetapi juga berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat luas. Dunia kerja semakin sempit, sementara masyarakat yang
membutuhkan lapangan kerja semakin meningkat. Pengangguran yang disebabkan
ketiadaan lapangan kerja pada akhirnya menjadi beban masyarakat juga. Pengangguran
ini akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan terutama di kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan sering mengharapkan mendapat pekerjaan
formal di kantor-kantor, sementara penawaran pekerjaan di sektor formal sangat
terbatas. Tuntutan kualitas sumber daya manusia makin lama makin tinggi dan
menuntut kekhususan yang lebih sulit untuk dipenuhi. Lapangan kerja yang terbatas
membuat orang mencari jalan untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Dengan
melihat situasi tersebut maka sektor informal merupakan alternatif yang dapat
membantu menyerap pengangguran. Berwirausaha merupakan satu alternatif jalan
keluar terbaik. Wirausaha adalah seseorang yang berkemauan keras melakukan tindakan
yang bermanfaat. Wirausaha juga didefinisikan sebagai orang yang memiliki gaagasan
dan mengelola serta menjalankan gagasannya tersebut. Kewirausahaan ialah
kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi,
mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat
menciptakan makna dan memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan situasi diatas, kehadiran dan peranan wirausaha tentu saja akan
memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan
ekonomi di Indonesia sekarang ini. Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan
menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang mengumpulkan sumber – sumber daya
yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang – peluang
tersebut. Dengan meningkatnya kewirausahaan, diharapkan perekonomian di Indonesia
juga meningkat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
masalah penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan antara perkembangan
kewirausahaan dengan perekonomian di Indonesia, apa saja pengaruh positif
perkembangan kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta apakah
resiko wirausahawan dalam pengembangan bisnis.
Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis sampai berapa jauh keterkaitan antara perkembangan kewirausahaan
dengan perekonomian di Indonesia, untuk mengetahui pengaruh positif perkembangan
kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta untuk mengetahui resiko
wirausahawan dalam pengembangan bisnis di Indonesia.
Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa
tingkat keinginan untuk berwirausaha akan menjadi penentu kelangsungan hidup usaha
tersebut. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat
dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu menambah
wawasan pengembangan ilmu mengenai kewirausahaan dan pengaruhnya terhadap
perekonomian di Indonesia, serta meningkatkan kesadaran pembaca untuk berwirausaha
dalam rangka meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul
pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir
yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan
jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku
sebagai manusia unggul.
Pada makalah ini dijelaskan tentang pengertian, hakekat, prinsip-priinsip, objek,
fungsi, peranan, dan unsur-unsur kewirausahaan dalam perekonomian nasional.
2. TOPIK BAHASAN
A. Tinjauan Tentang Kewirausahaan
Beberapa decade ini telah terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang sangat
pesat sebagai akibat dari proses globalisasi dalam berbagai sektor. Di sisi lain
keprihatinan pun muncul oleh adanya inflasi, pengangguran, serta dilema ekologi untuk
memperoleh gol ekologis dan daya dukung ekonomi serta keseimbangan di planet bumi
ini. Hal tersebut menuntut adanya kepemimpinan yang kreatif dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang rumit. Generasi sekarang dan berikutnya dituntut untuk
mampu dan terlatih untuk menghadapi hal ini dan berbagai perubahan sosial serta
kebutuhan manusia.
Di negara yang dilanda keterpurukan dalam berbagai aspek seperti Indonesia
sekarang ini, kekurangan pangan dan bencana kelaparan serta tragedi kemanusiaan
sering terjadi. Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan atas
kemampuan diri dan kemampuan mengelola masa depan.
Melihat fakta-fakta di atas tentang kehidupan ekonomi yang tidak berjalan
dengan baik, sejauh mana relevansi kewirausahaan dapat memberikan solusi ekonomi,
lingkungan, sosial maupun masalah kemanusiaan. Kewirausahaan memiliki peranan
yang sangat penting dalam segala dimensi kehidupan ini. Masyarakat yang dibangun
kembali memiliki vitalitas dan energi yang bermula dari aktivitas kewirausahaan.
B. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai
sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap
berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Suatu masyarakat yang
didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu
merespon perubahan kebutuhan dan realitas. Jiwa kewirausahaan ini ditunjukkan oleh
adanya keinginan untuk mengambil inisiatif dan bersifat kreatif serta inovatif dalam
mengelola orang dan sumber daya agar tercapai hasil yang memuaskan. Wirausahawan
merupakan agen dari perubahan sosial, politik dan ekonomi.
Pada umumnya, orang mengasosiasikan jiwa kewiraushaan adalah perintis
perusahaan di sektor ekonomi. Sesungguhnya jiwa kewirausahaan dapat tumbuh dan
berkembang dalam sektor atau organisasi non ekonomi seperti : organisasi komunitas
yang baru, pusat rehabilitasi yang baru, atau institusi baru di bidang seni. Karakter unik
dari kewirausahaan adalah merintis dan membangun sesuatu yang baru dan lebih efektif
dibandingkan dengan meneruskan sesuatu yang sudah ada.
3. TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Kemiskinan
Dalam konteks Indonesia, salah satu alternatif solusi bagi pengentasan kemiskinan
adalah melalui kewirausahaan sosial. Namun, dibutuhkan strategi yang bisa memperkuat
konsep tersebut dalam konteks sosial budaya Indonesia. Ada beberapa strategi yang
teridentifikasi, yaitu :
Pertama, pendekatan kewirausahaan sosial sebagai bentuk investasi
kepada kelompok sosial tertentu, dalam hal pengentasan kemiskinan ini maka
kelompok masyarakat miskin yang menjadi sasaran. Investasi disalurkan melalui
modal produktif dalam berbagai wujud sumber daya finansial kepada masyarakat
miskin.
Kedua, penguatan jaringan (networking) dengan kelompok lain yang dapat
memberikan ruang bagi kelompok masyarakat miskin guna mendistribusikan atau
menjual produk yang dihasilkan dari aktivitas kelompoknya.
Ketiga, penguatan kapasitas kelompok masyarakat miskin dalam aspek manajemen
ekonomi produktif, sehingga dalam jangka panjang masyarakat miskin dapat
melipatgandakan usaha produktifnya dan sekaligus meningkatkan pendapatan serta
keuntungan yang mereka peroleh.
Keempat, pembangunan kepercayaan (trust building) sebagai awal dari keseluruhan
proses tersebut, hal ini bermanfaat bagi peningkatan moral masyarakat miskin
sehingga merasa lebih dihargai dan diberi kesempatan secara aktif untuk keluar dari
kemiskinannya.
1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN SANGAT PENTING?
“…Without entrepreneur, economies become poor and weak. The old will not exist; the
new can not enter” Lester Thurow
“Pengalaman adalah guru yang sulit sebab ia memberikan ujian dulu kemudian baru
pelajarannya” Vermon Sander Law
Berikut ini adalah beberapa motivasi yang bisa diberikan kepada mahasiswa mengenai
impian:
Motivasi Untuk Meraih Impian
Impian adalah ambisi dari dalam diri manusia yang menjadi penggerak untuk maju.
Impian merupakan hasrat yang akan menggerakkan manusia untuk mewujudkannya.
Dunia ini bertumbuh dengan peradaban yang lebih tinggi dan teknologi yang lebih hebat
itu berkat
impian orang-orang besar. Orang-orang besar itu adalah para pemimpi. Orang-orang
yang tidak mempunyai impian, seperti orang yang naik angkot jurusan kemana saja
sehingga waktu hidup orang yang tidak memiliki impian sangat tidak efektif. Orang
yang tidak memiliki impian, memiliki hasrat atau kegigihan yang mudah sekali pudar,
sehingga mereka dengan mudah mengubah impian mereka menjadi sangat sederhana.
Padahal, impian yang besar mempunyai kekuatan yang besar pula. Orang-orang yang
berhasil mencatat nama dalam sejarah rata-rata mempunyai ciri khas yaitu selalu
mampu memperbarui impian mereka.
Oleh sebab itu, mereka selalu bersemangat mengembangkan kemampuan tanpa henti
dan mencapai kemajuan terus menerus hingga tanpa batas. Impian yang sudah menjadi
nafas kehidupan merupakan daya dorong yang luar biasa.
Konsep Be – do – have
Be Do Have adalah suatu konsep yang terdapat dalam buku One Minute
Millionaire oleh Mark Victor Hansen dan Robert G. Allen. Uniknya konsep ini bukan
diawali dari kerja (do) menuju milyarder, tetapi diawali oleh menjadi (be).
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pikirkan Anda ingin menjadi
apa? hal ini sejalan dengan konsep dasar manajemen yaitu “think what u do
and do what u think”. Setelah Anda sudah mengetahuinya, maka lakukan hal
(do) yang diperlukan untuk menuju be (menjadi apa yang Anda inginkan).
Posisi be di awal Anda akan mampu menjadikan tindakan Anda lebih efektif, terlahirlah
tindakan efektif jika Anda sudah berpikir bahwa Anda sudah menjadi apa yang Anda
inginkan maka tindakan akan mengikutinya. Ketika Anda bertanggung jawab penuh atas
keputusan Anda maka have adalah efek samping dari tindakan efektif Anda yang sangat
amat mungkin untuk didapatkan.
Sebagai contoh : Ketika seseorang ingin menjadi programmer, maka lakukanlah
tindakan yang mendukung menjadi programmer. Belilah alat-alat atau hal-hal yang bisa
membantu menjadi programmer, temui para programmer-progammer, diskusikanlah
dengan mentor/pembimbing jika ada yang mengalami kesulitan, lakukanlah dengan
teguh dan pantang mengeluh, maka orang tersebut akan memiliki hasil yang luar biasa
berupa pengakuan dan tergantikannya harga yang telah dibayar berupa kerja keras,
biaya, dan himpitan pada masa sebelumnya.
Makna be – do have juga menunjukkan sikap perspektif jangka panjang. Sikap ini
berarti bahwa seseorang yang sukses dalam berencana dan bertindak selalu memiliki
perspektif jangka panjang. Segala keputusan yang dibuat selalu memperhatikan
akibatnya bagi masa depan dalam jangka panjang. Tidak ada istilah bagi mereka yang
berbunyi “bagaimana nanti saja”’ mereka lebih berpikir: “nanti bagaimana?”.
Berpikir jauh ke depat bukan berarti mengkhawatirkan masa depan. Tetapi lebih kepada
mempersiapkan masa depan.
Satu-satunya cara untuk membentuk perspektif jangka panjang ini ialah dengan
merumuskan visi anda saat ini. Jangan abaikan dengan langkah sukses ini. Jangan takut
anda gagal, lebih baik anda gagal meraih visi yang luar biasa, daripada berhasil tidak
meraih apapun.
a. Impian Harus Smart
Pernahkah Anda mendengar ketika ada sebuah pertanyaan dilontarkan kepada
mahasiswa “apa impian kalian?” lalu mereka berkata “ingin menjadi orang sukses” atau
“ingin membahagiakan orang tua”. Sekilas nampak bahwa jawaban mahasiswa ini
sangat baik dan mulia, namun demikian impian ini sangatlah abstrak dan tidak jelas apa
ukuran/indikator kesuksesan tersebut sehingga sangat sulit untuk ditentukan bagaimana
langkah-langkah untuk mewujudkannya.
Dengan kata lain, impian yang abstrak dan tidak jelas ini sangat dimungkinkan
hanya akan menjadi mimpi yang sulit untuk diwujudkan. Bila mengacu kepada konsep
manajemen tentang bagaimana sebuah impian/tujuan itu seharusnya dirumuskan, maka
kita akan merujuk kepada sebuah konsep yang bernama SMART. Konsep dasar yang
harus disadari terlebih dahulu adalah, sukses itu bukanlah sebuah kebetulan, namun
sukses adalah by Desig. Oleh karena itu impian yang kita buat harus SMART “Cerdas”,
Apakah impian yang SMART itu? Impian yang SMART adalah Impian yang :
1. Specific artinya Anda harus jelas mengenai apa yang anda inginkan, dengan
demikian Anda akan lebih mudah dalam membuat perencanaan.
Dengan demikian, istilah “Saya memiliki impian menjadi orang sukses” diganti
dengan misalnya ; “Saya memiliki impian untuk menjadi seorang manajer
pemasaran di PT X dengan penghasilan Rp X”
atau “Saya ingin menjadi seorang wirausahawan di bidang X dengan
penghasilan sebesar Rp X dan lainnya.
2. Measurable artinya impian haruslah terukur. Dengan demikian, anda akan tahu
kapan impian anda telah tercapai.
3. Achieveble artinya Impian anda harus dapat anda raih.
Jika impian itu terlalu besar, Anda perlu memecah impian itu menjadi impian
yang lebih kecil dulu sebagai langkah awal atau bagian dalam pencapaian
impian besar.
4. Realistic artinya, impian Anda harus masuk akal.
Makna masuk akal ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan/ketersediaan
sumber daya yang dimiliki.
5. Time Bond Impian haruslah memiliki garis waktu yang jelas kapan impian
tersebut ingin Anda raih.
Misalnya : “ saya memiliki impian mendirikan sekolah bagi anak-anak yang
tidak mampu 10 tahun dari sekarang”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta
memasarkannya. Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan di
Indonesia tahun 1978, mendefinisikan “Wirausahawan adalah pejuang kemajuan yang
mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan dan bertekad dengan
kemampuan sendiri membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat
dan memperluas lapangan kerja”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan
usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah
suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang
terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada
pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang
mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif
dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan
pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses.Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada
hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada, setidaknya terdapat 6 hakekat penting
kewirausahaan. Di antaranya : Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat
memberi nilai lebih.
1. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen.
9. Menurut Raymond, Wirausaha ialah seseorang yang inovatif, kreatif dan mampu
mewujudkanya kreatifitasnya agar meningkatnya kesejahteraan diri di
lingkungan dan masyarakat.
10. Menurut Kasmir, Wirausaha ialah seorang yang berjiwa pemberani yang berani
mengambil resiko untuk membuka sebuah usaha di berbagai kesempatan yang
ada.
14. Menurut Ahmad Sanusi (1994), Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang
diwujudkan didalam perilaku yang menjadi dasar tujuan, kiat, siasat, tenaga
penggerak, proses dan hasil bisnis.
16. Menurut Frank Knight, Seorang wirausahawan mencoba untuk menyikapi &
memprediksi perubahan pasar. Penjelasan ini menekankan peranan seorang
wirausahawan dalam menghadapi ketidakstabilan pada dinamika pasar. Seorang
wirausahawan disyaratkan untuk melakukan semua fungsi manajerial mendasar
seperti pengawasan & pengarahan.
17. Menurut Mas’ud Machfoedz & Mahmud Machfoedz, Wirausaha ialah seorang
yang mempunyai inovasi untuk mengubah kesempatan menjadi suatu ide yang
bisa di jual, mampu memberikan nilai plus lewat usaya, biaya, waktu dan
kecakapan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
18. Menurut Joseph Schumpeter, Wirausaha ialah seseorang yang mendapat peluang
& menciptakan suatu organisasi untuk mengejar sebuah peluang tersebut.
19. Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess, Wirausaha ialah seseorang yang
mengorganisasikan, mengelola dan berani mengambil resiko untuk menciptakan
sebuah peluang usaha & usaha baru.
20. Menurut J.B Say, Wirausaha ialah pengusaha yang dapat mengelola berbagai
sumber daya yang dimiliki secara ekonomis & meningkatkan produktivitas yang
rendah menjadi tinggi.
21. Menurut Drs. Joko Untoro, bahwa kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk
melakukan upaya upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh
seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara manfaatkan segala potensi yang
dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain
Dalam buku Entrepreneurial Finance oleh J.Leach Ronald Melicher bahwa
kewirausahaan adalah sebuah proses dalam merubah ide menjadi kesempatan
komersil dan menciptakan nilai (harga) "Process of changing ideas into
commercial opportunities and creating value" Dalam buku Entrepreneurship:
Determinant and Policy in European-Us Comparison bahwa kewirausahaan
adalah proses mempersepsikan, menciptakan, dan mengejar peluang ekonomi
"process of perceiving, creating, and pursuing economic opportunities". Akan
tetapi dikatakan dalam buku tersebut, bahwa proses dari kewirausahaan itu
sendiri sulit untuk diukur.
22. Menurut Bapak Eddy Soeryanto Soegoto, bahwa kewirausahaan atau
entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat,
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Bila diperhatikan pengertian kewirausahaan dari ahli-ahli di atas, terlihat jelas
bahwa kewirausahaan, tidak hanya cocok untuk usaha-usaha yang mengejar
keuntungan (profit motif), melainkan juga cocok untuk aktivitas sosial seperti
pendidikan, rumah sakit dan jasa pelayanan sosial lainnya. Implikasinya adalah,
pengelolaan semua kegiatan/usaha baik yang bermotif profit maupun yang bermotif
sosial harus disertai dengan inovasi agar usaha tersebut mempunyai keunggulan
komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Inovasi, sebagai kata kunci entrepreneurship seperti yang diuraikan di atas dapat
dibagi-bagi dalam beberapa bentuk. Inovasi dapat berupa menghemat kapital
(capital saving), menghemat tenaga kerja (labor saving). Inovasi dapat juga dilihat
dari sudut permintaan dan biaya-biaya seperti menekan biaya produksi (cost
reducing) atau meningkatkan permintaan (demand increasing). Inovasi yang berupa
turunnya biaya seperti memperkenalkan metode baru, menggunakan sumber bahan
mentah baru, dan pemakaian bentuk organisasi yang baik. Sedangkan inovasi yang
berupa peningkatan permintaan misalnya memperkenalkan produk baru dengan
kualitas baik serta pembukaan pasar baru.
Terlepas dari definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
wirausaha dapatdipandang dari berbagai sudut dan konteks yaitu, ahli ekonomi,
manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal.
5. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja
dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa.
Banyak orang yang jika sudah untung besar dan berada di atas, melupakan faktor
persiapan akan hal tak terduga maupun merencanakan pengembangan usaha. Padahal
bisnis adalah sama dengan hidup, harus selalu bertahan dan berjuang. Banyak
pengusaha dan pengrajin kita, ketika sudah kebanjiran order dan menerima banyak
uang, malah mendahulukan membeli mobil mewah ataupun mobil sport. Hal ini tidak
salah, namun akan lebih baik jika keuntungan itu disisihkan untuk laba ditahan dan
penambahan modal kerja. Dengan demikian usaha bisa lebih berkembang, dan
mendapatkan kepercayaan dan pinjaman modal dari bank menjadi lebih mudah. Karena
anda dipercaya oleh pihak bank mampu mengelola perusahaan secara profesional.
Sebaiknya untuk keperluan sehari-hari, pemilik perusahaan mencadangkan
alokasi dana secukupnya saja untuk biaya hidup dan keperluan pribadi dalam bentuk
gaji tetap komisaris/pemilik. Atau disisihkan sebagian saja dari laba tahunan, namun
jangan menganggu arus kas perusahaan untuk kepentingan pribadi yang tidak ada
urusannya dengan produktivitas usaha. Selain point di atas, kiat memulai wirausaha
juga dapat diadopsi menurut seorang pakar bisnis sekaligus motivator yaitu Tum Desem
Waringin.
Berikut ini adalah langkah-langkah teknis yang dapat dilakukan untuk memulai bisnis :
1. Bangun Ide bisnis dengan menulis Impian dan hobby kita.
Tuliskan 10 mimpi dan hobby kita, lalu seleksi menjadi 3 yang paling membuat kita
sangat ambisius dan enjoy untuk menjalankannya. Seleksi lagi menjadi 1 mimpi yang
membuat kita menjadi harus untuk mewujudkannya. Sehingga 1 mimpi tersebut benar-
benar dijadikan sebagai Visi/Goal/Target yang harus diraih.
2. Berikan alasan yang sangat kuat untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Bayangkan kenikmatan apa yang akan kita dapat apabila mimpi tersebut terwujud
dan kesengsaraan apa yang akan kita terima kalau mimpi tersebut tidak terwujud.
3. Mulai lah untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan bertindak dan cari tema yang
tepat dan tulis misi / Langkah pencapaian dan tuangkan menjadi konsep usaha yang
jelas
4. Lakukan riset baik di internet maupun di kenyataan sehari-hari, Visi dan Misi yang
kita tulis harus terdefinisi dengan jelas, specific dan marketabel sesuai bidangnya.
5. Tuliskan dan rancang strategi yang akan dijalankan.
6. Gunakan faktor pengungkit.
OPM (Other People’s Money)
OPE (Other People’s Experience)
OPI (Other People Idea)
OPT (Other People’s Time)
OPW (other People’s Work)
7. Cari pembimbing (pilih yang sudah sukses di bidang tersebut), untuk pembanding
dan mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan langkah-langkah pencapaian
goal tersebut.
8. Buatlah sebuah TEAM yang kompak untuk membantu mewujudkan goal tersebut
T = Together
E = Everybody
A = Achieve
M = Miracle
9. Optimalkan jaringan, relasi dan network yang kita punya untuk mencapai goal/visi
kita tersebut.
10. Buat jaringan baru yang tak terhingga dengan membuat relasi dan silaturahmi
sebanyak-banyaknya.
11. Gunakan alat bantu untuk mempercepat pencapaian misal website, jejaring sosial,
advertisement, promosi, dll
12. Buat system yang ideal untuak bisnis tersebut.
S=Save
Y=Your
S=Self
T=Timing
E=Energy
M=Money
Data membuktikan bahwa, 94% kegagalan usaha karena system bukan orangnya
perbanyak menggunakan 5W = Why Why Why Why Why dan 5H = How How How
How How.
4. FUNGSI KEWIRAUSAHAAN
Pentingnya Kewirausahaan
Kesan atau anggapan bahwa Small Medium Enterprises (SMEs) yang memiliki
karakteritik seperti berikut di bawah ini cenderung semakin mengalami perubahan,
yakni:
• Para pelaku SMEs pada umumnya kurang efisien dibandingkan perusahaan berskala
besar;
• Para pelaku SMEs pada umumnya memberikan tingkat kompensasi yang relatif lebih
rendah dibandingkan perusahaan berskala besar; dan
• Para pelaku SMEs terlibat dalam kegiatan inovatif hanya secara marginal (setengah-
setengah) saja dibandingkan perusahaan berskala besar.
Audretsh dan Thurik (2001) berpendapat bahwa para wirausaha di kalangan SMEs,
tidak akan menjadi usang sejalan dengan globalisasi, namun perannya akan berubah
sejalan dengan keunggulan komparatif yang dicapai ke arah aktivitas yang berbasis
pengetahuan ekonomi (knowledge-based economy). Hal ini terjadi dikarenakan dua
alasan. Pertama, perusahaan berskala besar di dalam industri manufaktur tradisional
telah kehilangan daya saingnya di pasar dalam negeri karena memiliki biaya operasi
yang relatif tinggi. Kedua, tidak halnya kewirausahaan yang dimiliki para pelaku SMEs
telah mengambil suatu manfaat dan nilai tambah baru dalam suatu ekonomi yang
berbasis pengetahuan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa kontribusi kewirausahaan
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara atau wilayah pada dasarnya tidaklah
mudah diukur. Karena secara statistik kurang didukung oleh adanya data yang akurat.
Kewirausahaan cenderung bersifat perorangan, padahal pengukuran pertumbuhan
ekonomi bersifat agregat. Demikian pula, pengukuran peran kewirausahaan pada
perusahaan berskala besar tidaklah mudah, karena konsep kewirausahaan telah
terakomodasi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (Research & Development)
sehingga sulit untuk ditelusuri perilaku kreatif, inovatif, dan risk taking secara orang
perorangan.
Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil,
atau percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar. Sebelum
mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.
Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba memenangkan hidup mereka dan
memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk untuk mewujudkan
cita-citanya.
2. Memberi peluang melakukan perubahan.
Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap peluang
untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting. Mungkin
berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai, dan mendirikan
daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas, pebisnis kini
menemukan cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai
masalah ekonomi dengan sosial dengan harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali membosanka,
kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi seorang
wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara bekerja atau menyalurkan
hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh wirausahawan
merupakan alat untuk menyatakan aktualisasidiri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal
yang ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki
usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka, kebangkitan
spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untruk meraih keuntungan.
Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi
kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir 75% yang
termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan wirausahawan
generasi pertama. Menurut hasil penelitian, Thomas stanley dan William Danko,
pemilik perusahaan sendiri mencapai 2/3dari jutawan Amerika serika. “Orang-orang
yang bekerja memiliki perusahaan sendiri empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan
daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyaratkan dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya.
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling
merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan
yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam bertahun-tahun.
Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan setempat serta
kesadaran bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan
ekonomi nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer perusaan kecil.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa
senang dalam mengerjakan.
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah bahwa
kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan kewierausahawan yang
berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab mereka tertarik dan mrenyukai
pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau kegemaran mereka menjadi
pekerjaan mereka dan mereka senang bahwa mereka melakukannya. Wirausahawan
harus mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan dirikan usaha
yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah terpaksa harus bekerja sehari pun dalam
hidup anda” Hal ini yang menjadi penghargaan terbesar bagi pebisnis/wirausahawan
bukan tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau perjalanannya.
Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut diatas jelas bahwa
menjadi usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh
jika seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau menjadi pekerja bagi
para pemilik perusahaan.
Wirausaha mempunyai dua fungsi, kedua fungsi tersebut adalah fungsi makro dan
fungsi mikro.
a. Fungsi Makro
Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu
perekonomian suatu bangsa. Di amerika serikat, eropa barat, dan negara-negara di asia,
kewirausahaan menjadi kekuat-an ekonomi negara tertentu, sehingga negara-negara itu
menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam
produk barang dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses
dinamis wirausaha yang dinamis. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
b. Fungsi Mikro
Secara mikro peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian,
mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbedauntuk
menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya
menurut marzuki usman (1977) secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu
sebagai penemu (innovator) dan sebagai perencana (planner).
1. Innovator merupakan Wirausaha yang berperan dalam menemukan dan
menciptakan:
Produk baru (the new product)
Teknologi baru (the new technologi)
Ide-ide baru (the new image)
Organisasi usaha baru (the new organization)
2. Planner merupakan Wirausaha yang berperan dalam merancang ;
Perencanaan usaha (corporate plan)
Strategi perusahaan (corporate strategy)
Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
Organisasi perusahaan (corporate organi-zation)
Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk berfikir
optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan,karena dengan begitu semangat
dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan usaha kita yang maju
dan terus berkembang.Juga disamping itu kita harus berfikir alternatif dimana dengan
berfikir alternatif kita menciptakan suatu Ide dan strategy dari dan atas usaha yang akan
kita lakukan untuk usaha kita.
1. Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik
dengan kata lain ikut serta dalam mengader manusia manusia calon wirausaha
untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik
5. Mengembangkan dalam bentuk inovasi dan kreasi agar tercipta dinamika dalam
kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga kemakmuran dapat tercapai
3. PERANAN WIRAUSAHA
1
Berikut adalah gagasan Schumpeter mengenai hubungan antara wirausaha dan
peningkatan ekonomi negara:
1. Dengan adanya inovasi baru, tentu saja wirausaha akan terus melahirkan produk baru
dan juga kualitas yang baru. Hal ini menurut saya juga dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi. Semakin maju teknologi, inovasi baru pun akan semakin membantu manusia
untuk menjalani hidup. Misalnya saja adalah wirausaha makanan dengan bentuk yang
unik. Usaha tersebut dibilang sukses karena
2. Selain produk dan kualitas yang baru, wirausaha juga memperkenalkan metode baru
yang pasti lebih baik dari sebelumnya. Pengalaman kerja dan hasil kajian ilmiah akan
memberikan pendorong untuk menghasilkan metode yang lebih efisien dan tentunya
akan semakin membuka lapangan kerja baru
3. Dalam memproduksi sesuatu, tentu saja sasarannya adalah pasar. Seorang wirausaha
akan memiliki target usahanya sendiri. Apakah dia akan memproduksi barang tersebut
untuk di pasarkan di wilayahnya atau di luar wilayahnya. Dengan demikian wirausaha
juga akan membuka pasar baru baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
4. Wirausaha menggali sumber pasokan bahan baku baru dari industri setengah jadi
maupun industri akhir.
5. Wirausaha akan menjalankan organisasi baru yang juga memberikan kesempatan
kerja yang baru.
Dalam kelima gagasan Schumpeter tersebut, produktivitas menjadi ciri khas dari suatu
wirausaha. Oleh karena itu, produktivitas tersebut mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi nasional akan memberikan kesempatan
berusaha, namun inflasi yang berpengaruh pada upah kerja pun akan menjadi hambatan
tersendiri. Di sisi lain, ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja akan menaikkan upah
tenaga kerja.
Menurut Davidsson dan Kirzner, wirausaha merupakan perilaku kompetitif yang
mendorong pasar, bukan hanya menciptakan pasar baru, tetapi menciptakan inovasi
baru ke dalam pasar, sekaligus sebagai kontribusi nyata dari wirausaha sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi. Dengan menciptakan inovasi baru, perubahan dan persaingan,
wirausaha mampu memberikan suatu kontribusi terhadap dinamika perekonomian
nasional. Jadi, dalam waktu yang lama, keberadaan wirausaha dengan produktivitas
yang tinggi akan menjadi elemen yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Jovanovic dan Audretsch, hubungan antara wirausaha dan pertumbuhan
ekonomi bisa menciptakan evolusi industri atau evolusi ekonomi. Sejauh ini, kita bisa
menyebut wirausaha sebagai agen perubahan dengan membawa inovasi baru dan
merangsang pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan persaingan perusahaan.
Dalam merumuskan hubungan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi, Wennejers
dan Thurik (1999) membangun suatu kerangka operasional penelitian. Kerangka
tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dalam wirausaha dari level apa pun mempunyai
dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak banyak model yang dapat membutikan
kaitan wirausaha dengan pertumbuhan ekonomi, namun, terinspirasi dari model
pertumbuhan endogen yang dikembangkan oleh Romer (1986) Schmitz (1989)
menciptakan suatu konsep model pertumbuhan ekonomi yang bersifat teoritis. Ternyata,
model teoritis Sxhmitz mampu memperlihatkan penignkatan kewirausahaan yang
menghasilkan input bagi perekonomian.2[8]
2
berhasil menciptakan lapangan kerja baru, seperti usaha inovasi abon ikan gabus dari
Garut dan mie ubi jalar yang diciptakan mahasiswa FMIPA Universitas Yogyakarta.
Dengan tingkat inovasi yang tinggi, suatu negara secara langsung akan membuka
peluang khususnya untuk pasar tenaga kerja.
2. Total aktivitas kewirausahaan juga menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan
ekonomi. Dengan berjalannya proses seperti produksi dan distribusi, wirausahawan
akan memberikan peningkatan berupa pajak penghasilan kepada negara.
3. Selain total aktivitas, hipotesis berikutnya adalah peluang total aktivitas suatu negara
yang berada pada level tinggi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
4. Hipotesis selanjutnya adalah negara dengan kebutuhan total aktivitas kewirausahaan
yang rendah akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan
dengan negara yang kebutuhan total aktivitas kewirausahaannya tinggi.
5. Hipotesis terakhir adalah potensi total aktivitas kewirausahaan. Bila suatu negara
memiliki potensi yang lebih tinggi, maka pertumbuhan ekonomi nya pun akan lebih
cepat.
Hipotesis tersebut dinilai relaistis melihat keadaan perekonomian Indonesia yang sedikit
demi sedikit mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya usaha-usaha mandiri
dari rakyat. Berbagai macam perusahaan kecil maupun menengah mulai tumbuh dan
membantu Indonesia dalam membangun pundi-pundi ekonominya.
Untuk memperhitungkan perubahan pertumbuhan ekonomi yang di akibatkan oleh
aktivitas kewirausahaan dibutuhkan identifikasi terhadap variabel-variabel eksogen.
Dalam aktivitas kewirausahaan, baik itu dalam konteks mikro dan makro, teori ekonomi
menjadi syarat yang mutlak terhadap pembangunan model hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan aktivitas kewirausahaan. Dibutuhkannya teori ekonomi
makro dan mikro di karenakan aktivitas kewirausahaan bukanlah satu-satunya variabel
pertumbuhan ekonomi. Salah satu elemen penting dalam kewirausahaan adalah aktivitas
inovasi, menurut Dejardin, aktivitas inovasi terdiri dari pilihan kerja, upah relatif, dan
proyek pembangunan sosial, baik yang produktif maupun yang tidak produktif.
Kita mungkin bingung tentang apa yang sebenarnya menjadi faktor penyebab wirausaha
yang meningkatkan perekonomian nasional. Lalu apa saja yang di sumbangkan
wirausaha terhadap perekonomian? Yang pertama adalah dampaknya terhadap tingkat
lokal seperti kota, kabupaten maupun propinsi. Untuk mengidentifikasinya, dampak
terhadap tingkat lokal dapat di lihat melalui penelitian dasar maupun kebijakan publik.
Selanjutnya, kita belum tahu input seperti apa saja yang bisa dijadikan patokan
penignkatan aktivitas kewirausahaan. Namun secara Empiris, input-input tersebut bisa
saja berupa interaksi sosial, motivasi seseorang untuk berwirausaha maupun dukungan
pemerintah dalam mengembangkan wirausaha.
Dalam menjelaskan kinerja ekonomi regional, Modal kewirausahaan dijadikan variabel
independen yang menjelaskan kinerja ekonomi regional. Audretsch dan Keilbach
merupakan tokoh yang berhasil membuktikan bahwa kewirausahaan mampu
memberikan dampak positif pada kinerja ekonomi regional. Dalam suatu wilayah yang
mempunyai tingkat kedapatan penduduk yang tinggi, kewirausahaan akan memiliki
kemajuan yang baik karena kewirausahaan berperan dalam menciptakan inovasi baru,
produk baru maupun teknologi baru sehingga dengan kepadatan penduduk, tingkat
pengangguran pun akan menurun. Hal tersebut di sebabkan oleh tingkat industri yang
akan terus tumbuh di tengah kepadatan penduduk.
Di amerika serikat, kewirausahaan sangatlah berdampak terhadap perekonomiannya,
pajak yang rendah, regulasi yang tidak ketat dan perlindungan hak cipta swasta menjadi
penyebabnya. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika kegiatan produktif sektor
swasta di tingkatkan, dalam artian, aktivitas kewirausahaan juga akan meningkat.
Kecepatan inovasi dan peningkatan produktivitas harus ditempatkan sebagai alat untuk
menhadapi pasar terbuka oleh perusahaan. Para wirausaha di Amerika berani
mengambil resiko dalam menghadapi pasar global karena menurut Drozdiak, Di pasar
global yang kompetitif, bangsa yang melupakan kontribusi wirausaha pada perubahan
teknologi, produktivitas, efisiensi sumber daya, dan pertumbuhan ekonomi,
pembangunannya berpotensi high cost. Selain Amerika, China juga di kenal sebagai
negara dengan tingkat wirausaha yang tinggi. Pada sejarahnya, kewirausahaan di China
hanya di gunakan untuk menuntaskan masalah pengangguran dan keimiskinan, namun
karena kesuksesannya, kewirausahaan di China menjadi sebuah kebijakan khusus.
Wirausaha dinilai lebih efisien dalam meningkatkan perekonomian, oleh karena itu
China memutuskan untuk memberikan kebebasan bagi penduduk untuk memulai usaha.
Hal tersebut menyebabkan standar kehidupan di China lebih tinggi.
Keberhasilan China dalam mengelola kewirausahaan semoga menjadi sautu
pembelajaran bagi Indonesia. Hal apa saja yang kira-kira perlu di terapkan? Berikut
adalah apa saja yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengembangkan wirausaha:
1. Menegakkan hak paten dan hak cipta
2. Mendorong persaingan bebeas melalui perdagangan bebas
3. Deregulasi dan undang-undang antirust
4. Mempromosikan iklim ekonomi yang sehat melalui inisiatif anti-inflasi.
Oleh kerena itu, pemahaman pembuat kebijakan terhadap pentingnya kewirausahaan
bagi pertumbuhan ekonomi dapat diaktualisasikan melalui kebijakan-kebijakannya
dalam program permodalan, target-target subsidi usaha kecil, dan penumbuhan usaha-
usaha baru (Hall, 2006).
Menurut analisis Leeson dan Boettke, hubungan aktivitas kewirausahaan dengan kinerja
ekonomi harus di pahami dengan adanya pertimbangan mengenai tingkat
kewirausahaan di negara-negara berkembang. Investasi di bidang teknologi produktif
yang merupakan inti produktivitas kewirausahaan akan menghasilkan tingkat
pembangunan ekonomi yang impresif. Seharusnya para ekonom mulai memikirkan dan
mempertimbangkan variabel-variabel eksogen dari aktivitas kewirausahaan sebagai
dampak dari pertumbuhan ekonomi.
3.2 Wirausaha di Indonesia
Salah satu kendala bagi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas, mungkin adalah daya
saing industri manufaktur. Hal tersebut di sebabkan oleh kendala infrastruktur dan
ketergantungan Indonesia terhadap bahan dan barang modal dari luar. Walaupun
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, jika tidak didudkung dengan sumber
daya manusia yang di kelola dengan baik. Sumber daya alam Indonesia tidak kurang
hanyalah sumber ekslporasi berlebihan. Bukan hal yang aneh lagi jika sumber daya
alam Indonesia hanya untuk di ekspor sebagai bahan mentah ke negara-negara di Asia
khususnya China. Kemudian hal yang lebih aneh lagi, karena China mempunyai industri
manufaktur yang baik, mereka mengolah bahan mentah dari Indonesia untuk dijadikan
barang baru yang kemudian di ekspor kembali ke Indonesia sebagai bahan jadi. Hal ini
tentu saja merugikan Indonesia. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto
menyatakan bahwa Indonesia sebaiknya memiliki Industri nilai tambah untuk
mengelola sumber daya alam. Untuk mendukung gerakan tersebut, pemerintah
meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025.
Menurut Sulisto, pertumbuhan sektor manufaktur sangat tergantung pada tenaga kerja.
Untuk meningkatkan proses industri manufaktur, di perlukan upaya yang serius dari
pemerintah, perusahaan dan serikat tenaga kerja. Kendala yang di hadapi dalam
merealisasikannya antaralain karena relatif murahnya tenaga kerja indonesia, serta
kualitas dan produktivitasnya yang masih dibilang rendah. Jika di bandingkan dengan
negara Asia lain contohnya Thailand, mereka mempunyai tenaga kerja yang lebih ahli
karena diberikan pelatihan eksklusif oleh pihak pemerintah. Tidak heran jika Indonesia
kalah saing dalam bidang tenaga kerja.
Selain kurangnya produktivitas tenaga kerja Indonesia, peran pemerintah dalam
mendukung kinerjanya pun patut di perhatikan, Sulisto mengungkapka bahwa Indonesia
belum bisa memberikan imbalan yang sepadan terhadap tenaga kerja kita sehingga
kebanyakan tenaga kerja kita tidak mau bekerja di tanah air dan lebih memilih merantau
ke luar negeri. Selain itu, Indonesia juga dinilai tidak pro-bisnis karena sistem regulasi
nya yang kurang. Dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja, pemerintah sudah mulai
berupaya untuk menangani hal tersebut dengan meningkatkan mutu pendidikan di
SMK.
Jika permasalahan tenaga kerja masih menjadi momok penghambat majunya
perekonomian Indonesia lalu bagaimana dengan perkembangan industri kecil dan
menengah? Indonesia sebenarnya hanya membutuhkan kebijakan yang jelas dan
konsisten terhadap UKM karena 90% lebih tenaga kerja dapat di tampung oleh UKM.
Tentu saja hal tersebut harus di dukung oleh kebijakan yang memudahkan UKM
mendapatkan modal, teknologi da sistem distribusi yang baik. Jika hal tersebut dapat di
penuhi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergerak melebihi garis ekulibrium
hanya dengan peran UKM.
Kendala-kendala yang di hadapi industri kecil menengah seperti tidak meratanya
pemberian label SNI dan proses pemasaran yang belum maksimal. Walaupun sudah
mencapai lebih dari 19%, Indonesia masih di anggap kekurangan wirausaha yang
handal dalam sektor UKM. Sebagai saran agar UKM dari berbagai level di Indonesia
meningkat, seharusnya, peran UKM tidak dapat dipisahkan dengan peran industri skala
besar. Indonesia harus bisa membangun struktur industri maupun struktur perekonomian
yang terdiri dari usaha skala besar, menengah, kecil maupun mikro secara proporsional.
Selain itu, teknologi juga merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan
industri dan perekonomian.
industri kecil juga ternyata tidak akan tumbang dalam masa krisis. Kenapa? Pertama
karena UKM tidak terikat dengan sistem global, tidak di kontrol oleh pemerintah dan
sifatnya masih mandiri dan informal. Oleh karena itu, jika terjadi krisis global maupun
nasional, dampaknya tidak akan terlalu terasa pada UKM. Namun, kemandirian UKM
tersebut sebaiknya tidak bertahan terlalu lama, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
dukungan pemrintah sangat di butuhlan guna menguatkan posisi UKM sebagai salah
satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional. Dukungan dan perlindungan dari
pemerintah sangat di perlukan.
Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, tahun 2011 akan dijadikan sebagai tahun
kewirausahaan. Di usahakan, wirausaha indonesia mempunyai daya saing di pasar
global. ekspor dan kemampuan investasi swasta menjadi kendala karena ekspor masih
di dominasi oleh pedagang lain dan investasi masih di batasi. Pemerintah akan
mendukung wirausaha yang kreatif dan inovatif sehingga dibutuhkan pensuplai barang
dan jasa yang unggul. Seperti yang sudah disebutkan bahwa wirausaha akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena wirausaha merupakan aktivitas masyarakat
dalam produksi ekonomi sekaligus menjadi penuntas pengangguran dan kemiskinan.
Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif Handito Joewono
yang memprakarsai pendirian Indonesia Creative Entrepreneur Club (ICEC)
mengatakan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait telah menyediakan tiga
program, yaitu pembenihan, penempaan dan pengembangan. “Salah satunya
dimasukkannya kewirausahaan kreatif dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan bagi
mahasiswa, pelajar dan anggota masyarakat lain yang ingin membangun usaha.
Sementara kementerian terkait lainnya membantu mengembangkan usaha dan akses
pasarnya,” jelasnya.3[9]
3
Semoga apa yang di kemukakan oleh Menko Perekonomian bukanlah sekedar wacana.
Karena keberadaan wirausaha merupakan salah satu pendorong yang menjanjikan bagi
perekonomian suatu negara. Bahkan dalam sejarah, wirausahawan memberikan andil
yang signifikan bagi pendapatan negara-negara maju. Sebagai contoh, dalam sejarah,
kita tentu ingat dengan wirausahawan Jepang pada masa Restorasi Meiji, Kaum Parsi di
Timur Tengah, wirausahawan Protestan di Barat dan di Cina. Dengan adanya
wirausahawan yang melimpah, keberadaan kaum feodalis dan masyarakat birokratis
akan berkurang. Dengan ini, daya saing bangsa akan meningkat pada masa yang akan
datang.
Upaya untuk meningkatkan atau setidaknya memotivasi generasi muda untuk
berwirausaha, pemerintah mengupayakan masuknya kurikulum pendidikan dan
pelatihan bagi pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum untuk mempelajari apa itu
wirausaha. Namun, sampai saat ini, kebanyakan fresh graduate ternyata lebih memilih
menjadi karyawan ketimbah membuka usaha sendiri. Ada tiga alasan mengapa hal ini
bisa terjadi, 4[10]
Pertama, tentu saja karena kekurang-seriusan pemerintah dalam mendukung kelahiran
para wirausahawan muda. Walaupun sering dikatakan modal bukanlah faktor terpenting
bagi wirausahawan, tapi tanpa modal finansial mustahil seseorang akan mampu
berwirausaha. Sementara, dunia perbankan memberlakukan persyaratan yang sangat
sulit bagi para fresh graduate memperoleh pinjaman di bank.
Kedua, sulitnya mendapatkan perijinan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk
memperoleh legalitas bagi dunia usaha bukanlah hal yang mudah. Selain faktor lamanya
waktu, biaya ‘non formal’ yang harus dikeluarkan untuk ‘uang saku’ para pejabat
pemberi ijin tidaklah kecil bagi para calon wirausahawan ini.
Ketiga, meski kurikulum kewirausahaan telah diperkenalkan sejak beberapa tahun
silam, namun jiwa wirausaha tak jua tumbuh di kalangan generasi sekolahan. Hal ini
karena kesalahan-tafsir para pengelola pendidikan di dalam memaknai pendidikan
kewirausahaan. Selama ini, para pendidik beranggapan bahwa pendidikan
kewirausahaan adalah mengajarkan ketrampilan-ketrampilan membuat berbagai macam
barang produksi. Atau, mengajarkan pelajaran pembukuan. Tidak lebih dari itu.
4
Jadi, bisa disimpulkan bahwa dalam mempelajari kewirausahaan, teori tidaklah cukup,
yang paling utama adalah praktek, karena dengan praktek, kita akan mengetahui
bagaimana strategi yang bagus dalam berwirausaha, seperti strategi produksi, distribusi
dan target pemasaran. Persoalan wirausaha bukan saja mengenai ketrampilan, tetapi
yang terpenting adalah dimilikinya mental wirausaha ini.
Pendidikan merupakan kunci utama dalam kemajuan suatu negara, begitupun dengat
tingkat ekonominya. Namun bagaimana bila pendidikan itu sendiri misalnya tidak
mendukung adanya wirausaha. Pemerintah sendiri masih kurang dalam mendorong
semangat kerja masyarakat. Hal itu terlihat dengan adanya kebijakan-kebijakan yang
tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
Menurut Thomas Zimmerer dalam bukunya, ada 8 faktor pendorong pertumbuhan
kewirausahaan antara lain sebagai berikut:
1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan.
2. Pendidikan Kewirausahaan.
3. Faktor ekonomi dan Kependudukan.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
5. Kemajuan Teknologi.
6. Gaya Hidup Bebas.
7. E-Commerce dan The World-Wide-Web
8. Peluang Internasional.
Alasan Berwirausaha
Di indonesia sampai saat ini masih banyak kita lihat orang baru mencoba memasuki
dunia wirausaha setelah dia ditolak bekerja pada beberapa instansi pemerintah, tidak
diterima di perusahaan yang diidam-idamkan, atau sudah bekerja pada sebuah instansi
kemudian baru keluar dan mulai merintis usaha pada saat mendekati usia pensiun.
Sehingga bisa dikatakan wirausaha menjadi alternatif terakhir setelah gagal menjadi
Pegawai swasta ataupun pegawai negeri bahkan baru akan berpikir menjadi wirausaha
setelah mau pensiun atau mendapat phk. Memang untuk memulai berwirausaha
seseorang harus memiliki keberanian dan tekad yang kuat karena dalam berwirausaha
seseorang seringkali menemui banyak halangan dan ketidakpastian yang tidak ditemui
pada saat seseorang menjadi pegawai. Karenanya seorang wirausaha juga harus
memiliki semangat dan komitmen yang tinggi dan mau bersusah payah di awal usaha
untuk dapat menui kebahagiaan diakhir.
Apabila berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan yang “berat” mengapa anda harus
tetap berfikir untuk menjadi seorang wirausaha? Mudah saja jawabannya karena dibalik
kesusahan dan tantangan yang berat dalam berusaha PASTI ada sesuatu yang besar yang
akan dapat anda peroleh. Seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi dimana ada banyak
alasan yang membuat anda menahan diri menjadi seorang wirausaha tapi sisi lainnya
ada pula lebih banyak alasan mengapa menjadi seorang wirausaha bisa menjadi pilihan
yang tepat bagi anda selain karena sudah terdesak.
Ada beberapa alasan mengapa menjadi seorang wirausaha menjadi sebuah pilihan yang
perlu anda pertimbangkan:
1. Wirausahawan sebagai Pahlawan
Bagaimana tidak seorang wirausahawan dikatakan sebagai pahlawan, karena dengan
menjadi seorang wirausaha kita anda paling tidak dapat memberikan lapangan pekerjaan
kepada paling tidak satu orang. Hal lainnya adalah wirausahawan juga membantu
masalah negara untuk mengurangi tingkat pengangguran, pemerataan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan yang masih menjadi masalah pelik di negara kita.
Manfaat Kewirausahaan
5
e. Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
f. Pelaksana pembangunan bangsa dan negara.
g. Meningkatkan kepribadian dan martabat/harga diri.
h. Memajukan keuangan.
i. Melaksanakan persaingan yang sehat dan wajar.
Peranan Kewirausahaan
Menurut Setyanto P. Santosa (Dosen FE Unpad dan Komisaris PT. Indosat Tbk.),
kewirausahaan sosial memiliki peran dalam pembangunan ekonomi karena ternyata
mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut.
1. Kesempatan Kerja.
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari kewirausahaan sosial di berbagai negara adalah
penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat secara signifikan. Penelitian yang
dilakukan oleh John Hopkins University pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan
bahwa tenaga kerja yang bekerja disektor ini berkisar antara 1-7 persen. Selain itu
memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat untuk dilibatkan dalam
kegiatan produktif. Keberhasilan Muhammad Yunus antara lain adalah kemampuannya
untuk memberdayakan enam juta orang wanita menjadi kekuatan yang produktif secara
ekonomi, membentuk phone-lady yang tersebar didesa-desa dan memberdayakan ribuan
pengemis untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif.
2. Inovasi dan Kreasi.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak tertangani oleh
pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social Entrepereneurship seperti misalnya :
penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali
standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu
kaku mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk
mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi.
3. Modal Sosial.
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat
diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang
paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan)
dan budaya kerjasama (a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial.
Keberhasilan negara Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship
dan etika kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan
industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa permasalahan
yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai.
Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin meningkat
sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik, aspek keuangan dan sumber daya
manusia.
4. Peningkatan Kesetaraan.
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan
pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui kewirausahaan sosial tujuan
tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya
memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya akan tergerak pula
untuk memikirkan pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari
manfaat ini. Demikian pula upaya J.B.Schramm dari Amerika Serikat yang telah
membiayai ribuan pelajar dari keluarga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikannya
di perguruan tinggi.
Sebagai contoh, seorang desainer pakaian tidak akan bekerja sendiri dalam
mengembangkan usahanya. Ia akan membutuhkan orang – orang yang akan
membantunya dalam menjalankan kegiatannya, seperti membuat pola, menjahit,
mengerjakan detail pakaian serta aktivitas lainnya. Artinya , usaha yang dijalankannya
akan menyerap banyak tenaga kerja dan otomatis dapat mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia, hal ini akan memberikan kontribusi yang baik dalam
pengembangan perekonomian di negara kita.
Peranan kewirausahaan dalam perekonomian
kegiatan kewirausahaan dapat di lakukan dalam bidang pendidikan, karier, jabatan, dan
dalam perekonomian. kewirausahaan dalam perekonomian, adalah setiap usaha yang
berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan manusia. usaha pemenuhan
kebutuahan ekonomi ini memerlukan aktivitas dalam bidang perekonomian, separti
peningkatan pengetahuan berusaha dan mengembangkan modal. aktivitas perekonomian
yang dapat diarahkan dapat menhasilkan pendapatan, untuk memenuhi kebutuhan
konsumtif pengusaha dan keluarganya ataupun dengan orang orang lain, misalnya
karyawannya maupun orang orang di sekitarnya.
untuk mencapai keberhasilan dalam aktifitas perekonomian, di perlukan kualitas
peribadi yang kuat dan mantap dalam berusaha. para pengusaha memerlukan sikap dan
kemauan yang kuat untuk berkerja, demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi pribadi
dan masyarakat. di samping itu harus memiliki semangat berpetualang, bebrani yang
ada, baik material financial maupun personal.
kegiatan ekonomi dalam bidang ekonomi,bergerak dan bernaung dalam lembaga
lembaga ekonomi yang berupa perusahaan maupun perseroan, yang bergerak dalam
bidang produksi jasa dan pelayanan.
Seorang wirausahawan bisa di katakan sebagai tiang negara? Mengapa? Lihat saja
ketika krisis ekonomi hebat yang melanda Indonesia tahun 1998. Usaha yang mampu
bertahan adalah usaha kecil menengah, mereka mampu survive tidak seperti
kebanyakan perusahaan besar yang ternyata lebih rentan terhadap krisis. Apa
sesungguhnya peran entreprenuer dalam perekonomian sebuah negara?
seorang social entreprenuer dari Bangladesh yang cukup mendunia adalah Muhammad
Yunus, dimana melalui Grammen Bank yang di bukanya berhasil memberdayakan
banyak orang dan membantu banyak orang keluar dari jerat kemiskinan terutama
kalangan ibu. Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan sosial sehingga bisa
mengatasi masalah yang masih banyak terjadi di masyarakat.
Unsur-Unsur Kewirausahaan
Ada beberapa unsur penting dalam kewirausahaan yang saling terkait satu dengan
lainnya:
1. Pengetahuan (Kognisi, Daya Nalar, Daya Pikir, Intelegensi)
Tingkat penalaran (reasoning) atau kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
seseorang dicirikan oleh daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual atau unsur
kognisi. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan hewan, bahkan
kemampuan inipulalah yang membedakan daya kreatifitas seseorang maupun bangsa
yang menyebabkan perbedaan kemakmuran dan kejayaan bangsa. Daya penalaran
merupakan kekuatan otak yang merupakan juga sumber dan awal kelahiran berbagai
kreasi dan penemuan baru. Kreasi dan penemuan baru ini menjadi ujung tombak
kemajuan bangsa. Jika otak seumpama pisau, maka ketajamannya hanya dapat diperoleh
jika sering diasah. Jika otak diumpamakan hard-disc, maka ia hanya akan memiliki
kemampuan besar jika diisi banyak masukan.
Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan daya nalar adalah bagaimana dapat
meningkatkan pengetahuan agar dapat hidup maju dan menjadi makmur. Pendidikan
adalah salah satu unsur penting dalam pengembangan pengetahuan seseorang. Makin
tinggi dan makin luas pendidikan yang diperoleh, maka makin tinggi dan luas pula
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang dapat juga berkembang dari hasil
belajar sendiri seperti: membaca, mendengar radio, menonton televisi, diskusi, dan lain
sebagainya.
2. Keterampilan (Psikomotor)
Berfikir saja, tidaklah dapat mewujudkan sesuatu. Sesuatu itu dapat diwujudkan jika ada
tindakan. Daya gerak untuk bertindak, terutama tindakan awal disebut daya inisiatif.
Daya ini dapat mencirikan seseorang apakah ia malas atau rajin. Banyak orang yang
tahu, tetapi karena tidak bertindak atau lambat bertindak, maka dia akan merugi.
Keterampilan merupakan tindakan raga terutama tangan dan kaki untuk melaksanakan
sesuatu kerja dan dari kerja tersebut baru akan terwujud hasil karya. Berbagai macam
hasil karya telah lahir dari orang-orang yang mempunyai keterampilan. Keterampilan,
sebagaimana halnya pengetahuan dapat ditingkatkan. Bebrapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan adalah sebagai berikut:
a. Rajin dan tekun melakukan latihan mengerjakan sesuatu yang ingin diterampilkan.
c. Selalu berusaha untuk dapat melakukan lebih baik lagi dari pada kemaren.
d. Selalu berusaha untuk menemukan cara kerja yang paling baik dan efisien.
Seseorang mungkin saja mempunyai otak yang cerdas dan keterampilan tinggi, namun
jika ia malas, lamban, tidak mempunyai keberanian, dan apalagi ceroboh, tentulah hal
itu tidak menjamin untuk dapat sukses. Sukses dapat dipakai jika pemikiran,
keteramplan dan sikap mental maju digabungkan. Sikap mental maju ini meliputi:
keteladanan, keluhuran, keberanian, penuh tanggung jawab, jujur, berjiwa besar dan
mandiri. Jika ditelusuri lebih dalam, akan se makin jelas bahwa kesuksesan seseorang,
kemajuan suatu bangsa disebabkan seseorang maupun bangsa tersebut memiliki sikap
mental maju, daya penalaran dan keterampilan yang tinggi.
Banyak usahawan yang sukses karena memiliki kewaspadaan khususnya daya intuisi
yang kuat. Daya ini memang sulit dijelaskan karena seolah-olah menyatu dengan
pikiran, jiwa dan perasaan seseorang. Karena intuisi hanyalah sesuatu yang abstrak,
maka haruslah ada tindakan untuk dapat mewujudkan apa yang dirasakan itu menjadi
kenyataan. Gabungan empat unsur itulah yang menentukan seseorang maju atau
terbelakang, kaya atau miskin, berjaya atau sengsara. Jadi tantangan terletak pada upaya
mengembangkan empat unsur tersebut secara serentak dan harmonis, sehingga mampu
membawa seseorang menjadi orang yang maju.
Prinsip Kewirausahaan
Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum. Ada
tujuh prinsip yang diberikan, diantaranya:
1. Passion (semangat)
2. Independent (mandiri)
3. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar)
4. Creative and innovative (kreatif dan inovatif)
5. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
6. Persistent (pantang menyerah)
7. High ethical standard (berdasar standar etika)
2. Penuh semangat
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan
bukanlah tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya.
3. Kreativ dan Inovativ.
Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang
wirausaha tidak boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal.
4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko
yang satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan
adalah perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang
tingkat resikonya tinggi.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan
keytekunan. Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk
permasalahan, percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
6. Harus optimis.
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata
optimis nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga
apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan
akan sukses.
7. Abisius.
Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan harus berambisi, apapun
jenis usaha yang akan dilakukannya.
Kategori Entrepreneur
1. Classic entrepreneur
Mengidentifikasi peluang bisnis dan mengalokasikan sumberdaya yang dimungkinkan
untuk memenuhi pasar
2. Serial entrepreneur
Memulai satu bisnis, menjalankan dan kemudian memulai dan menjalankan bisnis
lainnya.
3. Social entrepreneur
Memahami masalah sosial dan menggunakan prinsip bisnis untuk mengembangkan
solusi inovatif. Social entrepreneurs merupakan pioneer inovasi yang memberikan
manfaat bagi kemanusiaan.
Proses Kewirausahaan
Syarat-Syarat Wirausaha
Secara garis besar modal kewirausahaandapat dibagi menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
a. Modal Intelektual.
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang
disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab.
b. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga
dapat terbentuk citra.
c. Modal Mental
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, yang diwujudkan
dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
d. Modal Material
Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk
apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
Syarat-syarat untuk menjadi seorang wirausaha antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki sikap mental yang positif.
2. Memiliki keahlian di bidangnya.
3. Mempunyai daya pikir yang kreatif.
4. Rajin mencoba hal-hal yang baru (inovatif).
5. Memiliki semangat juang (motivasi).
6. Mampu mengantisipasi berbagai resiko dan persaingan.
Di antara ke sepuluh prinsip penataan ulang birokrasi tersebut, terdapat dua prinsip yang
relevan dengan bahasan modul ini, yaitu prinsip ke-7 dan prinsip ke-10.
Prinsip ke-7, ialah, Pemerintah “Entrepreneur”, ialah pemerintahan yang menghasilkan
ketimbang membelanjakan. Pesan penting yang tersirat dari prinsip ini, bahwa
organisasi harus dijalankan dalam perspektif "investasi". Menurut Osborne & Gaebler,
istilah “Investasi” tidak dimaknai secara sempit sebagai cara “mendatangkan uang”,
akan tetapi harus dimaknai sebagai aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan
“Menyimpan”.
Membelanjakan anggaran untuk organisasi, harus dalam kerangka investasi, kendati
secara langsung tidak rnenghasilkan uang. Karena itu, hal yang amat prinsipil,
pemimpin organsasi harus mampu menjadikan setiap bawahannya „sadar pendapatan‟.
Gaji atau insentif yang diberikan oleh pimpinan organisasi harus mampu mendorong
bawahannya untuk menghasilkan uang sebagaimana mereka mengeluarkannya.
Pertama, melalui pengembangan modal manusia. Hal yang perlu diupayakan tersebut
ditujukan pada penciptaan budaya kewirausahaan melalui pelatihan siswa dari berbagai
disiplin dan pada tingkatan pendidikan yang berbeda termasuk pekerja dan
masyarakat/orang-orang bisnis, melalui kebijakan tentang:
1. Promosi budaya wirausaha
2. Promosi penyuluhan dan kemampuan wirausaha melalui system pendidikan dan
mendorong hubungan yang lebih dekat antara akademisi dan pasar tenaga kerja
3. Pengembangan kerangka kerja untuk memfasilitasi dan penekanan dini tentang
pelatihan kewirausahaan
4. Rencana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan nasional
5. Pengembangan pusat-pusat pendidikan untuk pengembangan kemampuan
kewirausahaan antar siswa
6. Pelatihan guru untuk pengembangan proyek pendidikan yang difokuskan pada
kewirausahaan
7. Mendorong pengembangan program yang memuat upaya pengembangan
kemampuan kewirausahaan, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,
analisis masalah yang sistematik, kreativitas, pengelolaan diri dan tanggung
jawab antara siswa-siswa dari berbagai tingkatan pendidikan – dasar, lanjutan
pertama dan lanjutan atas.
Keempat, inovasi teknologi, pengembangan dan adaptasi adalah faktor utama bagi
pembentukan sisi kompetisi, nilai tambah inisiatif bisnis. Penekanan khusus harus
diupayakan untuk pengembangan jejaring ilmu pengetahuan serta pengembangan
proyek dan kemampuan implementasi, melalui:
1. Pengembangan jejaring berbasis ilmu pengetahuan dengan penguatan hubungan
antara perguruan tinggi dan perusahaan
Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah cukup lama untuk
memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus oleh
wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Namun,
hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan
kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba.
Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya
ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan
berkewirausahaan.
Misalnya, Timmons dan Spinelliv membuat pengelompokan yang diperlukan untuk
tindakan kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni:
1. Komitmen dan determinasi
2. Kepemimpinan
3. Obsesi pada peluang
4. Toleransi pada risiko-ambiguitas dan ketidakpastia
5. Kreativitas-keandalan dan daya beradaptasi
6. Motivasi untuk unggul.
Dari banyak kasus yang menggambarkan perilaku para wirausaha sosial, misalnya para
penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan bahwa keenam hal tersebut di atas dapat
diadopsi sebagai karakteristik perilaku dan sikap wirausaha sosial. Dengan demikian,
pengertian kewirausahaan cenderung menjadi makin luas, tidak terbatas hanya pada
wirausaha bisnis. Luasnya cakupan kewirausahaan menggugah kemungkinan untuk
membuat tipologi wirausahaan.
Tidak semua wirausaha bisnis sama tingkat kewirausahaannya. Ada yang
melakukan tindakan membuat usaha baru sebagai alternatif mengganti jalur sebagai
karyawan. Tindakan itu bertujuan mencapai keberhasilan untuk bertahan hidup tanpa
berada dalam organisasi yang dimiliki dan/atau dipimpin orang lain. Di lain pihak,
terdapat tingkat kompleksitas yang ekstrim dalam berwirausaha, yakni melakukan
tindakan kewirausahaan dengan tujuan menghasilkan karya yang dapat mengubah
dunia. Misalnya, Steve Job berobsesi menghasilkan komputer yang mudah dipakai oleh
banyak orang (personal computer), tidak hanya oleh ahli komputer. Di awal jaman
bahasa komputer, penggunaan komputer hanya dikuasai oleh sejumlah ahli yang khusus
mempelajari bahasa komputer tersebut. Gagasan Steve Job ditolak oleh perusahaan
tempatnya bekerja. Ia memutuskan untuk keluar dan bersama temannya, Steve Wozniak,
mendirikan perusahaan baru yang terkenal: Apple Computer.
Hal yang mirip dengan pendapat Dees di atas ditemukan pula dalam pengertian
kewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang
bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial termasuk pendidikan
kepada masyarakat. Dalam websitenya dijelaskan, wirausahawan tersebut menciptakan
dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan
sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk,
jasa, metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial dan pendidikan menciptakan
organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode bisnis, namun hasil
akhirnya adalah penciptaan nilai sosial di masyrakat yang tidak dapat diukur secara
ekonomi. Dibandingkan kewirausahaan bisnis, kewirausahaan sosial dan pendidikan
relatif lebih baru dalam perkembangannya. Dengan gencarnya kegiatan pengembangan
kewirausahaan di dunia sosial dan pendidikan yang semula memfokus pada tingkat
peguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya mampu berwirausaha dan tidak
menganggur, tetapi kini bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra
kewirausahaan bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan
kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickham, dianalogikan sebagai
tahapan “remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada
fase yang lebih dini, yakni pada tahapan “bayi”.
c. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan
Prinsip kewirausahaan pendidikan tidak lepas dari prinsip kewiraan soaial, dan
kewirausahaan sosial berinduk pula pada bidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan.
Kewirausahaan dikembangkan dengan menggunakan data empiris dari dunia bisnis.
Sejumlah upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi acuan untuk
pengembangan wirausaha sosial. Sebagaimana telah diyakini oleh para ahli di bidang
pengembangan kewirausahaan, untuk terciptanya wirausaha yang profesional, akan
lebih cepat dan baik bila tidak diserahkan hanya pada satu jalur pengembangan, yaitu
pada bakat saja. Ketiga sumber pembalajaran di atas: aktif mencoba, belajar dari
jejaring sosial, dan belajar dari sumber formal, dapat dimanfaatkan. Kasus
pengembangan kewirausahaan sosial oleh Kelompok Tani Wanita Menur di Desa
Wareng, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogjakarta, yang telah direkam dalam film
dokumenter, dapat menjadi sumber inspirasi. Adanya partisipasi perusahaan melalui
program tanggung jawab sosial mereka akan mempercepat pemecahan masalah sosial
yang saat ini mengalami kemacetan atau kemandegan.
Tulisan C.K. Prahalad, seorang akademisi di The University of Michigan
Business School, dalam bukunya: “The Fortune at The Bottom of The Pyramid” dapat
menjadi sumber inspirasi tentang cara perusahaan dan perguruan tinggi berpartisipasi
dalam pemecahan masalah sosial. Prahalad menulis , bila kita berhenti berpikir bahwa
kaum miskin adalah korban atau beban, dan mulai menganggap mereka sebagai
wirausaha yang ulet dan kreatif, peluang besar yang baru akan terbuka. Asian Institute
of Management (AIM), Manila, Filipina, dalam program Master in Development
Management. Peguruan Tinggi AIM di Manila ini unggul dalam menghasilkan kasus
untuk pendidikan dan pelatihan, di samping menghasilkan model pengembangan suatu
masyarakat atau daerah.
Bagaimana dengan perguruan tinggi di Indonesia? Kontribusi dunia pendidikan
sangat dinantikan dalam pelbagai bentuk, mengingat bidang kewirasusahaan sosial
masih dalam taraf “bayi”. Misalnya, melalui mempelajari apa yang telah dikembangkan
oleh pelbagai institusi pendidikan dan pusat kewirausahaan yang sudah lama
mempunyai keahlian di bidang kewirausahaan sosial di luar Indonesia, kita diharapkan
untuk mampu memahami apa kemacetan yang terjadi di Indonesia dan upaya
pemecahan di tempat lain sebagai inspirasi. Meruntuhkan dan menciptakan sistem
secara kreatif, Sebagaimana telah disebutkan di atas, tinggkah laku dan sikap
kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah dan
menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil risiko yang telah diperhitungkan.
Istilah yang dapat digunakan tentang melakukan perubahan dengan menghadirkan hal
yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa inovasi tidak hanya satu jenis.
Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau jasa, dan dapat pula dalam hal proses.
Inovasi tidak pula hanya bersifat radikal, tetapi juga berskala kecil, dan
berkesinambungan, yang sering disebut sebagai kaizen. Kaizen adalah metode
“penyempurnaan secara berkelanjutan” (kaizen continual improvement) yang
dikembangkan oleh perusahaan Jepang.
Dari contoh kasus-kasus kewirausahaan sosial di atas, termasuk kasus yang
disajikan dalam film Lelakoné Menur, dapat kita temukan bermacam-macam kreativitas
individu yang dilanjutkan menjadi inovasi produk dan proses. Makin radikal gagasan
untuk menghadirkan inovasi, makin besar pula sumber daya yang diperlukan. Hambatan
yang harus dihadapi untuk suatu inovasi sosial yang radikal adalah tembok birokrasi dan
kenyamanan dari pelaku dalam sistem yang telah „mapan‟ saat ini. Di negaranya,
Bangladesh, Mohammad Yunus menghadapi sistem lintah darat. Ia menghadirkan
sistem perbankan baru bagi masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan. Sofyan
Tan menhadapi pesimisme mereka yang terbiasa mengenali adanya sekolah unggulan
bagi masyararakat mampu, bukan masyarakat miskin, sehingga ia mengalami banyak
kesulitan dalam mendapatkan sponsor. “Apakah mungkin ada sekolah berkualitas untuk
orang miskin?” Kasus kelompok tani wanita Menur juga menghadapi pelbagai
hambatan, di antaranya budaya tentang peran wanita sebagai isteri dan ibu rumah
tangga. Perubahan yang dilakukan oleh ibu-ibu Menur tergolong dalam inovasi yang
bersifat tidak sangat radikal, tetapi tetap tidaklah bebas dari risiko. Mereka harus secara
kreatif menciptakan sistem keseimbangan baru. Gagasan baru cara bertani dan
berorganisasi yang baik perlu dikomunikasikan ke suami agar dapat diterima.
Tembok yang harus diruntuhkan oleh wirausaha pendidikan dengan mengadakan
inovasi tidak sama tingginya. Hal ini mirip dengan apa yang dihadapi oleh wirausaha
bisnis yang ingin unggul dan harus menghadapi lingkungan dan sistem yang tidak selalu
ramah. Salah satu contoh menghadapi tembok yang tinggi adalah kasus Steve Job yang
ingin menghadirkan komputer pribadi (personal computer). Ia harus berhadapan dengan
perusahaan raksasa komputer pada masa itu. Besar kecilnya inovasi dan risiko yang
akan dihadapi merupakan bagian yang harus diperhitungkan oleh semua wirausahawan.
Rata-rata entrepreneur di Indonesia merupakan kelompok necessity
entrepreneur. Yang mendasari minat kelompok ini untuk membangun usaha adalah
faktor dorongan ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga yang belum stabil
mengakibatkan usaha kelompok ini hanya bersifat individu dan kurang menyerap tenaga
kerja. Kelompok necessity entrepreneur cenderung asal-asalan dalam manajemen
usahanya. Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga sehari-hari masih menjadi
motivasi terpenting keIompok ini. Sebenarnya sebagian necessity entrepreneur memiliki
skill yang cukup dalam membangun usaha, tetapi masalah utama terletak pada
permodalan.
Peran Kewirausahaan di Negara Lain Takashi Yamamoto (2007) kontribusi
entrepreneur berkaitan dengan pembangunan ekonomi endogen. Pembangunan ekonomi
terkonsentrasi pada skala lokal.
Entrepreneurship endogen dan inovasi merupakan kunci sukses competitive
advantages terhadap perekonomian global. Inovasi entrepreneur dalam perusahaan
kecil lokal dengan didukung akumulasi kapitaI, akan mampu memperbesar spesialisasi
jenis usaha. Terdapat partisipasi lokaI dalam pengambilan keputusan, pembangunan,
dan kontrol sumber daya sehingga hal ini dapat memungkinkan perekonomian sebuah
desa kecil menjadi maju melalui entrepreneurship di bidang
perkebunan dan pertanian.
Minat menjadi entrepreneur di beberapa negara maju seperti Jepang dan Korea
sangat tinggi. Penelitian Acs (2010) memberi gambaran bahwa minat entrepreneurship
di Amerika Serikat sangat tinggi. Berdasarkan laporan GEM pada tahun 2009, AS
menjadi peringkat ketiga dalarii' )ndeks pembangunan entrepreneurship. Prestasi
selanjutnya selama tahun 2005-2008 AS merupakan negara dengan pelatihan dan
pendidikan entrepreuneur non formal yang tinggi pula. Pelatihan dan pendidikan ini
dikelola baik oleh pemerintah maupun swasta. Entrepreneur sukses di AS umumnya
berasal dari universitas terkenal, profesor, peneliti, institusi, atau peneliti perusahaan
besar. Penduduk AS lebih berminat membangun usaha kecil (small firms) untuk
memaksimalkan kontribusinya, atau membangun usaha barn karena ketidakpuasan
terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Penduduk AS memberi penerimaan dan
dukungan terhadap kegagalan usaha, sehingga entrepreneur di AS tidak takut untuk
mencoba kembali peruntungannya dalam dunia usaha. Kushida (2001) selanjutnya
menjelaskan kondisi entrepreneur di Jepang.
Setelah Perang Dunia II, regulasi dan struktur sosial di Jepang tidak kondusif
untuk menumbuhkan entrepreneur yang berasal dari akademisi. Anak-anak di Jepang
harus memperoleh pendidikan tinggi kemudian bekerja pada instansi atau perusahaan
besar.Jika hanya mendirikan perusahaan kecil, maka ilmu yang diperoleh selama
sekolah dianggap gagal. Persepsi ini kemudian berubah sejak tahun 1990,
yaitu entrepreneur mulai berkembang pesat. Pada tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi
Jepang mengalami stagnasi dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7
persen sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien. Jepang kemudian bangkit
dengan aktivitas ekonomi terkonsentrasi pada sektor jasa. Jepang sudah terkenal dengan
budaya kerja produktif dan disiplin, tetapi beberapa golongan masyarakat Jepang suiit
untuk menerima kegagalan. Banyak kasus harakiri (bunuh diri demi kehormatan) dan
mengundurkan diri karena merasa gagal bekerja.
Thailand dan USA mernpakan negara yang menyatakan bahwa akses terhadap
modal mernpakan salah satu faktor penting bagi pengembangan UKM, khususnya
entrepreneur barn. Bahkan, di beberapa negara, seperti India, Amerika Serikat, Jepang,
dan Taiwan terdapat dana khusus untuk usaha pemula (business start-up). Keterlibatan
pemerintah sangat penting dalam pengembangan inovasi dan proses pewirausahaan.
Dengan berinvestasi pada inovasi, artinya pemerintah berinvestasi untuk kesejahteraan
rakyat.
Landasan dan kebijakan kunci untuk pertumbuhan entrepreneur barn atau pemula
menyangkut pusat-pusat pelayanan, eksibisi bisnis, program pelatihan, dan inkubator
bisnis. Sulit untuk menemukan jiwa entrepreneurship mengakibatkan pemerintah
menumbuhkan entrepreneurship melalui pendidikan maupun pelatihan. Pemberian
materi pendidikan entrepreneurship mulai diarahkan pada dunia pendidikan. Usia
belajar terutama usia produktif masih memiliki semangat juang yang tinggi untuk
menemukan jenis usaha barn produktif. Sesuai yang dijelaskan oleh Priyanto (2009)
“bahwa rasionalnya entrepreneur memiliki karakteristik motivasi dan mimpi yang
tinggi, berani mencoba, inovatif, dan independen”.
Terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan dalam penciptaan entrepreneur,
yaitu:
1. Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
2. Regulasi yang memudahkan pembukaan usaha
3. Model penciptaan entrepreneur
Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (2000),
kebanyakan responden menjadi wirausaha karena didasari oleh pengalaman sehingga ia
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil,
persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan.
Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengatruhi oleh keterampilan, kemampuan,
atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman
usaha. Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik
an manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan
menanggung risiko.
Menurut Casson (1992) seorang wirausaha disamping harus memiliki modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal
baik uang maupun waktu, dan kecukupan tenaga serta pikiran, juga harus memiliki
beberapa kemampuan berikut:
1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan
atau ditekuni.
2. Imagination, aitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan
kesuksesan masa lalu.
3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan
teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
4. Search skill, yaitu kemampuan menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
5. Foresight, yaitu berpandangan jauh kedepan.
6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi keadaan di masa
yang akan datang.
7. Communication skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan
dengan orang lain.
Sementara itu menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service (1993) ada 10
kompetensi yang harus dimiliki wirausaha yaitu:
1. Knowing your business: harus mengetahui usaha apa yang dilakukan dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan usaha dan bisnis yang dilakukan.
2. Knowing the basic business management: mengetahui dasar-dasar pengelolaan
bisnis.
3. Having the proper attitude: memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang
dilakukan.
4. Having adequate capital: memiliki modal yang cukup, baik materi maupun
moril.
5. Managing finaces effectively: memiliki kemampuan mengatur keuangan secara
efektif dan efisien.
6. Managing time effectively: kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin.
7. Managing people: kemampuan menerencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerak-kan dan mengendalikan orang-orang dalam perusahaan
8. atisfaying customer by providing high quality product: memberi kepuasan
kepada pe- langgan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing how to compete: mengetahui cara bersaing.
10. Copying with regulations and paperwork: membuat pedoman dan aturan yang
jelas.
Di samping kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki, seorang wirausaha
masih harus memiliki pengalaman yang seimbang.
Menurut A. Kuriloff, john M. Memphil, Jr, dan Douglas Cloud (1993:8) ada empat cara
untuk mencapai penga-laman yang seimbang:
1. Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun
yang sesuai dengan bentuk usaha yang dipilih.
2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar
yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan.
3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan
(mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya).
4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan
hubungan personal.
Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (1993) kompetensi kewirausahaan yang
diperlukan tersebut meliputi:
1. Proaktif, selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
2. Berorientasi pada prestasi, dengan cirri-ciri:
a. Selalu mencari peluang.
b. Berorientasi pada efisiensi.
c. Konsentrasi untuk bekerja keras.
d. Perencanaan yang sistematis.
e. Selalu memonitor.
3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, dengan ciri:
a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis
Disamping itu bekal berupa pengetahuan yang harus juga dimiliki meliputi:
1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada
disekitarnya.
2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
3. Pengetahuan tentang kepribadian.
4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis
Sementara itu bekal pengetahuan saja tidaklah cukup bila tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan, yang antara lain mencangkup:
1. Ketrampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko.
2. Ketrampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
3. Ketrampilan dalam memimpin dan mengelola.
4. Ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi .
5. Ketrampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Sementara itu kemampuan untuk menguasai persaingan, merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam bisnis. Sebagai wirausaha harus mampu mendeteksi SW sendiri
atau OT yang ada pada pesaing. Dalam Smal Business Centre telah dikemukakan bahwa
wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang merupakan fungsi dari
kapabilitas yang diperlukan yaitu marketing, technical, financial, personel dan
management. Disamping itu juga dikemukakan bahwa untuk mencapai keberhasilan
usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
1. Individual skill and attitude.
2. Knowledge of business.
3. Establishment of goal.
4. Take advantages of the opportunities
5. Adapt to the change
6. Minimize the threats to business.
Disamping pengetahuan dan ketrampilan seperti telah dibahas, pada akhirnya seorang
wirausaha harus memiliki perencanaan strategis yaitu suatu proses penentuan tujuan,
menetapkan langkah- langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi sumberdaya
perusahaan. Misalnya: fasilitas, pasar, produk, dana, karyawan.
Strategi tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumberdaya
seoptimal mungkin.
Menurut John A. Welsh dan Jerry F. White, profil wiraswasta yang sukses adalah
sebagai berikut:
1. Sehat rohani dan jasmani.
Wiraswasta yang sukses memiliki fisik yang kuat. Mereka mampu bekerja untuk waktu
lama. Beberapa wiraswasta sukses malah menyatakan bahwa penyakit yang pernah
mereka alami justru hilang ketika mereka mulai membangun bisnis mereka. Tampaknya
gejala-gejala psikosomatis juga bisa ditekan lewat konsentrasi meraih kesuksesan bisnis.
2. Ada kebutuhan mendasar untuk mengendalikan dan mengarahkan.
Para wiraswasta agak sulit berkiprah dalam struktur organisasi tradisional. Mereka tidak
ingin ada kekuasaan di atas mereka. Mereka percaya mereka bisa melakukan sesuatu
lebih baik dari orang lain. Mereka memerlukan tanggung jawab dan akuntabilitas
maksimal, kebutuhan akan kebebasan untuk memulai tindakan yang mereka anggap
penting. Namun ini bukan berarti keinginan untuk menguasai orang lain. Mereka senang
menciptakan dan melaksanakan strategi-strategi.
3. Percaya diri.
Para wiraswasta sangat percaya diri terhadap apa yang mereka anggap mungkin.
Mereka menangani masalah dengan segera dan langsung. Selama mereka memegang
kontrol, mereka gigih mengejar rujuan-tujuan mereka.
4. Tidak pernah berhenti beraktivitas.
Tidak adanya kegiatan tampaknya membuat para wiraswasta tidak sabar, tegang, dan
tidak tenang. Mereka tampaknya selalu ingin mengerjakan sesuatu.
5. Kewaspadaan yang tinggi.
Ketika merencanakan, mengambil keputusan, dan bekerja, para wiraswasta sukses
memiliki pandangan umum tentang keseluruhan situasi yang mereka hadapi. Mereka
memiliki kesadaran terhadap dampak yang ditimbulkan oleh setiap tindakan mereka.
6. Realistis.
Para wiraswasta menerima hal-hal sebagaimana adanya. Mereka mungkin idealis atau
mungkin juga tidak, tetapi jelas bukan seseorang yang tidak realistis.
7. Kemampuan membuat konsep yang hebat.
Para wiraswasta memiliki kemampuan intelektual untuk cepat mengidentifikasi
hubungan-hubungan antarfungsi atau antarhal dalam situasi yang kompleks dan
membingungkan. Mereka menemukan masalah dan mencari solusi lebih cepat dari
orang lain di sekitar mereka. Mereka diterima sebagai pemimpin karena biasanya
merekalah yang pertama kali mengidentifikasi masalah yang harus diatasi, kecuali
dalam hal-hal yang menyangkut masalah interpersonal.
8. Kebutuhan yang rendah akan status.
Para wiraswasta yang sukses menemukan kepuasan dalam simbol-simbol kesuksesan
eksternal. Mereka senang ketika ada yang memuji bisnis mereka, tetapi seringkali malu
jika langsung dipuji sebagai individual. Kebutuhan mereka akan status terpenuhi oleh
adanya pencapaian, bukan pakaian, dekorasi kantor, atau mobil pribadi. Mereka pun
tidak ragu mengatakan "saya tidak tahu", terutama berkaitan dengan bidang-bidang di
luar keahlian mereka.
9. Pendekatan yang obyektif terhadap hubungan interpersonal.
Para wiraswasta umumnya menghindari keterlibatan interpersonal dalam bisnis. Mereka
menjaga jarak psikologis. Mereka tidak ragu memutuskan hubungan untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
10. Emosi yang stabil.
Para wiraswasta memiliki kontrol diri yang baik, mampu mengatasi kecemasan dan
tekanan dari masalah bisnis atau problem-problem lain dalam hidup. Kemunduran dan
kegagalan akan membuat mereka tertantang, bukan patah harapan.
11. Senang pada tantangan, bukan risiko.
Para wiraswasta bukanlah pengejar atau penghindar risiko. Mereka memilih situasi
yang hasilnya bisa mereka pengaruhi. Mereka sangat termotivasi oleh tantangan yang
mereka anggap menarik. Mereka jarang bertindak sebelum memperhitungkan risikonya.
Konsep 10 D dari Bygrave
Heidirachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita
bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tanpa
orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.
Di zaman orde baru sering diadakan lomba kebersihan antar kota, memperebutkan
Prasamya Nugraha. Tapi setelah orde baru jatuh tak ada lagi lomba-lomba, maka kita
lihat kota besar di Indonesia, mulai semrawut, kumuh, sampah bertebaran dimana-mana.
Pak Walikota diam, tak ada motivasi lagi, nama jalan banyak yang hilang tak diganti
dengan yang baru, sungai-sungai dalam kota penuh sampah, jika hujan got tersumbat
banjir dan sebagainya. Ini mental apa namanya?
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yaitu terletak pada
supersutrukturnya.Di dalam ekonomi Pembangunan, ada 3 elemen penting yang
menunjang pembangunan yaitu Infra struktur, Struktur ekonomi, Superstruktur.
Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, alat
transportasi, telepon dan sebagainya.
Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga
manajemen yang berpandangan luas, kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga
tersedia pasar produksi.
Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat, semangat kerja ulet,
tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.
Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang Dunia
II, adalah karena mereka unggul dalam superstruktur ini. Bandingkan dengan negara
kita dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat kaya,
mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin santai.
Demikian pula bangsa kita, apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan, mereka
cenderung memperbanyak waktu santai.
Masyarakat kita begitu cepat ingin menikmati waktu santai, walaupun penghasilannya
belum begitu tinggi. Lihatlah pada hari mulai libur Jumat sore, Sabtu, Minggu jalan-
jalan ke daerah tujuan wisata macet total. Kebiasaan lain yang kurang baik yaitu,
memanfaatkan hari-hari 'terjepit' untuk bolos, minta ijin tidak masuk kantor. Perilaku ini
semua akan menurunkan prestasi kerja. Sebaiknya waktu istirahat atau leisure dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan mental dan keterampilan peningkatan kebudayaan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan, dan Iain-lain.
Bagi para mahasiswa, hari-hari libur dan waktu senggang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan, seperti membersihkan kamar, membongkar tumpukan buku dan
menyusunnya kembali, membersihkan rumah, menyapu halaman depan dan belakang
rumah, me^perbaiki atap yang bocor. Wanita dapat mencoba resep-resep makanan baru,
belajar menjahit, dan sebagainya. Kegiatan kreatif ini menjadi kebiasaan positif kelak
kemudian hari dan akan berpengaruh baik terhadap semangat kerja, dimanapun anda
bekerja.
Rangkuman
Administrative entrepreneur adalah: (1) Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri
yang tinggi untuk berusaha mencari penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan;
(2) Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang menguntungkan serta
melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya; (3) Mau dan mampu bekerja
keras dan tekun dalam menghasilkan barang dan jasa serta mencoba cara kerja yang
lebih tepat dan efisien; (4) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan
musyawarah dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha
terutama para pembeli/langganan (salesmanship); (5) Menghadapi hidup dan menangani
usaha dengan terencana, jujur hemat dan disiplin; (6) Mencintai kegiatan usahanya dan
perusahannya serta lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya; (7)
Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan
memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership dan managerialship) serta
melakukan perluasan dan mengembangkan usaha dengan resiko yang moderat; (8)
Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang kerjasama yang
saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan.
Ciri dan cara wirausahawan tangguh: (1) Berpikir stratejik serta adaptif terhadap
perusahaan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung
risiko yang agak besar dan dalam mengatasi berbagai masalah; (2) Selalu berusaha
untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan
langganan; (3) Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan
perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem
pengendalian intern; (4) Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan
perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta
penumpukkan permodalan.
Ciri dan cara wirausahawan unggul (sukses): (1) Berani mengambil risiko serta mampu
memperhitungkan dan berusaha menghindarinya; (2) Selalu berupaya mencapai dan
menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga
kerja, masyarakat, bangsa dan negara; (3) Antisipatif terhadap perubahan akomodatif
terhadap lingkungan; (4) Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (5) Selalu berusaha meningkatkan
keunggulan dan citra perusahaan melalui investasi baru di berbagai bidang.
Keberhasilan seseorang dalam usaha lebih disebabkan karena lima faktor: (1) bekerja
keras, cerdas, dan ikhlas; (2) fokus pada tujuan; (3) menjunjung tinggi komitmen; (4)
memandang karyawan sebagai aset; (5) membelanjakan anggaran secara tepat sasaran.
10) Kunci sukses dari para wirausahawan: (1) Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok
yang berguna bagi masyarakat melalui prestasi kerja sebagai wirausaha; (2)
Pengetahuan, yaitu keinginan belajar terus agar tidak menjadi usang dalam perubahan
situasi persaingan usaha; (3) Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan
perencanaan matang yang dipersiapkan secara realistis sesuai dengan kebutuhan
menghadapi persaingan dan kemampuan melaksanakannya.
Tipe-tipe kepribadian pebisnis: (1) The Improver, yaitu pemimpin yang memiliki
kepribadian ingin selalu memperbaiki; (2) The Advisor, yaitu pemimpin yang bersedia
memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya; (3) The
Superstar, yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang
Superstar.: (4) The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan
hidup. Hakikat dasar dari kewirausahaan adalah kreativitas dan keinovasian. Kreativitas
adalah berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah berbuat sesuatu yang baru.
Ada beberapa alas an mengapa seseorang berminat berwirausaha yaitu alas an
keuangan,alas an social, alasan pelayanan dan alasan memenuhi diri.
Kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap
kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini
karena wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi
sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan
kesejahteraan pemerintahan. Dengan demikian, meningkatnya perkembangan
kewirausahaan dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.
3.2. SARAN
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh perkembangan kewirausahaan
terhadap tingkat perekonomian Indonesia , maka disarankan wirausaha dapat menjadi
alternatif dalam usaha pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Pemerintah diharapkan dapat mendukung kemajuan kewirausahaan di Indonesia dengan
cara memberikan bantuan modal sehingga wirausahawan dapat mendirikan usaha tanpa
halangan mengenai biaya modal. Pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat
pada sektor formal juga diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor
informal yaitu wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Acs, Zoltan J., dkk. 2010. Global Entrepreneurship and the United States. SBA Office
for Advocacy, www.sba.gov/advo
Acs,Zoltan J., dkk. 2010. Entrepreneurship, Economic Development and Institution.
Alma, Buchari. 2000. Kewirausahaan: Panduan Perkuliahan untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Alfabeta.
Andrew, Andy. 2004. The Traveler’s Gift: Tujuh Keputusan yang Membawa Anda
Menuju Keberhasilan Pribadi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Bird, Barbara. J. 1989. Intrepreneurial Behavior. Illinois: Scott. Foresman and
Company.
Braiker, Harriet B. 2005. Life is Yours: Mematahkan Jerat-jerat Manipulatif dan
Meraih Kembali Kendali Hidup Anda. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Crouch, Van. 2002. Buku Saku Para CEO (Chief Executive Officer). Jakarta:Harvest
Publication House.
Daniels, Aubrey C. 2005. Maximum Performance: Sistem Motivasi Terbaik bagi
Kinerja Karyawan. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer.
Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta :
PT.Gramedia.
Hisrich, R D. and Michael P. Peters. 1992. Entrepreneurship, Starting, Develo-ing,
and Managing a New Enterprise 2nd Edition. Irwin. USA
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. PT Raja Grafindo Perkasa: Jakarta.
Kushida, Kenji. 2001. Japanese Entrepreneurship: Changing Incentives in the Context
of Developing a New Economic Model, Stanford, Journal of East Asian Affairs
Vol 1. Japan.
Lee, Sang M., dkk. 2005. Impact of Entrepreneurship Education: A Comparative
Study of the Us. and Korea, International Entrepreneurship and Management
Journal 1. United States Naude, Wim. 2008. Entrepreneurship in Economic
Development, Research Paper No. 2008120. United Nations University
Merrill, Mike. 2005. Dare to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk Meraih
Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Obsborne, David and Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How The
Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector. Mass: Addison-
Wesley Publishing.
Osborne, David & Peter Plastrik. 2000. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju
Pemerintahan Wirausaha Terjemahan Ramelan Bhuana Ilmu Populer.
Suparman Sumahamijaya. 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta. Jakarta:
Gunung Jati.
Sadarachmat, Duduh. 2001. Bunga Rampai Manajemen. Surabaya : Majalah
Mitra.
Schumpeter, J.A. 1934. In Theory of Economic Development: an Inquiry into Profits,
Capital, Credit, Interest, and The Business Cycle. Oxford University Press, New
York.
Sumarto, Hetifah Sj. 2003. Inovasi. Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Bandung. Salemba Empat
Turner, Suzanne. 2005. Tools for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi Manajer
dan Praktisi Lainnya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh.
Jakarta : Erlangga.
Yoyon Bahtiar Irianto. 2006. Materi Perkuliahan Kewirausahaan dan Pemasaran
Pendidikan. Bandung: Lab Adpend FIP IKIP Bandung.
Zohar, Danah & Ian Marshal. 2006. Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia
Bisnis. Bandung: Mizan.