Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMENORE DENGAN

PERILAKU PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN PADA SISWI SMA

1 2
Fifi Fildzah Ghaisani, Pepi Hapitria
1 2
Alumni Poltekkes Tasikmalaya. Dosen Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja
putri tentang dismenore dengan perilaku periksa ke pelayanan kesehatan. Metode yang digunakan
ialah analitik dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel secara total
sampling. Sampel yang digunakan adalah remaja putri/siswi SMA Negeri 1 Indramayu yang sudah
menstruasi dan bersedia menjadi responden penelitian, sebanyak 44 siswi. Data yang digunakan
adalah data primer dengan kuesioner. Analisis data dengan uji chi square, tingkat kesalahan 5%.
Didapatkan hasil tingkat pengetahuan remaja putri dengan kategori baik sebanyak 14 siswi
(31,8%), cukup 22 siswi (50%) dan kurang sebanyak 8 siswi (18,2%). Sedangkan untuk hasil
perilaku dengan kategori baik sebanyak 25 siswi (56,8%) dan tidak baik sebanyak 19 siswi
(43,2%). Hasil uji statistik chi square dengan p-value 0,049 (≤ α), maka terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan perilaku periksa ke pelayanan
kesehatan pada siswi di SMA Negeri 1 Indramayu Kabupaten Indramayu. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan mempertimbangkan agar
terbentuknya perilaku periksa ke pelayanan kesehatan dengan selain mengadakan penelitian
dapat pula mengadakan penyuluhan.

Kata kunci : Pengetahuan, remaja putri, dismenore, perilaku, pelayanan kesehatan.

Abstract
This research aimed to determine the relationship between the level of knowledge about
dysmenorrhea among adolescent girls and check-up behavior to health care facility. This was an
analytical study with a cross sectional study design. The sampling technique was total sampling.
The samples were 44 female students of SMA Negeri 1 Indramayu who were menstruating and
willing to become the research respondents. The primary data were collected through
questionnaire. The data were analyzed with chi square test, with an error rate of 5%. A total of 14
students (31.8%), 22 students (50%), and eight students (18.2%) had a good, moderate, and bad
category of the level of knowledge, respectively. For the behavior, 25 students (56.8%) had a good
category and 19 students (43.2%) had a bad category. Based on chi-square test results, the p-
value was 0,049 (≤ α) which means that there was a relationship between the level of knowledge
about dysmenorrhea and check-up behavior to health facility among female students of SMA
Negeri 1 Indramayu. The level of adolescent girls’ knowledge about dysmenorrhea was related to
check-up behavior to health facility. It is expected that the future studies develop research by
considering counseling as one of the methods used for increasing check-up behavior among
adolescent girls to health facility.

Keywords: knowledge, adolescent girls, dysmenorrhea, behavior, health facility

PENDAHULUAN
Pengetahuan sangat erat hubungannya rendah pula. Hal ini mengingat bahwa
dengan pendidikan, dimana diharapkan peningkatan pengetahuan tidak mutlak
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi
orang tersebut akan semakin luas pula dapat diperoleh melalui pendidikan non formal
pengetahuannya. Akan tetapi perlu (Wawan & Dewi M., 2010). Termasuk dalam
ditekankan, bukan berarti seseorang yang memperoleh pengetahuan kesehatan.
berpendidikan rendah mutlak berpengatahuan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan bagian nyeri, tetapi perlu juga diatasi dengan
sejahtera baik fisik, mental, sosial, yang utuh memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
(tidak semata-mata bebas dari penyakit atau Angka kejadian nyeri menstruasi
kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan (Dismenore) di dunia sangat besar. Rata-rata
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan lebih dari 50% perempuan di setiap negara
prosesnya (Kumalasari dan Andhyantoro, mengalami dismenore. Di Amerika angka
2012). persentasenya sekitar 60% dan di Swedia
Menstruasi atau haid adalah proses sekitar 72%. Sementara di Indonesia
alamiah yang terjadi pada perempuan. angkanya diperkirakan 55% perempuan
Menstruasi merupakan perdarahan yang produktif yang tersiksa oleh dismenore. Angka
teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-
kandungan telah berfungsi matang. 95% dikalangan wanita usia produktif
Umumnya, remaja yang mengalami menarche (Proverawati & Misaroh, 2009).
adalah pada usia 12 sampai dengan 16
tahun. Periode ini akan mengubah perilaku METODE PENELITIAN
dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan Metode yang digunakan adalah analitik
lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali dengan pendekatan cross sectional.
mengalami menstruasi normal terjadi setiap Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
22-35 hari dengan lamanya menstruasi Indramayu Kabupaten Indramayu pada bulan
selama 2-7 hari (Kusmiran, 2011). Desember 2014 sampai dengan Januari
Pada saat menstruasi biasanya 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah
mengalami nyeri perut, yang biasa disebut semua remaja putri kelas XI IPA 2 dan XI IPA
dengan dismenore. Dismenore adalah kondisi 3. Teknik sampling yang digunakan adalah
medis yang terjadi sewaktu haid atau purposive sampling dengan kriteria remaja
menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas putri siswi SMA Negeri 1 Indramayu
dan memerlukan pengobatan yang ditandai Kabupaten Indramayu yang sudah menstruasi
dengan nyeri atau rasa sakit di darah perut dan bersedia menjadi responden penelitian
atau panggul (Judha, Sudarti dan Afroh sebanyak 44 siswi.
Fauziah, 2012). Pengumpulan data dilakukan oleh
Banyak wanita yang merasakan peneliti dengan menggunakan kuesioner
ketidaknyamanan pada saat haid atau pernyataan tertutup. Kuesioner sebelumnya
menstruasi, tetapi tingkat ketidaknyamanan dilakukan uji valditas dan reliabilitas dengan
dismenore jauh lebih tinggi, dengan nyeri pada siswi di SMAN 1 Sindang sebanyak 20
yang sering kali dirasakan dipunggung bawah siswi. Dalam mengukur pengetahuan, dapat
dan menjalar hingga ke bawah dan bagian dilakukan dengan cara memberikan kuesioner
atas tungkai (Widiarti & Komalasari, 2010). sebanyak 20 pernyataan setelah itu dilakukan
Masih banyak perempuan bahkan penilaian dimana jawaban benar dari masing-
remaja yang menganggap nyeri menstruasi masing pernyataan diberi nilai 1 dan jika salah
sebagai hal yang biasa, mereka beranggapan diberi niali 0. Menurut Arikunto (2010), ukuran
1-2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri standar pengetahuan yaitu penilaian yang
menstruasi hebat bisa menjadi tanda gejala dicapai >75% masuk kategori baik, jika 60-
suatu penyakit misalnya endometriosis yang 75% masuk kategori cukup, sedangkan jika
bisa mengakibatkan sulitnya mempunyai niali <60% maka masuk kategori kurang.
keturunan. Sehingga upaya preventif perlu Perilaku diukur dengan kuesioner 20
dilakukan untuk mengurangi kelanjutan dari pernyataan. Perilaku dikatakan baik jika nilai
hal tersebut yang dapat menyebabkan suatu dari hasil kuesioner ≥ rat-rata dan dikatakan
penyakit. Misalkan, ketika mengalami nyeri tidak baik/kurang jika nilai dari hasil kuesioner
menstruasi yang hebat bukan hanya < rata-rata. Analisis data dalam penelitian
mengatasinya dengan meminum obat pereda adalah univariat dan bivariat (rumus uji
nyeri atau melakukan kompres hangat pada statistik chi square )
HASIL PENELITIAN responden sebelumnya tidak responden
peroleh secara formal atau melalui pelajaran
Tabel 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Responden tentang Dismenore remaja khususnya mengenai dismenore.
Pengetahuan Frekuensi Persentase Namun, responden memperoleh informasi
Baik 14 31,8% yang didapatkan melalui teman sebaya
Cukup 22 50% maupun media informasi, sehingga 50% siswi
Kurang 8 18,2% berpengetahuan cukup. Walaupun demikian,
Jumlah 44 100% terdapat 31,8% siswi yang pengetahuan
dismenore-nya berada pada kategori baik dan
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa 18,2% berada pada kategori kurang.
sebagian besar responden memiliki Pada siswi dengan kategori cukup pada
pengetahuan tentang dismenore dengan tingkat pengetahuan tentang dismenore, siswi
kategori cukup, yaitu 22 siswi (50%). mampu mengetahui, memahami,
menganalisis, dan mengevaluasi mengenai
Tabel 2. Distribusi Perilaku Periksa ke pengertian, penyebab dan penanganan
Pelayanan Kesehatan
dismenore. Hal itu sesuai dengan teori yang
Perilaku Frekuensi Persentase dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010),
Baik 25 56,8% bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
Tidak Baik 19 43,2% tahu
Jumlah 44 100%
untuk terbentuknya tindakan seseorang 3
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa yang mencakup kemampuan kognitif, afektif 1
sebagian besar responden memiliki perilaku dan psikomotorik. Pengetahuan yang dilihat
periksa ke pelayanan kesehatan dengan dari kemampuan kognitif seseorang
kategori baik, yaitu 25 siswi (56,8%). mencakup kemampuan untuk mengetahui,
memahami, mengaplikasi, menganalisis,
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan tentang mensintesis dan mengevaluasi suatu hal.
Dismenore dengan Perilaku Periksa Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil
Perilaku bahwa perilaku periksa ke pelayanan
Jumlah kesehatan berada pada kategori baik
Pengetahuan Tidak Baik Baik
sebanyak 25 siswi (56,8%).
F % F %
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo
Baik 6 75 2 25 8
(2010) adalah bentuk respon seseorang
Cukup 10 45,5 12 54,5 22
terhadap stimulus yang berkaitan dengan
Kurang 3 21,4 11 78,6 14
sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
Jumlah 19 100 25 100 44 makanan serta lingkungan. Dari pernyataan
yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
Berdasarkan tabel 3. didapatkan p-value tersebut, yang dimaksud dengan perilaku
sebesar 0,049 artinya p-value ≤ 0,05. penanganan dismenore adalah bentuk respon
Sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan seseorang terhadap keluhan dismenore yang
terdapat hubungan antara tingkat dirasakannya sehingga terdapat keinginan
pengetahuan remaja putri tentang dismenore untuk melakukan pemeriksaan ke pelayanan
dengan perilaku periksa ke pelayanan kesehatan.
kesehatan pada siswi di SMAN 1 Indramayu Terbentuknya perilaku sehat pada siswi
Tahun 2015 di SMAN 1 Indramayu dapat berpengaruh
terhadap tingkat kehadirannya di sekolah.
PEMBAHASAN Misalnya, jika terdapat siswi yang mengalami
Pengetahuan dismenore, berdasarkan dismenore, kemudian siswi tersebut
wawancara tidak terstruktur pada beberapa memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan,
maka hal tersebut dapat mencegah terjadinya negatif suatu perilaku yang terkait. Dengan
suatu penyakit sehingga siswi tersebut tidak pengetahuan yang dimiliki siswi tentang
mengalami gangguan kesehatan yang dapat dismenore menjadi landasan terbentuknya
mengganggu tingkat kehadirannya di sekolah. perilaku untuk menangani dismenore.
Berbeda dengan siswi yang tidak Perilaku yang baik dan sangat baik terlihat
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dilakukan oleh siswi yang memiliki
ketika mengalami dismenore, siswi tersebut pengetahuan yang cukup dan baik,
dapat mengalami gangguan kesehatan yang sedangkan tingkat pengetahuan yang kurang
kemudian berpengaruh terhadap tingkat menjadikan siswi memiliki perilaku yang
kehadirannya di sekolah. berpotensi mengakibatkan risiko gangguan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa kesehatan.
terdapat hubungan antara tingkat Menurut Notoatmodjo (2010),
pengetahuan remaja putri tentang dismenore terbentuknya perilaku yang didasari oleh
dengan perilaku periksa ke pelayanan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
kesehatan pada siswi di SMA Negeri 1 positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
Indramayu Kabupaten Indramayu. Adanya langgeng (long lasting).
hubungan antara kedua variabel ditunjukkan Hasil penelitian ini sesuai dengan
dari hasil perhitungan uji statistik chi square penelitian Dyah Pradnya Paramita (2010)
dengan derajat kepercayaan 95% dan α = menyebutkan bahwa adanya hubungan
0,05, didapatkan P value 0,049 artinya P tingkat pengetahuan tentang dismenore
value ≤ 0,05. Sehingga HA gagal ditolak dengan perilaku penanganan dismenore,
artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik
hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tingkat pengetahuan yang dimiliki maka
putri tentang dismenore dengan perilaku semakin baik perilaku yang dilakukan untuk
periksa ke pelayanan kesehatan pada siswi di menanganinya.
SMA Negeri 1 Indramayu Kabupaten Peneliti berpendapat bahwa jika perilaku
Indramayu. yang terdapat pada diri seseorang didasari
Hal ini sesuai dengan teori yang oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut
dijelaskan Azwar (2003), pengetahuan melekat pada diri dan menganggap perilaku
seseorang tentang sesuatu hal akan tersebut merupakan kebiasaan yang harus
mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut dilakukan.
positif maupun negatif tergantung dari Peneliti juga berpendapat bahwa
pemahaman individu tentang suatu hal terbentuknya perilaku periksa ke pelayanan
tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan kesehatan yang didasari oleh pengetahuan
mendorong individu melakukan perilaku mengenai dismenore pada siswi di SMAN 1
tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau Indramayu yang mengalami dismenore dapat
sikapnya negatif, justru akan menghindari berpengaruh terhadap tingkat kehadirannya di
untuk melakukan perilaku tersebut. sekolah. Misalnya, jika terdapat siswi yang
Menurut Azwar (2003), pengetahuan mengalami dismenore, kemudian siswi
merupakan hal yang sangat penting untuk tersebut memeriksakan diri ke pelayanan
terbentuknya tindakan seseorang, dengan kesehatan karena ia memiliki pengetahuan
kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh mengenai dismenore , maka hal tersebut
sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam dapat mencegah terjadinya suatu penyakit
berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa sehingga siswi tersebut tidak mengalami
perubahan pengetahuan tidak selalu gangguan kesehatan yang dapat
menyebabkan perubahan perilaku. mengganggu tingkat kehadirannya di sekolah.
Menurut Indriastuti (2009), perilaku sehat Lain hal dengan siswi yang tidak
tersebut tidak akan terjadi begitu saja, tetapi memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
merupakan sebuah proses yang dipelajari ketika mengalami dismenore karena ia tidak
karena individu mengerti dampak positif atau memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
dismenore, sehingga siswi tersebut dapat Penanganan terhadap Dismenorea pada
mengalami gangguan kesehatan yang Siswi Kelas 8 Smp Negeri 7 Wonogiri.
kemudian berpengaruh terhadap tingkat Fakultas Kedokteran Universitas
kehadirannya di sekolah. Langkah selanjutnya Muhammadiyah Surakarta.
yang diambil peneliti ialah melakukan Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
khusunya tentang dismenore. Dengan Rineka Cipta.
diadakannya penyuluhan tersebut, diharapkan Atikah P. dan Siti M., (2009). Menarche,
pengetahuan tentang dismenore menjadi Menstruasi Pertama Penuh Makna.
baik, sehingga terbentuklah perilaku periksa Yogyakarta: Nuha Medika.
dan dapat terhindar dari gangguan kesehatan Azwar S., (1995), Sikap Manusia, Teori dan
lain. Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
KESIMPULAN Dwi W. dan Renata K., (2010). Buku Ajar
Tingkat pengetahuan remaja putri di Kesehatan Reproduksi Wanita (Women’s
SMAN 1 Indramayu sebagian besar berada Sexual Health). Edisi 2. Jakarta: EGC.
pada kategori cukup. Perilaku periksa ke Dyah P.P., (2010). Hubungan Tingkat
pelayanan kesehatan pada remaja putri di Pengetahuan tentang Dismenorea
SMAN 1 Indramayu sebagian besar berada dengan Perilaku Penanganan
pada kategori baik. Terdapat hubungan Dismenorea pada Siswi SMK YPKK I
antara tingkat pengetahuan remaja putri Sleman Yogyakarta, Program Studi
tentang dismenore dengan perilaku periksa ke Diploma IV Kebidanan Fakultas
pelayanan kesehatan pada siswi di SMAN 1 Kedokteran UNS.
Indramayu. Eny K., (2011). Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
SARAN Medika.
Bagi SMA Negeri 1 Indramayu Indriastuti, D.P., (2009). Hubungan antara
diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
pengelola Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan Perilaku Higienis Remaja Putri
tentang kesehatan reproduki remaja Pada saat Menstruasi. Fakultas Psikologi
khususnya yang berhubungan dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dismenore melalui pengadaan buku-buku Intan K. dan Iwan A., (2012), Kesehatan
bacaan tentang kesehatan dan pengadaan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
kegiatan penddikan kesehatan bekerjasama dan Keperawatan. Jakarta: Salemba
dengan unit pelayanan kesehatan setempat, Medika.
sehingga terbentuk perilaku periksa pada Manuaba I..B., (2009). Memahami Kesehatan
siswi yang mengalami dismenore, karena hal Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat Mohamad J., Sudarti dan Afroh F., (2012).
kehadiran siswi di sekolah. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Daftar Pustaka Notoatmodjo S., (2010), Metodologi Penelitian
A. Wawan dan Dewi M., (2010). Teori & Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Sylvia D.E., (2010), Sindrom Pra-Menstruasi,
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Normalkah?. Jakarta: Balai Penerbit
Medika. Fakultas Kedokteran Universitas
Andri Fadmawati, (2015). Hubungan antara Indonesia,
Tingkat Pengetahuan Dismenorea dan

Anda mungkin juga menyukai