Anda di halaman 1dari 6

A.

Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan


Sosial)
Dari masa ke masa, kehidupan dan tatanan sosial masyarakat selalu mengalami
perubahan, baik itu signifikan maupun kurang signifikan. Dan setiap masa
memiliki kompleksitas (complexity) dan Kesemrawutan (chaos) tersendiri yang
harus dipecahkan setiap manusia (pada masanya) agar dapat menjawab tantangan
kehidupan.
Dalam pengantar buku “Chaos, Complexity, Curriculum, and Culture”
Fleener (2005) mengatakan, “Kesemrawutan (chaos) dan kompleksitas
(complexity) merupakan cara pandang tentang pengetahuan baru dan penyelidikan
postmodern yang mungkin berimplikasi perubahan yang signifikan terhadap
bagaimana cara untuk memahami dan melakukan pendekatan terhadap kurikulum
pembelajaran.” Hal ini mengindikasikan bahwa sebagai praktisi pendidikan sangat
penting untuk mempelajari kompleksitas dan kesemrawutan sosial untuk
menentukan pembelajaran yang tepat.

1. Kompleksitas Sosial (Sosial Complexity)


Dalam kamus oxford, Kompeksitas (Complexity) adalah “sebuah faktor
yang bersangkut paut dalam sebuah proses atau situasi yang rumit.” Artinya untuk
disebut sesuatu yang kompleks perlu ada dua unsur atau lebih yang saling
berhubungan. Yang mana seperti efek domino, bila ada satu perubahan pada satu
saja papannya maka akan berpengaruh pada papan yang lain.
Sebuah sistem yang kompleks pasti memiliki hirarki yang dapat diurai dan
dianalisis dari perilaku dan interaksi dari bagian terkecil hingga ke bagian yang
paling tinggi. Simon (Peurach, 2011) mengatakan faktanya banyak sistem
kompleks yang hampir dapat diurai, struktur hierarki adalah faktor fasilitas utama
yang memungkinkan untuk memahami, menggambarkan, dan bahkan “melihat”
sistem tersebut dan bagiannya. Atau mungkin persoalan harus disimpan di
sebaliknya. Jika ada sistem-sistem penting di dunia yang kompleks tanpa ada
hirarki, hal tersebut mungkin untuk melarikan diri dari pengamatan dan
pemahaman kita.
Ada lebih dari 7 milyar manusia di bumi ini. Masing-masing memiliki
berbagai tujuan hidup, cita-cita, perilaku dan cara pandang yang berbeda. Belum
lagi perubahan zaman yang berubah tidak hanya dari segi teknologi, tapi juga arus
komunikasi yang semakin pesat. Hal ini membuat sistem sosial kita menjadi
semakin kompleks dan semrawut. Maka dari itu, penting untuk memahami
kompleksitas dan belajar untuk beradaptasi agar kita dapat mengurai benang kusut
peradaban saat ini dan tidak tergerus oleh arus zaman yang semakin cepat.
Terlebih lagi di dunia pendidikan, pemahaman tentang kompleksitas sosial dapat
membantu kita untuk membuat kurikulum maupun aktifitas belajar yang tepat
untuk peserta didik.

2. Kesemrawutan Sosial (Chaos Complexity)


Kesemrawutan berasal dari kata semrawut. Menurut KBBI, kesemrawutan
adalah “kacau balau; acak-acakan; tidak teratur:” Sedangkan kesemrawutan
adalah “keadaan semerawut, kacau balau (tidak teratur dan sebagainya).” Jika
kompleksitas merupakan faktor yang bersangkutan dengan situasi yang rumit.
Maka kesemrawutan adalah keadaan atau situasi. Menurut kamus Oxford, chaos
atau kesemrawutan dalam fisika memiliki arti, “bagian dari sistem yang kompleks
yang bersifat tidak terprediksi sehingga tampak acak, memiliki sensitifitas yang
tinggi terhadap perubahan kecil dalam berbagai kondisi.”
Sifatnya yang sensitif terhadap perubahan dan acak menyebabkan kita
sangat jarang bisa memprediksi kapan situasi akan berubah menjadi semrawut tapi
kita bisa memprediksi kapan keadaan semrawut ini akan berakhir atau bahkan bisa
mengurai situasi semrawut ini. Peurach (2011) mengatakan gagasan teoretis
tentang “Tepi Kesemrawutan” (the Edge of Chaos) berkembang ke dalam
metafora umum yang menggambarkan tantangan yang ada ke dalam beberapa
ruang antara yang terprediksi dan tidak dapat diprediksi (acak). Dengan
menganalisis situasi yang chaos, maka akan terlihat sebuah keteraturan (kosmos).
Menurut Situngkir (2011) Teori chaos telah menunjukkan sebuah jalan
keluar baru. Kekacauan atau krisis tersebut semata-mata terjadi karena selama ini
kita melihat kosmos dan chaos sebagai dua konsep yang bertolak belakang satu
sama lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena pada dasarnya, Chaos
dan kosmos merupakan satu kesatuan. Jika ada sesuatu yang semrawut maka di

1
Makalah Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan Sosial)
dalamnya akan ada keteraturan. Keteraturan tersebut membuktikan kekuasaan dan
keesaan-Nya. Seperti kutipan di awal surat As-Sajdah ayat 5, “Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi.” Kehidupan yang kompleks berada diantara kondisi
chaos dan kosmos. Adanya keteratuan (kosmos) dalam kesemrawutan menjadi
harapan untuk kita mengatasi kesemrawutan tersebut.
Sebagai contoh, media sosial memungkinkan setiap individu berhubungan
dengan ratusan dan sampai ribuan orang setiap harinya. Dengan penyebaran
informasi yang cepat saat ini memungkinkan kita mengetahui keadaan orang di
ujung dunia lain hanya dalam beberapa detik. Hal ini menimbulkan efek terhadap
kita. Misal 10 years Challenge yang sempat viral di media sosial. Tantangan ini
meminta kita menyandingkan foto pada tahun 2009 dan tahun 2019. Seperti
tantangan-tantangan sebelumnya, tantangan ini dimulai dari satu orang atau grup,
kemudian orang lain mengikuti, awalnya satu orang melakukan, lalu diikuti oleh
pengikut media sosialnya, lalu diikuti oleh pengikut dari pengikutnya, terus
hingga sampai ke kita, lalu dalam hitungan hari atau bahkan lebih cepat dari itu,
hanya hitungan jam jutaan orang sudah mengikuti challenge tersebut. Akan
muncul juga komentar yang pro dan kontra terkait challenge ini dan akan terjadi
keributan di sosial media baik dalam feed instagram maupun komentar yang
menyertainya. Tapi jika kita tunggu dan analisis lagi, challenge ini akan sama
dengan challenge sebelumnya, ribut diawal tapi lama-kelamaan akan menurun
hingga akhirnya lambat laun akan terhenti.
Hal ini sesuai dengan teori chaos, kita tidak bisa memprediksi kapan
challenge akan muncul. Tapi kita bisa memprediksi pola penyebaran dan waktu
kapan challenge tersebut akan hilang. Pola penyebaran dan waktu inilah kosmos
dari situasi chaos yang disebabkan challenge di sosial media.
Kesemrawutan dalam tatanan komunikasi sosial di Indonesia pun akan
beragam. Terutama dari penggunaan sosial media yang semakin marak. Data
pengguna alat komunikasi di Indonesia yang diambil dari katadata.co.id (26
Februari 2019) menunjukkan diagram sebagai berikut.

2
Makalah Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan Sosial)
Gambar 1 Data Pengguna Telepon, internet, Media Sosial Indonesia Menurut
Wearesosial (2019)

Dari data pengguna media sosial mobile atau orang yang mengakses media
sosial yang dimana pun dia berada ada 48,5% atau hampir setengah penduduk
Indonesia. Dan pengguna telepon genggam sebanyak 132,6%. Artinya ada
sebagian orang Indonesia menggunakan lebih dari satu telepon genggam. Hal ini
menandakan bahwa begitu pesat dan terbukanya penduduk Indonesia untuk
mengakses informasi.
Belum lagi informasi yang semakin banyak dan penyebaran berita hoax
yang meningkat karena kemudahan membuat konten dan men-share. Hal ini
membuat kita sulit mempercayai berita-berita yang disebar dari media sosial yang
kita lihat setiap hari. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya tingkat kepercayaan
publik terhadap berita di sosial media.

Gambar 2 Tingkat kepercayaan publik terhadap Media Sosial/Mesin Pencari dan Jurnalis
(dari situs katadata.co.id - 26 Februari 2019)

3
Makalah Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan Sosial)
Dari kompleks dan rumitnya arus informasi saat ini perlu adanya
kemampuan untuk melihat perubahan, mempelajari kesemrawutan dan
kompleksitas yang terjadi dan menemukan keteraturan (kosmos) yang menjadi
harapan kita untuk mengurai kesemrawutan tersebut.
Pada materi paradigma globalisasi dan unsur-unsurnya, dijelaskan adanya
pergeseran paradigma prapositivisme, positivisme, dan postpositivisme.
Pergeseran tersebut merupakan respon manusia terhadap perubahan yang terjadi
dengan beradaptasi dengan keadaan yang terus berubah juga dengan proses
berpikir untuk merespon secara kreatif. (Sanusi, 2017)
Menurut Sanusi (2017) ada tiga respon manusia terhadap kompleksitas dan
kesemrawutan. Yang pertama, mengikuti arus perubahan meski tidak tahu kemana
arus membawanya. Kedua, melawan arus perubahan, namun akan diperlukan
kemampuan dan kekuatan untuk bisa menghadapinya termasuk menyediakan
alternatif. Ketiga, diam saja untuk melihat lebih dulu mana yang paling banyak
diikuti dan akhirnya mengikuti yang terbanyak diikuti.
Apapun pilihan kita, setiap manusia memiliki nilai yang harus dijaga. Bisa
nilai pribadi, kelompok maupun manusia seluruh global. Selama tidak merubah
nilai dasar agama, nilai tersebut dapat disesuai kembali dengan perubahan zaman.

4
Makalah Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan Sosial)
DAFTAR PUSTAKA

Badan Bahasa, Kemendikbud (updated 12 April 2018) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Aplikasi Android Versi 0.2.1 Beta: Google Play
Fleener, M. Jayne, Doll, William E, Trueit, Donna, St. Julien, John (2005) Chaos,
complexity, curriculum, and culture: a conversation. New York: Google Book
MobiSystem (updated 07 Januari 2019) Oxford Dictonary of English : Free. Aplikasi
Android Versi 10.0410: Google Play
Peurach, Donald J. (2011) Seeing Complexity in Public Education. New York: Oxford
University Press. Inc
Sanusi, Ahmad. (2017) Managemen Pendidikan mengurai benang kusut, mencari jalan
keluar. Bandung: Nuansa Cendikia
Situngkir, Hokki (2011) Makalah Menuju Wawasan Kompleksitas dan memahami Narasi
Kompleksitas Negeri. Jakarta: Freedom Institute
(https://issuu.com/freedominstitute/docs/makalah-hokky-kompleksitas dilihat
pada 26 Februari 2019)

5
Makalah Social Complexity (Kompleksitas Sosial) dan Social Chaos (Kesemrawutan Sosial)

Anda mungkin juga menyukai