1Extrasensory persepsi (ESP), persepsi yang terjadi secara independen dari proses sensorik yang diketahui.
Biasanya termasuk dalam kategori fenomena ini adalah telepati, atau pemindahan pikiran antar orang; clairvoyance, atau
kesadaran supernormal objek atau peristiwa yang belum tentu diketahui orang lain; dan prekognisi, atau pengetahuan
tentang masa depan. Penyelidikan ilmiah tentang ini dan fenomena serupa berasal dari akhir abad ke-19, dengan sebagian
besar bukti pendukung berasal dari eksperimen yang melibatkan tebakan tebakan. Subjek berusaha menebak dengan
benar simbol yang disembunyikan dari pandangan mereka dalam kondisi yang terkontrol; persentase yang lebih baik dari
peluang panggilan yang benar pada sejumlah uji signifikan secara statistik dianggap sebagai bukti ESP. Meskipun
banyak ilmuwan terus meragukan keberadaan ESP, orang yang mengklaim kemampuan ini kadang-kadang digunakan
oleh tim investigasi untuk mencari orang atau benda yang hilang ESP Persepsi ekstrasensor atau juga disebut indra
keenam, termasuk penerimaan informasi yang diklaim tidak diperoleh melalui indera fisik yang diakui, tetapi dirasakan
dengan pikiran. Istilah ini diadopsi oleh psikolog Universitas Duke J. B.
Pertama, karena objek-objeknya lebih mendalam, stabil dan mendasar dibanding objek-
objek disiplin lain. Kedua, karena keniscayaan absolut artikulasi proposisi-proposisinya, keniscayaan
tersebut didapat dari fakta bahwa tidak satu pun proposisi yang tergantung pada data-data indriawi
melainkan pemahaman rasio. Ketiga, ketidaktergantungan metafisika pada data-data indriawi
menempatkan metafisika sebagai satu-satunya disiplin yang mengungkapkan kebenaran
fundamental.
Metafisika selalu berupaya menentukan apa yang esensial dengan menanggalkan hal-hal
yang non-esensial, sedangkan jiwa atau diri adalah suatu realitas yang benar-benar nyata. Filsuf
pertama yang mulai menyibukkan diri dengan realitas sebagaimana adanya/realitas nyata adalah
Thales (580 SM). Dia mengklaim bahwa sumber segala sesuatu adalah air, tanah mengapung di atas
air dan segala sesuatu di atasnya dibuat dari air. Walaupun Aristoteles menyebut teorinya “kekanak-
kanakkan”, namun kontribusinya terhadap perkembangan intelektual Barat sangatlah besar.