SCIENCE PHYLOSOPHY
By :
NIM : 21050118529008
1
QUESTION
Format:
Jawaban harus ditulis dengan menambahkan catatan kaki / catatan akhir dan daftar pustaka, dua
spasi dengan font 12 Arial atau huruf time new roman. Minimal 8 pustaka harus dikutip.
Selanjutnya jawablah pertanyaan ini dengan seksama?
2
ANSWER
1. Kita perlu sekali mempelajari ilmu pengetahuan karena mempunyai fenomena yang
sangat hubungan erat dengan filsafat ilmu. Hal ini dimungkinkan karena para sosiologi selalu
memberikan persoalan sejarah kepada ahli sejarah dengan melakukan penelusuran terhadap
kebudayaan serta struktur masyarakat yang telah lampau kemudian diambil contohnya untuk
masa mendatang sehingga ilmu sejarah dipengaruhi oleh perkembangan sosiologi. Oleh
karena itu antara sejarah dan sosiologi mempunyai pengaruh timbal balik. Sosiologi juga
sejarah mempelajari kejadian dan hubungan yang dialami masyarakat atau manusia. Sejarah
mempelajari peristiwa masa silam, sejak manusia mengenal peradaban. Peristiwa-peristiwa itu
kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh gambaran menyeluruh pada masa
lampau serta mencari sebab terjadinya atau memperkuat tersebut. Selain itu, sosiologi juga
memerhatikan masa silam, tetapi terbatas pada peristiwa yang merupakan proses
kemasyarakatan dan timbul dari hubungan antara manusia dalam situasi dan kondisi yang
berbeda.
Sejarah dan sosiologi berpengaruh kepada ilmu atau sains dilihat dari sejarah dan
Ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya,
secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan sejarah
tidak jauh berbeda, namun sejarah membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sejarawan
Dihadapkan dengan masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak
inilah para ilmuwan terlibat dalam perdebatan panjang, apakah ilmu-ilmu yang berkembang
dengan pesat tersebut bebas nilai atau justru tidak bebas nilai. Hal ini mengingat bahwa di
satu pihak objektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, sedangkan di pihak lain
subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai subjektif, seperti nila-nilai
dalam masyarakat, nilai agama, nilai adat dan sebagainya yang ikut menentukan pilihan atas
Objektivitas yang dimaksud Filsof “Longinu” adalah bahwa objek ilmu tetap sebagai
objek ilmiah yang harus dihadapi sama, baik secara teoritis maupun secara metodologis. Oleh
karena itu, ilmuwan tidak boleh membedakan apakah objek yang dihadapi ilmu itu
merupakan bahan dari zat-zat kimia atau keseragaman peristiwa alam (uniformity of natural)
atau merupakan masalah yang ada hubungannya dengan kemanusiaan. Manusia disamping
sebagai subjek peneliti ilmu, juga sebagai objek yang diteliti secara objektif dari luar, tanpa
3. Dalam teori ilmiah nilai dan fakta seharusnya berjalan serentak karena Ilmu
memang mempelajari realita sebagaimana adanya clan untuk ini seorang ilmuwan
dituntut untuk bersikap seobyektif mungkin. Namun tidak dapat dipungkiri sebuah
persepsi tidak akan pernah lepas dan faktor-faktor sebyektifitas. Alasan inilah yang
menunjukkan jika kebenaran yang dicapai ilmu bukan kebenaran absolut melainkan
kebenaran yang bersifat relatif yang sewaktu-waktu bisa berubah berdasarkan penemuan-
4
penemuan fakta dan data baru. Ini sekaligus menunjukkan bahwa obyektifitas secara
mutlak tidak akan dicapai oleh manusia karena keterbatasan yang ada padanya, atau
dengan kata lain obyektifitas yang dicapai ilmu tidak lagi seobyektif sebagai mana
adanya, melainkan dipengaruhi penilaian subyektif yang mendasarkan dan pada nilai-
nilai tertentu
Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh membiarkan diri terpengaruh oleh
nilai-nilai yang letaknya di luar pengetahuan ini menjadi alas an adanya bebas nilai dalam
ilmu. Ini pula yang menjadi dasar otonomi ilmu. Hal ini dapat dipahami karena dalam
memahami reality atau fakta sikap obyektif mutlak diperlukan untuk menemukan
kebenaran sehingga dapat diambil suatu kesimpulan atau hukum berdasarkan fakta yang
ada. Untuk hal ini maka adanya bebas nilai adalah tepat.
Akan tetapi sebuah fakta atau realita tidak akan terjadi sebuah data tanpa campur tangan
usaha yang bersifat membatasi diri dari disipin ilmu tertentu. Fakta tidak ditemukan
melainkan dijadikan untuk menjelaskan suatu realitas yang menantang. Artinya dalam
sebuah fakta terjadi sebuah fakta terjadi suatu penilaian dan pertimbangan untuk
mendukung suatu kebenaran yang diyakini atau dipahami. Singkatnya obyek tidak akan
4. Ilmu ideal bisa dikatakan bebas nilai artinya: setiap kegiatan ilmiah harus didasarkan
pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan
faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Penganut paradigma ini menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-
nilai, baik secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini, ilmuwan hanyalah
5
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya,
Menurut Josep Situmorang, setidaknya ada 3 faktor yang menjadi indikator bahwa ilmu
1) Ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologis, agama,
3) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis (yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
5. Godfrey-smith adalah mana dari seorang professor Sejarah dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan di University of Sydney. Beliau bekerja terutama dalam filsafat biologi dan
filsafat pikiran, dan juga memiliki minat dalam filsafat ilmu umum, Godfrey-Smith
adalah salah satu penerima Penghargaan Lakatos, untuk bukunya tahun 2009, Penduduk
Darwin dan Seleksi Alam yang membahas dasar filosofis dari teori evolusi.
dimana naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan
realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai
dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
6
Godfrey Smith menyatakan bahwa naturalisme adalah suatu gagasan bahwa filosofi
dapat memanfaatkan hasil dari sains untuk menjawab pertanyaan filosofis dari segi
Godfrey Smith juga menyatakan bahwa naturalisme dalam filosofi mengharuskan kita
untuk memulai penyidikan filosofis dari titik terbaik dimana gambaran kita mengenai diri
kita sebagai manusia dan posisi kita di alam semesta. Manusia harus mencoba untuk
pengetahuan dari sekeliling mereka dan (2) pemahaman mengenai apa yang membuat
suatu karya diturunkan dari revolusi ilmiah yang berbeda dari investigasi yang lain.
6. Orang yang memiliki keyakinan atau prinsip yang teguh (strong conviction) dengan
orang yang memang memiliki watak keras kepala. Jika ternyata kita masih memiliki ada
beberapa ciri dari orang yang keras kepala maka solusinya mudah yakni membuka diri
dan siap untuk dikoreksi oleh orang-orang yang sudah ditetapkan untuk menjadi
pemimpin kita. Bahkan kita juga siap untuk menerima koreksian dari orang-orang yang
Karena percayalah dengan kita memiliki hati yang lemah lembut, mudah diajar dan mau
berubah maka niscaya integritas dalam hidupkita akan mulai terbangun. Dan orang
banyak akan mempercayai dan mengenal kita sebagai orang yang berintegritas dan
7. Empirisme konstruktif adalah jenis lain dari sains anti realisme yang diperkenalkan
oleh Bas van Fraasen dalam bukunya The Scientific Image (1980) yang didefiniskan
sebagai berikut: “sains bertujuan memberi teori-teori yang sesuai secara empiris, dan
7
penerimaan teori yang melibatkan keyakinan bahwa hanya kesesuaian tersebut
Alasan empirisme yang membangun lebih disukai (atau lebih buruk) daripada realisme
(3) pikiran adalah pasif, hanya berupa reseptor penerima dari rasa dan kesan.
(1) tidak adanya jembatan antara rasa kesan dan obyek di dunia;
(2) semua yang diketahui manusia adalah sensasi yang bermain-main dalam pikiran kita,
dan
(2) alasan dapat terjadi diluar apa yang pernah kita alami, dan
(3) alasan dapat digunakan untuk memegang hal-hal tidak sebagaimana yang terlihat, tapi
John Locke menyatakan bahwa manusia adalah tabula rasa, dan menerima rasa, kesan
8
dan sebagian diolah menjadi gagasan yang diekspresikan dalam bahasa melalui kata-kata,
namun tidak ada gagasan yang dibawa sejak lahir. Beberapa ahli setuju bahwa empirisme
8. Induksi metapesimistis adalah argumen yang mencari bantahan atas realisme ilmiah,
terutama pada paham realisme mengenai episistemik optimism yang percaya bukti adalah
yang kita percayai, atau hal yang kita anut adalah berdasarkan bukti.
Semua obyek yang mendasari alasan manusia atau penelitian dapat dibagi menjadi
dua macam:
(1) setiap penentuan yang berdasar fakta dapat disanggah tanpa kontradiksi;
(3) tidak bisa di selesaikan hanya dengan penalaran tapi berdasarkan pengalaman.
Berdasarkan pernyataan “tidak ada kesan dari kekuatan sebab atau hubungan antara
sebab dan akibat, tapi kita mengalami...”, maka kompromi bagi seorang realis adalah
bahwasanya ada sesuatu yang masih bisa kita tentukan dengan akal dan intuitif walaupun
9
akan menimbulkan kontradiksi yang pernah kita rasakan sebagai suatu pengalaman, dan
hal tersebut tidak dapat dirumuskan, dan seorang realis dapat memutuskan bahwa
9. Kita harus mempelajari dan bisa juga menjadi realis ilmiah untuk mengkaji teori
umum dari suatu ilmiah untuk mengasumsikan bahwa dunia adalah lumbung
pengetahuan yang masih banyak belum tergali oleh manusia dan ilmu pengetahuan
(sains) yang merupakan cara yang terbaik untuk mengeksplorasi pengetahuan yang masih
misteri tersebut. Sains tidak hanya menghasilkan prediksi, tetapi juga menghasilkan
pengetahuan tentang sifat alami benda-benda; Sains mencakup teori metafisika dan
sehat dengan teori-teori umum yang ada. Berbagai macam kisah baru (sekarang
tradisional dan mencoba menggantikannya dengan pendapat baru tersebut. Itu adalah
b. Mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sains. Realisme ilmiah
tidak hanya menggambarkan apa yang sudah dihasilkan, tetapi juga menyediakan
strategi, saran dan solusi dalam penelitian untuk masalah khusus. Hingga Copernicus
mengklaim bahwa ilmu astronomi barunya mencerminkan susunan bola yang benar
yang timbul secara dinamis. Idenya itu pun bertentangan dengan teori fisika pada saat
10
itu, epistemologi dan doktrin agama yang dianut oleh orang-orang di zaman tersebut.
Copernicus telah membuat masalah baru tetapi dia pun juga memberikan solusi
penyelesaian dari masalah yang telah dia buat dan tradisi penelitian baru pun mulai
berkembang.
Ilmu realisme yang perlu kita waspadai dan tidak kita terima:
Realisme ilmiah mengasumsikan bahwa teori ilmiah mengenalkan kita pada entitas baru
dengan sifat-sifat dan efek sebab akibat yang baru. Versi ini sering pertama kali
entitas-entitas baru (hampir seluruh unsur-unsur dari alam semesta secara fisik
dikenalkan oleh teori-teori yang sekarang kita mempercayainya sebagai hal yang salah).
menjadi benar, tidak setiap teori mengenalkan entitas dan, paling penting, teori dapat
dirumuskan dengan cara yang berbeda, menggunakan entitas teoretis yang berbeda dan
tidak jelas yang mana entitas yang didukung untuk menjadi hal-hal yang nyata (contoh
pertama diketahui adalah penggunaan sebuah excentre atau ofan epicycle untuk garis
antara versi pertama dan versi kedua dalam kasus spesial ini: teori tersebut benar dalam
semua bagiannya pada formulasi yang diberikan oleh Copernicus, semua entitas
Situasi tidak selalu sesederhana itu, bagaimanapun entitas teoretis mungkin mewakili
entitas nyata – tetapi tidak untuk teori yang pertama kali diusulkan.
REFERENCES
1. Soetikno, 1988, Filsafat Hukum Bagian I, Jakarta: Prad-nya Paramita, hlm. 57.
11
2. Longino’s theory of objective and commercialized research, saana Jukola, 2005.
3. Zulfadli Barus, “Pengaruh Renaissance tentang Pemisa-han Antara Hukum dan Moral
serta Dampaknya Terha-dap Martabat Kemanusiaan”, Jurnal Yuridis, Vol.2 No.3 Juli
2004, hlm. 6.
Press, Jakarta.
7. Samekto, FX. Aji. “Menggugat Relasi Filsafat Positivisme dengan Ajaran Hukum
Doktri-nal”. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 1, 2012. Purwokerto: FH
UNSOED.
9. Pengaruh Legal Reasoning terhadap Posisi Dialektis antara Ahli Hukum dengan
Ilmuwan Non Hukum dalam Melihat Hu-bungan Timbal Balik antara Hukum de-
ngan Masyarakat”. Law Review, Vol. VII No. 3 Februari 2008. Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Pelita Harapan.
11. Prof. Bayuseno, Materi kuliah filsafat ilmu, DTM UNDIP, 2019.
12