ELEKTROKOAGULASI-FILTRASI
Skripsi
OLEH:
HARLIN KIRANA
F1B1 15 026
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
ibunda Wa Pia selaku orang tua tercinta beserta saudara dan keluarga yang telah
banyak memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada penulis secara moril
tetapi berkat petunjuk dari ALLAH SWT dan disertai kesabaran, terus berusaha
serta adanya bantuan dari pihak lain, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
kepada Bapak Dr. H. La Aba S.Si., M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Lina
pikiran dan tenaga dalam memberikan masukan dan diskusi dalam masalah
iv
2. Bapak Dr. Ida Usman, S.Si., M.Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
3. Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas
5. Tim penguji yaitu Bapak Dr. Eng. I Nyoman Sudiana, S.Pd., M.Si., Ibu Dr.
Wa Ode Sukmawati Arsyad dan Ibu Wa Ode sitti Ilmawati, S.Si., M.Sc. yang
telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat serta dukungan
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fisika, serta seluruh staf di lingkungan FMIPA
UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan selama penulis
menuntut ilmu.
Forensik FMIPA UHO yang telah memberi izin dan bantuan kepada penulis
8. Bapak Asmin dan keluarga yang telah memberi izin untuk melakukan
A.Md.,Keb. yang telah memberi dukungan dan semangat pada penulis serta
v
10. Keluarga besar penulis: Kakek Nahija, om, tante, sepupu-sepupu, dan
skripsi ini.
11. Sahabat tersayang dan tercinta penulis Maslina, Erlin Idris, Wa Ode Nili, dan
Wa Ode Weti yang selalu mendengar keluh kesah penulis selama penyusunan
skripsi ini.
12. Sahabat Fantastic 09: Dinul Jamil, Harman, S.Sos. , La Ode Mardani,
13. Sahabat selama menempuh kuliah: Al Fikri Kasim, Emmi Astin, Hilma
16. Teman-teman Tim Penelitian Water Treatment UHO: Hevy, Lika, Nawir,
vi
Widya Agustini, Idrus, Fakmur Rizki Zuhri, Eva Nurfianti, Ita Satriani, Andi
Anugerah Nurfajriaman, La Ode Muh Firsyad, dan Surianti Heru yang telah
18. Rekan-rekan mahasiswa fisika angkatan 2016, 2017, dan 2018 yang tidak
19. Teman-teman Asrama Asita yang sudah berbagi kasih sayang layaknya
keluarga.
20. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
kepada semua pihak. Apabila masih terdapat kesalahan dalam skripsi ini, sudilah
semua untuk mencintai ilmu yang bermanfaat dan amalan shalih serta
memberikan ridho balasan yang sebaik-baiknya. Semoga tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, baik penulis maupun pembaca. Aamiin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
6. Standar Acuan Kualitas Air Bersih ............................................... 27
7. Desain Alat Penelitian ................................................................... 28
8. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 28
9. Tabel Data Pengamatan ................................................................ 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 30
A. Analisis Karakteristik Air Payau ......................................................... 30
B. Pengaruh Variasi Kuat Arus Terhadap Penurunan Natrium, Klorida,
dan Salinitas pada Proses Elektrokoagulasi ........................................ 31
C. Pengaruh Variasi Waktu Kontak Terhadap Penurunan Natrium,
Klorida, dan Salinitas pada Proses Elektrokoagulasi .......................... 35
D. Perubaha Fisis pada Elektroda Aluminium ......................................... 39
V. PENUTUP ................................................................................................ 40
A. Kesimpulan ......................................................................................... 40
B. Saran .................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41
LAMPIRAN ................................................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR
ix
4.3 Pengaruh Kuat Arus Terhadap Penurunan Klorida 32
4.4 Pengaruh Kuat Arus Terhadap Penurunan Salinitas 33
4.5 Flok yang Terbentuk pada Proses Elektrokoagulasi 34
4.6 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penurunan Natrium 35
4.7 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penurunan Klorida 35
4.8 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penurunan Salinitas 36
DAFTAR TABEL
x
kandungan natrium (Na), Klorida (Cl), dan salinitas dalam
air payau
4.1 Karakteristik Air Payau 30
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Singkatan Keterangan
% Persen
± Kurang Lebih
°C Derajat Celcius
A Ampere
AAS Atomic Absorbtion Spectrofotometry
Al Aluminium
xii
Al(OH)3 Aluminium Hidroksida
As Arsenic
Ca Kalsium
Cl Klorida
Cm Centimeter
Fe Besi
L Liter
Menkes Menteri Kesehatan
Mg Magnesium
mg/L Miligram per liter
mL Mili liter
Mn Mangan
Na Natrium
NO3 Nitrat
pH Power of Hydrogen
Ppt Part Per Thousand
SSA Spektrofotometri Serapan Atom
TDS Total Dissolve Solid
Harlin Kirana
F1B1 15 026
Abstrak
xiii
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kuat arus dan waktu kontak
dalam proses elektrokoagulasi terhadap penurunan kadar natrium (Na), klorida
(Cl), dan garam total (salinitas). Pada penelitian ini digunakan reaktor
berkapasitas 1 L dan menggunakan dua elektroda aluminium berukuran 15 cm x 5
cm x 0,2 cm. Variasi kuat arus yang digunakan pada penelitian ini antara lain 2 A,
4 A, dan 6 A dengan variasi waktu kontak 20 menit, 40 menit, dan 60 menit. Air
hasil proses elektrokoagulasi selanjutnya difiltrasi menggunakan pasir untuk
menghilangkan partikel yang tidak diinginkan. Setelah proses elektrokoagulasi-
filtrasi dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis terhadap kadar natrium (Na),
klorida (Cl) menggunakan AAS, dan garam total (salinitas) menggunakan
refraktometer. Hasil uji kadar awal air payau untuk natrium menghasilkan
747,807 mg/L, klorida 1081,131 mg/L dan salinitas 2 ppt. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variasi kuat arus dan waktu kontak berpengaruh terhadap
penurunan natrium, klorida, dan salinitas. Penurunan terbesar natrium, klorida,
dan salinitas terjadi pada arus 6 A dan waktu kontak 60 menit masing-masing
sebesar 84,211 mg/L, 96,438 mg/L, dan 0,1 ppt.
Kata kunci: Air Payau, Elektrokoagulasi, Elektroda Aluminium, Kuat Arus,
Waktu Kontak, Natrium (Na), Klorida (Cl), Salinitas.
Abstract
xiv
electrocoagulation process on decreasing levels of sodium (Na), chloride (Cl),
and total salt (salinity). In this research were used a reactor with capacity of 1 L
and two aluminum electrodes measuring 15 cm x 5 cm x 0.2 cm. Current strength
variations used in this research were include 2 A, 4 A, and 6 A with variations in
contact time of 20 minutes, 40 minutes and 60 minutes. Electrocoagulation
process water then filtered using sand to remove unwanted particles. After the
electrocoagulation-filtration process is carried out, an analysis was carried out
on the levels of sodium (Na), chloride (Cl) using AAS, and total salt (salinity) by
using a refractometer. The initial test results of brackish water for sodium
produce 747.807 mg/L, chloride 1081.131 mg/L and salinity 2 ppt. The results
showed that variations current strength and contact time affected sodium,
chloride, and salinity removal. The largest allowance for sodium, chloride, and
salinity occurs at a current of 6 A and a contact time of 60 minutes, respectively
84.211 mg/L, 96.438 mg/L, and 0.1 ppt.
Keywords: Brackish Water, Electrocoagulation, Aluminium Electrodes, Current
Strength, Contact Time, Sodium (Na), Chloride (Cl), Salinity.
xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan
ketersediaan air terutama air bersih. Untuk itu sangat penting adanya penyediaan
air bersih, sehingga adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan
Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi kehidupan
Situasi kelangkaan air ini akan terus memburuk seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk akan diiringi dengan peningkatan jumlah penggunaan air, baik
secara tidak langsung berpengaruh pada ketersediaan air di muka bumi (Yunanda,
2017). Air bersih yang digunakan sehari-hari harus memiliki kualitas yang baik
tentang persyaratan air bersih, kandungan natrium (Na) yang diperbolehkan dalam
air maksimum 200 mg/L dan kadar klorida (Cl) maksimum 250 mg/L.
tradisionil yang berupa air permukaan dan air tanah. Namun dewasa ini, sumber
1
2
konvensional ini semakin sulit didapatkan karena cadangan air yang semakin
menipis dan pencemaran yang semakin berat oleh beragam polutan, sehingga air
tersebut tidak layak untuk digunakan. Air yang berasal dari alam umumnya ada
yang sudah murni dan ada yang belum memenuhi persyaratan yang diperlukan
sehingga harus menjalani proses pengolahan terlebih dahulu. Misalnya air sumur
yang berwarna kuning kecoklatan karena mengandung besi dan mangan, air sadah
atau air yang berkapur, dan air payau (Heriani, 2012). Namun, dalam penelitian
akan digunakan air payau sebagai sampel penelitian karena air payau mengandung
kilogram air. Kandungan garam dalam air ini dinyatakan dalam ppt atau part per
thousand karena satu kilogram sama dengan 1000 gram. Air tawar maksimal
mempunyai salinitas 1 ppt sedangkan air minum 0,5 ppt. Pada umumnya
komposisi kimia air payau yang perlu diperhatikan adalah kandungan Cl, Ca, Mg,
dan Na. Air payau yang mengandung Na melebihi batas, misalnya lebih dari 200
Demikian pula jika air tersebut digunakan untuk menyiram tanaman misalnya
sayuran, maka hasil panen yang diperoleh berkurang jika dibandingkan dengan
hasil penyiraman air tawar. Untuk keperluan indutri, salinitas yang tinggi juga
Kondisi air payau yang seperti ini, maka diperlukan pengolahan terlebih
menurunkan kandungan garam dan mineral dalam air payau yaitu menggunakan
3
halus yang terdapat dalam air dengan menggunakan energi listrik. Prinsip dasar
elektrokoagulasi ini merupakan reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Dalam suatu
terlibat reaksi dalam elektrokoagulasi selain elektroda adalah air yang diolah yang
elektroda yang terbuat dari aluminium (Al), karena logam ini mempunyai sifat
telah digunakan untuk berbagai pengolahan air bersih diantaranya: penurunan Fe,
warna dan kekeruhan air gambut (Suwanto, 2017), pengolahan air payau
besi (Fe) pada air payau dengan konsentrasi awal TDS 480 mg/L dan besi (Fe)
dengan jarak antar elekroda 0,5 inch. Dilakukan variasi kuat arus yaitu 1,4 A; 2 A;
dan 2,6 A. Metode ini mampu menyisihkan kandungan logam Fe pada air payau
dengan percent removal mencapai 66,97% dari 0,5971 mg/L menjadi 0,1972
mg/L, menurunkan kadar TDS dari 480 mg/L menjadi 295 mg/L pada arus
mampu menurunkan kadar logam pada air payau dengan menggunakan arus 3
ampere yaitu magnesium dari 9.600 mg/L menjadi 185 mg/L, dan natrium dari
mampu menyisihkan berbagai jenis polutan dalam air, yaitu partikel tersuspensi,
tersebut dapat dipisahkan dengan cara diendapkan dan difiltrasi sehingga air yang
adalah proses yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk memisahkan
Elektrokoagulasi-Filtrasi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kuat arus listrik yang dialirkan ke elektroda dalam proses
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh kuat arus listrik yang dialirkan ke elektroda dalam proses
D. Batasan Masalah
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Air Payau
Air adalah bahan yang sangat vital bagi kehidupan dan juga merupakan
sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi. Selain itu air
hidupnya selalu memerlukan air (Soemirat, 2002). Air dapat berupa air
tawar (fresh water), air payau dan air asin (air laut) yang merupakan
wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di
udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal
pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air
daratan, perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh
(2002), Air payau terjadi karena intrusi air asin ke air tawar. Hal ini
juga dapat terjadi karena fenomena air pasang naik. Saat air laut meluap,
sungai sehingga air asin ini masuk ke dalam air tanah dangkal dan menjadi
6
payau. Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin).
Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5
sampai 30
7
8
gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika konsentasi garam melebihi 30
gram dalam satu liter air disebut air asin (Darmawansa, 2014).
Air payau merupakan air yang terbentuk dari pertemuan antara air
sungai dan air laut serta mempunyai ciri khusus secara fisik, kimia dan
biologis. Dari ciri-ciri fisik air payau ada yang jernih dan berwarna coklat
tinggi dibanding air tawar, dari ciri biologis terutama terdapatnya ikan-
ikan air payau (Putra, 2013). Air payau dapat memiliki range kadar TDS
Menurut Waluyo (2009), persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air
1. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman (pH), suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini
sesungguhnya selain penting untuk aspek eksehatan juga langsung dapat terkait
dengan kualitas fisik air seperti suhu dan keasaman. Selain itu sifat fisik air
juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis
2. Persyaratan Bakteriologis
Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu parasit, bakteri,
9
virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut, umumnya yang
3. Persyaratan Radioaktif
pada sel yang terpapar. Kerussakan dapat berupa kematian sel, perubahan
komposisi genetik dan lain-lain. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel
bergenerasi dari sel tidak mati sepenuhnya. Persyaratan radioaktif sering juga
wilayah disekitar reaktor nuklir, isu radioaktif menjadi penting untuk kualitas
air.
4. Persyaratan Kimia
kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan, karena tidak sesuai
dengan proses biokimia tubuh. Bahan kimia seperti nitrat (NO3), arsenic (As),
dan berbagai macam logam berat khusunya mangan (Mn) dan besi (Fe) yang
C. Air Bersih
Air bersih ialah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
(Dhani,2015). Standar kualitas air bersih sebagai acuan dalam penelitan ini
10
diperbolehkan untuk natrium 200 mg/L, dan untuk klorida 250 mg/L.
adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
kecuali air laut dan air fosil. Peraturan Pemerintah tersebut juga
menjelaskan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang
sumber air baku, kondisi sosial budaya, ekonomi, dan SDM masyarakat
setempat.
1. Metode Oksidasi
dari Perancis sebagai metode sterilisasi air minum pada tahun 1906.
tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam
2. Filtrasi (Penyaringan)
12
cairan. Proses penyaringan bisa juga merupakan proses awal (primary treatment).
Media filter biasanya pasir atau kombinasi dari pasir, anthracite, garnet, ilmenite,
polystyrene dan beads. Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada
terdapat dalam air. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter
3. Metode Flokulasi
4. Metode Destilasi
suatu bahan pada berbagai temperatur, tanpa kontak dengan udara luar untuk
memperolah hasil tertentu. Penyulingan adalah perubahan bahan dari bentuk cair
ditembus oleh air dari kadar garam rendah ke kadar garam yang lebih tinggi.
Dalam proses osmosis terbalik, kadar garam rendah dipaksa mengalir menembus
membran dari air dengan kadar garam tinggi menggunakan tekanan buatan
(Hidayat, 2011).
6. Metode Koagulasi
koagulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara
fisika. Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air dilakukan dengan
F. Elektrokoagulasi
1. Definisi Elektrokoagulasi
14
terdapat dua buah penghantar arus listrik searah yang kita kenal sebagai
dua buah lempeng elektroda yang dimasukkan kedalam bejana yang telah
diisi dengan air yang akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri
anoda. Dan pada akhirnya akan terbentuk suatu flokulan yang akan
netralisasi muatan.
besar.
15
2. Mekanisme Elektrokoagulasi
dialiri arus listrik searah, maka terjadi peristiwa elektrolisis yaitu gejala
2008).
16
1. Reaksi di Anoda
Reaksi yang terjadi di anoda adalah reaksi oksidasi, dimana logam yang
M → Mn+ + ne-
2. Reaksi di Katoda
Ion H+ yang berasal dari senyawa asam akan direduksi menjadi suatu gas yang
reaksinya:
4H+ + 4e → 2H2
Air yang menjadi pelarut akan mengalami reduksi sehingga membentuk gas
2009):
untuk peralatan rumah tangga, material pesawat terbang, otomotif, kontruksi, dan
lain-lain. Aluminium adalah salah satu logam yang baik digunakan sebagai
sebagai anoda dan katoda yang nantinya pada elektroda tersebut akan terjadi
bahan anoda dan katoda dari bahan aluminium terjadi reaksi sebagai berikut:
Dari reaksi di atas nampak terbentuk Al(OH)3 yang berperan sebagai bahan
Secara teoritis, massa dari logam anoda yang terlarut dapat dihitung
Ar . I .t
m Al=
n. F
Dimana:
n = Valensi ion.
a. Kelebihan Elektrokoagulasi
dioperasikan.
19
kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air akan mempercepat
dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan.
4. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi,
dari air.
b. Kelemahan Elektrokoagulasi
1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah cairan yang mempunyai sifat elektrolit
2. Besarnya reduksi logam berat dalam cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya
arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak
absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada
Pada alat AAS terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang
dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah
spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Intensitas radiasi yang diserap
pada sifat unsurnya. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi
dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan
(Wiryawan,2007).
22
2. Refraktometer
(Septianti, 2014):
1. Terdapat 3 bagian yaitu: sampel, prisma, dan papan skala. Refractive index
2. Jika sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi
akan lebar dikarenakan perbedaan rafraksi dari prisma dan sampel besar. Maka
akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sampel kecil. Maka pada
bertempat :
B. Jenis Penelitian
Elektrokoagulasi-Filtrasi”.
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
22
Tabel 3.1 Alat yang Digunakan dalam Penelitian
No Alat Spesifikasi Fungsi
Untuk menghubungkan pipa
1. Bahan perekat -
dengan alat yang lain
Untuk menghubungkan power
2. Kabel penghubung -
supply ke penjepit buaya
Untuk mengukur salinitas air
3. Refraktometer 0 -100 ‰
sampel
Sebagai tempat proses
4. Bak elektrokoagulasi 1000 ml
elektrokoagulasi
5. Power supply 30 A, 20 V Sebagai sumber arus dan tegangan
Untuk menghubungkan power
6. Penjepit buaya -
supply ke elektroda
7. Stopwatch 0,1 det Sebagai pengatur waktu
Sebagai tempat penampungan air
8. Ember -
hasil olahan
5 cm x 15
9. Plat aluminium Sebagai plat elektroda
cm x 0,2 cm
Untuk menganalisis kandungan
10. AAS Type1475
logam air sampel
1,5 inch dan Sebagai tempat aliran air dan
11. Pipa PVC
3 inch tempat filtrasi
Sebagai tempat air sampel hasil
12. Botol -
proses elektrokoagulasi-filtrasi
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat padal tabel
berikut ini :
D. Prosedur Penelitian
I. Preparasi Sampel
b. Mengeringkan pasir.
4. Proses Elektrokoagulasi-Filtrasi
sebagai berikut:
20 menit.
e. Semua air dari bak elektrokoagulasi dialirkan ke bak filtrasi untuk memisahkan
kotorannya.
menggunakan AAS.
ampere.
menit.
pengamatan yaitu :
c. Uji kadar salinitas (Na) yang dilakukan dengan menggunakan metode AAS.
2. Memasukkan sampel air pada gelas ukur dan dimasukkan kedalam atomic
d. Uji kadar salinitas (Cl) yang dilakukan dengan menggunakan metode AAS.
2. Memasukkan sampel air pada gelas ukur dan dimasukkan kedalam atomic
3. Refkraktometer ditetesi dengan aquadest pada bagian prisma dan day light
6. Membersihkan kembali prisma dan day light plate dengan aquadest lalu
Standar kualitas air bersih sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu
Preparasi Elektroda
Proses Elektrokoagulasi
Proses Filtrasi
Tabel 3.4 Tabel pengamatan variasi kuat arus terhadap penurunan kandungan
natrium (Na), Klorida (Cl), dan salinitas dalam air payau
Waktu (menit) Arus (Ampere) Na (mg/L) Cl (mg/L) Salinitas (ppt)
2
20 4
6
2
40 4
6
2
60 4
6
Tabel 3.5 Tabel pengamatan variasi waktu kontak terhadap penurunan kandungan
natrium (Na), Klorida (Cl), dan salinitas dalam air payau
Dalam penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan kuat arus dan waktu
filtrasi dilakukan air payau yang akan dijadikan sebagai sampel di uji terlebih
diuji telah melebihi baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
No 416/Menkes/Per/IX/1990.
Pada penelitian ini digunakan kuat arus yang berasal dari DC Power Supply
dengan kapasitas 0-30 A dan tegangan 0-20 Volt. Kuat arus yang dialirkan ke
30
31
elektroda 1,5 cm. Proses elektrokoagulasi dilakukan selama waktu kontak yang
telah ditetapkan yaitu 20 menit, 40 menit, dan 60 menit. Sampel yang telah
dimasukkan ke dalam botol sampel dan kemudian di analisis kadar garam total
penurunan natrium, klorida, dan garam total dari sampel dapat dilihat pada
800
747.81
700 706.58
Penurunan Natrium (mg/L)
632.9
600
571.05 571.05
500
20 menit
400 389.74
351.03 40 menit
300 298.84 60 menit
200 189.05
100 84.21
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Arus (Ampere)
Berdasarkan Gambar 4.2 penurunan terbesar natrium terjadi pada kuat arus
6 A pada waktu kontak 60 menit dengan efisiensi sebesar 88,7% dari konsentrasi
awal natrium 747,807 mg/L menurun menjadi 84,211 mg/L. Untuk penurunan
1200
1081.131
Penurunan Klorida (mg/L)
1000
887.160
800 774.622
terjadi pada kuat arus 6 ampere pada waktu kontak 60 menit dengan efisiensi
sebesar 91,1% dari konsentrasi awal 1081,131 mg/L menurun menjadi 96,438
mg/L. Hasil analisis pengaruh kuat arus terhadap penurunan garam total (salinitas)
2.5
2 2
Penurunan Salinitas (ppt)
1.8
1.6
1.5 1.5
1.3
1.1 20 menit
1 40 menit
0.9
60 menit
0.5 0.5
0.4
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Arus (ampere)
Gamb
(salinitas) pada semua perlakuan. Penurunan terbesar terjadi pada arus 6 ampere
pada waktu kontak 60 menit dari konsentrasi awal 2 ppt menurun menjadi 0,1 ppt
terjadi karena adanya reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda sebagai pasangan
elektroda selama proses elektrokoagulasi. Pelepasan ion Al3+ yang berasal dari
elektroda sangatlah dipengaruhi oleh besarnya arus yang mengalir pada elektroda.
34
Semakin besar arus yang mengalir pada elektroda maka akan semakin banyak
pula ion Al3+ yang dilepaskan dari anoda sebagai agen koagulan. Sehingga
pengikatan polutan pengikat air menjadi semakin banyak (Novita, 2012). Pada
saat yang sama, adanya arus listrik di anoda akan terjadi reaksi oksidasi terhadap
anion (ion negatif), anoda yang terbuat dari logam aluminium akan mengalami
reaksi oksidasi membentuk Al3+ dan akan mengikat ion (OH-) membentuk flok
Al(OH)3. Gas hidrogen dari katoda membantu flok Al(OH)3 dalam larutan
yang berperan sebagai bahan penggumpal dan penyerap berbagai polutan (logam
koagulasi flokulasi karena adanya pertumbuhan massa flok sehingga berat jenis
flok menjadi besar dan akhirnya mengendap (Yulianto, 2009). Endapan flok yang
terbentuk dari proses elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
800
747.81
706.58
Penurunan Natrium (mg/L)
700 632.9
571.05
600 571.05
500
2 ampere
400 389.74
298.84 351.03 4 ampere
300
6 ampere
200 189.05
100 84.21
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Kontak (menit)
Gambar 4.6 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penurunan Natrium
1200
1081.131
Penurunan Klorida (mg/L)
1000
887.160
774.622
800
615.880
600 625.880
466.462 2 ampere
400 293.580 445.793 4 ampere
6 ampere
200 233.580
96.438
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu Kontak (menit)
2.5
Dari gambar diatas terlihat bahwa pada waktu kontak 60 menit dan kuat arus 6
ampere terjadi penurunan yang besar pada natrium, klorida, dan juga garam
Sama halnya dengan kuat arus yang digunakan, waktu kontak juga
(Na) dan klorida (Cl) yang dapat diikat oleh Al(OH)3 dan membentuk senyawa
yang lebih berat, sehingga mudah diendapkan atau dipisahkan. Garam total
(salinitas) air juga mengalami penurunan seiring dengan lamanya waktu kontak
dan juga besarnya arus yang digunakan pada proses elektrokoagulasi. Penurunan
salinitas juga dipengaruhi oleh penurunan beberapa logam yang terdapat dalam air
tentang persyaratan air bersih, kandungan natrium (Na) yang diperbolehkan dalam
air maksimum 200 mg/L dan kadar klorida (Cl) maksimum 250 mg/L. Dari hasil
analisis yang telah dilakukan bahwa untuk mencapai kadar natrium 200 mg/L dan
kadar klorida 250 mg/L atau dibawahnya, maka proses elektrokoagulasi harus
natrium (Na) dan klorida (Cl) masing-masing sebesar 84,211 mg/L, kadar klorida
Pada prinsip kerjanya, ion-ion alumunium inilah yang berperan aktif sebagai
koagulan untuk mengikat partikel-partikel koloid yang terdapat dalam air. Setelah
keduanya akan membentuk suatu flok. Semakin lama flok-flok tersebut akan
bergabung dengan flok lainnya sehingga membentuk flok yang lebih besar.
Pada air hasil elektrokoagulasi, terdapat dua jenis flok yang terbentuk. Flok
pertama adalah flok yang mengendap pada dasar wadah dan flok kedua adalah
flok yang berada pada permukaan air hasil elektrokoagulasi. Adapun flok yang
sehingga pada saat air didiamkan maka flok tersebut akan bersedimentasi pada
dasar wadah. Sedangkan flok yang terdapat pada permukaan air disebabkan
karena adanya gas hidrogen yang dilepaskan dari katoda yang mengangkat flok
yang masih melayang pada air menuju permukaan air. Adapun peristiwa ini
terbentuk pada proses elektrokoagulasi oleh gas hidrogen yang dihasilkan katoda
38
menuju permukaan air. Keberadaan kedua jenis flok yang terbentuk merupakan
salah satu kelebihan dari penjernihan air dengan proses elektrokoagulasi, karena
dengan adanya flok yang terdapat pada permukaan air akan mempermudah proses
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya arus dan waktu kontak yang
digunakan. Pada arus yang tinggi, ukuran dan rata-rata pertumbuhan flok yang
memberikan pengaruh positif karena semakin besar arus dan waktu yang
diberikan maka semakin besar logam yang terambil dan menempel pada katoda.
Hal ini mengakibatkan kinerja alat selama proses elektrokoagulasi semakin baik.
untuk mencapai efisiensi yang sama pula akan meningkat. Sebaliknya jika arus
yang digunakan besar maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai efisiensi
yang sama akan semakin kecil pula. Dengan meningkatnya arus listrik maka akan
meningkatkan oksidasi pada elektroda. Hal tersebut sesuai dengan hukum Faraday
I, dimana massa zat yang dihasilkan di elektroda selama proses elektrolisis akan
dengan menggunakan wadah berkapasitas 1000 mL. Kedua plat elektroda ini
dimasukkan ke dalam sampel air payau dan dialiri arus listrik selama proses
elektrokoagulasi dengan tegangan 9 volt. Pada proses ini terjadi reaksi kimia yang
berada pada permukaan dua elektroda. Pada bagian katoda terjadi penyerapan
terus berkurang saat dialiri arus listrik, sedangkan pada katoda akan menghasilkan
Al → Al3+ + 3 e
Hal ini terjadi karena adanya absorpsi dari interaksi antara ion-ion yang ada
pada air payau. Lapisan baru ini akan mengubah permukaan plat elektroda secara
signifikan dan meningkatkan daya potensial listrik untuk mengalirkan arus listrik.
Reaksi di atas menunjukkan bahwa anoda (Al) melepaskan ion Al3+ . Ion-ion yang
terjadinya pada permukaan katoda. Ketika Al3+ bertemu dengan polutan air akan
membentuk endapan dan gas. Endapan inilah yang terlihat pada elektroda
sedangkan gas dapat terlihat beberapa buih di sekeliling plat elektroda selama
A. Kesimpulan
1. Kuat arus yang digunakan menunjukkan semakin besar arus yang digunakan
maka semakin besar pula penurunan kadar natrium, klorida, dan kadar garam
penurunan salinitas pada air payau, dimana semakin lama waktu kontak maka
B. Saran
yaitu:
40
DAFTAR PUSTAKA
Alperdo, John., Amri, Idral., Drastinawati. 2019. Pengaruh Kuat Arus dan aju
Alir pada Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih dengan Metode
Elektrokoagulasi Menggunakan Reaktor Listrik Kontinyu. JOM FTEKNIK
Vol. 6 edisi 2 Juli s/d Desember 2019.
Anshori.J. 2015. Spektrometri Serapan Atom. Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjajaran.Bandung.
Astuti, Yuli. 2014. Alat Ukur Salinitas Air (Salinometer).
http://chuyupetrucy.blogspot.com/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[Diakses pada 16 Januari 2019].
Bazrafshan,E, dan Mahvi,A.H. 2014. Textile Wastewater Treatment by
Electrocoagulation process Using Aluminium Electrodes. Iranian Journal of
Health Sciences. IJHS 2014;2(1): 16-29.
Darmawansa, Wahyuni N., Jati, D.R. 2014. Desalinasi Air Payau Dengan Media
Adsorben Zeolit di Daerah Pesisir Pantai Sungan Kunyit Kabupaten
Mempawah. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/Menkes/Per/IX/1990. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Destrina, Zefrina. 2015. Prototype Alat Pengolahan Air Laut Menjadi Air Minum
(Pengaruh Variasi Koagulan dan Packing Filter Terhadap Kualitas Air
Dengan Analisa TDS, DO, Salinitas, dan Kandungan Logam Mg2+ dan
Ca2+). Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
Dewi, LK., Azfah R.A., Soedjono E.S. 2011. Rancang Bangun Alat Pemurni Air
Payau Sederhana Dengan Membran Reverse Osmosis Untuk Memenuhi
Kebutuhan Air Minum Masyarakat Miskin Daerah Pesisir. Institut Negeri
Sepuluh November. Surabaya.
Dhani, Hapsari. 2015. Kajian Kualitas Air Sumur Gali dan Perilaku Masyarakat
di Sekitar Pabrik Semen Kelurahan Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara.
Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 7 No. 1.
Fitri,A.A., dan Ismawati,D. 2007. Penanganan Limbah Cair Rumah Pemotongan
Hewan dengan Metode Elektrokoagulasi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Hadi, W. 1997. Perancangan Pengolahan Air Minum. FTSP-ITS. Surabaya.
Heriani, Eni. 2012. Optimalisasi Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih
Dengan Metoda Kombinasi Elektrokoagulasi dan Adsorpsi menggunakan
Karbosil. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hidayat, Rizqi Rizaldi. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam Dan Air
Tawar Dengan Menggunakan Energi Matahari. Skripsi Institut Pertanian
Bogor.Bogor.
41
42
Holt, PK., Barton, GW., and Mitchell, CA. 2004. The Future For
Electrocoagulation As a Localised Water Treatment Technology. University
Of Sydney. Australia.
Holt, PK., Barton, GW., and Mitchell, CA. 2006. Electrocoagulation As Waste-
Water Treatment. The Third Annual Australia Envirometal Engineering
Research Event. 1:23-26.
Kaunang, Chiriansen Dirk. 2015. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih
di Desa Maliambo Kec. Likupang Barat Kab. Minahasa Utara. Jurnal Sipit
Statistik. Vol. 3 No. 6. ISSN 2337-6732.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya.
Depok.
Malakootian,M, dan Yousefi,N. 2009. The Efficiency of Electrocoagulation
Process Using Aluminium Electrodes In Removal Of Hardness From Water.
Departement Of Environmental Healt. Iran.
Mollah,M.Y.A., Schennach, Robert., Parga JR., Cocke, DL. 2001.
Electrocoagulation(EC)-Science and Aplications. Journal Hazard Material.
B84 (2001) 29-41.
Novita, Sovia. 2012. Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Pengadukan
Pada Proses Elektrokoagulasi Untuk Penjernihan Air Baku PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Sumatera
Utara.
Pangesti, Ana. 2013. Ekosistem Air Payau dan Permasalahannya.
http://anapangesti.blogspot.co.id [Diakses 27 Desember 2018].
Purwaningsih, Indah. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik CV. Batik
Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi
Ditinjau Dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dam Warna.
Skripsi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Putra, Reza Rammiko., dkk. 2013. Studi Kualitas Air Payau Untuk Budidaya
Perikanan di Kawasan Pesisir Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten
Pesisir Selatan. STKIP PGRI. Sumatera Barat.
Ridantami, Vemi., Wasito, Bangun., Prayitno. 2016. Pengaruh Tegangan dan
Waktu Pada Pengolahan Limbah Radioaktif Uranium dan Torium Dengan
Proses Elektrokoagulasi. Jurnal Forum Nuklir (JFN) Vol. 10 No. 2.
Septianti, Any. 2014. Alat Refraktometer. https://www.slideshare.net/refraktometer
[Diakses 10 November 2019].
Siringo-ringo, Efridawati., Kusrijadi A., Sunarya Y. 2013. Penggunaan Metode
Elektrokoagulasi pada Pengolaha Limbah Industri Penyamakan Kulit
Menggunakan Aluminium Sebagai Sacrificial Electrode. ISSN 2087-7412.
Soedjono, Eddy. 2002. Diktat Kuliah: Pengelolaan Penyediaan Air Bersih.
Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Soemirat, Juli. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sutrisno, Totok, dan Suwastuti, Eni. 2011. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Rineka Cipta. Jakarta.
43
Suwanto, Nandar., Sudarno., Sari A.A., Harimawan. 2017. Penurunan Fe, Warna,
dan Kekeruhan pada Elektrokoagulasi pada Air Gambut Menggunakan
Metode Elektrokoagulasi. Jurnal Teknik Lingkungan Vol 6 No 2.
Wahyulis, N.C., Ulfin, Ita., HArmawi. 2014. Optimasi Tegangan Pada Proses
Elektrokoagulasi Penurunan Kadar Kromium dan Filtrat Hasil Hidrolisis
Limbah Padat Penyamakan Kulit. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 3 No.
2 ISSN 2337-3520. Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press. Malang.
Wijayanto, Danang, dan Sutanto. 2013. Model Alat Pemurnian Air Tanah
Terinterusi Air Laut (Air Payau) Dengan Proses Elektrokoagulasi. Jurnal
Teknik Elektro. Politeknik Negeri Jakarta. Jakarta.
Wiryawan, Adam, dkk. 2007. Kimia Analitik. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Yulianto,A, Hakim L., Purwaningsih, Indah., Pravitasari,VA. 2009. Pengolahan
Limbah Cair Industri Batik pada Skala Laboratorium dengan
Menggunakan Metode Elektrokoagulasi. Jurnal Jurusan Teknik
Lingkungan. UII. Yogyakarta.
Yunanda, Elsya A. 2017. Desalinasi Air Payau Menjadi Air Bersih dengan
Menggunakan Metode Reverse Osmosis. Program Studi DIII Teknik Kimia.
Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya
LAMPIRA
N
45
Tabel 2 Hasil pengukuran kadar Na, Cl, dan Salinitas untuk Variasi Waktu
Kontak
Waktu Arus Salinitas
Na (mg/L) Cl (mg/L)
(menit) (Ampere) (ppt)
0 0 747,807 1081,131 2
20 2 706,579 887,160 1,8
40 2 571,053 625,880 1,6
60 2 351,032 445,793 1,1
20 4 632,895 774,622 1,5
40 4 389,737 466,462 0,9
60 4 189,048 233,580 0,4
20 6 571,053 615,880 1,3
40 6 298,842 293,580 0,5
60 6 84,211 96,438 0,1
46
A−B
∑ p= X 100 %
A
Keterangan :
Σp = Efektivitas Pengolahan
a. Variasi Kuat Arus
B = 706,579 mg/L
Dit : Σp = ....?
Peny :
A−B
∑ p= X 100 %
A
747,807−706,579
¿ x 100
747,807
41,228
¿ x 100
747,807
= 0,055 x 100
= 5,5%
48
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Hasil Perhitungan Efektivitas Pengolahan Air Payau untuk Variasi Kuat
Arus
Arus
Waktu Na Efisiensi Cl Efisiensi Salinitas Efisiensi
(Ampere
(menit) (mg/L) (%) (mg/L) (%) (ppt) (%)
)
706,57
2 5,5 887,160 17,9 1,8 10
9
632,89
4 20 15,4 774,622 28,4 1,5 25
5
571,05
6 23,6 615,880 43,0 1,3 35
3
571,05
2 23,6 625,880 42,1 1,6 20
3
389,73
4 40 47,9 466,462 56,9 0,9 55
7
298,84
6 60,0 293,580 72,8 0,5 75
2
351,03
2 53,1 445,793 58,8 1,1 45
2
60 189,04
4 74,7 233,580 78,4 0,4 80
8
6 84,211 88,7 96,438 91,1 0,1 95
B = 706,579 mg/L
Dit : Σp = ....?
Peny :
A−B
∑ p= X 100 %
A
747,807−706,579
¿ x 100
747,807
41,228
¿ x 100
747,807
49
= 0,055 x 100
= 5,5%
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Perangkat Elektrokoagulasi-Filtrasi
51
Anoda
Katoda
Katoda Anoda
1 2 3 4 5 6 7 8 9. 10.
. . . . . .
l. Hasil air (1). Sampel Air, (2). 2 Ampere 20 menit, (3). 2 Ampere 40 menit,
(4). 2 Ampere 60 menit, (5). 4 Ampere 20 menit, (6). 4 Ampere 40 menit,
(7). 4 Ampere 60 menit, (8). 6 Ampere 20 menit, (9). 6 Ampere 40 menit,
(10). 6 Ampere 60 menit
54