Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH :

NAMA : Aidil Fitriansyah

NIM : 061830100653

KELAS : 4 SD

DOSEN PEMBIMBING :

Muhamad Erwin, S.H., M.Hum

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan
Pada Jurusan Teknik Sipil D3
Politeknik Negeri Sriwijaya

Palembang, Juli 2020


Pembimbing

Muhamad Erwin, S.H., M.Hum


NIP. 197608312006041003
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur dengan berkat rahmat Allah
SWT, yang telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Pendidikan
Kewarganegaraan’. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua dalam kehidupan sehari-hari.

Palembang, Juli 2020

                     
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1. Hak Asasi Manusia....................................................................................3
2.1.1. Pengertian HAM ...........................................................................3
2.1.2. Sejarah Lahirnya HAM dan Perkembangannya............................3
2.1.3. Macam-macam HAM....................................................................5
2.2. Demokrasi..................................................................................................6
2.2.1. Konsepsi Demokrasi......................................................................6
2.2.2. Norma-norma yang Mendasari Demokrasi....................................7
2.2.3. Komponen-komponen Penegak Demokrasi..................................9
2.2.4. Model-model Demokrasi...............................................................10
2.2.5. Perkembangan Demokrasi di Indonesia........................................11
2.3. Negara Hukum...........................................................................................12
2.3.1. Pengertian Negara Hukum.............................................................12
2.3.2. Negara Hukum Eropa Kontinental................................................12
2.3.3. Negara Hukum Anglo Saxon.........................................................13
2.3.4. Bentuk-bentuk Negara Hukum......................................................14

iv
2.3.5. Negara Hukum Indonesia..............................................................15
2.4. Anti Korupsi..............................................................................................15
2.4.1. Pengertian Korupsi........................................................................15
2.4.2. Bentuk-Bentuk Korupsi dan Contoh Perbuatan Korupsi...............16
2.4.3. Faktor Penyebab Korupsi...............................................................17
2.4.4. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab........................................19
2.4.5. Dampak Masif Korupsi..................................................................20

BAB III PENUTUP....................................................................................................22


3.1 Kesimpulan.................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hak Asasi Manusia( HAM) serta demokrasi ialah konsepsi kemanusiaan serta
kedekatan sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di segala penjuru dunia.
Konsepsi HAM serta demokrasi dalam perkembangannya sangat terpaut dengan konsepsi
negara hukum. Dalam suatu negara hukum, sebetulnya yang memerintah merupakan hukum,
bukan manusia.
Hukum serta peraturan perundang- undangan yang berlaku tidak boleh diresmikan
serta diterapkan secara sepihak cuma buat kepentingan penguasa, perihal ini berlawanan
dengan prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan buat cuma menjamin kepentingan
sebagian orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan keadilan untuk seluruh
orang.
Korupsi di Indonesia telah hingga pada titik nadir. Korupsi di negara ini begitu parah,
mengakar, apalagi telah membudaya. Aplikasi korupsi terjadi nyaris di tiap susunan
birokrasi, baik legislatif, eksekutif, ataupun yudikatif, dan sudah pula menjalar ke dunia
usaha. Ibarat penyakit, korupsi merupakan penyakit yang telah kronis, sehingga sangat susah
buat mengobatinya. Korupsi tidak saja hendak menggerus struktur kenegaraan secara lama-
lama, hendak namun menghancurkan segenap sendi- sendi bernilai yang ada dalam negara.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Hak Asasi Manusia ?

2. Bagaimana Sejarah HAM dan Perkembangannya?

3. Apa yang dimaksud Demokrasi?

1
4. Apa itu negara Hukum?

5. Apa Bentuk-bentuk Negara Hukum?

6. Bagaimana Faktor Penyebab Korupsi?

2
2

1.3. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui Apa itu Hak Asasi Manusia.

2. Agar dapat mengetahui Sejarah HAM dan Perkembangannya

3. Agar dapat mengetahui Demokrasi.

4. Agar dapat mengetahui Tentang Negara Hukum.

5. Agar dapat mengetahui Bentuk-bentuk Negara Hukum.

6. Agar dapat mengetahui Faktor Penyebab Korupsi.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Hak Asasi Manusia


1. Pengertian HAM
HAM/Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup, tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun, dan berlaku secara universal. Hak ini sifatnya sangat mendasar bagi hidup dan
kehidupan manusia yang bersifat kodrati yakni ia tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai
hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan
lain sebagainya.
Menurut Jan Materson dari komisi HAM PBB, hak asasi manusia adalah hak-
hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpa hakhak tersebut manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia.
Teaching Human Rights, yang merumuskan HAM dengan pengertian,
“Human rights could be generally defined as thse rights which are inherent in
our nature and without which can not live as human being”.

2. Sejarah Lahirnya HAM dan Perkembangannya


perkembangan pengakuan hak asasi manusia di dunia hakikatnya mengalir
seiring dengan merasa terganggunya martabat manusia sebagai akibat adanya kezaliman
yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, yang dapat dinarasikan dalam beberapa
peristiwa sebagai berikut:
1. perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan
(tahun 2000 sebelum Masehi);
2. Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberikan jaminan keadilan bagi
warga negaranya;
3. Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM)
sebagai filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia. Mereka

3
4

mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan,


cita-cita, dan kebijaksanaan;
4. Perjuangan Nabi Muhammad S.A.W. untuk membebaskan para bayi wanita
dari penindasan bangsa Quraisy (tahun 600 Masehi);
5. Magna Charta (Piagam Agung 1215) sebagai suatu dokumen yang
mencatat beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris
kepada beberapa bangsawan dan gereja atas tuntutan mereka. Naskah
ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.
6. Bill of Rights (Undang-Undang Hak 1689) sebagai suatu undang-
undang yang ditandatangani Raja Willem Ill dan diterima oleh
parlemen Inggris pada tahun 1969 sebagai hasil dari revolusi berdarah
yang dikenal dengan sebutan "The Glorius Revolution of 1688". Adapun
pengaturan HAM yang terdapat pada Bill of Rights, yaitu tentang:
 Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen;
 Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat;
 Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin
parlemen;
 Hak warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-
masing;
 Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
7. Declaration of Independence Amerika serikat sebagai suatu bentuk
pengakuan hak-hak asasi manusia yang pada tanggal 4 Juli 1 776 telah
disetujui oleh yang mewakili 13 negara baru yang bersatu.
8. Declaration des Droits de l'homme et du citoyen (Pernyataan Hak-hak
Manusia dan Warga Negara) yang ditetapkan pada tanggal 26 agustus 1 789
sebagai suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis
sebagai perlawanan terhadap kewenangan rezim lama. Sesudahnya
kemudian disusul dengan lahirnya Konstitusi Perancis. Deklarasi ini
menyatakan bahwa, "Hak asasi manusia ialah hak-hak alamiah yang
5

dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan daripada


hakikatnya dan karena itu bersiiat suci. "
9. Atlantic Charter tahun 1941 sebagai suatu naskah yang ditukangi oleh
Roosevelt yang dicetuskan pada saat terjadinya Perang Dunia ll. Atlantic
Charter menyebutkan ada empat bentuk kebebasan yang harus dilindungi
(The Four Freedom) yakni:
 Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);
 Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and
thought);
 Kebebasan dari rasa takut (freedom of feat);
 Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want).
10. Setelah berakhirnya Perang Dunia Il, Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyepakati suatu Pernyataan HAM Sedunia (Universal Declaration of
Hutnan Rights) pada Tanggal 10 Desember 1948.

3. Macam-macam HAM
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Right):
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindahpindah tempat
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
 Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak Asasi Politik (Political Right):
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik dan organisasi
politik lainnya
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right):
6

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan


pemerintahan
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil/pns

 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum


4. Hak Asasi Ekonomi (Ekonomi Property Rigths):
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
 Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights):
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Right):
 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
 Hak mendapatkan pengajaran
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat.

2. Demokrasi
1. Konsepsi Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang
berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi,
demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat
Menurut Henry B. Mayo, demokrasi sebagai system politik ialah dimana
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
7

efektif oleh rakyat dalam pemilihanpemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Adapun hakikat dari demokrasi sebagai mana kita pahami terdapat pada makna
pemerintahan dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat
(government by people) dan pemerintahan untuk rakyat (government for people).
Hakikat yang terkandung pada government of the people adalah untuk menunjukan
bahwa dalam negara demokrasi, keabsahan/legitimasi terhadap siapa yang memerintah
(pemerintah) berasal dari kehendak rakyat. Sementara makna dari government by people
yakni bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah yang dilakukan pemerintah prosesnya
diawasi oleh rakyat. Dan untuk government for people terkandung makna bahwa dalam
penyelenggaraan suatu pemerintahan oleh pemerintah adalah harus dilangsungkan untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

2. Norma-norma yang Mendasari Demokrasi


Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi didasari oleh beberapa norma,
yaitu dengan :
1. Menyelesaikan penyelisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselengaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
3. Menyelengarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap secara wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat
yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta tingkah laku.
6. Menjamin tegaknya keadilan-keadilan.
Sementara itu menurut Nurcholis Madjid, yang menjadi pandangan hidup
demokrasi haruslah didasari atas tujuh norma sebagai berikut :
1. Kesadaran atas pluralisme
Masyarakat sudah dapat memanang secara positif kemajemukan dan keberagaman
dalam masyarakat, serta telah mampu mengelaborasikan kedalam sikap tindak secara
kreatif.
8

2. Musyawarah
Kolerasi prinsip ini ialah kedewasaan untuk menerima bentukbentuk kompromi
dengan bersikap dewasa dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat
orang lain, menerima perbedaan pendaat, dan kemungkinan mengambil pendapat
yang lebiih baik.
3. Pemufakatan yang jujur dan sehat
Prinsip masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni
permusywaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai pemufakatan yang juga jujur
dan sehat, bukannya pemufakatan yang dicapai melalui intrik-intrik yang curang,
tidak sehat atau sifatnya melalui konsfirasi.
4. Kerjasama
Prinsip kerjasama antar warga dalam masyarakat dan sikap saling mempercayai
itikad baik masing-masing, kemudian jalinan dukung-mendukung secara fungsional
antar berbagai unsur kelembagaan masyarakat yang ada, merupakan segi penunjang
efisiensi untuk demokrasi.
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi
Untuk mendukung hadirnya situasi demokrasi dalam masyarakat sangat perlu
memperlihatkan pemenuhan segisegi ekonominya terutama pemenuhan terhadap
keperluan pokok, yaitu pangan, sandang, dan papan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi
harus pula mempertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan sosial.
6. Pertimbangan moral
Pandangan hidup demokrasi mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara
berdemokrasi harus sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya kalim atas suatu
tujuan yang baik haruslah diabsahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk
meraihnya.
7. Sistem pendidikan yang menunjang
Pendidikan demokrasi selama ini pada umumnya masih terbatas pada usaha
indoktrinisasi dan penyuapan konsepkonsep secara verbalistik. Terjadinya
diskrepansi (jurang pemisah) antara das sein dan das sollen dalam konteks ini ialah
akibat dari kuatnya budaya “menggurui” dalam masyarakat kita, sehingga verbalisme
yang di hasilkannya juga menghasilkan kepuasan tersendiri dan membuat yang
9

bersangkutan merasa telah berbuat sesuatu dalam penegakan demokrasi hanya karena
telah berbicara tanpa prilaku.

3. Komponen-komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi suatu Negara sangat bergantung pada komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Negara hukum
Demokrasi suatu Negara dapat berdiri, kalau negaranya adalah Negara hukum, yakni
sebagai Negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
perlembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak sekaligus juga terdapat
jaminan terhadap perlindungan hak asasi manusia.
2. Pemerintah yang good governance
Berdiri suatu demokrasi sangat perlu ditopang oleh bentuk pemerintah yang good
gevernance yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, response
terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasan demokratis, akuntabel serta transfaran.
3. Badan pemegang kekuasaan legislative
Badan pemegang kekuasaan legislative yang dapat menopang tegaknya demokrasi
suatu Negara adalah badan pemegang kekuasaan legislative yang diisi oleh orang-
orang yang memegang memiliki civic skill yang solid dan tinggi, sebagai contoh
DPRRi yang memiliki fungsi membuat UU, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran,
maka para anggota anggotanya memang memiliki civic skill dalam ketiga bidang
tersebut.
4. Peradilan yang bebas dan mandiri
Peran dunia peradilan dalam kaitannya dengan demokrasi juga berada pada peran
yang sentral. Adapun corak dunia peradilan yang dapat menopang tegaknya
demokrasi suatu Negara adalah peradilan yang bebas, dalam artian tidak berada/tidak
terpengaruh dengan tekanan dan kepentingan, selain daripada itu juga harus mandiri,
dalam artian tidak dapat di interfensi oleh pihak manapun.
5. Masyarakat madani
10

Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat yang terbuka, masyarakat yang


bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan Negara, masyarakat yang kritis dan
berpartisifasi aktif serta masyarakat egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen
yang sangat penting dalam membangun demokrasi. Sebab salah satu syarat penting
bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Negara atau pemerintah.
6. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
Berkembang demokrasi suatau Negara sangat perlu dikawal oleh pers yang memang
tidak berada dibawah tekanan penguasa atau pihak manapun dan dalam
pemberitaannya senangtiasa dilandasi dengan berdasarkan fakta-fakta yang dapat di
pertanggung jawabkan.
7. Infrastruktur politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik dan kelompok gerakan. Menurut
Miriam budiardjo, partai politik berkembang sebagai fungsi sarana komunikasi
politik, sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai sarana rekrutmen kader dan sebagai
sarana pengatur konflik. Keempat fungsi partai olyik tersebut merupakan
pengejawantahan dari nilai-nilai demokrasi yaitu adanya partisipasi, kontrol rakyat
melalui partai politik terhadap kehidupan kenegaraan dan pemerintah. Serta adanaya
pelatihan penyelesaian konflik secara damai begitu pula aktivitas yang dilakukan
oleh kelompok gerakan dan kelompok penekan yang merupakan perwujudan adanya
kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat, dan melakukan oposisi
terhadap Negara dan pemerintah. Hal itu merupakan indicator bagi tegaknya sebuah
demokrasi.

4. Model-model Demokrasi
Jika dipandang dari orientasinya, demokrasi dapat dibedakan atas demokrasi
liberal, demokrasi terpimpin dan demokrasi sosial. Demokrasi liberal merupak
demokrasi yang begitu menjungjung tinggi kebebasan dan individualism, sementara
demokrasi terpimpin ialah demokrasi yang dipimpin oleh pemimpin Negara, dimana
pemimpin Negara tersebut beranggapan bahwa rakyatnya telah memercayakan kepada
untuk memimpin demokrasi di negaranya, sedangkan demokrasi sosial adalah demokrasi
11

yang begitu menaruh kepedulian yang besar terhadap keadilan sosial dan egalitarian.
Sedangkan kalau di pandang mekanisme pelaksanaannya, demokrasi dapat dibedakan
atas demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung. Demokrasi langsung dicirikan
dengan penempatan kedaulatan rakyatnya yang dilakukan secara langsung, sedang kalau
demokrasi tidak langsung mekanisme penempatan kedaulatan rakyatnya diwakilkan
kepada lembaga perwakilan Negara tersebut.

5. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


1. Demokrasi masa revolusi (1945-1950) -> Demokrasi pluralistik liberal
Kebersamaan dibidang politik, sosial dan ekonomi
2. Demokrasi masa orde lama (1950-1959) -> Demokrasi parlementer
 Di dominasi partai politik dan DPR
 Kabinet-kabinet terbentuk tidak dapat bertahan lama
 Koalisi sangat gampang pecah
 Destabilisasi politik nasional
 Tentara tidak memperoleh tempat dalam konstelasi politik
3. Demokrasi masa orde lama (1959-1968) -> Demokrasi terpimpin
 Didominasi presiden
 Berkembangnya pengaruh komunis
 Pembentukan kepemimpinan yang inkonstitusional
 Melusnya peranan ABRI sebagai insur sospol
 Pers yang dianggap menyimpang dari “rel revolusi” ditutup
4. Demokrasi masa orde baru (1968-1998)
 Dominanya peranan ABRI
 Dominannya peranan golongan karya
 Birokratisasi dan sentralistik dalam pengambilan keputusan
 Pengibaran peran dan fungsi partai-partai politik
 Campur tangan Negara dalam urusan partai-partai politik
 Pers yang dianggap tidak sesuai dengan pemerintah “dibredel”
12

 Reposisi TNI dalam kaitan dengan keberadaannya

3. Negara Hukum
2.3.1. Pengertian Negara Hukum
Negara adalah sebuah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan yang tertinggi dan ditaati oleh rakyat, atau sekelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintahan yang efektif, dan mempunyai kesatuan politik, yang berdaulat sehingga
berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi yang dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintahan, dalam hukum terdapat peraturan
undang-undang yang bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat yang
mengenai segala peristiwa apa yang telah terjadi sehingga keputusan atau pertimbangan
ditetapkan oleh hakim.
Negara Hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hukum bagi
warga negaranya berdasarkan atas keadilan.
Menurut Wirdjono Prodjodikoro, Negara hukum dapat diartikan sebagai suatu
negara yang di dalam wilayahnya adalah:
1. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya perlengkapan dari pemerintah
dalam tindakannya baik terhadap warga Negara maupun dalam saling berhubungan
masingmasing, tidak boleh sewenang-wenang melainkan harus memperhatikan
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
2. Semua orang (penduduk) dalam hubungan masyarakat harus tunduk pada
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

2.3.2. Negara Hukum Eropa Kontinental


Tokoh yang pertama kali merumuskan ide Negara hukum dalam bentuk teori di
belahan negara-negara Eropa Kontinental (Perancis, Jerman dan Belanda) adalah
13

Imanuel Kant. Dengan ide itu Imanuel Kant merumuskan dalam teorinya bahwa suatu
negara baru dikatakan sebagai negara hukum adalah apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara tersebut.
Adanya pemisahan kekuasaan tersebut tujuannya adalah untuk perlingan hak-hak
individu dalam masyarakat. Dengan rumusan Imanuel Kant ini, lahirlah yang disebut
konsep “Negara hukum penjaga malam” (natwachter staat) atau “negara polisi” (l’etat
gendrme).
Pada perkembangan berikutnya Negara hukum Eropa Kontinental banyak
dipengaruhi oleh faham liberal yang menjungjung faham Negara kesejahteraan (warfare
state), sehingga konsep negara hukum Eropa Kontinental bergeser ke arah bentuk
Negara hukum kesejahteraan yang mengupayakan terciptanya kesejahteraan rakyat.
Adapun tokoh yang telah merumuskan bagaimana ciri bentuk dari negara hukum
kesejahteraan ini adalah oleh Friedch Julius Stahl dalam teorinya sebagai berikut:
1. Adanya jaminan terhadap perlindungan hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan kekuasaan;
3. Adanya pemerintahan berdasarkan pada undang-undang;
4. Adanya peradilan administrasi.
Dalam sistem Eropa Kontinental, mengetahui peraturan perundang-undangan
adalah primer. Sedangkan pengetahuan akan yurisprudensi adalah sekunder. Peranan
peraturan perundangundangan dalam sistem ini sangat determinan. Sumber hukum yang
lain baru mendapat tempat manakala peraturan perundangundangannya bungkam (tidak
mengaturnya).
Menurut Stahl, negara hukum bertujuan melindungi hak asasi warga negaranya
dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah dan kekuasaan Negara dengan
undang-undang. Sementara dalam hal apabila terdapat perselisihan antara pemerintah
dengan rakyat maka dapat diselesaikan melalui sarana peradilan yang disebut sebagai
pengadilan administrasi.

2.3.3. Negara Hukum Anglo Saxon


14

Sistem hukum Anglo Saxon ialah suatu sitem hukum yang didasarkan pada
yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar
putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih
engutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika
masyarakat.
Konsep negara hukum Anglo Saxon ini berkembang di Inggris dan Amerika
Serikat yang dikenal dengan sebutan rule of law. Menurut A.V. Dicey, di negara
penganut konsep rule of law memiliki ciri tertentu dalam bentuk asas-asas sebagai
berikut:
1. Supremasi hukum/kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum (supremasi of
law);
2. Kesamaan didalam hukum (equality before the law); dan
3. Perlindungan terhadap HAM.
Persamaannya dengan konsep rechtstaat yakni terletak pada adanya keinginan
untuk memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia,
sementara perbedaannnya jika pada negara-negara Anglo Saxon lebih menekankan
kepada prinsip persamaan di dalam hukum sehingga persamaan antara rakyat dengan
pejabat negara, harus juga tercermin dalam lapangan peradilan. Berbeda dengan Negara
Eropa Kontinental yang mengusulkan unsur peradilan administrasi sebagai salah satu
unsur rechtstaat, yang maksudnya untuk memberikan perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap sikap tindak pemerintah yang melanggar hak asasi dalam lapangan
administrasi negara.

2.3.4. Bentuk-bentuk Negara Hukum


1. Negara Hukum Negara Eropa Kontinental Rechtstaat
 Adanya jaminan terhadap perlindungan HAM.

 Adanya pemisahan kekuasaan.

 Adanya pemerintahan berdasarkan Undang- undang.

 Adanya peradilan Administrasi.


15

2. Negara Hukum Anglo Saxon Rule of law


 Adanya supremasi hukum.

 Adanya kesamaan di hadapan hukum.

 Adanya perlindungan HAM.

2.3.5. Negara Hukum indonesia


Penegasan Indonesia sebagai negara hukum sudah begitu jelas tampak pada :
1. Adanya Supremasi Hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945)
2. Adanya Pemisahan Kekuasaan (Pasal 2 s/d Pasal 24 C UUD 1945)
3. Adanya Pemerintahan berdasarka Undang-Undang (pasal 4 ayat (1) dan
Pasal 9 ayat (1) UUD 1945)
4. Adanya Kesamaan Dihadapan Hukum (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945)
5. Adanya Peradilan Administrasi (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945)
6. Adanya Jaminan Perlindungan terhadap HAM (Pasal 28 A s.d Pasal 28 J
UUD 1945)

4. Anti Korupsi
1. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi
secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Di Malaysia terdapat peraturan anti korupsi, dipakai kata “resuah” berasal dari
bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-Indonesia artinya sama dengan
korupsi. Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang
kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
16

dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan


risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, bahkan perbuatan ini termasuk dosa
besar.
Jadi risywah (suap menyuap) identik dengan memakan barang yang diharamkan
oleh Allah SWT. Jadi diharamkan mencari suap, menyuap dan menerima suap. Begitu
juga mediator antara penyuap dan yang disuap.

Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa:


1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya;
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

2. Bentuk-bentuk Korupsi dan Contoh Perbuatan Korupsi


1. Kerugian Keuangan Negara
 melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau korporasi;
 menguntungkan diri sendiri atau orang lain, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
2. Suap Menyuap
 Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya
atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut;
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara;
 Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memepengaruhi
putusan perkara.
17

 Dll.
3. Penggelapan dalam Jabatan
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-
daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;
 Dll.
4. Pemerasan
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
5. Perbuatan Curang
 Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang.
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun
tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk
seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi
 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban tugasnya.
18

3. Faktor Penyebab Korupsi


1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku
korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering
terjadi.
Politik uang (money politics) merupakan tingkah laku negatif karena uang
digunakan untuk membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-
anggota partai supaya memenangkan pemilu si pemberi uang. Penyimpangan
pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha, kongsi antara
penguasa dengan pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia dan Menteri
di bidang ekonomi pada rezim lalu dan pemberian cek melancong yang sering
dibicarakan merupakan sederet kasus yang menggambarkan aspek politik
yang dapat menyebabkan korupsi
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak
adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir;
kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat
maupun yang lebih tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan
yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau
terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang
sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan
realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan
mengalami resistensi.
3. Faktor Hukum
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal
itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan
19

Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi seharusnya hanya


dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan
logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan
yang bertahan hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan
berpendidikan tinggi

4. Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-
aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: .

4. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi


1. Faktor internal
merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci
menjadi:
a) Aspek Perilaku Individu
 Sifat tamak/rakus manusia.
 Moral yang kurang kuat
 Gaya hidup yang konsumtif

b) Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara
kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya.
20

2. Faktor internal
a) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
 Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri.
 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah
dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan
dan pemberantasan.
b) Aspek ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
c) Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi
d) Aspek Organisasi
 kurang adanya teladan dari pimpinan,

 tidak adanya kultur organisasi yang benar,

 sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,

 manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya


21

5. Dampak Masif Korupsi


1. Dampak Ekonomi
a) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
b) Penurunan Produktifitas
c) Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
2. Dampak Sosial dan Kemisikinan Rakyat
a) Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
b) Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
c) Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat Miskin
d) Meningkatnya Angka Kriminalitas
e) Solidaritas Sosial Semakin Langka dan Demoralisasi

3. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi


a) Munculnya Kepemimpinan Korup
b) Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
c) Menguatnya Plutokrasi (sitem politik yang dikuasai oleh pemilik
modal/kapitalis)
d) Hancurnya Kedaulatan Rakyat
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:

1. HAM/Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup, tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun, dan berlaku secara universal.
2. perkembangan pengakuan hak asasi manusia di dunia hakikatnya mengalir seiring
dengan merasa terganggunya martabat manusia sebagai akibat adanya kezaliman
yang dilakukan oleh manusia itu sendiri,
3. Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat.
4. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.
5. Negara Hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga
negaranya berdasarkan atas keadilan.
6. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara Hukum
telah menetapkan pengertian HAM.
7. Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
8. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem Demokrasi, sistem
politik, system hukum, sistem pemerintahan dan tatanan sosial kemasyarakatan di
negeri ini.

3.2 Saran

1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan


HAM kita sendiri.

22
23

2. kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM.

3. perlu meningkatkan pemahamannya tentang demokrasi, khususnya demokrasi yang


berlaku di Indonesia.
4. perlu menanamkan nilai-nilai atau norma-norma demokrasi, Sehingga dapat
terciptanya generasi muda yang demokratis dan terciptanya pemerintahan yang baik.
5. sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli akan
kondisi bangsa dan negara.
6. Apabila sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat
mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah
orang lain.
16

DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhamad. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.


Bandung. PT Refika Aditama.

Hurri, Ibnu dan Asep Munajat (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


(Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat Secara Umum).
Bekasi. CV. Nurani.

Ristekdikti, (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta. Ristekdikti.

Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, (2011). Pendidikan Anti-Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai