Anda di halaman 1dari 14

IPTEK DALAM ISLAM

A. PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala

aspek kehidupan. Segalanya telah diatur sesuai dengan perintah Allah

SWT. Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari bangun tidur sampai

kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan

teratur, baik, dan bermanfaat.

Aspek yang cukup diperhatikan dalam islam adalah

pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat, dan yang berkaitan dengan

pemanfaatan dari ilmu pengetahuan yakni teknologi. Menuntut ilmu itu

hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadist:

Rasulullah saw bersabada: “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik

muslimin aupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah).

Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu

sendiri, IPTEK ternyata juga memberikan dampak buruk kepada para

penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di internet, perjudian,

dan kecurangan. Di sinilah peran agama islam untuk meluruskannya.

Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran isaam utu sendiri terhadap

perkembangan IPTEK.

B. PEMBAHASAN
1) Pengertian Iptek
Ilmu dalam bahasa Arab ‘ilm berarti memahami, mengerti atau

mengetahui. ‘ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala

kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu
adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau

sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan

rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui

pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau

juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.

Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah

(scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat

penggunaan metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran

yang dicapai. Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan

sebutan science.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia . teknologi diartikan

sebagai “kemampuan teknis yang berlandaskan pengetahuan ilmu

eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah penerapan

ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu

tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu

tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.

Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan

penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran

untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan

kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan

berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi

kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.


Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi

yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai

penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan

atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang

lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkambang lebih

maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-

dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji

dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas

keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seperti kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam

kehidupan kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas hingga

menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya tersebut merupakan

cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan

harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia

mengembangkan IPTEK, dalam rangka untuk mengolah sumber daya

alam yang diberikan oleh Allah SWT. Dimana dalam pengembangan

IPTEK harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan

beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata.

Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di

aspek telekomunikasi, namun pelaksanaan pembangunan IPTEK

masih belum merata

2) Fungsi dan Karakteristik IPTEK dalam Islam

Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi

kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk


mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala

kejadian dialam semesta. Dengan kata lain Islam sangat

mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi

pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang

‘matre’ dan sekuler maka Islam mementingkan pengembangan dan

penguasaan Iptek untuk menjadi sarana-pengabdian.

Agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tida terlepas satu

sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu

mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling

menjelaskan dan saling memperkuat secara inergis, holistic dan

intergratif. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama islam yang

menentang fakta-fakta ilmiah maka kemungkinan yang salah adalah

pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama Islam tersebut. Bila

ada ‘ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran

agama Islam maka yang salah adalah tagsiran filosofis atau paradign

materalisme-sekuler yang berada dibalik wajah ilmu pengetahuan, dan

ayat-ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW yang

dipelajari melalui agama adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda

dan perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama

lain saling bertentangan dan bertolak belakang karena keduanya

berasal dari satu sumber yang sama, Allah Yang Maha Pencipta dan

Pemelihara Alam Semesta. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa

menurut Al-Qur’an, manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk

menguasai ilmu pengetahuan. Allah-lah yang yang mengajari manusia


semua hal yang sebelumnya manusia tidak ketahui. Pengetahuan pun

dapat dicapai melalui akal , qalbu dan fu’ad, yang dengannya dapat

ditangkap ayat-ayat Allah pada kejadian alam semesta (Lihat QS Al

Baqarah ayat 164).

Semangat Al-Qur’an dalam mendorong umat Islam untuk

bekerja sungguh-sungguh pada pencarian ilmu pengetahuan harus

terus disosialisasikan. Hal ini karena dunia masa kini, apalagi masa

depan, adalah dunia yang dikuasai ilmu pengethuan dan teknologi.

Siapapun yang mengusai keduanya, secara lahiriah akan menguasai

dunia. Jika dikatakan ilmu pengetahuan merupakan infrastruktur,

keduanya akan menentukan suprastruktur dunia internasional,

termasuk kebudayaan, moral, hukum dan juga perilaku keagamaan.

3) Perkembangan Iptek dalam Islam

Dalam perkembangan teknologi, tidak terlepas dari adanya

perkembangan sains. Teknologi merupakan hasil karya dan cipta

manusia. Adapun yang menjadi tujuan dari penciptaan teknologi

adalah supaya mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Perubahan kemajuan teknologi dari masa-kemasa

merupakan bukti nyata dari semakin majunya pemikiran manusia.

Teknologi yang ada sekarang sebetulnya sudah ditanggung oleh

teknologi zaman dahulu. Dengan begitu maka ada teknologi zaman

sekarang. Sebetulnya teknologi zaman sekarang lahir akibat

ketidakpuasan manusia akan teknologi masa lalu. Dalam pembahasan

pelajaran sehari-hari, kebanyakan kita hanya mengetahui betapa

canggihnya dunia barat, padahal kalau dikaji lebih dalam lagi,


sebetulnya dunia Islam pun memiliki kejayaan yang bahkan canggih

dari dunia barat. Kemajuan teknologi dunia Islam tidak terlepas dari

pengaruh nabi-nabi yang pernah menjadi khalifah dimuka bumi ini.

Bahkan dalam Al-Qur’an digambarkan sangat canggihnya teknologi

zaman dahulu di Negara Islam.

Perkembangan Iptek dalam Islam bahkan sudah dimulai sejak

zaman Rasulullah dan semakin bertambah pesat ketika memasuki

masa Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyyah sehingga masa itu

disebut masa keemasan. Banyak kemajuan dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi Islam yang diadapatasi oleh para

cendekiawan barat. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengharuskan

seseorang untuk menggunakan akal dan pendengarannya sebagai

media untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Telah terbit banyak buku

dan VCD tentang Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan : tentu

saja Al-Qur’an buka kita ilmu pengetahuan.

Namun di dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah

yang dinyatakan secara sangat ringkas dan mendalam yang baru

dapat ditemukan dengan teknologi abad ke dua puluh. Fakta-fakta ini

belum dapat diketahui semasa Al-Qur’an diwahyukan dan ini semakin

membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah. Di masa lalu, para

Ilmuwan Muslim seperti Aveecina, Al-Khawarijmi, dan lain-lain adalah

orang –orang terdepan dalam pengembangan iptek. Banyak

peninggalan hasil karya dari para Ilmuwan Muslim yang sangat

mengagumkan. Sekarang orang-orang Islam meninggalkan ajarana

Agamanya, maka mereka pun menjadi kaum yang tertinggal.


Dunia barat mengklaim bahwa kemajuan ilmu pengetahuan

yang telah diraih selama berabad-abad merupakan akibat langsung

dari terpisahnya agama dari kehidupan praktis manusia dengan

konsep pemisahan antara gereja dengan Negara. Sepanjang sejarah

Eropa , kekuatan gereja telah banyak menindas dan meperlakukan

rakyat dengan semena-mena, sehingga tidak ada sedikit pun

kemajuan dalam bidag ilmu pengetahuan yang berhasil diraih.

Oleh karena itu, agama dianggap tidak praktis, tidak fleksibel,

dan penuh dengan pertentangan sehingga dipandang sebagai

penghambat perkembangan dan kemajuan manusia. Namun, hal ini

berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh umat Islam terdahulu.

Sejarah mencatat bahwa mereka telah mengukir zaman keemasannya

dengan terang dan gemilang. Pada abad ke-18, kemajuan sains dan

teknologi serta peradaban telah mencapai puncak kemajuan dan

perkembangannya. Pada abad itu pusat perkembangan sains telah

muncul diberbagai tempat.

Ada tiga tempat yang dapat memicu perkembangan sains yang

sangat gemilang yaitu, Timur Mesir Tengah, Pantai Utara Afrika, dan

Andalusia. Saat itu dunia Islam memiliki gaya hidup khas yang lebih

superior daripada dunia Barat. Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah

ketika itu merupakan kota terbesar dan merupakan kosmopolitan yang

menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-Cina di timur.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan

Islam tersebut antara lain karena adanya definisi yang jelas tentang

ilmu pengetahuan (science). Islam membedakan dua wilaya bahasan


yang berkaitan dengan pengetahuan. Wilayah pertama berkaitan

dengan urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik, social,

ekonomi, hokum, peribadahan, dan lainnya. Wilayah kedua berkaitan

dengan ilmu pengetahuan murni. Pada wilayah pertama, pengetahuan

harus bersumber dari wahyu (kitab suci Allah). Wahyu menyuruh dan

memerintahkan seuruh umat Islam untuk mengembalikan seluruh

persoalan hanya kepada Allah(Al-Qur’an). Ada pun wilayah kedua

bersifat terbuka, yaitu yang berkaitan dengan ilmu murni (pure science)

yang dihasilkan dari hasil oleh pemikiran dan pemahaman manusia

terhadap alam semesta. Ilmu pengetahuan ini tidak berkaitan dengan

pandangan hidup seseorang, baik kapitalisme, Budhaisme,

Kristianisme, maupun Islamisme.

Dengan pembagian dan definisi tersebut, umat Islam pada

pemerintahannya simasa silam maupun meraih kemajuan dalam

semua bidang ilmu pengetahuan yang ada masa itu, bahkan mampu

menjadi pionor dalam mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang

baru.

4) Peran Islam dalam perkembangan Iptek

Peran islam dalam perkembangan Iptek setidaknya ada dua yaitu:

Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigm ilmu

pengetahuan . paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam,

buka paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam

ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajid dijadikan landasan

pemikiran (aqidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.

Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sember segala macam
ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu

pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah

Islam dapat diterima dan diamalkan., sedang yang bertentangan

denganya, wajib ditolak dan tidak boelh diamalkan.

Kedua, mnjadikan Syariat Islam (yang lahir dari Aqidah Islam)

sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hri.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat

Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme). Seperti

yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh

tidaknya pemanfaatan Iptek, didasrkan pada ketentuanhalal-haram

(hokum-hukum syariat Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan Iptek,

jika telah dihalalkan oleh Syariat Islam. Sebaliknya jika suatu apek

Iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam

memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk

memenuhi kebutuhan manusia.

5) Hal-hal yang berkaitan dengan peran Islam dalam perkembangan

IPTEK

Paradigma Hubungan Agama-Iptek

Perkembangan iptel adalah hasil dari segala langkah dan

pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan

iptek (Agus,1999). Agama yang dimaksud disini, adalah agama Islam,

yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad

Saw, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan

aqidahdan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri

(dengan atauran akhlak, makanan, dan pakaian), dengan hubungan


manusiaa dengan manusia lainnya (dengana aturan muamalah dan

uqubat/system pidana). Bagaimana hubungan agama dan iptek?

Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideology yang mendasari

hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma:

Pertama, paradigm sekuler, yaitu paradigma yang memandang

agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam

ideology sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan

(fashl al-dinan al-hayah). Agama tidak dinaifkan eksitensinya, tapi

hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan

tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/public. Paradigma

ini memnadnag agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan

mengintervensinya yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali

terpisah baik secara entologis (berkaitan dengan pengertian atau

hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengn cara memperoleh

pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan

pengetahuan).

Kedua, paradigma sosoalis, yaitu paradigma dari ideology

sosialisme yang menafikan eksitensi agama sama sekali. Agama itu

tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa

berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.

Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler diatas, tapi lebih

ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara

sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaanya. Tapi hanya dibatasi

perannya dalam hubungan vertical manusia-tuhan. Sedang dalam


paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggp

tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.

Ketiga, paradigma Islam, paradigma yang memandang bahwa

agama dalh dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi

basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam

apa-apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist- menjadi qaidah

fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang diatasnya

dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.

Paradigma ini memerintahkan manusi untuk membangun segala

pemikirannya berdasrakan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu.

Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertam kali turun:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan” (Qs. Al-Alaq [96]: 1). Ayat ini berarti manusia telah

diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran

dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari

Aqidah Islam, larena iqra’ haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap

berdasarkan imam kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah

Islam(Al-Qashash,1995:81).

Paradigma Islam ini memnyatkan bahwa, kata putus dalam ilmu

pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia

yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan

meliputi segala sesuatu Firman Allah SWT yang artinya “Kepunyaan

Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang di bumi, dan adalah

(pengetahuan) Allah maha meliputi segala sesuatu”. (QS,AN-Nisaa’

[4]:126). Dalam, ayat lain disebutkan: Allah-lah yang menciptakan tujuh


langit dan seperti itu pula bumi, perintah Allah Berlaku padanya, agar

kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu, dan sesungguhnya, Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi

segala seuatu. (Qs. Ath-Tahalaq [65]: 12).

6) Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek

Inilah peran pertama yang yang dimainkan Islam dalam iptek,

yaitu aqidah Islam harus dijadikam basis segala konsep dan aplikasi

iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh

Rasullah Saw. Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopis oleh

kaum muslimin saat ini. Buka paradigma sekuler seperti yang ada

sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah terjerumus dalam

sikap mengekor Barat dalam segala-galanya;dalam pandangan hidup,

gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya

paradigm sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa didalam

sitem pendidikan yang diikuti orang lain Islam, diajarkan system

ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal. Eksitensi paradigm

sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep

pengethuam yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan

muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak

belakang dengan Aqidah Islam.

Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu

perubahan fundamental dan perobakan total. Dengan cara mengganti

paradigma sekuler yang ada saat itu, deng paradigma Islam yang

memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang

seharusnya dihadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan


manusia. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika

Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep

iptek harus bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, tapi maksudnya

adalah konsep iptek harus distandarisasi benr salhnya dengan tolak

ukur Al-Qur’an dan Al-Hadist dan tifak boleh bertentangan dengan

keduanya.

7) Syariah Islam Standar Pemnfaatn Iptek

Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa

Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan

hal-haram (hokum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur

dalam pemanfaatan iptek, bagimana pun juga bentuknya. Iptek yang

boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.

Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah

diharmkan juga hadist yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan

perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan

hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman

hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang

mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam

hati mereka sesuatu kebenaran terhadap putusan yang kamu

berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (qs. An-

Nisaa’ [4]: 65).


C. KESIMPULAN

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan :

1. Pengertian Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah suatu cara

menerapkan kemampuan teknis yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan

berdasrkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi

kesejahteraan dan terpenuhinya suatu rujuan

2. Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2

(dua) pertama. Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma dan ilmu

pengetahuan. Jadi, paradigma Islam. Dan bukannya paradigma sekuler, yang

seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktus ilmu

pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan

iptek. Jadi, syariah Islamlah, bukannya standar manfaat yang seharusnya

dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran

ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada

berbagai berakh dari Allah SWT: Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri

beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka

berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,

maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. Al-A’raaf [7]: 96.

Anda mungkin juga menyukai