PENDAHULUAN
Latar Belakang
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam,
bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).
Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka
tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat
sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Tujuan
PEMBAHASAN
Pengertian IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa alat untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah
(5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan
perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari
keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan
tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan
IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok;
(2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak islami,
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak.
Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan
seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni
ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini
pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa
bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari lah
yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum
karena dianggap menyesatkan masyarakat.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,
kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama
tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi,
penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan
menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat
sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan
negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu,
persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa
aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-
apa.
a) Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh
negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
b) Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan
IPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
c) Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan
kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan
klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya
bertengkar sendiri.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,
melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan
kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu
manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan
pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber
pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan
karena empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar
bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas
iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek
bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek
dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya
absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik,
materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai
budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan
jasmani, tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi
(kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya,
hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat
sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia
dan akhirat.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan
mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq,
segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan,
tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan.
Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah
SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan
apa-apa selain bayangan palsu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Quran :
Artinya : Dan orang orang yang kafir amal amal mereka adalah
laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang orang
yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal amal dengan cukup dan Allah adalah sangat
cepat perhitungan-Nya. (Q.S An-Nur : 39)
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita
sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan
pribadi masing-masing. Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa
terdapat tiga kelompok, yaitu:
(2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen
yang tidak islami,
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar
dapat mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini
yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia,
potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan
sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan
teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-
menghadapi-arus-globalisasi/
http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article
&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77
http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-
kedalam-pembelajaran/
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39