Di susun oleh :
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “asuhan keperawatan lansia dengan Asma”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Khusus............................................................................................1
1.2.2 Tujuan Umum.............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Demensia..........................................................................................3
2.2 Epidemiologi Demensia.................................................................................3
2.3 Etiologi Demensia..........................................................................................3
2.4 Manifestasi klinis Demensia..........................................................................4
2.5 Patofisiologi Demensia..................................................................................5
2.6 Pathway Demensia.........................................................................................6
2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia.................................................................7
2.8 Penatalaksanaan Klinis Demensia..................................................................7
2.9 Pencegahan dan perawatan demensia............................................................9
2.10 Komplikasi Demensia..................................................................................9
2.11 Konsep Asuhan keperawatan Demensia......................................................9
2.12 Diagnosa Keperawatan...............................................................................11
2.13 Intervensi...................................................................................................11
BAB III KASUS SEMU........................................................................................14
3.1 Pengkajian....................................................................................................14
3.2 Analisa Data.................................................................................................20
3.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................................21
3.4 Intervensi Keperawatan................................................................................22
BAB IV PENUTUP...............................................................................................24
4.1 Kesimpulan...................................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Tujuan
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
vi
1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma juga
bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada
saat penderita sedang tidur.
a. Asma akut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai
berikut: Ringan sampai sedang: mengi/batuk tanpa distres berat, dapat
mengadakan percakapan normal, nilai aliran puncak lebih dari 50%
nilai terbaik.
b. Sedang sampai berat: mengi/batuk dengan distres, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan
beberapa derajat desaturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi.
Didapatkan nilai saturasi antara 90-95% jika diukur dengan oksimetri
nadi perifer.12
c. Berat, mengancam nyawa: distres pernapasan berat, kesulitan
berbicara, sianosis, lelah dan bingung, usaha respirasi batuk, sedikit
mengi (silent chest) dan suara napas lemah, takipnea, bradikardia,
hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi atau angka
terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri
nadi perifer (BTS SIGN 2003,Chung 2002).
vii
Asma dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma
ekstrinsik.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3) Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
2.3 Etiologi Asma
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab
asma yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun
secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu
atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum.
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.
viii
2. Faktor Presipitasi
a. Latihan
Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan.
b. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan
beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara
dingin menjadi panas.
c. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara,
melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen air
borne‖ musiman.
d. Alergi
Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah
bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin
diketahui atau dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk
sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut
(musim gugur) dan banyak yang lainnya.e. Pekerjaan
e. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain
dalam anggur).
f. Emosi
Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada
orang yang sudah diketahui menderita asma.
g. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah
ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin
mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga
mempunyai polip hidung.
ix
h. Infeksi saluran napas atas
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya,
1990).
x
,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih ,
ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen
Daniel, 1991 ).
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan
alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan meningkatkan jumlah
imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk
kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag
yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses
dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi
menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka
orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah
rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen
tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan
basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca ++ kedalam sel dan perubahan
didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel
ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi :
histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic
chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini
akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos
baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya
edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas ,
peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi
tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya
akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut,
(Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )
xi
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.
Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai
dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak
nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada
pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar
mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya
suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi
dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,1991 )
xii
2.5 Pathway Asma
xiii
xiv
2.6 Penatalaksanaan Asma
15
kondisi asma yang berat obat ini dimasukkan langsung ke dalam
pembuluh darat penderita sakit asma.
d. Antikolinergik. Antikolinergik adalah zat yang bekerja dengan
menghalangi sampainya rangsangan penyebab serangan asma kepada
sistem syaraf pusat yang terletak pada sinapsis otak. Dengan
terhalangnya rangsangan maka serangan asma dapat dihindari.
2. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada
a. Pneumothoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Atelectasis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
2.10 Intervensi
18
1. Bersihan Setelah dilakukan Tindakan :
jalannafas tidak tindakan
efektif b.dsekresi keperawatan dalam Manajemen Jalan Nafas
yang tertahan jangka waktu selama Observasi
d.dbatuk tidak 3 x 24 jam, - Monitor pola nafas
efektif, tidak perawatan diri -Monitor bunyi nafas tambahan
mampu batuk. meningkat dengan Terapi
kriteria hasil : -Posisikan semi-fowler atau
fowler
Batuk efektif -Berikan minum hangat
meningkat -Lakukan fisioterapi dada
-Produksi sputum -Berikan oksigen
menurun Edukasi
-Dispnea menurun -ajarkan tekhnik batuk efektif
-Pola napas Kolaborasi
membaik -pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika
perlu
19
3.2 Analisa Data
-
Ds : Demensia Defisit perawatan diri
- Keluarga ↓
mengatakan klien
Perubahan
jarang mandi
kemampuan
karena setiap di
merawat diri
ajak mandi klien
sendiri
tidak mau dan
mengatakan bahwa ↓
sudah mandi
Defisit
20
Do : perawatan diri
- Klien jarang mandi
karena dingin
- Klien mandi 2x
sehari namun
terkadang tidak
menggunakan
sabun, mencuci
rambut 2x
seminggu namun
tidak pernah
menggunakan
shampo karena
sering lupa
- kuku klien panjang
- mulut sedikit bau
tidak ada sariawan
- turgor kulit kering
dan ada bintik-
bintik hitam.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa
menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu
kucing, debu, dan lain-lain.
2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu
3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada
pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23