Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

LANSIA DENGAN ASMA

Di susun oleh :

1. Adinda Moudy Agasimevia (1711012)


2. Dwi Cahyo Utomo (17110)
3. Miftachul Nikmah (1711011)
4. Lily Indrayani (17110)

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “asuhan keperawatan lansia dengan Asma”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Blitar, 08 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Khusus............................................................................................1
1.2.2 Tujuan Umum.............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Demensia..........................................................................................3
2.2 Epidemiologi Demensia.................................................................................3
2.3 Etiologi Demensia..........................................................................................3
2.4 Manifestasi klinis Demensia..........................................................................4
2.5 Patofisiologi Demensia..................................................................................5
2.6 Pathway Demensia.........................................................................................6
2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia.................................................................7
2.8 Penatalaksanaan Klinis Demensia..................................................................7
2.9 Pencegahan dan perawatan demensia............................................................9
2.10 Komplikasi Demensia..................................................................................9
2.11 Konsep Asuhan keperawatan Demensia......................................................9
2.12 Diagnosa Keperawatan...............................................................................11
2.13 Intervensi...................................................................................................11
BAB III KASUS SEMU........................................................................................14
3.1 Pengkajian....................................................................................................14
3.2 Analisa Data.................................................................................................20
3.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................................21
3.4 Intervensi Keperawatan................................................................................22
BAB IV PENUTUP...............................................................................................24
4.1 Kesimpulan...................................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang


dikarakteristikkan dengan hiperresponsitas, edema mukosa, dan produksi mukus.
Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala asma yang
berulang : batuk, sesak dada, dan mengi (Susan C.Smeltzer,2014).
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yang
paling sering timbul berupa batuk (dengan atau tanpa disertai produksi mukus),
despnea, dan mengi (pertama-tama pada ekspirasi, kemudian bisa juga terjadi
selama inspirasi), serangan asma paling sering terjadi pada pagi atau malam hari,
asma sering kali didahului 3 oleh peningkatan gejala selama berhari-hari, namun
dapat pula terjadi secara mendadak, diperlukan usaha untuk ekspirasi dan inspirasi
memanjang, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang biasanya
menyertai asma. Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa
infeksi, iklim, inhalan, makanan, dan kegiatan fisik (Susan C.Smeltzer,2014).
Tanda dan gejala yang diderita oleh penderita asma akan menimbulkan
masalah yang dirasakan yang salah satunya yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel dalam tubuh. Oksigen merupakan
suatu gas tidak berwarna dan tidak berbau yang terkandung dalam sekitar 21%
udara yang kita hirup, sangat dibutuhkan bagi semua kehidupan sel. Fungsi sistem
pernapasan adalah pertukaran gas dimana oksigen dari udara yang dihirup
berdisfusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbon dioksida yang
dihasilkan selama metabolisme sel berdisfusi dari darah ke dalam alveolus dan
kemudian dikeluarkan.

iv
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan


Asma

1.2.2 Tujuan Umum

1. Mengetahui pengertian demensia


2. Mengetahui epidemologi demensia
3. Mengetahui etiologi demensia
4. Mengetahui manifestasi klinis demensia
5. Mengetahui patofisiologi demensia
6. Mengetahui pathway demensia
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang demensia
8. Mengetahui penatalaksanaan klinis demensia
9. Mengetahui pencegahan dan perawatan demensia
10. Mengetahui komplikasi demensia
11. Mengetahui konsep asuhan keperawatan demensia
12. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demensia ?


2. Bagaimana epidemologi demensia ?
3. Jelaskan etiologi demensia?
4. Bagaimana manifestasi klinis demensia?
5. Bagaimana patofisiologi demensia?
6. Bagaimana pathway demensia?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang demensia?
8. Apa saja penatalaksanaan klinis demensia?
9. Bagaimana pencegahan dan perawatan demensia?
10. Apa saja komplikasi demensia?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan demensia?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asma


Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (sylvia A.dkk, yang dikutip oleh Amin Huda Nurarif, 2015)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas dimana banyak sel
memainkan peranan, terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu
yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode rekuren dari mengi, sulit
bernapas, dada terasa sesak, dan batuk terutama pada malam/dan atau pagi hari.
Gejala-gejala ini biasanya berhubungan dengan terbatasnya aliran udara yang
meluas tetapi bervariasi, yang reversibel setidaknya sebagian baik secara spontan
maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan
responsivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan. (International Consensus
Report on the Diagnosis and Management of Asthma 1992, yang dikutip oleh
(Caia Francis,2011 ).
Menurut NHLBI (Expert Panel Report 3:Guidelines for the Diagnosis and
Management of Asthma 2007) asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran
napas dimana banyak sel berperan terutama sel mast, eosinofil, limfosit T,
makrofag, neutrofil, dan sel epitel (Slamet Hariadi,dkk, 2010)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian asma adalah
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan
bronkus terhadap berbagai 11 macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari
saluran pernapasan.

2.2 Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi dua jenis, yakni:

vi
1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma juga
bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada
saat penderita sedang tidur.
a. Asma akut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai
berikut: Ringan sampai sedang: mengi/batuk tanpa distres berat, dapat
mengadakan percakapan normal, nilai aliran puncak lebih dari 50%
nilai terbaik.
b. Sedang sampai berat: mengi/batuk dengan distres, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan
beberapa derajat desaturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi.
Didapatkan nilai saturasi antara 90-95% jika diukur dengan oksimetri
nadi perifer.12
c. Berat, mengancam nyawa: distres pernapasan berat, kesulitan
berbicara, sianosis, lelah dan bingung, usaha respirasi batuk, sedikit
mengi (silent chest) dan suara napas lemah, takipnea, bradikardia,
hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi atau angka
terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri
nadi perifer (BTS SIGN 2003,Chung 2002).

vii
Asma dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik 
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma
ekstrinsik.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak  spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3) Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik  dan non-alergik
2.3 Etiologi Asma
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab
asma yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun
secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu
atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum.
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.

viii
2. Faktor Presipitasi
a. Latihan
Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan.
b. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan
beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara
dingin menjadi panas.
c. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara,
melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen air
borne‖ musiman.
d. Alergi
Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah
bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin
diketahui atau dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk
sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut
(musim gugur) dan banyak yang lainnya.e. Pekerjaan
e. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain
dalam anggur).
f. Emosi
Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada
orang yang sudah diketahui menderita asma.
g. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah
ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin
mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga
mempunyai polip hidung.

ix
h. Infeksi saluran napas atas
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya,
1990).

2.3 Manifestasi klinis Asma


Menurut Baughman (2002) adalah :
1. Gejala umum
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
2. Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang
lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat menghilang secara spontan
3. Tanda-tanda lanjutan
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat,
takikardia dan desakan nadi melebar)

2.4 Patofisiologi Asma


Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan
reaksi alergik  terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi
seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta
bahan-bahan alergen yang lain . Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai
dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon

x
,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih ,
ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen
Daniel, 1991 ).
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan
alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan meningkatkan jumlah
imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk
kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag
yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses
dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk  berpoliferasi
menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka
orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah
rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen
tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan
basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca ++ kedalam sel dan perubahan
didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel
ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi :
histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic
chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini
akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos
baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya
edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas ,
peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi
tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya
akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut,
(Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )

xi
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.
Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai
dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak
nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada
pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar
mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya
suara nafas karena aliran udara kecil, tidak  ada batuk,pernafasan menjadi
dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,1991 )

xii
2.5 Pathway Asma

xiii
xiv
2.6 Penatalaksanaan Asma

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas


2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1. Pengobatan dengan obat-obatan
Seperti :
a. Kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan bentuk sintetis dari salah
satu kelashormon steroid. Pada penyakit asma obat jenis ini bekerja
sebagai pencegahterjadinya peradangan akibat serangan asma dan
mengurangi gejalanya. Penggunaan obat ini dalam jangka panjang
dapat mengurangi kepekaan saluran napas dari beberapa hal yang
memicu munculnya serangan asma misalnya debu. Obat sakit asma
jenis ini antara lain berupa flutikason, budesonid, atau
methilpradnisolon.
b. Agonis reseptor beta adrenergik. Agonis reseptor beta adrenergik
merupakan zat aktif yang bekerja pada otot, salah satunya dengan
mengurangi kejang otot saluran napas pada penderita sakit asma.
Dengan demikian maka otot saluran napas menjadi rileks yang
membuat rongga pernapasan melebar dan mengatasi sesak napas saat
terjadi serangan. Obat jenis ini mulai bekerja beberapa menit setelah
digunakan, dan dapat bertahan dalam waktu 4-6 jam kemudian.
c. Theophylline. Theophylline adalah jenis obat asma yang bekerja
dengan melemaskan otot polos saluran napas dan merangsang pusat
pernapasan sehingga mengurangi penyempitan yang menyebabkan
penderita sesak napas. Mayoritas obat ini berupa tablet, tetapi pada

15
kondisi asma yang berat obat ini dimasukkan langsung ke dalam
pembuluh darat penderita sakit asma.
d. Antikolinergik. Antikolinergik adalah zat yang bekerja dengan
menghalangi sampainya rangsangan penyebab serangan asma kepada
sistem syaraf pusat yang terletak pada sinapsis otak. Dengan
terhalangnya rangsangan maka serangan asma dapat dihindari.
2. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada

2.7 Komplikasi Asma

a. Pneumothoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Atelectasis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga

2.8 Konsep Asuhan keperawatan Asma


A. Pengkajian
16
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
d. Adanya bunyi napas mengi.
e. Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
a. Adanya peningkatan tekanan darah.
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d. Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah
6. Asupan nutrisi
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
17
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosal
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
a. Penurunan libido
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.

2.9 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.dsekresi yang tertahan d.d batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk.

2. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen d.d merasa lemah.

2.10 Intervensi

No. SDKI SLKI SIKI

18
1. Bersihan Setelah dilakukan Tindakan :
jalannafas tidak tindakan
efektif b.dsekresi keperawatan dalam Manajemen Jalan Nafas
yang tertahan jangka waktu selama Observasi
d.dbatuk tidak 3 x 24 jam, - Monitor pola nafas
efektif, tidak perawatan diri -Monitor bunyi nafas tambahan
mampu batuk. meningkat dengan Terapi
kriteria hasil : -Posisikan semi-fowler atau
fowler
Batuk efektif -Berikan minum hangat
meningkat -Lakukan fisioterapi dada
-Produksi sputum -Berikan oksigen
menurun Edukasi
-Dispnea menurun -ajarkan tekhnik batuk efektif
-Pola napas Kolaborasi
membaik -pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika
perlu

2. Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan :


aktivitas b.d tindakan
ketidakseimbangan keperawatan dalam 1. Obervasi
antara suplai dan jangka waktu selama -Monitor kelemahan fisik
kebutuhan oksigen 3 x 24 jam, memori dan emosional
d.d merasa lemah. meningkat dengan -Monitor pola dan jam
kriteria hasil : tidur
-Monitor lokasi dan
Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari 2. Terapeutik
meningkat -Lakukan rentang gerak
-Dispnea saat pasif/aktif
setelah aktivitas -Berikan aktivitas distraksi
menurun yang menenangkan
-Frekuensi napas -Fasilitasi duduk di sisi
normal 12-20 tempat tidur
x/menit 3. Edukasi
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
-Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4. kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

19
3.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
Ds : Demensia Gangguan memori
- Keluarga Ny. C ↓
mengatakan Ny. C Kehilangan
sering lupa dan kemampuan
tidak mengenali menyelesaikan
keluarganya masalah
sendiri.

- Keluarga Ny. C
mengatakan Ny. C Perubahan
tidak bisa mengawasi
mengingat nama keadaan
anaknya kompleks dan
berfikir abstrak
Do :

- Saat ditanya pada Emosi, labil,
pelupa, apatis
kejadian dahulu
klien tidak mampu ↓

mengingatnya Loos deep


memori
dengan baik.
Kejadian yang ± 1 ↓

jam klien juga tidak Gangguan


Memori
mampu mengingat
dengan baik

-
Ds : Demensia Defisit perawatan diri
- Keluarga ↓
mengatakan klien
Perubahan
jarang mandi
kemampuan
karena setiap di
merawat diri
ajak mandi klien
sendiri
tidak mau dan
mengatakan bahwa ↓
sudah mandi
Defisit

20
Do : perawatan diri
- Klien jarang mandi
karena dingin
- Klien mandi 2x
sehari namun
terkadang tidak
menggunakan
sabun, mencuci
rambut 2x
seminggu namun
tidak pernah
menggunakan
shampo karena
sering lupa
- kuku klien panjang
- mulut sedikit bau
tidak ada sariawan
- turgor kulit kering
dan ada bintik-
bintik hitam.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk.
2.Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d merasa lemah.
3.4 Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Tindakan :
nafas tidak tindakan keperawatan 1. Obervasi
efektif b.d dalam jangka waktu a. Identifikasi masalah
sekresi yang selama 3 x 2 jam, memori yang dialami
tertahan d.d memori meningkat b. Monitor perubahan
batuk tidak dengan kriteria hasil : perilaku dan perubahan
efektif 1. Verbalisasi memori selama terapi
kemampuan 2. Terapeutik
mempelajari hal a. Stimulasi memori
baru meningkat dengan mengulang
2. Verbalisasi pikiran yang terakhir
kemampuan kali diucapkan, jika
mengingat perlu
perilaku tertentu b. Fasilitas mengingat
21
yang pernah kembali pengalaman
dilakukan masa lalu, jika perlu
meningkat c. Stimulasi menggunakan
3. Verbalisasi memori pada peristiwa
kemampuan yang baru terjadi (mis.
mengingat Bertanya kemana saja
peristiwa ia pergi akhir-akhir ini),
meningkat jika perlu
4. Verbalisasi 3. Edukasi
pengalaman lupa a. Ajarkan teknik memori
menurun yang tepat (mis.
Imajinasi visual,
permainan memori,
isyarat memori)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa
menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu
kucing, debu, dan lain-lain.
2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu
3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada
pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Clark Margaret Varnell. (2013). Asthma: a clinician’s guide. Editor Edisi


bahasa Corporation, 1988)
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo. diagnosa
medis dan nanda nic-noc. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Nurarif Amin Huda,dkk. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Slamet Hariadi,dkk. (2010). Buku ajar ilmu penyakit paru. Cetakan 1.
Surabaya
Smeltzer. Susan C. (2014). Keperawatan medical bedah ( handbook for
brunner
Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa
Aksar

23

Anda mungkin juga menyukai