Anda di halaman 1dari 7

1.

PENTINGNYA IPTEK DALAM ISLAM


Islam mendorong umatnya untuk berdakwah dengan mengikuti perkembangan zaman,
salah satunya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan ipteknya untuk
kepentingan materiil, Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan iptek untuk
menjadi sarana ibadah. Selain itu iptek juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah
(spiritual) dan mengembangkan amanat khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil alamin).
Digitalizing muslim life ini sangat penting digelar bagi umat Islam di Indonesia dan
dunia pada umumnya. Umat islam hari ini hidup dalam era digital yang sangat cepat dan
tidak mungkin ditolak. Umat Islam harus sadar dan berpacu dengan waktu dalam
menyiapkan diri. Jika tidak, umat Islam akan tertinggal oleh zaman. umat Islam
terombang-ambing arus perubahan karena tak adaptif.
Perkembangan teknologi dikaitkan dengan konsep Masyarakat 5.0 atau smart
society  dengan tujuan menciptakan keseimbangan antara manusia, alam dan teknologi.
Umat Islam harus bisa menyesesuaikan diri dan beradaptasi menghadapi perubahan itu.
pengembangan iptek akan mendorong orang untuk lebih mendalami dan menghayati
ajaran agama dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama akan mendorong orang
untuk mengembangkan iptek.
Adapun alasan mengapa kita sebagai umat islam harus menguasai iptek, terdapat
alasan pokok diantaranya: Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah
diboyong oleh negara-negara barat, yang berupaya mencegah terjadinya pengembangan
iptek di negara negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri. dengan adanya upaya-
upaya ini untuk melemahkan umat Islam dari pemikiran kemajuan iptek , misalnya umat
Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan
akhirnya bertengkar sendiri.
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam,dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2
yaitu pertama menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. kedua menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi,
syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan
tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam contoh penyebaran berita hoax
yang dapat memecah belah islam serta saking mudahnya melakukan pencarian dan
informasi membuat banyak umat yang menyalah gunakanya. sebaiknya menjadikan iptek
menjadi sarana media dakwah bagi umat Islam.
Sudah ada pemanfaatan teknologi dalam bidang keislaman. Beberapa di antaranya
adalah digitalisasi kitab klasik sehingga bisa diakses dengan gampang. Lalu, ada pula
aplikasi pengingat shalat, Al-Qur’an digital, doa-doa dan beragam cara penunjang ibadah
ubudiyah yang bisa diakses secara praktis melalui perangkat mobile. Media sosial juga
telah dimanfaatkan untuk melakukan koordinasi pengajian rutin yang dikenal dengan
sebutan one day one juz (ODOJ). Kini juga telah tersedia aplikasi kalkulator zakat,
pengingat shalat, aplikasi halal, dan lainnya. Sebenarnya masih banyak potensi yang
belum dimanfaatkan.
Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan dalam
bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak
ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada
kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia,
termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.

2. KONSEP IPTEK DALAM ISLAM


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah muncul sejak manusia lahir,
hal ini dikarenakan manusia diberi akal dan kemampuan berfikir dari Allah SWT.
Teknologi dan Ilmu Pengetahuan dapat dibilang sebagai alat pembentuk budaya dalam
kehidupan khalayak ramai karena peranan penting yang dimiliki oleh keduanya.
Dalam paradigma islam, adanya pemahaman bahwa perkembangan IPTEK berkaitan
dengan ajaran-ajaran agama Islam. Paradigma Islam inilah yang mencetak para
cendikiawan yang unggul dalam bidang IPTEK dan soleh sehingga menciptakan kejayaan
Islam pada tahun 700 M -1400 M. Pada masa-masa itu, muncul tokoh-tokoh yang sangat
terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Ibnu Sina di bidang
kedokteran, Al Khawarzmi di bidang matematika, Jabir bin Hayyan di bidang Kimia, Al-
Battani di bidang astronomi, dan banyak tokoh lainnya.
Konsep umum dari munculnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi awal mulanya adalah
untuk memudahkan kehidupan manusia dan untuk menjelaskan fenonema alam yang
tadinya tidak dapat dijelaskan sehingga manusia memiliki tingkat pemahaman yang lebih
maju sekaligus komplek mengenai alam semesta.  Arah Pengembangan Teknologi untuk
memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari
keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat.  Peran Islam
dalam perkembangan IPTEK adalah menjadikan paradigma Islam sebagai pandangan
utama dan menjadikan syariah Islam sebagai dasar dalam penerapan dan pemanfaatan
konsep IPTEK.
Implementasi dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berada di tangan manusia dan
mampu memiliki dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam Islam pun diajarkan untuk menuntut ilmu yang mengindikasikan bahwa
selama ilmu tersebut bermanfaat bagi umatnya(dalam konteks positif) maka diwajibkan
bagi umatnya untuk mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan Allah atas
kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang diberikan.
Pengetahuan dalam pandangan Islam, baik yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan
maupun yang berasal dari wahyu Illahi melalui agama, keduanya berasal dan bersumber
dari Allah s.w.t., pengetahuan apapun yang dimiliki manusia, semua bersal dari karunia
Allah s.w.t. hal ini bisa dipahami dari ayat al-Quran yang menjelaskan firman Allah,
ketika Allah s.w.t. mengajarkan kepada Adam berbagai macam ilmu pengetahuan dialam
semesta (QS. Al-Baqarah, 2:31)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Apabila IPTEK bersumber  yang satu yakni Allah s.w.t. tentunya tidak ada
pertentangan-pertentangan dan perbedaan-perbedaan, keduanya bersifat komplementeri
(saling melengkapi) dan tidak perlu dipertenangkan.
Selain itu, Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya untuk mengamalkan ilmu
yang mereka peroleh untuk kebaikan di dunia, yang diimplementasikan dalam bentuk
teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut. Agama Islam sebagai agama yang sejalan
atas wahyu dan akalnya dapat dibuktikan dalam ayat dan tafsir berikut ini:
- Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-
192).
- Akal dan pikiran merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah
kepada manusia sebagai bekal untuk hidup di dunia agar manusia dapat memahami
dan menyelidiki elemen-elemen yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk
kesejahteraan mereka (Q.S. Al Isra 70).
- Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam ini (Q.S. Ar
Ra’du 2). Alam dengan segala manfaat yang dapat diperoleh darinya harus tunduk dan
dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Manusia jangan
sampai “ditundukkan” oleh alam melalui nilai-nilai materialistik dan keserakahan
karena sesungguhnya hal tersebut melanggar kodrat manusia yang diberikan oleh
Allah.
Pemanfaatan konsep IPTEK akan menjadi lebih berkah dan bermanfaat dengan
didasari dengan keimanan dan ketakwaan.
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai
khalifah di Bumi.
Seiring denga berkembangnya ilmu pengetahuan yang telah diturunkan Allah s.w.t.
dari masa nabi Adam hingga sekarang, sudah banyak sekali ilmu pengetahuan yang dapat
kita peroleh. Dan denga ilmu pengetahuan tersebut harusnya kita dapat mengetahui mana
yang benar dan mana yang buruk, serta mana hal yang harus kita lakukan dan mana hal
yang harus kita hindarkan.

3. SYARAT ILMU DAN SUMBER ILMU


 Syarat Ilmu
1. Objektif
Mengutip buku Psikologi Agama: Implementasi Psikologi untuk Memahami
Perilaku Agama oleh Ahmad Saifuddin (2019), ilmu pengetahuan hendaknya
mempunyai objek kajian dalam bentuk material maupun formal. Objektivitas ilmiah
merupakan pengutaraan gagasan ilmiah yang tidak mendapatkan pengaruh dari
perspektif tertantu, baik untuk keinginan diri sendiri atau komunitas. Objek ilmu
pengetahuan harus dikaji sesuai dengan fakta tanpa adanya opini pribadi dari subjek
yang meneliti objek tersebut.
2. Sistematis
Syarat ilmu pengetahuan yang berikutnya adalah harus tersusun secara teratur
atau sistematis. Jadi, berbagai informasi dalam ilmu pengetahuan tertentu harus
disusun saling berkaitan satu-sama lain.
Kebenaran suatu pengetahuan bisa diukur atau diuji dengan fakta yang berasal
dari pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan tidak tersusun secara
acak, namun mengandung alur yang terorganisir sesuai dengan kumpulan fakta
yang didapatkan.
3. Metode
Ilmu pengetahuan mempunyai metode ilmiah dalam proses pengkajian
objeknya. Metode ilmiah merupakan proses pengamatan yang mengacu pada
penjelasan hipotesis yang selanjutnya diuji secara berulang-ulang agar fakta-fakta
yang lain bisa didapatkan.
Dengan kata lain, metode ilmiah merupakan kerangka penelitian yang
digunakan untuk mencari kebenaran untuk menghindari kesalahan dalam mengkaji
objek ilmu.
4. Universal
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu jika memiliki sifat
universal. Jadi kebenaran dalam ilmu tersebut tidak hanya bersifat khusus, tetapi
harus berlaku untuk umum.
Contohnya, ilmu fisika yang dipelajari di Indonesia tidak berbeda dengan ilmu
fisika yang berlaku di berbagai belahan dunia. Dengan kata lain, realitas dalam ilmu
fisika berlaku universal untuk siapa saja dan di mana saja.

 Sumber Ilmu
Dalam menuntut ilmu pengetahuan tersebut ada dua sumber yaitu wahyu dan
akal (Rahman Assegaf: 2005:94). Yang antara keduanya tidak bisa dipisahkan dan tidak
boleh bertentangan karena manusia yang dikaruniai akal fikiran di beri kebebasan untuk
mengembangkan akalnya selama dalam pelaksanaannya tetap mengikuti tuntutan
wahyu dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Walaupun pada prinsipnya Allah
SWT merupakan sumber pengetahuan utama yang memberikan pengetahuan kepada
manusia. Oleh karena itulah munculnya sifat ilmu pengetahuan, ada yang bersifat abadi
(Perenial knowledge) yang mana tingkat kebenaraanya bersifat absolut (mutlak), karena
sumbernya dari Allah berupa ayat-ayat Quraniyah yang menghasilkan pengetahuan
keagamaan (religious sciences), misalnya berupa al-qur;an, sunnah, siroh nabi, tauhid,
hukum Islam, bahasa arab dan ada yang bersifat perolehan yang mana tingkat
kebenaraanya bersifat nisbi (relative) karrena sumbernya dari akal fikiran manusia
berupa ayat-ayat kauniyah, yang menghasilkan pengetahuan rasional (rational sciences)
Misalnya ilmu seni sastra, bahasa, ilmu filsafat, pendidikan, ekonomi, politik, sejarah
dan lain-lain.
Kedudukan akal dalam Islam sangat penting karena akal merupakan wadah yang
menampung akidah, syari’ah, serta akhlak. Dengan menggunakan akal secara baik dan
benar, sesuai dengan petunjuk Allah, maka manusia akan merasa selalu terikat dan
dengan sukarela mengikatkan diri pada Allah serta dapat mewujudkan sesuatu karena
akal adalah kehidupan dan hilang akal adalah kematian. Namun, kedudukan dan
peranan akal dalam ajaran Islam tidak boleh bergerak dan berjalan tanpa bimbingan
wahyu yang fungsinya untuk meluruskan akal.
Agama mempunyai ajaran-ajaran yang diyakini turun kepada masyarakat manusia
melalui wahyu. Artinya ajaran tersebut berasal dari Tuhan karena itu bersifat benar dan
tidak akan berubah-rubah sekalipun manusia merubahnya menurut perkembangan
zaman. Ia merupakan dogma tidak akan dirubah menurut peredaran masa. Wahyu
merupakan sabda Allah kepada pilihank-Nya untuk disampaikan kepada kepada
manusia sehigga menjadi pedoman kehidupan baik didunia maupun di akhirat.
Sebaliknya ilmu pengetahuan, tidak kenal dan tidak terikat pada waktu karena ilmu
pengetahuan berpijak dan terikat pada pemikiran rasional.
Dengan demikian akal dan wahyu merupakan sokoguru ajaran Islam, namun
perlu di tegaskan bahwa wahyu yang pertama dan utama sedangkan akal adalah yang
kedua. Wahyulah, baik yang langsung dibaca dalam kitab suci al-Qur’an maupun yang
tidak langsug melalui sunnah Rasulullah yang kini dapat dibaca dalam hadist yang
sahih, yang memberi tuntunan, arah dan bimbingan pada akal\ manusia. Begitu pula
akal manusia hendaknya dimanfaatkan dan dikembangkan secara baik dan benar untuk
memahami wahyu dan berjalan sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan Allah dalam
wahyu-Nya.
4. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang
disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan
akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat
tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya
“Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam
kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap
muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia agar mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon
yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu
kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan
dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS
yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh
bukan kerusakan alam.

Anda mungkin juga menyukai