Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AIKA 5

“Hakikat Ipteks Dalam Pandangan Islam”

Di susun oleh kelompok 4 :

1. Riska Prastyani 2061201133


2. Chiendy Rahmawati 2061201175
3. Finni Alifiya Rochman 2061201158

Dosen Pengampu :

Ali Mubin,MA.

Kelas C/D Manajemen Malam

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek
dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang
digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti
yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat
Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya
hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif
yang diakibatkanya. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah
kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti
sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda
Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-
laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
2. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
1. Apakah pengertian iptek dan apa kaitannya dengan islam?
2. Seberapa wajibkah manusia dituntut mencari ilmu?
3. Apa sajakah keutamaan mencari ilmu?
4. Seberapa besarkah tanggung jawab ilmuwan terhadap alam?

3. TUJUAN
Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu, untuk menambah wawasan bagi
pembaca tentang iptek dalam paradigma islam.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian iptek dan kaitannya dengan islam


Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) .Sedangkan
teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah
hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek.
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana
pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan
oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang
telah diharamkan syariah Islam.

2. Kewajiban mencari ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-
Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh
dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim
ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu
tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi),
sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun
adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil).
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan
lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri
cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam
hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.
Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib
dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti
digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid
dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari
ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang
yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal
ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama
adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada
orang lain.”(HR. Ibnu Majah). Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang
yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah
sedekah yang paling utama dianding sedekah harta benda. Ini dikarenakan
mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi
(dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang
diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

3. Keutamaan orang yang berilmu


Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi
Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran
mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan
mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-
Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab”
(Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut
: 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan
gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan
pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT .
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw
juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali
mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu
Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim
dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih). Jadi setiap orang yang
berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat.
Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal
yang bermanfaat.

4. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam Manusia.


Sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.
Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup
merusak, juga menhancurkan hingga tak bersisa. Tiap sebentar kita mendengar
berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung
atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir,
semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya
sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar
manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah
demi kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi
masa depan itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang
menjadi biang kerok dari tragedi masa depan tersebut.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan
melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.
Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an:
“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11). Allah SWT juga mengingatkan
manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’.
Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang
yang mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42).
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan.
Tujuannya mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai
berbagai unsur lingkungan menjadi hancur, tercemar, atau rusak.
Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa
melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah
lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya
alam dengan bijak.

5. Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al qur’an.


a. Nebula
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti
(kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti
bunga mawar.
b. Kesempurnaan Di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung
jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya
berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya
masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing.
Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui
satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat
terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang
menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
c. Orbit
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
(QS. Al Anbiya: 33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam
sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur.
Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
d. Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita,
matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex,
suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega.
e. Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”
(QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan
Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini
bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
f. Gunung Mencegah Gempa Bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam
jenis binatang.” (QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-
gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung
sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling
signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan
bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat”
lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat
disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah
pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan
bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
g. Air Laut Tidak Saling Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak
saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya,
bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan
suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang
terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah
dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik
saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya
terdapat batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat
Gibraltar dengan Laut Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang
menjadi batas antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada
2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek .
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada.
Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada
syari’at Islam.
B. SARAN
Dalam kehidupan, ilmu pengetahuan sangat penting untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan diri, dan lebih utama ialah sebagai penyelaras
dalam agama. Sehingga sangat dipentingkan bagi kita untuk menuntut ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai