Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


“URGENSI ILMU MENURUT AL-QURAN DAN
HADIST”

KELOMPOK 3
MARLINA 517027
MAGFIRAH 517023

STKIP MUHAMMADIYAH BONE


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataalah. karena atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah tentang “Urgensi Ilmu dalam Al-quran dan
Hadist” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Serta shalawat dan taslim
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Penulis
sadar bahwa apa yang telah penulis peroleh tidak semata-mata hasil dari jerih
payah penulis sendiri tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak.
Oleh sebab itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bosman S.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan yang telah mengarahkan dan membimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dari tata
bahasa dan kalimatnya. Penulis senantiasa menerima kritik dan saran dari
pembaca dan memberikan ilmu yang lebih luas.
Sekian dan Terima Kasih
.

Massila, 24 Oktober 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT DARI ILMU 3
B. KEDUDUKAN ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM 5
C. ILMU YANG BERMANFAAT 6
D. URGENSI ILMU TERHADAP KEHIDUPAN 8
E. KEUTAMAAN ORAN BERILMU 9
F. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU 11
G. KRISIS ILMU DAN ULAMA 13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu belajar. Islam
mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal pikiran yang sudah
dikaruniakan Allah kepada manusia . Allah menciptakan manusia dari tidak tahu
apa-apa. Islam juga agama yang memposisikan ilmu dalam posisi mulia. Sebagai
tanda keutamaan ilmu dalam Islam adalah sifat ilmu yang menjadi salah satu sifat
wajib Allah SWT. Bagaimana kalau di dunia ini tidak ada ilmu? Bayangkan saja,
pasti akan kacau dan gelap gulita. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
yang berfikir. Manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan dia lebih
unggul dari makhluk lain dan dipercaya sebagai khalifah fil ardhi. Dalam QS. al-
Baqarah ayat 30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk manusia, bahkan
manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung mendapatkan pelajaran tentang
apa-apa yang ada di surga oleh Allah (Masrurin, 2018:18). Ayat tersebut juga
menjelaskan kepada kita, bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana
kita semua mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang sudah kita miliki
bersama, yaitu akal pikiran kita yang merupakan anugerah Allah yang luar biasa.
Ilmu yang ada membuat manusia lebih baik. Dengan ilmu manusia dapat
mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia mendapatkan
kesenangan.
Ilmu Pengetahuan agama maupun illmu pengetahuan umum merupakan
bagian dari ciri khas manusia, ilmu pengetahuan nyatanya menjadi sebuah
tantangan bagi kehidupan manusia (Nursyifa, 2019:4). Dengan ilmu pengetahuan
yang tidak dapat dipisahkan dengan akal manusia dapat mengembangkan budaya
dan peradabannya sehingga dapat mengarahkan makhluk lain dan menjadi
pemimpin diataas muka bumi. Ilmu pengetahuan yang berkembang terus secara
pesat dalam islam hendak diimbangi dengan ilmunya para ulama, yakni ilmu yang
dapa menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Maka dari itu

1
islam sangat menekankan menuntut ilmu, karena ilmu pengetahuan adalah kunci
untuk meraih kebahagiaan dunia dan Akhirat, bagimana tidak, ketika orang
bekerja atau beramal tanpa ilmu maka amalnya akan sia-sia, ada pendapat ulama
yang mengatakan” banyak dari amalan-amalan Akhirat yang menjadi amalan
dunia karena salahnya niat, dan banyak sekali amalan-amalan dunia yang menjadi
amalan akhirat karena bagusnya niat” untuk mengetahui apakah niat di hati kita
sudahkan benar itu juga kita harus menggunakan ilmu (Hasanudin).
Ilmu ulama sebagai kontrol terhadap perkembangan ilmu sehingga kemajuan
sains dan tekhnologi tidak akan membawa manusia menjadi asing dan jauh dari
Tuhannya. Betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan dan kebahagiaan dimuka bumi ini terlebihnya di
akhirat. Pada makalah ini akan dibahas beberapa hadits yang menjelaskan tentang
urgensi ilmu yang meliputi kemanfaatan ilmu, bahaya krisis ilmu agama dan
ulama, dan kewajiban mencari ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat dari Ilmu ?


2. Bagaimana keutamaan ilmu dalam Islam ?
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
4. Krisis Ilmu dan Ulama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Dari Ilmu

Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alima. Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang
berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu “s cio”, “scire” yang artinya pengetahuan. Science (dari
bahasa latin “scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas sistematis
yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan
prediksi tentang alam semesta. Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari-
hari, menurut kamus besar bahasa Indonesian ilmu adalah pengetahuan atau
kepandaian baik yang termasuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan
keadaan alam dan sebagainya (Nahar, 2015:9). Kata ilmu diambil dari bahasa
Arab, berasal dari kata jadian ‘alima- ya’lamu- ‘ilman (َ ‫ ) يلَ لْ ععل مَُل عْ عي مَِعل‬yang
artinya mengerti atau memahami dengan benar. Jadi ilmu secara lughawi adalah
mengetahui sesuatu secara dalam , hingga menjadi jelas. Berdasarkan kamus
besar Oxford Dictionary bahwa ilmu didefinisikan sebagai aktivitas intelektual
dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari dunia
fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan
pengetahuan atau hasil pengetahuan dan fakta berdasarkan teori-teori yang
disepakati / berlaku umum, diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik,
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu
Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan
manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahan. Hal ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama dalam Al
Quran surat Al-Baqarah ayat 31-32 :
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:

3
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!”. mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-
Baqarah : 31-32).
Menurut Al-Quran, manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan
mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang
memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan betapa
tinggi kedudukan orang yang berpengetahuan. Sebagai mana firman Allah dalam
surat Al-Mujadalah ayat 11: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Mujadalah : 11)
Menurut pandangan Quran seperti yang diisyaratkan oleh wahyu pertama ilmu
terdiri dari dua macam yaitu:
1. ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai ilmu laduni, seperti
diinformasikan antara lain dalam Quran surat Al kahfi ayat 65: Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS. Al-Kahfi : 65).
2. ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ilmu kasbi, ayat- ayat
ilmu kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni.
Pembagian ini menurut shihab disebabkan karena dalam pandangan Quran
terdapat hal- hal yang ada tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia
sendiri.

Dengan demikian objek ilmu meliputi materi dan non materi, fenomena dan
non fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia
pun tidak.

4
B. Kedudukan Ilmu Dalam Pandangan Islam

Di dalam Islam, ilmu punya kedudukan yang sangat penting. Hal ini dapat
kita diketahui di dalam ayat-ayat Al-Quran maupun hadist-hadist yang
menerangkan kedudukan orang yang berilmu. Heterogenitas umat Islam dengan
mazhab yang beragam mengakui dan menggunakan al-Quran serta al-Hadis
sebagai dua sumber pokok (Rohman & Hairudin, 2018:25). Orang yang berilmu
akan diangkat derajatnya beberapa derajat oleh Allah SWT. Bahkan sangat
pentingnya ilmu bagi manusia, dalam islam diwajibkan bagi seluruh umatnya baik
laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Selain itu, sering juga
dikemukakan ayat Al-Quran yang pertanyaan seperti hal dari Allah SWT dibawah
ini.
Seperti kalimat “afala ta qilun” (apakah engkau tak berakal) atau kalimat
“afala tatafakkatun” (apakah engkau tidak berfikir) yang pada dasarnya
mendorong muslimin untuk menggunakan akal fikirnnya untuk menuntut ilmu.
Dalam surah Al-Zumar ayat 9 juga dijelaskan yang artinya: “ Katakanlah, adakah
sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya (hanya) orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”.
Menurut Hasyim (2013:133) adapun arah dan tujuan ilmu pengetahuan
bahwa ayat al-Qur’an begitu banyak yang berbicara tujuan ilmu seperti untuk
mengenal; tanda-tanda kekuasaan-Nya, menyaksikan kehadirna-Nya diberbagai
fenomena yang kita amati mengagungkan Allah serta bersyukur kepada-Nya di
samping itu, al-Qur’an menyebutkan pula tiga hal lainnya dalam mengembangkan
ilmu antara lain; Ilmu pengetahuan harus menemukan keteraturan (sistem),
hubungan sebab akibat dan tujuan di alam semesta (QS.67:3). Ilmu harus
dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi kepada Allah,
sebab Allah swt, telah menundukkan segala apa yang ada di langit dan di bumi
untuk kepentingan manusia. (QS.22:65). Ilmu harus dikembangkan dengan tidak
menimbulkan kerusakan di bumi. (QS.7:56).

5
C. Ilmu Yang Bermanfaat

‫ "إذا مات اإلنسان إنقطع عمله إال‬:‫عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‬
)‫ أو ولد صا لح يدعو له’’(رواه مسلم‬,‫ صدق جارية ’ أو علم ينتفع به‬: ‫بثالث‬
Yang Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:” apabila
manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu
sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakan
orang tuanya” (HR. Muslim)
Pada hadits diatas Rasulullah saw memberikan pelajaran tentang perlunya
manusia mencari amal yang berkualitas, kekal, bermanfaat dalam kehidupan
dunia maupun setelah meninggal dunia kelak. Kualitas amal itu tidak teputus
pahalanya sekalipun ia telah meninggal dunia, selama amalnya dimanfaatkan oleh
manusia. Beliau menyatakan dalam hadits diatas.
Apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalnya. Tidak bisa
bekerja, tidak bisa beramal tidak bisa berkarya dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Jika propesi seseorang terputus maka secara sendirinya upah,honor, gaji akan
terputus, itu artinya tidak ada pekerjaan tidak ada gaji seperti itu juga dengan
amalan, tidak ada amal maka tidak ada pahala. Kecuali tiga perkara yang tidak
terputus pahalanya, sebagai berikut :
1. Sedekah jariah
Sedekah jariah artinya sedekah yang mengalir. Yakni pahalanya mengalir
terus-menerus sekalipun yang bersangkutan telah meninggal dunia. Misalnya
bersedakah sajadah, bahan bangunan untuk mesjid, musalla dan sarana iadah
lainnya. Sedekah jariah atau wakaf seperti ini tidak akan habis dan terus mengalir
pahalanya selama benda-benda tersebut masih dimanfaatkan orang banyak
sekalipun orang yang bersedekah meninggal dunia.
2. Ilmu yang bermanfaat
Ilmu dimaksud disini adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain. Sesorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian
diamalkan dan diajarkan lagi kepada orang lain, maka ia mendapat pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan dan mengajarkannya sampai ia meninggal dunia
bahkan sampai ke akhirat.

6
Mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaaat disisni adalah segala ilmu
yang bisa membawakan manfaat kepada orang lain dan dapat menambah
ketakwaan kepada Allah SWT. Selama ilmu itu masih dipelajari, selama itu
pilihlah orang yang mengajarkannya mendapatkan pahala terus menerus yang
akan dimaksukkan kedalam catatan amal kebaikannya
Dalam islam ilmu dikategoriakan kedalam dua bagian :
a) Ilmu fardhu ain seperti ilmu tauhid (akidah) ilmu fiqih dan ilmu tasauf,
fara’id, Al-qur’an ,dan lain sebaginya
b) Ilmu fardhu kifayah, seperti ilmu sains, kesustraaan, kedokteran.
3. Anak shaleh
Anak saleh yakni anak yang baik. Menurut ibn Hajar Almakki maksud
shaleh disini adalah anak beriman kepada Allah. Anak shaleh yang mau
mendo’akan kesemua orang tuanya. Do’a adalah kemauan hati anak yang baik
yang menginginkan orangtuanya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat (Idhar, 2019). Hadits ini memberikan motivasi kepada anak agar
selalu mendo’akan orangtuanya sekalipun orang lainpun bisa mendo’kannya.
Hadits ini juga mendorong kepada orang tua untuk berusaha mendidik anaknya
agar menjadi anak yang saleh dan bermanfaat bagi keduanya umumnya bagi
khalayak umum, demikian juga do’a anak sangat bermanfaat bagi orang tua
meskipun telah meninggal dunia.
Jadi pelajaran yang dipetik dari hadits ini :
a) Motivasi meningkatka amal saleh yang bermanfaat dalam berbagai sektor
,baik dalam diri, keluarga dan sosial masyarakat;
b) Keutmaan menuntut dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, baik bermanfaat
didunia maupun diakhirat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diajarkan
dan diamalka untuk mendekatkan diri kepada Allah;
c) Anjuran menyebarkan ilmu pengetahuan baik secara langsung dalam proses
belajar mengajar maupun melalui tulisan, seperti karya ilmiah, menulis buku,
dan
d) Anjuran sedekah,wakap dan amal jariah.

7
D. Urgensi Ilmu Terhadap Kehidupan

Ilmu adalah anugerah yang agung dan rahasia yang paling besar dari sekian
banyak rahasia Allah di alam ini. Dengan ilmu manusia dikukuhkan menjadi
pembawa risalah kekhilafahan di muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk
memakmurkan dan mengembangkannya. Dinamika kehidupan dan berbagai
pernik- perniknya, jika dilaksanakan berdasarkan petunjuk Rabb-nya, selaras
dengan manhaj dan arahan-Nya, proses pencarian maupun pengamalan ilmu dapat
dikategorikan sebagai ibadah (Setiawan, 2018).
Dalam menjelaskan urgensi ilmu dalam kehidupan, al-Quran menguraikan
melalui kisah tentang Bani Israil. Dalam kisah dimaksud disebutkan bahwa Allah
mengutus Thalut sebagai raja atas mereka. Mereka menentang pemilihan tersebut,
karena ia tidak memiliki harta. Allah menyangkal serta mementahkan harta benda
yang senantiasa mereka agung- agungkan. Harta tidak selamanya dapat
mengangkat derajat seseorang dan tidak membuat seseorang menjadi raja.
Nabi mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah
kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya,
sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata:
“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (QS. al-Baqarah: 247).
Allah mengangkat nilai ilmu melebihi nilai seorang raja. Dalam ayat lain
dijelaskan bahwa Nabi Daud dan Sulaiman ketika menghadap kepada Rabb-nya
dengan penuh puja-puji atas kebesaran dan anugerah-Nya yang telah melebihkan
ilmu kepada keduanya dari hamba-hamba-Nya yang beriman (Huda, 2018).
Keduanya tidak pernah menyebut-nyebut atau membangga-banggakan kerajaan
yang dikuasainya, keagungan, dan kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah
kepadanya. Tetapi sikap keshalihan dan ketundukan itulah yang mereka
banggakan.

‫دال ََ لءَنل تَ َاءَ لََلَو‬ ُ َ‫َالل لََلَل َ لمَِل ََنلَ سل ََُسل ل‬ ‫َََ لل َء ُ تَال تَ ََلَّتا ِل ل‬
‫َّالنلَ ل‬
‫َن ت َث تَ لَ تس تا َََ ُءَِ ت نتَثل‬ِ ‫لَنت‬

8
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”. (QS. al-Naml: 15)
Al-Quran memberikan kriteria bagi orang-orang yang disebut âlim atau
ulamâ, dengan banyak memberikan gambaran yang cerah dalam perilaku
kehidupannya. Ketika Allah mentranformasikan ilmu pengetahuan kepada hati
orang yang mencarinya, dari tingkah laku mereka akan nampak bahwa hati
mereka senantiasa dipenuhi oleh rasa takut dan pengharapan. Panca indera mereka
selalu dipenuhi dengan kepatuhan, ketaatan, dan ibadah kepada Allah semata.
Oleh karena itu konsep mencari ilmu dalam perspektef Islam dibangun di atas
kesalihan dan kejernihan hati pencarinya.

‫َاَ لنء ل لَ لن َن ُ و له َْ لء ل َ ل‬ ‫َ ل َث ُر لو َلَ تِو لمَِلَ لم ََال ََ تي ل‬


‫دَ ت َ لََلَ تجءَ نل َلَّل ُه ت‬
‫نل َوال ُءونل تَِل لءَ نلِّلَّل لَ ُن َََُُو ََلَّتنثل نل َوال ُءونل لَََلَّتنثل و له توَ تَ َُ َي ر َلي نل َِِّ ل توا‬
‫َ ل ََ لَ ت‬
َ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?Katakanlah“Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Al-
Zumar:9).

E. Keutamaan Orang Berilmu

‫عن أبى أمامة رضي اللة عنة أن رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " فضل العلم على العا بد كفضل على أدنا‬
‫ حتى النملة فى‬, ‫كم " ثم قال رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض‬
‫ وقال حديث حسن‬, ‫ ليصلّون على معلّم الناس الخير "( رواه الترمذى‬, ‫ليصلّون‬, ‫وحتى الحوت‬, ‫جحرها‬
Yang Artinya :
Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: kelebihan
ahli ilmu terhadap ahli ibadah adalah “kelebihanku terhadap orang yang paling
rendah diantara kamu sekalian “ kemudian Rasullah melanjutan sabdanya

9
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi
sampai semut yang berada di sarahngnya dan juga ikan senantiasa meminta
rahmad kepada orang yang mengajarkan kenaikan kepaa manusia .”(H.R. al-
Tusmizi)

Pada hadits ini Rasululah SAW menjelaskan keutamaan orang alim atau
abid, Alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama dalam ilmu syara’,
sedangkan abid adalah ahli ibadah saja, keduanya diperlakukan dalam beragama.
orang alim harus beribadah sebagai manifestasi ilmunya yakni pengamalan ilmu
(Ulum, 2019) . Demikain juga abid harus berilmu karena ibadah tidak dapat
diterima kalau tidak didasari ilmu. Rasulullah memberikan perumpamaan tentang
keutamaan kedua orang tersebut.

‫فضل العلم على العا بد كفضل على أدنا كم‬

“Kelebihan ahli ilmu (‘alim) adalah seperti kelebihanku diantara orang


yang paling rendah diantara kamu sekalian”

Maksud orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu syara’
dan sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid disini
adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib. Keutamaan
orang alim seperti itu lebih utama dibandingkan dengan orang yang terendah
diantara sahabat alangkah jauhnya perbedaan keutamaan keduanya, keutamaan
Nabi dinbandingkan sahabat yang paling agung saja tidak ada taranya, bagaimana
jika dibandingkan dengan sahabat. Al-Qary mengatakan perumpamaan ini bersifat
MUBALAQAH (berlebihan) andaikata keutamaan Nabi yang paling agung saja
sudah cukup.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang abid

10
Kejahatan orang alim tidak mengamalkan ilmunya lebih jahat daripada
orang ahli ibadah yang tidak ada ilmunya dan lebih jahat dari pada penyembah
berhala, orang bodoh menyembah berhala menjadi suatu kewajaran karena
kebodohannya, tetapi orang alim melanggar bukan suatu kewajaran , karena
mengetahui pelanggaran itu tidak benar.

Keutamaan ilmu rasul jelaskan secara terperinci seperti pada hadits berikut :
‫ ليصلّون‬, ‫ليصلّون‬, ‫وحتى الحوت‬, ‫ حتى النملة فى جحرها‬, ‫إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض‬
‫على معلّم الناس الخير‬

Artinya : Sesungguhnya Allah, para Malaikatnya serta penghuni langit


serta penghuni langit dan bumi sampai semt yangberada disarangnya dan ikan
senantiasa meminta rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan orang
lain.
Pelajaran yang di petik dari hadits ini :
a) Keharusan orang yang berilmu beribadah dan keharusan orang abid berilmu,
ilmu tak ada manfaatnya tanpa ibadah dan ibadah tidak diterima tanpa ilmu
b) Proses belajar mengajar ilmu lebih diutamakan daripada melaksanakan ibadah
yang sunnah, karena ibadah itu memberikan manfaat hanya epada yang
mengerjakaannya saja, sedangkan ilmu selain bermanfaat bagi dirinya juga
bermanfaat bagi orang lain.
c) Anjuran untuk menghormati ulama dan para penuntut ilamu serta mendoakan
mereka.
d) Anjuran agar melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi arang lain.

F. Kewajiban Menunutut Ilmu


Menuntut ilmu merupakan Proses untuk memperbaiki dan mengembangkan
Potensi, sikap dan pengetahuan seorang manusia agar menjadi lebih baik. Dalam
agama islam menuntut ilmu adalah hal yang paling utama dari pada yang lain.
Sebab tanpa adanya ilmu dunia ini akan gelap, hancur, dan tanpa arah. Sebagai
manusia iyang di bekali akal dan fikiran, sangatlah wajib untuk menunutut ilmu

11
karena sebagai bukti mensyukuri nikmat Allah SWT dan manusia di muka bumi
ini sebagai seorang kholifah, tanpa adanya ilmu manusia akan tersesat sebab ilmu
adalah cahaya bukan malah sebaliknya, yaitu tertutupi dengan ilmu-ilmunya,
dengan ilmu kita akan mampu membedakan mana yang jelek dan mana yang
buruk, dan dengan ilmu segala sesuatu dapat kita ketahui. Nabi muhammad
bersabda:
Artinya:
“barang siapa mengingkinkan dunia maka dengan ilmu, barang siapa
menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya
maka dengan ilmu”(HR. Atthabrani)
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu dunia dan ilmu akhirat, tidaklah
cukup jika hanya salah satu dari ilmu tersebut sebab manusia hidup karena Allah,
dan Allah menjadikan dunia sebagai tempat hidupnya. Nabi Muhammad
bersabda,”sesungguhnya, Allah membenci setiap orang yang pandai dalam
urusan dunia, namun bodoh dalam urusan akhiratnya.” (HR. Muslim).
Menurut Imam al-Ghozali, ilmu ada yang menjadi fardhu’ain untuk di
pelajari dan ada yang fardhu kifayah. Selain itu, ilmu syari’at di bagi dua yaitu
ilmu mahmudah (terpuji) dan ilmu madzmumah (tercela). Dan seorang manusia
diwajibkan menuntul ilmu yang mahmudah, sebagaimana Rasulullah yang
merupakan gudangnya ilmu yang terpuji (Muslim, Hayyie Al-Kattani, & Supraha,
2019). Bahkan sejauh apapun ilmu itu berada maka kita wajib mencarinya,
rasululah bersabda:
‫ اطلبوا العلم‬: ‫ قال رسول الله صلى الله عليو و سلم‬: ‫عن أنس بن مالك قال‬
‫و لو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

Artinya:
Dari anas bin malik berkata: rasulullah SAW bersabda: carilah imu walau di
negeri cina. Sesungguhnya menuntut ilmu kawajiban bagi setiap muslim (HR. al-
Uqualiy dal al-Dhuafa’,Iibnu ‘Ady dalam al Kamil, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-
Imam dan Ibnu al-‘Abd al-Barr dalam al-Ilmu dari Anas,Hadis Dho’if)

12
G. Krisis Ilmu Dan Ulama
Ilmu berasal dari ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang artinya pengetahuan.
Istilahnya menurut KBBI ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat di tentukan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut (Hanafi
& Sofiandi, 2018).
Ulama’ berasal dari kata jama’ ‘alim artinya orang yang memiliki ilmu luas
dan mendalam. secara istilah menurut Dr. Wahbah Zuhaili, ‘’secara naluri’ ulama
adalah orang yang mampu menganalisa fenomena alam untuk untuk kepentingan
hidup id dunia dan di akhirat dan takut kepada Allah SWT jika jatuh ke dalam
kenistaan. Ulama’ adalah pewaris nabi, sabda rasulullah, ulama adalah pewaris
para nabi (HR. Abu Dawud, al-Turmidzy dan ibnu hibban) peran ulama’ tidak
hanya sekedar menguasai khazanah pemikiran islam, baik aqidah ataupun
syari’ah, namun juga mengajak, membimbing, dan menjaga ummat untuk
berupaya menerapkan, memperjuangkan, serta menyebarkan risalah Allah SWT.
Pada zamannya nanti, ilmu dan ulama sudah tiada lagi di bumi ini. Ilmu
yang tadi merupakan cahaya kini menjadi kegelapan dan para ulama’ orang yang
dianggap benar, yang mampu mempraktikkan ilmu Agama yang ia dapat dan
mengajarkannya akan diangkat oleh Allah dan tiadalah lagi ilmu dan ulama’ di
dunia ini (Ari Anshori, 2017). Dunia akan penuh kehancuran dan kebatilan karena
pengemban dakwah, penyebar ilmu Agama telah Allah tiadakan. Nabi muhammad
Rasulullah bersabda yang Artinya:
‘’ Dari ‘abdullah bin ‘amr bin al ‘Ash r.a berkata: Saya pernah mendengar
nabi Muhammad bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu yang
di dalam dada manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama,
sehingga tidak ada lagi orang ‘alim maka orang-orang akan mengangkat orang
yang bodoh sebagai pemimpin, kemudian mereka ditanya sesuatu kemudian
mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR.
Bukhari dan Muslim) ‘’

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari materi diatas yaitu sebagai berikut:


1. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diajarkan dan diamalkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu yang bermanfaat juga akan
bermanfaat baik didunia maupun diakhirat.
2. orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu syara’ dan
sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid
disini adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang
abid.
3. Menuntut ilmu merupakan Proses untuk memperbaiki dan
mengembangkan Potensi, sikap dan pengetahuan seorang manusia agar
menjadi lebih baik. Jadi manusia wajib menuntut ilmu.
4. Jika ulama telah tiada maka ilmu di dunia ini juga tidak ada.

B. Saran
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik dari
pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya. Dalam pembuatan makalah
ini banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemui, untuk itu kami sebagai
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan tersebut. Semoga
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ari Anshori, A. A. F. (2017). Pemikiran Bakr Bin Abdullah dan Abdul Qadir Bin
Abdul Aziz Tentang Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu. Jurnal Studi Islam,
18(2), 130–138.
Hanafi, I., & Sofiandi. (2018). Makna Ulama Menurut Nurcholish Madjid. Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman, 8(2), 181–200. Retrieved from http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/madania/article/view/5713
Hasanudin, A. Z. (n.d.). Kewajiban Menutut Ilmu dalam Menurut Al-Quran dan
Hadist, (15), 1–18.
Hasyim, B. (2013). Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains
terhadap Perubahan Islam). Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1), 127–139.
Huda, N. (2018). Pendidikan Seumur Hidup dalam Perspektif Pendidikan Islam
dan Barat : Sebuah Kajian Komparatif. Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan
Islam, VI(September 2017), 82–103.
Idhar. (2019). Konseptualisasi Pendidikan Karakter Berbasis Pembentukan
Akhlak di Pesantren. Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Masrurin, A. (2018). Resepsi Al-Quran dalam Tradisi Pesantren di Indonesia
(Studi Kajian Nagham Al-quran di Pondok Pesantren Tarbitayul Quran
Ngadiluwe Kediri). Jurnal Studi Al-Quran dan Tafsir, 3(2), 101–118.
Muslim, M., Hayyie Al-Kattani, A., & Supraha, W. (2019). Konsep Adab
Penuntut Ilmu Menurut Ibn Abd Al-Barr dan Relevansinya Dengan
Pendidikan Nasional. Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, 10(2), 295.
https://doi.org/10.32832/tawazun.v10i2.1164
Nahar, D. S. (2015). Studi Ulumul Quran.
Nursyifa, A. (2019). Transformasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam
Menghadapi Era Revolusi Industri 4 . 0. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(1), 1–14.
Rohman, M., & Hairudin. (2018). Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif
Nilai-nilai Sosial Kultural. Jurnal Pendidikan Islam, 9(I), 21–35.
Setiawan, A. (2018). Reorientasi Keutamaan Ilmu dalam Pendidikan Perspektif

15
Al-Ghazali Pada Kitab Ihya ‘Ulumuddin. Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan
Kemasyarakatan, 12(1), 31. https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.18
Ulum, M. M. (2019). Ilmu Pengetahuan dan Al- Qur ’ an ( Diskursus Realitas
Fenomena Alam ). Jurnal Pendidikan Islam, XI(1), 52–70.

16

Anda mungkin juga menyukai