Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. H. Imam Bonjol Juhari, M.Si
Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami tujukan kepada Allah SWT, yang dengan rahmat
dan karunianya memungkinkan kami menyelesaikan makalah mengenai “
Konsep Ilmu Dalam Perspektif Islam dan Barat” tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing umat dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang
dipenuhi dengan ilmu pengetahuan, membawa petunjuk untuk hidup lebih
baik melalui pengetahuan.
1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
BAB I ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
A. Latar belakang masalah ....................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN................................................................................................... 6
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan .............................................................. 6
B. Konsep ilmu dalam perspektif Islam................................................... 8
C. Konsep ilmu dalam perspektif Barat ................................................. 14
BAB III .................................................................................................................17
KESIMPULAN ...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
pengetahuan, karena mereka menganggap akal lebih dominan
dibandingkan dengan wahyu.
Pengembangan ilmu dalam konteks Islam dari awalnya telah
mengikuti dua jalur yang berbeda. Dalam usaha ini, seringkali terjadi
ketegangan atau bahkan konflik antara keduanya. Pertama, terdapat
jalur ortodoks yang umumnya dianut oleh sebagian besar kaum
Muslim. Kedua, terdapat jalur yang kurang ortodoks yang
menggunakan metode burhani. Jalur ini berfokus pada
pengembangan disiplin ilmu rasional dan eksak, seperti filsafat,
matematika, astronomi, astrologi, fisika, dan geografi 2.
Terkadang orang berusaha menyelidiki, menemukan, dan
mengembangkan berbagai cabang ilmu. Ini sejalan dengan
keyakinan bahwa pengetahuan memiliki berbagai manfaat yang
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Meskipun demikian,
implementasi pengetahuan tidak selalu memberikan kepuasan
kepada semua orang. Sejak zaman dahulu, ada individu yang
menggunakan ilmu pengetahuan untuk tujuan baik terhadap umat
manusia, namun juga ada yang menggunakannya untuk tujuan yang
bertentangan dengan kebaikan ciptaan Tuhan.
Banyak penemuan ilmiah telah digunakan oleh manusia,
tetapi hanya sedikit yang berupaya memahami hakikat ilmu itu
sendiri. Oleh sebab itu kami menulis makalah ini dengan tujuan
mengetahui hakikat dari ilmu dalam perspektif Islam dan Barat.
B. Rumusan masalah
2
A. Khudori Soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), 35
4
3. Bagaimana konsep ilmu dalam perspektif Barat?
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
Majma‘ al-Lughah Al-Arabiyah, , Mu‘jam Al-Wasith (istanbul: dar ad-da’wah, 1990).
4
Badr al-Dîn Al-‘Aini, ‘Umdah Al-Qârî. Juz 2 (bairut: dar al-fikr, n.d.).
6
pengetahuan karena mencakup segala sesuatu yang diketahui
manusia tanpa harus diatur secara sistematis.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang memiliki
dasar, berlaku secara umum, dan pasti. Ilmu merupakan kumpulan
kebenaran-kebenaran yang saling terhubung secara sistematis.
Dalam tulisannya yang berjudul "Pengantar Filsafat Ilmu" 5,
The Liang Gie menyatakan bahwa ilmu dapat dipandang sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, sebagai
cara bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan, dan sebagai hasil
dari kegiatan tersebut yaitu ilmu pengetahuan. Ketiga aspek ini
membentuk suatu kesatuan logis yang saling terkait dan dinamis.
Proses ilmu memerlukan upaya aktif dari manusia, dijalankan
melalui metode tertentu, dan akhirnya menghasilkan pengetahuan
yang terorganisir. Dengan kata lain, menurut The Liang Gie, ilmu
adalah "kegiatan penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan yang
terorganisir."
Ciri- ciri umum ilmu pengetahuan :
1. Ilmu memiliki sifat rasional, yang berarti bahwa proses berpikir
dalam ilmu harus tunduk secara eksklusif pada prinsip-prinsip
logika.
2. Ilmu bersifat objektif, yang mengindikasikan bahwa ilmu
pengetahuan didukung oleh bukti-bukti (evidensi) yang dapat
diperiksa untuk memastikan keabsahannya.
3. Ilmu bersifat matematis, artinya cara kerjanya terorganisir
berdasarkan suatu patokan tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional, menghasilkan fakta-
fakta yang relevan dalam bidang yang diteliti.
5
the liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (yogyakarta: penerbit liberty, 1997).
7
4. Ilmu memiliki sifat universal dan terbuka, yang berarti bahwa
ilmu harus dapat diakses oleh setiap individu, bukan hanya oleh
kelompok tertentu.
5. Ilmu bersifat akumulatif dan progresif, yang berarti bahwa
kebenaran yang telah ditemukan selalu dapat menjadi dasar
untuk menemukan kebenaran yang baru, memungkinkan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
6. Ilmu bersifat dapat dikomunikasikan, yang berarti informasi
ilmiah dapat disampaikan atau dibahas bersama orang lain,
memungkinkan pertukaran ide dan pengetahuan antarindividu
atau komunitas ilmiah.6
6
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Pespektif Barat Dan Islam, 2019.
8
pengetahuan dapat diperoleh melalui observasi terhadap segala
sesuatu, dengan dasar pemikiran, perhitungan, dan pengukuran.
Dengan menggunakan indera, manusia dapat melakukan
observasi dan eksperimen. Al-Qur'an memberikan metodologi
pengetahuan yang mendukung penggunaan indera, namun juga
menyadari keterbatasan indera manusia sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Al-Qur'an mengecam mereka
yang hanya mengandalkan indera untuk mencari kebenaran, seperti
yang diilustrasikan dalam kisah kaum Nabi Musa yang ingin melihat
Tuhan secara langsung. Al-Qur'an juga mengakui adanya realitas
yang tidak dapat diamati oleh indera, menunjukkan bahwa indera
memiliki batasan dalam mencapai kebenaran.
Di atas pengetahuan indera, ada pengetahuan yang lebih
tinggi, yaitu pengetahuan akal. Al-Qur'an menggunakan kata-kata
seperti "tafakkur" (merenungkan), "ta'aqqul" (memikirkan),
"tafaqquh" (memahami), untuk menunjukkan peran akal sebagai
metode untuk memperoleh ilmu. Meskipun sebagian besar ulama
dan ahli filsafat Islam mengakui akal sebagai sumber pengetahuan,
terdapat perbedaan pendapat tentang tingkat kepentingannya.
Beberapa filsuf rasionalis dan kelompok Muktazilah serta pengikut
Syi'ah melebihkan pentingnya akal, sementara golongan ulama
tasawuf, ahli fikih, dan hadis, lebih sederhana dalam menilai peran
akal, menghargainya sekadar saja dan tidak mengklaim bahwa akal
dapat mencakup segala hal, terutama yang berkaitan dengan
ketuhanan dan hal-hal ghaib. Al-Kindi (801-873), misalnya,
berpendapat bahwa indera manusia adalah sumber pengetahuan
utama, sedangkan akal adalah sumber kedua.
9
Menurutnya Harun Nasution,7 akal manusia mempunyai tiga
tingkatan, yaitu:
7
Harun Nasution, Perkembengan Pemikiran Modern Dalam Islam (jakarta: yayasan obor,
1992). H:18
8
Mehdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-Quran (bandung: penerbit mizan, 2003). H:
107-117
10
SWT menyatakan, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah. Tuhanmu adalah Yang paling pemurah, yang mengajarkan
manusia melalui perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya" (QS Al-Alaq: 1-5). Ayat ini
menunjukkan urgensi membaca, pena, dan ajaran untuk manusia
agar mereka memiliki ilmu pengetahuan.
Dalam ayat lain, Allah mengajarkan nama-nama benda
kepada Adam, kemudian menantang malaikat untuk menyebutkan
nama-nama tersebut. Malaikat mengakui bahwa mereka hanya
mengetahui apa yang telah diajarkan oleh Allah, menunjukkan
bahwa ilmu yang diberikan kepada Adam membuatnya unggul,
sehingga malaikat diwajibkan bersujud kepadanya (QS Al-Baqarah:
31-32).
Ayat lainnya menekankan perbedaan antara orang yang
berilmu dan yang tidak berilmu, menyatakan, "Adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" (QS Az-Zumar: 9). Dengan ini, Al-Qur'an
menegaskan bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan berbeda
dengan mereka yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Kesimpulannya, agama Islam menekankan bahwa ilmu pengetahuan
adalah suatu nilai yang tinggi dan perbedaan antara orang yang
berilmu dan yang tidak berilmu adalah nyata.
Ayat ini menegaskan bahwa hanya orang yang berilmulah
yang memahami berbagai hal dalam alam semesta ciptaan Allah swt.
غفُ ْو ٌر
َ ع ِزي ٌْز َ ّٰللا مِ ْن ِعبَا ِد ِه ا ْلعُلَ ٰۤمؤ ُۗا اِ َّن ه
َ ّٰللا َ اِنَّ َما يَ ْخشَى ه
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hambahambaNya, hanyalah ulama”. (QS Al-Fathir: 28). Ini berarti
bahwa hanya orang yang berilmu yang takut kepada Allah swt.
11
Terdapat sejumlah hadist yang menyatakan pentingnya ilmu bagi
manusia, antara lain adalah:
o Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.Carilah ilmu
walaupun di negeri cina.
o Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat.
o Para ulama adalah pewaris para Nabi.
o Orang yang paling berharga adalah yang paling banyak
ilmunya dan yang paling hina adalah yang paling bodoh.9
9
Ghulsyani. H: 39-40
10
Ghulsyani. H: 49
12
Di era modern saat ini, banyak permasalahan kehidupan manusia
yang tidak dapat dipecahkan tanpa upaya pengembangan ilmu
pengetahuan.
11
Ghulsyani. H: 55
13
membantu mengembangkan masyarakat Islam, merealisasikan
tujuan-tujuannya secara efektif, membimbing orang lain dalam
beribadah kepada Allah, dan dapat menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapi oleh masyarakat manusia.12
12
Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Pespektif Barat Dan Islam.
Khairiah Mohd. Yassin, “Hubungan Budaya Dan Ilmu Dari Perspektif Barat Dan Islam
13
KHAIRIAH BINTI MOHD. YASSIN,” Manu 20, no. August (2014): 25–51.
14
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dalam
budaya Barat, konsep ilmu dianggap sebagai hasil usaha murni
manusia. Proses keilmuan ini terjadi melalui pemikiran rasional yang
diperoleh dari pengalaman melalui panca indera.
Dalam perspektif Barat, terdapat tiga jenis teori kebenaran
pengetahuan, yaitu:
a. Teori Korespondensi
Teori korespondensi mengacu pada kesesuaian antara
suatu pernyataan dengan kenyataan atau situasi yang
sebenarnya.
b. Teori Kohersi
Teori kohersi mencakup kesesuaian antara suatu
pernyataan dengan pernyataan lain yang telah diterima
kebenaranya.
c. Teori Pragmatik
Teori pragmatik menekankan nilai kegunaan sebagai
tolak ukur kebenaran suatu pengetahuan atau kebenaran
suatu hal14.
Ketiga macam teori kebenaran menurut perspektif Barat
dapat digolongkan menjadi dua macam kebenaran yaitu:
a. Kebenaran empiris
Kebenaran empiris meliputi: mementingkan obyek,
menghargai cara kerja induktif dan aposterioris, dan
lebih mengutamakan pengamatan indera.
b. Kebenaran logis
Kebenaran logis meliputi: mementingkan subyek,
menghargai cara kerja deduktif dan apriorism, dan lebih
mengutamakan penalaran akal budi15.
14
Teguh Wangsa GandhiHW, Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 51
15
Perbedaan tentang kebenaran juga terkait dengan dimana
kebenaran itu berada. Ada yang berpendapat bahwa kebenaran
berada pada objek di luar pikiran manusia tetapi ada yang
berpendapat bahwa kebenaran ada pada pikiran manusia. Menurut
pandangan ini kebenaran bersifat subjektif yakni tentang bagaimana
manusia memperoleh kebenaran yang mengandung dua arti yaitu
bagaimana orang itu sendiri memperoleh kebenaran dan bagaimana
cara manusia memperoleh kebenaran dari pihak luar dirinya.
15
Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Pespektif Barat Dan Islam, 71
16
BAB III
KESIMPULAN
17
informasi di lembaga pendidikan Barat karena Barat secara eksklusif
menghargai akal dan indera sebagai sumber pengetahuan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20