PENDAHULUAN
di satu sisi dengan ilmu-ilmu agama di sisi lain. Dikhotomi ilmu yang
ilmu-ilmu agama Islam-lah yang pantas dan layak dikaji atau dipelajari oleh
ilmu sekuler dipandang sebagai sesuatu yang bukan bagian dari ilmu-ilmu
Visi Islam adalah sebagai pembawa rahmat bagi seluru alam, pembawa
penegak keadilan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
segala sesuatu atau keseluruhan yang diterima oleh indra manusia atau
discovered, or learned.
3
keseluruhan yang dipersepsi, ditemukan, dan dipelajari oleh manusia.
pertanyaan: mengapa sains Islam, Nasim Butt mengatakan bahwa jika sains
memang sarat nilai dengan komponen penting yang bersifat subjektif (juga
kultural yang khas. Artinya, di dalam sebuah masyarakat Islam, nilai yang
membentuk upaya sains dan teknologi haruslah nilai Islami, yang dalam
bahwa sains bebas nilai (values free). Bahwa sains tidak bebas nilai
knowledge).
tidak mudah.
4
integrasi keilmuan. Dalam praktek kependidikan di beberapa negara,
Islam.
kalangan umat Islam terjadi suatu pandangan dan sikap yang membedakan
lain. Ada perlakukan diskriminatif terhadap dua jenis ilmu tersebut. Umat
Islam tidak hanya membawa rahmat bagi kaum muslim, tetapi juga
bagi seluruh umat. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
5
bersumber dari Al-Quran ataupun bersumber dari pemikiran tokoh
mereka mendapat nama besar sebagai penemu ilmu pengetahuan dan ilmu
diberikan agama Islam dialah yang dikatakan sebagai pembawa rahmat kepada
alam. Agama Islam yang diberikan kepada Rasulullah SAW oleh Allah adalah
dibawa oleh Rasulullah itu adalah umum kepada semua manusia tetapi
mata. Orang yang diluar mukmin tidak akan mendapat rahmat bahkan mereka
lebih merasa tidak senang hati dengan Islam dan kedatangan Al Qur’an yang
Rasulullah yang padanya disampaikan agama Islam dan dengan agama ini
umat ini menerima Allah dan menerima Rasulullah, disinilah letaknya rahasia
6
sumber berbagai kejahatan dan kegiatan sumbang (Ataul Huq, 1993).
(H.R. as-Sayuti). Hal ini juga diakui pakar ekonomi barat. Alcock (1993)
dan Islam adalah berbeda. Bisa jadi seseorang itu kaya bila menggunakan
dilihat dari perspektif barat, tapi ia gagal secara Islam. Demi berhasilnya
dientaskan.
7
diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan suku, ras maupun status.
alasan untuk saling berpecah belah. Hidup damai sesama pemeluk agama
pada dasarnya semua manusia adalah sama. Karena itu, manusia memiliki
8
Lantas apakah yang membedakan antara manusia satu dengan yang
orang satu dengan yang lainnya adalah taqwanya. Artinya Allah tidak
manusia dari segi harkat dan martabatnya adalah sama di hadapan Tuhan.
Tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dan lainnya kecuali dalam
sendiri. Paham ini di Barat muncul sebagai akibat dari Revolusi Perancis
9
4. Islam Penegak Keadilan
Perspektif Islam
terhadap diri sendiri, ibu bapak dan kaum kerabat. Bahkan, keadilan harus
ada nilai-nilai lain yang digunakan sebagai standar kecuali ajaran Allah
10
sangat menyayangi manusia dan menginginkan yang terbaik bagi hamba-
untuk semua orang, bukan hanya untuk umat Islam. Siapa pun yang lemah,
apa pun agamanya, harus dibantu. Kita harus berpikir dalam bingkai
batas, " Islam, aktif melakukan kritik etik terhadap sistem sosial politik
Sejak masa kenabian sampai saat ini, Islam tetap diakui sebagai ajaran
yang dimaksud di atas, tetapi dalam beberapa hal ajaran agama justru
dipahami secara parsial yang pada gilirannya membuat umat Islam itu sendiri
11
kedinamisannya. Munculnya wacana gagasan Islam liberal misalnya, telah
dataran praksis.
elegan bagi kehidupan umat. Saat ini, problema yang masih dirasakan oleh
umat Islam adalah kesenjangan antara ide dan kenyataan. Sehingga fenomena
Kadir- harus dilakukan faktualisasi. Yakni suatu proses yang mengubah ide
dalam Islam menjadi fakta dalam keberagamaan pemeluk. Proses ini berisi
dan petunjuk dalam doktrin Islam, bagi kehidupan konkret masyarakat. Ujung
akhir dari proses faktualisasi adalah Islam, yang bukan hanya sebagai ide,
sifatnya, keadaan, tempat dan waktu tertentu, dapat di indra, dalam kehidupan
12
dengan perubahan dari agama menjadi keberagamaan pada diri pemeluk.
menunjuk pada pesan moral dan nilai kemanusiaan yang terdapat dalam
ajaran, sedang kedua pada tampilan dan cenderung bernuansa baku dari
pelaksanaan ajarannya. Untuk term yang pertama dapat diterima, namun term
saja. Sebab bukan tidak mungkin warisan khazanah mengalami suatu –yang
untuk mencapai tujuan risalah seperti pada masa Rasullullah dan masa formasi
Islam (Golden Age of Islam). Tidak jarang, banyak penulis seperti; Lothrop
penulis Barat lainnya, atau oleh Ahmad Amin, Ahmad Syalaby, Niyazi
13
Berkes, dan penulis-penulis Timur lainnya digambarkan sebagai periode
kemunduran Islam. Aspek kemunduran ini tidak hanya terbatas pada dimensi
politik semata, melainkan juga meluas sampai ke dimensi sosial, budaya, ilmu
bidang keagamaan.
Kadir- pokok bahasan, perspektif umum dan metode pemecahan masalah ilmu
Islam, tidak lagi berhenti pada norma atau pemikiran spekulatif, melainkan
secara pasti harus menjangkau terapan ajaran dalam kehidupan praktis atau
paradigma itu.
dalam kitab suci maupun dari sunnah Rasulullah. Di sinilah faktualisasi itu
substansi ajaran agama itu diturunkan di muka bumi ini. Jadi tidak ada
kesulitan yang berarti, jika ada upaya untuk menafsirkan dan menta’wilkannya
14
dengan secara kritis. Karena secara epistemologis, upaya melakaukan hal itu
akal.
Karena itu, kajian keilmuan baik yang bersifat keagamaan, masalah ilmu-ilmu
yang dapat diuji kebenarannya. Ilmu dan agama sama-sama memiliki sifat
yang mendorong pada nilai pragmatis. Jika terjadi pemisahan antara kedua
disembuhkan.
Sebagai sebuah kajian temporal, buku ini memuat banyak hal yang
keunggulan dan manfaat ajaran agama tidak berhenti pada keyakinan semata,
15
BAB III
PENUTUP
Visi Islam adalah sebagai pembawa rahmat bagi seluru alam, pembawa
penegak keadilan.
mengapa sains Islam, Nasim Butt mengatakan bahwa jika sains memang sarat
nilai dengan komponen penting yang bersifat subjektif (juga objektif), maka
tentunya ia bisa dikembangkan melalui selera dan penekanan kultural yang khas.
Artinya, di dalam sebuah masyarakat Islam, nilai yang membentuk upaya sains
dan teknologi haruslah nilai Islami, yang dalam istilah singkatnya disebut sebagai
harus dapat berjalan seiring dan seirama. Secara sosiologis keduanya sama-sama
memiliki fungsional untuk membentuk diri manusia sejahtera, bahagia dan rasa
aman.
Sejak masa kenabian sampai saat ini, Islam tetap diakui sebagai ajaran
16
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Radjawali Press, Jakarta, Cetakan Kedua, 2005
http://pharmacistmuslim.blogspot.com/2010/02/visi-islam-adalah-sebagai-
pembawa.html
http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/03/membangun-
epistemologi-ilmu-dalam-islam.html
http://www.ditpertais.net/annualconference/ancon06/makalah/Makalah%20Husni
%20Thoyyar.pdf
17