Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Sem.3 Kelas C
Dosen Pengampu: Ali Usman, S.Pil.I., M.Ag.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah tentang islamisasi ilmu ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah filsafat ilmu.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan
dalamperbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.
01 Desember 2021
Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di jabarkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
2. Tujuan islamisasi ilmu pengetahuan
1
Peter Salim & Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT.Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1986), h. 971.
2
H. Ahmad Syadaly, dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
34
3
Isma’il Raji al-Faruqi. Islamisasi Pengetahuan, Cet ke-3, (Bandung: Penerbit Pustaka,
2003), h. 38-39.
3. Menjelaskan tentang diskursus islamisasi pengetahuan dan filsafat ilmu
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
2. Tujuan islamisasi ilmu pengetahuan
3. Menjelaskan tentang diskursus islamisasi pengetahuan dan filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
b) Filsafat Ilmu
Filsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap suatu pemikiran,
kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian ulang
dan analisis konsep dasar untuk menciptakan kebenaran, pertimbangan dan kebijaksanaan
4
https://ejournal.iainkendari.ac.id/shautut-tarbiyah/article/view/126/0
yang lebih baik. Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran
prinsip yang bersifat general. Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk
menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
Ilmu adalah pengetahuan, namun ada berbagai macam pengetahuan, seperti:
pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmu. Pengetahuan biasa adalah pengetahuan keseharian
yang kita dapatkan dari berbagai sumber bebas dan belum tentu benar atau berdasarkan
kenyataan. Sementara pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang pasti, eksak, berdasarkan
kenyataan dan terorganisir.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan secara
sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk mencapai pengetahuan yang ilmiah.
Filsafat ilmu adalah filsafat dengan pokok bahasan ilmu sebagai inti dari apa yang
dipertanyakan mengenai kebenaran.5
Islamisasi ilmu mempunyai tujuan mewujudkan kemajuan peradaban yang islami dan
masing-masing juga tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat Islam di tengah-tengah
akselerasi perkembangan kemajuan iptek. Dengan usaha Gerakan islamisasi ilmu
pengetahuan ini diharapkan problem dikotomi keilmuan antara ilmu agama dengan ilmu
modern dapat dipadukan dan dapat diberikan secara integral dalam proses pendidikan.6
Dewasa ini, wacana tentang Islamisasi ilmu telah memasuki ranah domestik dan orbit
pemikiran umat Islam. Banyak sarjana Muslim sangat terlibat dan bertanggung jawab untuk
proyek Islamisasi ini. Diantaranya, Ismail Razi Faruqi dan Syed Naquib al-Attas yang
bertanggung jawab atas pendidikan, Ziauddin Sardar dari jaringan informasi dan komunikasi
massa, Kurshid Ahmad dan Muhammad Abdul Mannan yang bertanggung jawab atas sektor
ekonomi, atau Hanna Djumhanna Bastaman, Malik M. Badri, Uthman Najati dan Rashid
Ahmad yang mengambil psikologi dengan serius, dan Ahmad Munawwar Anees bidang
biologi dan sejarah. Demikian pula Fazlur Rahman yang “ilmuwan” studi Islam, pemikir
Aljazair, Mohammad Arkoun yang selain berkecimpung dalam kajian juga mengembangkan
bidang antropologi.
Dorongan yang sangat formal-legalistik dan serius dalam pembahasan masalah
Islamisasi sains terwujud dari sebuah seminar yang disponsori oleh Universitas Islam
5
Ghamal Thabrani, 17 januari 2020
6
Irma Novayani, jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW kembang kerang, volume I No 1 Tahun 2017
Islamabad dan Institut pemikiran Islam. Islam internasional di Rabiulawal 1402 Hijriyah atau
Januari 1982. Dari dokumen kerja seminar ini, disepakati bahwa di antara unsur-unsur yang
mendorong perlunya Islamisasi termasuk keterlambatan umat Islam Barat karena
penggunaan apriori dari metodologi “asli” dalam berbagai disiplin ilmu, dan kurangnya
Islam. Wawasan di kalangan umat Islam sendiri, dan akibat dikotomi sistem pendidikan
sekuler modern dengan pendidikan Islam.
Menindaklanjuti dari tiga unsur yang melatarbelakangi Islamisasi tersebut, maka
pedoman seminar ini menghasilkan tiga tujuan pokok, yaitu; pertama, perlu
mengintegrasikan pendidikan Islam dan modern; kedua, menanamkan wawasan keislaman
secara lebih intensif; ketiga, untuk mengembangkan dan menyempurnakan metodologi yang
telah digunakan (Faruqi, 1984: 22). Kerja besar ini dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut:
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, garis besar seminar ini juga menyajikan
beberapa langkah-langkah strategis yang diambil dalam urutan logis yang menentukan
prioritas masing-masing yaitu : pertama, penguasaan disiplin ilmu : divisi kategoris; kedua,
survei disiplin ilmu; ketiga, penguasaan khazanah Islam secara ontologi keempat,
penguasaan khazanah Islam pada tahap analitis kelima, menentukan relevansi spesifik Islam
bagi para ilmuwan; keenam, penilaian kritis disiplin ilmu modern dan tingkat
perkembangannya saat ini; ketujuh, penilaian kritis terhadap kekayaan Islam dan tingkat
perkembangan saat ini; kedelapan, selidiki masalah yang dihadapi orang islam kesembilan,
mengkaji masalah yang dihadapi umat manusia; kesepuluh, analisis dan sintesis kreatif;
kesebelas, pengenalan kembali disiplin ilmu modern ke dalam Islam; seperti pada buku-buku
daras tingkat universitas, dan terakhir, penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamisasikan
tersebut (Faruqi, 1984: 22). Segala apa yang teruraikan dalam master plan Islamisasi di atas,
menurut penulis, adalah suatu landasan ideologis dan metodologis yang cukup ampuh untuk
kita back up-kan kepada pengembangan ilmu yang dibutuhkan bagi masa depan keilmuan
Islam dan bahkan untuk masa depan kemanusiaan. Islamisasi ilmu ini sangat memberikan
peluang yang cukup luas pada berbagai disiplin ilmu untuk dapat diaplikasikan dalam proyek
pengembangan bangunan keilmuan Islam, yang dalam diskursus ini kita membawa pesan
khusus yaitu menawarkan filsafat ilmu ke dalam proyek ini.
Sebelum membahas lebih rinci kemungkinan yang dapat dilihat dari Filsafat Ilmu
suatu gambaran atau perspektif untuk proyek keilmuan Islam, penulis akan memulai d’
terlebih dahulu dengan mengklarifikasi satu atau beberapa klasifikasi ilmu, dengan tujuan,
kita dimana dan bagaimana kedudukan ilmu ilmu Islam dan filsafat ilmu itu sendiri.
Ahmad Tafsir mencoba menghilangkan kebingungan orang-orang yang belajar
bahasa Arab tentang kata “ilmu”. Karena di Kata Arab al-‘ilm berarti pengetahuan,
sedangkan dalam bahasa Indonesia kata “sains” biasanya merupakan terjemahan ilmu dari
bahasa Inggris. Bahkan, dalam bahasa Arab, kata “ilmu” dalam arti ilmu adalah sebenarnya
hanya salah satu makna yang terkandung dalam kata al-‘ilm. Oleh karena itu, disarankan
Tafsir, kata ilmu harus diterjemahkan sebagai kata “ilmu” saja, agar tidak membingungkan
orang yang mengerti bahasa Arab ke dalam kata ilmu dari kata al-‘ilm.
Seharusnya menjelaskan bahwa selama ini ada beberapa klasifikasi ilmu di kalangan
ilmuwan. Diantaranya adalah: pertama, kelompok yang membagi ilmu menjadi dua
klasifikasi, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial. Kedua, para ilmuwan mengklasifikasikannya ke
dalam tiga kategori : ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya. Kedua, para
ilmuwan mengklasifikasikannya ke dalam tiga kategori : ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial
dan ilmu-ilmu budaya. Kelompok ketiga adalah yang terdiri dari para ilmuwan yang
mengklasifikasikan ilmu dalam empat kategori: ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, humaniora
dan ilmu-ilmu agama.
Tampaknya empat kelompok ilmuwan berbeda dalam menentukan rincian bidang
studi dalam klasifikasi masing-masing. Namun, kita dapat mengurangi perbedaan menjadi
detail yang sederhana dan transparan. Biasanya, disiplin ilmu yang termasuk dalam ilmu
alam adalah: Fisika, Kimia, Astronomi, Ekologi, Meteorologi, Biologi, Zoologi, Filologi dan
Manusia. Ilmu-ilmu sosial meliputi studi tentang manusia dan masyarakat termasuk
psikologi, sosiologi dan antropologi, serta studi tentang institusi sosial seperti ekonomi dan
politik. Kemudian ilmu-ilmu budaya meliputi seni, sejarah dan filsafat. Sedangkan ilmu-
ilmu agama meliputi teologi, etika, ilmu kitab suci, dll.
Dari rincian tersebut dapat kita simpulkan bahwa ilmu-ilmu agama (baca: Islam) dan
filsafat sama-sama termasuk ke dalam klasifikasi yang bukan ilmu-ilmu alam, terlepas dari
kenyataan bahwa filsafat itu justru sebagai “ibu” dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Artinya,
bahwa keilmuan Islam memiliki, setidaknya, kesamaan posisi dalam bagan klasifikasi ilmu-
ilmu pengetahuan, jika kita membuat skema dua variabel antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-
ilmu bukan alam. Dengan kenyataan ini penulis optimis bahwa ada hal-hal atau bagian-
bagian tertentu yang dapat “di-mitra-dialog-kan” antara filsafat ilmu dengan keilmuan Islam.
Ilmu dalam Islam sendiri, menurut ketentuan Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang dikutip oleh
Mas-huri Amin, dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu: Tafsir mu-ilmu, dan Hadis; Islam
yang terdiri dari ilmu kalam, filsafat, tasawuf, perbandingan Agama dan perkembangan
pemikiran kelompok hukum Islam dan pranata sosial serta dan Hisab; kelompok sejarah,
budaya dan peradaban Islam; Kelompok bahasa dan sastra Islam yang terdiri dari bahasa
Arab dan sastra, Kelompok pendidikan Islam yang terdiri dari pendidikan Islam dan
pendidikan Islam dan ilmu Islam Nafsil; Kelompok Pengembangan Pikiran dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.