Anda di halaman 1dari 10

DISKURSUS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Sem.3 Kelas C
Dosen Pengampu: Ali Usman, S.Pil.I., M.Ag.

Disusun oleh kelompok 9:

Fatimah Syivaa Ussariiroh ( 19105030056 )


Nabila Sethia Izzati ( 20105030006 )
Fatihatid Dzirooatin Nuril Ulya ( 20105030069 )
Nauva Auliyatul Faizah ( 20105030105 )
Revi Mahersa ( 20105030139 )

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah tentang islamisasi ilmu ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah filsafat ilmu.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan
dalamperbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.

01 Desember 2021

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islamisasi adalah pengislaman, pengislaman dunia, bisa juga usaha mengIslamkan


1
dunia. Sedangkan ilmu adalah cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir
menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. 2
menurut AI-Faruqi dalam bukunya Budi Handrianto; menyebutkan bahwa Islamisasi ilmu
pengetahuan (Islamization of knowladge) merupakan usaha untuk mengacukan kembali ilmu,
yaitu untuk mendefenisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argument dan
rasionalisasi, menilai kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin
itu memperkaya visi dan perjuangan Islam. Islamisasi ilmu juga merupakan sebagai usaha
yaitu memberikan defenisi baru, mengatur data-data, memikirkan lagi jalan pemikiran dan
menghubungkan data-data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan
kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin
itu memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cause (cita-cita) Islam. 3
Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan respon
positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan Islam yang “terlalu”
religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan integral tanpa pemisahan di
antaranya. Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa Islamisasi
dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat umat Islam dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan melalui kebebasan penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional –
empirik dan filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan Sunnah Nabi.
Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan dari umat lain, khususnya
Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di jabarkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
2. Tujuan islamisasi ilmu pengetahuan
1
Peter Salim & Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT.Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1986), h. 971.
2
H. Ahmad Syadaly, dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
34
3
Isma’il Raji al-Faruqi. Islamisasi Pengetahuan, Cet ke-3, (Bandung: Penerbit Pustaka,
2003), h. 38-39.
3. Menjelaskan tentang diskursus islamisasi pengetahuan dan filsafat ilmu

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian islamisasi ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
2. Tujuan islamisasi ilmu pengetahuan
3. Menjelaskan tentang diskursus islamisasi pengetahuan dan filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu


a) Islamisasi Ilmu

Islamisasi ilmu adalah upaya untuk menghubungkan kembali ilmu pengetahuan


dengan agama, yang berarti menghubungkan kembali sunnatullah (hukum alam) dengan Al-
Quran, yang keduanya pada hakikatnya merupakan ayat-ayat Tuhan. Islamisasi ilmu adalah
upaya untuk menghubungkan kembali ilmu pengetahuan dengan agama, yang berarti
menghubungkan kembali sunnatullah (hukum alam) dengan Al-Quran, yang keduanya pada
hakikatnya merupakan ayat-ayat Tuhan.
Pengertian yang dikemukakan oleh al-Faruqi tersebut, tampaknya lebih jelas dan
operasional dari dua pengertian yang dikemukakan sebelumnya, karena ia memberikan
langkah-langkah yang lebih bersifat operasional bagi terlaksananya program islamisasi ilmu
tersebut. Sedangkan menurut Naquib al-Attas, sedikit berbeda dengan beberapa definisi
sebelumnya terutama yang dikemukakan oleh Nashr, Al-Attas memandang bahwa islamisasi
ilmu berkenaan dengan perubahan ontologis dan epistemologis, terkait dengan cara pandang
dunia yang merupakan dasar lahirnya ilmu dan metodologi yang digunakan agar sesuai
dengan konsep Islam. Ia mengemukakan definisi sebagai berikut: Islamisasi ilmu
pengetahuan adalah suatu upaya membebaskan ilmu pengetahuan dari makna, ideologi, dan
prinsip-prinsip sekuler, sehingga dengan demikian akan terbentuk ilmu pengetahuan baru
yang sesuai dengan fitrah keislaman.
Definisi yang dikemukakan oleh Al-Attas tersebut di atas, memberikan penekanan
terhadap upaya pembebasan ilmu dari berbagai pengaruh makna ideologi dan paham sekuler.
Hal ini dapat dipahami karena memang Al-Attas memandang bahwa ilmu pengetahuan yang
tersebar di seluruh jagad raya ini, termasuk di dunia Islam adalah ilmu pengetahuan yang
sudah dipolakan dalam watak dan kepribadian kebudayaan Barat yang sekuler. Statemen ini
setidaknya telah ditegaskan oleh banyak ilmuan Muslim seperti Ismail Raji al-Faruqi, Abu
Ala al-Maududi,7 Sayyed Husein Nashr dan lain-lain. Melihat situasi yang demikian Al-
Attas menganjurkan gerakan islamisasi ilmu pengetahuan yang kemudian mendapat respon
positif dari berbagai kalangan intelektual Muslim.4

b) Filsafat Ilmu
Filsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap suatu pemikiran,
kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian ulang
dan analisis konsep dasar untuk menciptakan kebenaran, pertimbangan dan kebijaksanaan

4
https://ejournal.iainkendari.ac.id/shautut-tarbiyah/article/view/126/0
yang lebih baik. Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran
prinsip yang bersifat general. Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk
menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
Ilmu adalah pengetahuan, namun ada berbagai macam pengetahuan, seperti:
pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmu. Pengetahuan biasa adalah pengetahuan keseharian
yang kita dapatkan dari berbagai sumber bebas dan belum tentu benar atau berdasarkan
kenyataan. Sementara pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang pasti, eksak, berdasarkan
kenyataan dan terorganisir.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan secara
sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk mencapai pengetahuan yang ilmiah.
Filsafat ilmu adalah filsafat dengan pokok bahasan ilmu sebagai inti dari apa yang
dipertanyakan mengenai kebenaran.5

B. Tujuan Islamisasi Ilmu

Islamisasi ilmu mempunyai tujuan mewujudkan kemajuan peradaban yang islami dan
masing-masing juga tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat Islam di tengah-tengah
akselerasi perkembangan kemajuan iptek. Dengan usaha Gerakan islamisasi ilmu
pengetahuan ini diharapkan problem dikotomi keilmuan antara ilmu agama dengan ilmu
modern dapat dipadukan dan dapat diberikan secara integral dalam proses pendidikan.6

C. Diskursus Islamisasi ilmu dan Filsafat Ilmu

Dewasa ini, wacana tentang Islamisasi ilmu telah memasuki ranah domestik dan orbit
pemikiran umat Islam. Banyak sarjana Muslim sangat terlibat dan bertanggung jawab untuk
proyek Islamisasi ini. Diantaranya, Ismail Razi Faruqi dan Syed Naquib al-Attas yang
bertanggung jawab atas pendidikan, Ziauddin Sardar dari jaringan informasi dan komunikasi
massa, Kurshid Ahmad dan Muhammad Abdul Mannan yang bertanggung jawab atas sektor
ekonomi, atau Hanna Djumhanna Bastaman, Malik M. Badri, Uthman Najati dan Rashid
Ahmad yang mengambil psikologi dengan serius, dan Ahmad Munawwar Anees bidang
biologi dan sejarah. Demikian pula Fazlur Rahman yang “ilmuwan” studi Islam, pemikir
Aljazair, Mohammad Arkoun yang selain berkecimpung dalam kajian juga mengembangkan
bidang antropologi.
Dorongan yang sangat formal-legalistik dan serius dalam pembahasan masalah
Islamisasi sains terwujud dari sebuah seminar yang disponsori oleh Universitas Islam
5
Ghamal Thabrani, 17 januari 2020
6
Irma Novayani, jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW kembang kerang, volume I No 1 Tahun 2017
Islamabad dan Institut pemikiran Islam. Islam internasional di Rabiulawal 1402 Hijriyah atau
Januari 1982. Dari dokumen kerja seminar ini, disepakati bahwa di antara unsur-unsur yang
mendorong perlunya Islamisasi termasuk keterlambatan umat Islam Barat karena
penggunaan apriori dari metodologi “asli” dalam berbagai disiplin ilmu, dan kurangnya
Islam. Wawasan di kalangan umat Islam sendiri, dan akibat dikotomi sistem pendidikan
sekuler modern dengan pendidikan Islam.
Menindaklanjuti dari tiga unsur yang melatarbelakangi Islamisasi tersebut, maka
pedoman seminar ini menghasilkan tiga tujuan pokok, yaitu; pertama, perlu
mengintegrasikan pendidikan Islam dan modern; kedua, menanamkan wawasan keislaman
secara lebih intensif; ketiga, untuk mengembangkan dan menyempurnakan metodologi yang
telah digunakan (Faruqi, 1984: 22). Kerja besar ini dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut:

(1) Penguasaan disiplin ilmu modern.


(2) Penguasaan khazanah Islam.
(3) Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern.
(4) Pencarian sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu modern.
(5) Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola
rencana Allah SWT (Faruqi, 1984: 98).

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, garis besar seminar ini juga menyajikan
beberapa langkah-langkah strategis yang diambil dalam urutan logis yang menentukan
prioritas masing-masing yaitu : pertama, penguasaan disiplin ilmu : divisi kategoris; kedua,
survei disiplin ilmu; ketiga, penguasaan khazanah Islam secara ontologi keempat,
penguasaan khazanah Islam pada tahap analitis kelima, menentukan relevansi spesifik Islam
bagi para ilmuwan; keenam, penilaian kritis disiplin ilmu modern dan tingkat
perkembangannya saat ini; ketujuh, penilaian kritis terhadap kekayaan Islam dan tingkat
perkembangan saat ini; kedelapan, selidiki masalah yang dihadapi orang islam kesembilan,
mengkaji masalah yang dihadapi umat manusia; kesepuluh, analisis dan sintesis kreatif;
kesebelas, pengenalan kembali disiplin ilmu modern ke dalam Islam; seperti pada buku-buku
daras tingkat universitas, dan terakhir, penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamisasikan
tersebut (Faruqi, 1984: 22). Segala apa yang teruraikan dalam master plan Islamisasi di atas,
menurut penulis, adalah suatu landasan ideologis dan metodologis yang cukup ampuh untuk
kita back up-kan kepada pengembangan ilmu yang dibutuhkan bagi masa depan keilmuan
Islam dan bahkan untuk masa depan kemanusiaan. Islamisasi ilmu ini sangat memberikan
peluang yang cukup luas pada berbagai disiplin ilmu untuk dapat diaplikasikan dalam proyek
pengembangan bangunan keilmuan Islam, yang dalam diskursus ini kita membawa pesan
khusus yaitu menawarkan filsafat ilmu ke dalam proyek ini.
Sebelum membahas lebih rinci kemungkinan yang dapat dilihat dari Filsafat Ilmu
suatu gambaran atau perspektif untuk proyek keilmuan Islam, penulis akan memulai d’
terlebih dahulu dengan mengklarifikasi satu atau beberapa klasifikasi ilmu, dengan tujuan,
kita dimana dan bagaimana kedudukan ilmu ilmu Islam dan filsafat ilmu itu sendiri.
Ahmad Tafsir mencoba menghilangkan kebingungan orang-orang yang belajar
bahasa Arab tentang kata “ilmu”. Karena di Kata Arab al-‘ilm berarti pengetahuan,
sedangkan dalam bahasa Indonesia kata “sains” biasanya merupakan terjemahan ilmu dari
bahasa Inggris. Bahkan, dalam bahasa Arab, kata “ilmu” dalam arti ilmu adalah sebenarnya
hanya salah satu makna yang terkandung dalam kata al-‘ilm. Oleh karena itu, disarankan
Tafsir, kata ilmu harus diterjemahkan sebagai kata “ilmu” saja, agar tidak membingungkan
orang yang mengerti bahasa Arab ke dalam kata ilmu dari kata al-‘ilm.
Seharusnya menjelaskan bahwa selama ini ada beberapa klasifikasi ilmu di kalangan
ilmuwan. Diantaranya adalah: pertama, kelompok yang membagi ilmu menjadi dua
klasifikasi, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial. Kedua, para ilmuwan mengklasifikasikannya ke
dalam tiga kategori : ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya. Kedua, para
ilmuwan mengklasifikasikannya ke dalam tiga kategori : ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial
dan ilmu-ilmu budaya. Kelompok ketiga adalah yang terdiri dari para ilmuwan yang
mengklasifikasikan ilmu dalam empat kategori: ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, humaniora
dan ilmu-ilmu agama.
Tampaknya empat kelompok ilmuwan berbeda dalam menentukan rincian bidang
studi dalam klasifikasi masing-masing. Namun, kita dapat mengurangi perbedaan menjadi
detail yang sederhana dan transparan. Biasanya, disiplin ilmu yang termasuk dalam ilmu
alam adalah: Fisika, Kimia, Astronomi, Ekologi, Meteorologi, Biologi, Zoologi, Filologi dan
Manusia. Ilmu-ilmu sosial meliputi studi tentang manusia dan masyarakat termasuk
psikologi, sosiologi dan antropologi, serta studi tentang institusi sosial seperti ekonomi dan
politik. Kemudian ilmu-ilmu budaya meliputi seni, sejarah dan filsafat. Sedangkan ilmu-
ilmu agama meliputi teologi, etika, ilmu kitab suci, dll.
Dari rincian tersebut dapat kita simpulkan bahwa ilmu-ilmu agama (baca: Islam) dan
filsafat sama-sama termasuk ke dalam klasifikasi yang bukan ilmu-ilmu alam, terlepas dari
kenyataan bahwa filsafat itu justru sebagai “ibu” dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Artinya,
bahwa keilmuan Islam memiliki, setidaknya, kesamaan posisi dalam bagan klasifikasi ilmu-
ilmu pengetahuan, jika kita membuat skema dua variabel antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-
ilmu bukan alam. Dengan kenyataan ini penulis optimis bahwa ada hal-hal atau bagian-
bagian tertentu yang dapat “di-mitra-dialog-kan” antara filsafat ilmu dengan keilmuan Islam.
Ilmu dalam Islam sendiri, menurut ketentuan Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang dikutip oleh
Mas-huri Amin, dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu: Tafsir mu-ilmu, dan Hadis; Islam
yang terdiri dari ilmu kalam, filsafat, tasawuf, perbandingan Agama dan perkembangan
pemikiran kelompok hukum Islam dan pranata sosial serta dan Hisab; kelompok sejarah,
budaya dan peradaban Islam; Kelompok bahasa dan sastra Islam yang terdiri dari bahasa
Arab dan sastra, Kelompok pendidikan Islam yang terdiri dari pendidikan Islam dan
pendidikan Islam dan ilmu Islam Nafsil; Kelompok Pengembangan Pikiran dalam Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada


hakikatnya islamisasi ilmu pengetahuan itu merupakan suatu upaya mentransformasikan
nilai-nilai Islam dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya ilmu pengetahuan. Pada masa
modern ini, dominasi peradaban barat serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan itu
sudah tidak dapat dihindari dan otomatis akan mempengaruhi kehidupan manusia tak
terkecuali para umat muslim. Karena di satu sisi perkembangan ilmu pengetahuan tersebut
juga dapat berguna dan bahkan dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Namun, tidak menutup
kemungkinan bahwa diantara kebaikan-kebaikan peradaban barat dan perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut pasti didalamnya juga terdapat sisi negatifnya. Oleh sebab itu, dengan
islamisasi ilmu pengetahuan ini merupakan salah satu metode yang tepat, yang dapat
digunakan untuk menyikapi pengaruh peradaban barat dan ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang pesat.
Selain itu, dengan islamisasi ilmu pengetahuan ini maka dapat diketahui dengan jelas
bahwa Islam itu mengatur segala aspek kehidupan manusia. Bukan hanya mengatur masalah
yang berkaitan dengan ibadah atau ritual keagamaan seperti salat, puasa, zakat, haji atau
mengurus jenazah saja. Melainkan, Islam juga dapat mengatur segala aspek kehidupan
manusia yang bersifat keduniawian, seperti ilmu pengetahuan tersebut. Islam
mengintegrasikan antara masalah dunia dengan akhirat, menyintesis kan antara iman, ilmu
dan amal, serta memadukan antara dzikir dengan fikir. Singkatnya Islam itu
mengintegrasikan antara nilai-nilai transendental ke dalam segi-segi kehidupan duniawi
termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Beerling, et al., 1986, Pengantar Filsafat Ilmu, Tiara Wacana, Yogyakarta.


Daya, Burhanuddin, 1992, “Metode Penelitian dan Pengembangan Ilmu Perbandingan Agama”
dalam Amin, M. Masyhur (ed.), Pengantar ke Arah Metode Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Agama, Balai Penelitian P3M IAIN Yogyakarta,
Yogyakarta.
Dimyati, Abuseri, 1992, “Pengembangan Ilmu Dakwah” dalam Amin, M. Masyhur (ed.),
Pengantar ke Arah Metode Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Agama,
Balai Penelitian P3M IAIN Yogyakarta, Yogyakarta.
Faruqi, Ismail Razi, 1982, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (the Islamization of Knowledge:
General Principles and Workplan),terj. Anas Wahyuddin, Penerbit Pustaka, Bandung.
Faruqi, Isma’il Raji. 2003. Islamisasi Pengetahuan, Cet ke-3. (Bandung: Penerbit Pustaka)
Gazalba, Sidi, 1987, Sistematika Filsafat Buku Pertama Pengantar Kepada Dunia Filsafat,
Bulan Bintang, Jakarta.
Jamil, Abdul, 1996, “Filsafat Ilmu dalam Tradisi Pernikiran Filsafat Islam” dalam Chabib Toha,
et al., Refornulasi Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar Yogyakarta, dan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang.
Novayani, Irma. 2017. jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW kembang kerang, Vol. I,
No. 1
Salim, Peter. & Salim, Yenny. 1986. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta: PT.Ichtiar
Baru Van Hoeve )
Syadaly, Ahmad. & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. ( Bandung: Pustaka Setia )
https://ejournal.iainkendari.ac.id/shautut-tarbiyah/article/view/126/0

Anda mungkin juga menyukai