Anda di halaman 1dari 5

Adegan 1

Kisah cinta dalam diam, Fatimah az-zahra dan ali bin abi thalib tak akan bosan untuk
selalu di ceritakan. Perjuangan dalam diam ali bin abi thalib untuk mendapatkan restu Rasulullah
untuk menjadi menantunya. Di awali dengan lahirnya Fatimah az-zahra di mekkah pada hari
jum’at 20 jumadil akhir, Fatimah tumbuh besar di bawah naungan wahyu ilahi, di tengah kancah
pertaruhan sengit antara islam dan jahiliyah, di kala sedang hebatnya perjuangan para perintis
iman melawan penyembah berhala.

Adegan dalam ruangan (khadijah menggendong bayi, ada nabi Muhammad (halu) ) kayak
keluarga harmonis lagi ngumpul. Selesai narrator ngomong, khadijah keluar.

Sayangnya, khadijah tak bisa menemani Fatimah tumbuh besar menjadi seorang gadis
yang baik hatinya, baik akhlaknya. Khadijah meninggal saat Fatimah berumur 5 tahun.

Di makam. Ada beberapa sahabat.

Fatimah mendapat gelar ummu abiha ( ibu dari ayahnya ). Fatimah kecil sudah
menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari para kaum quraisy. Fatimah tumbuh menjadi
gadis yang tidak hanya merupakan putri dari rasul, namun juga mampu menjadi salah satu orang
kepercayaan ayahnya pada masa beliau. Fatimah memiliki kepribadian yang sabar dan
penyayang. Karena tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan mahromnya.

Rasulullah sering sekali menyebut kan nama Fatimah, salah satunya ketika rasullulah berkata,
“sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dan penghuni syurga yang paling utama.”

Adegan 2

Saat Fatimah mencapai usia dewasa dan tiba pula saatnya untuk menikah banyak dari
sahabat-sahabat yang berupaya meminangnya. Dianatara mereka adalah abu bakar dan umar.

Abu bakar masuk panggung, duduk depan meja.

“ ya rasullulah, kedatangan ku kesini untuk meminang putrimu, Fatimah az-zahra . “

Namun, niat abu bakar untuk melamar Fatimah azzahra ditolak oleh rasulullah.

Abu bakar keluar.

Beberapa waktu kemudian, datanglah umar dengan niat yang sama.

“ ya rasul, kedatanganku ke sini untuk meminang putrimu, Fatimah az-zahra.”

Namun, niat umar pun juga di tolak oleh rasulullah.


Rasulullah berkata, “ saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah).”

Adegan 3

Di sisi lain kaum anshar berdiskusi.

“mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”

“mengapa engkau tidak mencoba melamar Fatimah?”

“aku punya firasat engkaulah yang ditunggu-tunggu rasulullah”

“AKU?”

“ya, engkau wahai saudaraku”

“aku hanya pemuda miskin, apa yang bisa ku andalkan”

“kami dibelakangmu kawan, semoga Allah menolongmu”

Adegan 4

Kemudian jibril datang untuk mengabarkan kepada rasul, bahwa allah telah menikahkan
Fatimah dengan ali. Tak lama setelah itu ali datang menghadap rasulullah dengan perasaan malu
menyelimuti wajahnya untuk meminang Fatimah. Sang ayah pun mengahmpiri putrinya,
meminta pendapatnya, seraya menyatakan

“ wahai Fatimah ali bin abi thalib adalah orang yang telah kau kenali, kekerabatan,
keutamaan, dan keimanannya. Sesungguhnya aku telah memohonkan pada tuhan ku agar
menjodohkan engkau dengan sebaik-baik makhluknya dan seorang pecinta sejatinya. Ia telah
datang menyampaikan pinangannya atas mu, bagaimana pendaptmu atas peningan ini.”

Fatimah diam.

lalu rasulullah pun mengangkat suaranya seraya bertakbir, “allahu akbar! Diamnya
adalah tanda kerelaannya.”

Rasulullah pun menghampiri ali sambil mengangkat tangan sang menantu seraya berkata
“ bangunlah! Bismillah, bi Baraka tillah masya allah la kuwata illa billah tawakaltu allalah.
Ahlan wa sahlan”

Ali di tutuntun oleh rasul dan mendudukannya di samping Fatimah. Beliau berdoa

“ Ya allah, sesungguhnya keduanya adalah makhluk mu yang paling aku cintai. Maka
cintailah keduanya. Berkahilah keturunannya dan peliharalah keduanya. Sesungguhnya aku
menjaga mereka berdua dan keturunannya dari setan yg terkutuk. “
Rasulullah mencium keduanya sebagai tanda ungkapan selamat berbahagia.

Kepada ali beliau berkata “ wahai ali sebaik baik istri adalah istrimu.” Dan kepada
Fatimah beliau mengatakan “ wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu.”

Adegan 4

Ali kembali kepada kaum anshar

“bagaimana lamaranmu?”

“entahlah”

“apa maksudmu?”

“menurutmu apakah ahlan wa sahlan adalah sebuah jawaban?

“dasar tolol…..tolol!”

“Ahlan saja sudah berarti, iya sahlan juga. Dan kau mendapatkan ahlan wa sahlan kawan.
Dua-daunya berarti iya”

Adegan 5

Acara pernikahan itu berlangusng dengan kesederhanaan. Saat itu ali tidak memiliki
sesuatu yang bisa di berikan sebagai mahar kepada sang istri selain pedang dan perisainya.
Untuk memenuhi mahar, ia bermaksud untuk menjual pedangnya.

Dia keluarkan pedang

Tbtb rasul ngomong , rasul mencegahnya karena islam membutuhkan pedang itu. Dan
tidak setuju ali menjual pedangnya.

Di masukkan lagi pedangnya.

Dengan bermpdal mas kawin 400 dirham, ia memulakan penghidupan dengan wanita
yang sangat dimuliakan allah di dunia dan di akhirat. Ali pun menikahi Fatimah dengan
menggadaikan baju besinya kepada utsman bin affan dan rumah yang semula ingin
disumbangkan ke kawan-kawannya tapi rasul bersikeras agar ali membayar cicilannya. Itu
hutang.

Adegan 6
Fatimah mewarisi akhlajk ibunya siti khadijah tidak pernah membebani dan menyakiti
suamin dengan kata-kata ataupun sikap senantiasa senyum dan menyambut kepulangan suami
sehingga hilang separuh masalah suaminya.

Sekarang apa rahasia ali mencintai Fatimah? Fatimah adalah teman karib sejak kecil putri
tersayang rasulullah dan ali adalah sepupu rasulullah yang mempesona baik kesantunannya,
ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya, maupun kecerdasannya. Ali telah memperhatikan sifat
dan tingkah laku Fatimah sejak masa kanak-kanak.

Ali sangat tersentak saat mengetahui Fatimah telah dilamar oleh orang lain. Batin ali
berkata, Allah menguji ku rupanya. Lalu ali bergumam, “inilah persaudaraan dan cinta. Aku
mengutamakan abu bakar atas diriku aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah diatas cintaku”

Adegan 7

Di riwayatkan setelah ali dan Fatimah menikah:

“wahai suamiku ali, aku telah halal bagimu aku pun sangat bersyukur kepada Allah
karena ayahku memlihkan aku suami yang tampan, sholeh, cerdas, dan baik sepertimu”

“aku pun begitu wahai fatimahku sayang aku sangat bersyukur kepada Allah. Akhirnya
cintaku padamu yang telah lama ku pendam telah menjadi halal menjadi ikatan suci pernikahan
ku padamu.”

“ wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu?”

“tentu saja istriku sayang.”

“maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu aku pernah satu kali merasakan jatuh
cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”

“lalu apakah kamu menyesal menikah denganku?”

“(Fatimah tersenyum) tidak karena pemuda itu adalah dirimu”

“jodoh memang tidak kemana, cinta itu mengambil kesempatan atau mempersilahkan
yang lain”

Cinta adalah fitrah yang tentu saja dimiliki setiap orang, namun bagimanakah
membingkai perasaan tersebut agar bukan cinta yang ukan mengendalikan diri kita, tetapi diri
kita yang mengendalikan cinta. Mungkin cukup sulit untuk menemukan teladan dalam hal
tersebut disekitar kita saat ini. Inilah kisah dari putri kesayangan rasulullah tentang membingkai
perasaan dan bertanggung jawab akan perasaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai