Anda di halaman 1dari 34

10 Peran Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian

Tempat dimana seorang anak bertumbuh dan berkembang untuk pertama kalinya adalah keluarga.
Pendidikan yang pertama kali diperoleh seorang anak berawal dari keluarga. Proses pembentukan
kepribadian dan karakter seorang anak berawal dari keluarga.

Tidak sedikit faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yang mengerucut pada dua faktor.
Faktor pertama adalah faktor internal yaitu keluarga (orang tua) dan kedua, faktor eksternal yaitu
sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain dalam
membentuk kepribadian seorang anak. Namun, faktor keluarga adalah faktor yang paling utama karena
dari sinilah semua berawal.

Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam proses tumbuh kembang anak sejak dalam
kandungan dan pembentukan kepribadian seorang anak. Di sini peran orang tua dalam mendidik anak
sangat penting. Proses pembentukan kepribadian yang diperankan oleh keluarga tidak dapat dilepaskan
dari fungsi keluarga itu sendiri. BKKBN merumuskan keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu agama,
sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi pendidikan, ekonomi dan lingkungan.

Berikut peran-peran keluarga dalam pembentukan kepribadian seorang anak menurut fungsi keluarga
yang dirumuskan BKKBN.

1. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Agama

Keluarga merupakan pondasi pendidikan agama kepada seorang anak. Penerapan nilai-nilai agama
dapat menghindarkan seorang anak dari hal-hal yang melanggar hukum seperti misalnya korupsi. Ini
adalah salah satu cara menanamkan kesadaran hukum kepada seorang anak.

Untuk menjalankan fungsi agama, maka keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan
agama yang kuat kepada anak berdasarkan agama yang dianut melalui :

Penanaman nilai-nilai keagamaan

Keteladanan bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan


Penerapan nilai moral dan sikap toleransi

Keteladanan dan bimbingan untuk selalu menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan agama

Keteladanan, bimbingan, dan dorongan untuk selalu disiplin, rajin dan ikhlas menjalankan kewajiban
agama dengan penuh rasa tanggung jawab

Keteladanan dan bimbingan untuk peduli pada orang lain, membantu orang yang membutuhkan tanpa
pamrih

Keteladanan dan bimbingan untuk taat aturan dan tepat janji

Keteladanan dan bimbingan untuk saling menghormati, tidak bersikap kasar dan berperilaku sopan

Keteladanan dan bimbingan untuk selalu bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi persoalan

Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan agama yang baik yang diperoleh dari keluarga, seorang anak
akan memiliki nilai dan norma yang dapat menuntunnya menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa, jujur,
bertoleransi, rajin, saleh, taat, suka membantu, disiplin, sopan santun, penyabar, ikhlas, penuh kasih
sayang, cinta kepada Tuhan, kebenaran, dan berakhlak terpuji. Jika setiap anak bangsa memiliki akhlak
yang terpuji maka suatu bangsa juga akan memiliki karakter yang terpuji pula. (baca : Peran Akhlak
Dalam Pembentukan Karakter Bangsa)

2. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Sosial Budaya

Keluarga merupakan tempat ditanamnya nilai-nilai budaya yang dianut. Indonesia adalah negara yang
memiliki budaya, agama, dan suku yang sangat heterogen. Heterogenitas Indonesia dikenal dengan
Bhinneka Tunggal Ika. Seorang anak harus benar-benar dapat memahami dan menjiwai semoboyan ini.
Jika seorang anak merasa agamanya atau sukunya paling benar maka hal ini merupakan salah satu
penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika. Jiwa kebhinnekaan ini hendaknya jangan sampai luntur.
Untuk itu keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan sosial budaya melalui :

Penanaman dan pengembangan nilai-nilai toleransi sehingga anak dapat memahami fungsi toleransi
dalam kehidupan sehari-hari

Penanaman dan pengembangan sikap saling tolong menolong

Keteladanan untuk saling menghormati dan menghargai budaya lain

Penanaman dan pengembangan rasa kebersamaan dan saling berbagi

Bimbingan cara melestarikan budaya


Penanaman, pengembangan serta keteladanan dalam menghargai jasa para pahlawan, mencintai
produk dalam negeri, dan pemahaman tentang pengaruh globalisasi dalam kehidupan

Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan sosial budaya yang diperoleh dari keluarga, seorang anak akan
memiliki pribadi yang penuh rasa toleransi dan saling menghargai, gotong royong, sopan santun, rasa
kebersamaan dan kerukunan, peduli, dan cinta tanah air.

3. Keluarga sebagai Tempat Menumbuhkembangkan Rasa Kasih Sayang

Kasih sayang di antara anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat ikatan di antara
anggota keluarga. Rasa kasih sayang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi pribadi yang
dapat menghargai dan menghormati orang lain serta makhluk hidup lainnya. Sikap ini akan membuat
seseorang tidak akan berlaku sewenang-wenang.

Peran keluarga sebagai tempat menumbuhkembangkan rasa kasih sayang melalui :

Keteladanan untuk berempati pada orang lain

Pelatihan emosional anak

Dibangunnya rasa kepedulian di antara anggota keluarga

Pemahaman agar memperlakukan orang lain sesuai dengan kapasitasnya

Pelatihan agar tidak bersikap egois

Bimbingan dan pengembangan sikap loyal pada keluarga, teman sebaya dan orang lain

Keteladanan untuk selalu membantu orang lain

Keteladanan, bimbingan, dan pembiasaan untuk bersikap penuh rasa tanggung jawab

Rasa afeksi yang dikembangkan oleh keluarga akan membuat anak memiliki kepribadian yang penuh
rasa empati, supel, adil, pemaaf, setia, suka menolong, bertanggung jawab, santun, hormat serta penuh
kasih sayang.

Terkadang anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Kekurangan
kasih sayang ini diakibatkan orang tua yang terlalu sibuk sehingga bersikap abai terhadap anak-anaknya.
Jika bertemu dengan orang-orang yang bernasib sama dan memiliki perilaku yang buruk maka dapat
mengakibatkan seorang anak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Misalnya tawuran, bersikap
buruk pada temannya atau istilah kerennya “bullying”, terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan lain-
lain. (baca : Penyebab Tawuran dan Cara Mengatasinya, Akibat Bullying dan Cara Mengatasinya, dan
Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda).

4. Keluarga sebagai Tempat Berlindung

Di era globalisasi seperti sekarang, ancaman terhadap tumbuh kembang anak begitu nyata di depan
mata. Berbagai kasus yang timbul seperti kekerasan pada anak, peredaran narkoba yang begitu pesat,
pornografi, LGBT, serta radikalisme merupakan lima masalah besar yang dihadapi saat ini. Untuk
mencegahnya, maka diperlukan kerjasama antara berbagai pihak terutama keluarga guna melindungi
anak dari ancaman-ancaman yang ada.

Untuk menjalankan fungsi perlindungan, maka keluarga berperan sebagai tempat berlindung melalui :

Diciptakannya rasa aman dalam setiap aspek kehidupan

Keteladanan untuk memaafkan kesalahan orang lain tanpa dendam, berani mengakui kesalahan sendiri
dan memperbaikinya

Tanggap terhadap perasaan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak

Keteladanan dalam pengendalian diri dan bersikap sabar dalam segala situasi

Keteladanan dalam menumbuhkembangkan sikap peduli dan setiakawan anak dengan lingkungan
sekitar

Komunikasi yang intens antara orang tua dan anak

Di sini, seorang anak bercermin pada tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya ketika melindungi
dirinya dari hal-hal yang membahayakan. Di sini peran ayah dalam keluarga sangat penting. Hal ini
membuat seorang anak belajar untuk memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin yang adil,
amanah dan bertanggung jawab terhadap keluarga, memberi rasa aman, pemaaf, pribadi yang tanggap,
tabah, peduli.

5. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Reproduksi


Terkait dengan berbagai ancaman yang mengintai tumbuh kembang anak, satu hal yang tak kalah
penting adalah pendidikan seks kepada anak. Hal ini bertujuan agar anak dapat mengetahui dan
memahami tentang kesehatan reproduksi serta menjaga organ reproduksi berdasar nilai dan norma
yang dianut.

Untuk menjalankan fungsi reproduksi, maka keluarga berperan sebagai pondasi pendidikan reproduksi
melalui :

Pendidikan seks sejak dini agar anak dapat bertanggung jawab terhadap fungsi reproduksi

Bimbingan dan penjelasan tentang kesehatan reproduksi melalui diskusi, pemberian kepercayaan, dan
rasa tanggung jawab

Bimbingan tentang akibat pergaulan bebas, larangan seks pra nikah, dan norma-norma yang mengatur

Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang mampu bertanggung jawab,
sehat dan teguh pendirian.

6. Keluarga sebagai Agen Sosialisasi Pendidikan

Sebagai tempat bersosialisasi, keluarga berperan dalam memberikan pengenalan atau memberikan
pendidikan mengenai hubungan seorang anak dengan orang-orang disekitarnya sebagai bekal untuk
masuk ke lingkungan sosial yang lebih luas. Lingkungan sosial setelah keluarga yang dimasuki seorang
anak adalah sekolah dan masyarakat.

Untuk itu, peran keluarga sebagai agen sosialisasi pendidikan meliputi :

Keteladanan dan pelatihan sikap percaya diri

Bimbingan, dorongan dan pelibatan anak dalam berbagai aktivitas

Keteladanan untuk bersedia mendengarkan atau menghargai pendapat orang lain

Pelibatan anak dalam komunikasi keluarga


Pelatihan untuk selalu bersyukur

Pelatihan untuk menghargai diri sendiri

Keteladanan dalam rajin beribadah dan dalam berbagai aspek kehidupan

Keteladanan, bimbingan dan pelibatan anak dalam berbagai aktivitas yang bermanfaat

Disiplin waktu

Bimbingan untuk bersikap tolong menolong, kerja kelompok, setia kawan

Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang mampu bekerja sama, disiplin
dan bertanggung jawab.

7. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Ekonomi

Keluarga merupakan tempat pembinaan dan penanaman nilai-nilai dan perencanaan keuangan keluarga
agar terwujud keluarga sejahtera. Untuk menjalankan fungsi ekonomi, keluarga berperan dalam :

Keteladanan dan bimbingan agar cermat, dan hati-hati dalam membelanjakan uang

Keteladanan dan bimbingan agar taat waktu dan taat aturan

Keteladanan dan bimbingan untuk membantu orang yang membutuhkan

Keteladanan untuk terus berusaha tanpa putus asa

Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang hemat, teliti, disiplin, peduli,
dan ulet.

8. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Lingkungan

Pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih perlu dilakukan sejak dini agar anak memahami dan peduli
pada lingkungan hidup di sekitarnya. Adapun peran keluarga sebagai pondasi pendidikan lingkungan
adalah :
Keteladanan dan bimbingan untuk selalu berperilaku bersih dalam segala hal

Bimbingan untuk disiplin memelihara lingkungan sekitar

Bimbingan untuk bijak dalam penggunaan teknologi

Bimbingan untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan

Pemahaman tentang dampak hubungan manusia dengan lingkungan

Penanaman sikap peduli pada lingkungan

Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian selalu menjaga kebersihan
lingkungan.

9. Tempat memenuhi kebutuhan fisik maupun emosional

Keluarga berperan dalam usaha pemenuhan hidup seorang anak baik fisik maupun emosional. Kemajuan
teknologi tak dipungkiri sangat mempengaruhi hubungan emosional ini. Anak lebih tertarik bermain
gawai dibanding berada di tengah-tengah keluarga. Begitu pula sebaliknya. Tak jarang walaupun berada
di satu ruangan namun sibuk dengan dunianya masing-masing. Anak menjadi tidak peka dan tidak
peduli. Untuk mensiasatinya, orang tua harus meluangkan waktu dan berkomunikasi dengan baik-baik.

10. Motivator utama bagi seorang anak

Seorang anak pasti memiliki ketertarikan akan hal-hal tertentu dan cita-cita dalam hidupnya. Bila
seorang anak mengalami kegagalan dalam perjalanan meraih cita-citanya, orang tua adalah pihak
pertama yang harus dapat memberikan motivasi dan dukungan. Motivasi dan dorongan dukungan ini
sangat penting agar seorang anak tidak terpuruk dan dapat bangkit lagi untuk berjalan meraih cita-
citanya.

Ketika seorang anak merasa jenuh dengan sekolahnya, orang tua wajib membantu dengan memberikan
motivasi bahwa sekolah penting masa depan. Jika anak mulai malas belajar, orang tua orang tua terlebih
dahulu mengindentifikasi hal-hal yang menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar.
Kemudian, mengingatkan dan memberi semangat belajar kepada anaknya tanpa kekerasan. Hal ini
sangat penting agar anak menemukan kembali semangat belajarnya demi meraih cita-citanya. (baca :
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak, Cara Meningkatkan Disiplin Belajar Anak, dan Cara
Meningkatkan Semangat Belajar)

FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn

globalisasi, kepribadian, lingkungan, moral, pendidikan, peran keluarga

Artikel Terkait

Negara Yang Menganut Politik Parokial yang Mudah Untuk Anda Pahami

6 Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Toleransi di Masyarakat Indonesia

10 Hubungan Nilai Norma dan Moral yang Saling Berkaitan

3 Contoh Sensus De Facto dan De Jure Beserta Pengertiannya

16 Contoh Globalisasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari Yang Harus Kalian Ketahui

Oleh : Rumi ambar

Kategori : Moral

← Previous Next →

Search

search this site...

Artikel Terbaru

Recent

3 Syarat Keberhasilan Integrasi Nasional Paling Utama

26 April, 2019

Perbedaan Manajemen Konflik, Resolusi Konflik dan Transformasi Konflik

26 April, 2019

Penjelasan Perbedaan Integrasi Nasional Secara Politis Dan Antropologis Terlengkap


26 April, 2019

3 Contoh Ordinary Crimes Yang Umum Terjadi Di Masyarakat

26 April, 2019

Perkembangan Otonomi Daerah Di Sumatera Utara

26 April, 2019

2 Alasan Utama, Mengapa Papua Diberikan Otonomi Khusus Terlengkap

26 April, 2019

Contoh Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Dan Politik

26 April, 2019

Sejarah Dan Janji Kemerdekaan Yang Diberikan Jepang Kepada Indonesia

26 April, 2019

4 Kebijakan Otonomi Daerah Jawa Timur Yang Telah Diberlakukan

26 April, 2019

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia Paling Ideal

26 April, 2019

Dosen Talks

Kompas.com, Tempo.co, Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Kurang Kredible Apa Web ini..!!

Tentang Kami | Hubungi Kami

Informasi di web ini hanya bersifat informasi dan tidak untuk menggantikan pendapat ahli, dokter, atau
profesional.

2017 © Copyright GuruPpkn.com. All Right Reserve World Wide

Ketentuan Layanan | Kebijakan Privasi | Disclaimer BelajarPsikologi

Home
Contoh Proposal

Contoh Makalah

Contoh Pidato

Surat Lamaran

Surat Kuasa

Contoh Skripsi

Kata Pengantar

Pendidikan

Bimbingan Konseling

Metode Penelitian

Teori Psikologi

Jurnal Psikologi

Ilmu Psikologi

Klinis

Psikologi Remaja

Psikologi Anak

Tips Anda

Twitter

Facebook

Informasi

HomePsikologi RemajaPengertian Remaja Menurut Para Ahli

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

PSIKOLOGI REMAJAMARCH 11, 2010 14:34


Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Pengertian RemajaRemaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki
masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23)
adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
telah matang.

Pengertian Remaja

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan
Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006: 192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut
menggambarkan bahwa masa remajaadalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu
pematangan fisik, maupun psikologis.

Demikian paparan tentang Pengertian Remaja mudah-mudahan bermanfaat

Table of Contents [show]

SHARE ON Twitter Facebook Google+ Pinterest

TAGS: CIRI-CIRI REMAJA, DEFENISI REMAJA, DEFINISI BELAJAR MENURUT PARA AHLI, DEFINISI
KENAKALAN REMAJA, DEFINISI REMAJA, DEFINISI REMAJA MENURUT AHLI, KENAKALAN REMAJA,
KENAKALAN REMAJA MENURUT PARA AHLI, MASA REMAJA, PENGERTIAN KENAKALAN REMAJA,
PENGERTIAN MASA REMAJA, PENGERTIAN PSIKOLOGI MENURUT PARA AHLI, PENGERTIAN REMAJA,
PENGERTIAN REMAJA MENURUT PARA AHLI, PERKEMBANGAN REMAJA, REMAJA, REMAJA MENURUT
PARA AHLI

Related Posts of "Pengertian Remaja Menurut Para Ahli"

Karakteristik Remaja

Karakteristik Remaja

Kenakalan Remaja

Kenakalan Remaja

Pengertian Konsep Diri

Pengertian Konsep Diri


Aku Harus Kemana?? (Fenomena Remaja)

Aku Harus Kemana?? (Fenomena Remaja)

Pembentukan Penyesuaian Diri

Pembentukan Penyesuaian Diri

Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)

Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)

Search …

Artikel Utama

1Kumpulan Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris yang Baik dan Benarcontoh surat lamaran kerja bahasa
inggris tulis tangan

2Kumpulan Contoh Pidato Singkat Jelas dan PadatContoh Pidato Singkat Tentang Lingkungan Kebersihan
Kerukunan

3Contoh Surat Penawaran Barang Produk Negosiasi Makanan Hargacontoh surat penawaran barang
mesih foto copy

4Jelaskan Pengertian Dari / Kumpulan Soal Uraian Berbagai Mapeljelaskan pengertian dari

5Harga Kanopi Kaca Tempered Laminate Minimalisharga kanopi kaca laminate

Contoh Surat Lamaran KerjaPidato PerpisahanContoh Kata Pengantar

Contoh Proposal Penelitian

Contoh Karya Ilmiah

Contoh Kata Pengantar

Contoh Media Pembelajaran

Contoh Judul Skripsi


Contoh Abstrak Skripsi

Archives Psikologi

Archives Psikologi

Kategori Umum

Bimbingan KonselingIlmu PsikologiInformasiJurnal PsikologiKlinisMetode PenelitianOrganisasi


IndustriPendidikanPerkembanganPsikologi AnakPsikologi DewasaPsikologi RemajaPsikologi SosialTeori
PsikologiTes PsikologiTips AndaTokoh PsikologiUmum

AboutKontakReferensiLinkKontenDisclaimerPrivacy PolicyJasa Kanopi

Copyright© 2019 - Harga Kanopi | Adchoices Ciri-ciri fisik

Pertumbuhan badan remaja sangat cepat. Sistem koordinasi tubuh mereka menjadi kurang seimbang
akibat pertumbuhan yang cepat itu. Mereka mengalami masa-masa energetik dan lelah silih berganti.

Ciri-ciri mental

Mereka menyukai petualangan dan penemuan hal-hal baru, dan mereka mempunyai imajinasi yang
aktif. Mereka senang humor.

Mereka mampu berpikir serius, dan memiliki kesanggupan untuk berpikir abstrak maupun kongkret
sekaligus. Tetapi pengetahuan mereka berkembang lebih cepat daripada pengalaman.

Ciri-ciri sosial

Mereka ingin menjadi dewasa dan tidak tergantung pada orang dewasa. Namun dalam banyak hal
mereka masih bertindak seperti kanak-kanak.

Mereka ingin dianggap "termasuk" atau "milik" gang-nya dan punya rasa setia kawan yang besar
terhadap teman-teman sebayanya.

Mereka malu-malu dan sangat peka akan keadaan dirinya.

Ciri-ciri emosional
Emosi mereka kuat sekali dan sering naik turun. Mereka sulit mengendalikan emosinya karena begitu
banyak perubahan sedang terjadi di dalam tubuhnya.

Mereka merasa tak seorang pun memahami mereka.

Ciri-ciri rohani

Mereka menginginkan agama yang praktis.

Mereka punya banyak keraguan mengenai agama.

Mereka mencari keteladanan.

Cara menanggapi

Bersabarlah dengan kecanggungan mereka. Jangan membuat kegiatan- kegiatan terlalu kompetitif atau
terlalu menegangkan.

Jangan Salah mengerti kelelahan mereka dan menyamakannya dengan kemalasan.

Cara menanggapi

Tanggapi ciri-ciri ini secara positif. Bantulah mereka memakai imajinasinya untuk membuat Alkitab lebih
hidup. Tertawa bersama mereka. Gunakan humor.

Bimbinglah mereka agar dapat memikirkan sendiri masalah-masalahnya. Arahkan mereka kepada
Alkitab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang sulit.

Cara menanggapi

Jangan memanggil mereka "anak-anak". Beri mereka tanggung jawab, tetapi jangan kecewa kalau
mereka bertindak kurang bertanggung jawab.

Hormatilah kesetiakawanan mereka. Doronglah mereka supaya memilih teman-teman yang baik.
Arahkan kesetiakawanan mereka kepada Tuhan.

Jangan mengejek mereka, apalagi melontarkan sindiran tajam. Tunjukkan kepada setiap remaja bahwa
Anda mengasihi dan mempedulikan mereka.

Cara menanggapi

Jangan timbulkan gangguan emosional pada mereka. Jangan membuat acara permainan yang gaduh,
yang langsung diikuti oleh kebaktian serius; mereka tidak dapat menenangkan diri secepat itu.

Sediakan waktu untuk mengenal mereka satu persatu secara pribadi.

Cara menanggapi

Tunjukkan selalu bahwa kebenaran-kebenaran Alkitab itu relevan untuk situasi kehidupan mereka.
Terimalah keraguan ini sebagai bagian dari proses pertumbuhan. Sambutlah sifat itu sebagai pertanda
bahwa para remaja ini sedang menjadikan imannya sebagai iman mereka sendiri, bukan iman yang
diwarisi dari orang tua.

Arahkan keinginan ini kepada Kristus dan teladan yang Ia berikan kepada kita di dalam Alkitab.

Masa remaja merupakan masa yang sangat kritis, masa untuk melepaskan ketergantungan terhadap
orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang
dewasa. keberhasilan para remaja melalui masa transisi sangat dipengaruhi oleh faktor biologis (faktor
fisik), kognitif (kecerdasan intelektual), psikologis (faktor mental), maupun faktor lingkungan. Dalam
kesehariannya,remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. remaja dituntut memiliki
keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
keterampilan-keterampilan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, mendengarkan pendapat/ keluhan dari orang lain, memberi / menerima umpan balik,
memberi/ menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain.

Prinsip-prinsip etika pergaulan remaja

1. Hak dan kewajiban

Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tapi juga jangan sampai meninggalkan kewajiban kita sebagai
makhluk sosial.

2. Tertib dan disiplin

Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktivitas. Disiplin waktu biar nggak keteteran.

3. Kesopanan

Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapaun
dan kapanpun.

4. Kesederhanaan
Bersikaplah sederhana .

5. 5. Kejujuran

Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit.

6. Keadilan

Senantiasa bersikap adil dalam bergaul. Tidak membeda-bedakan teman.

7. Cinta Kasih

Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan.

8. Suasana & tempat pergaulan kita

Ini sangat penting juga buat kita. Musti diperhatiin.

Faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan
atau norma yang berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada beberapa faktor yang bisa
memengaruhinya antara lain :

1. Kondisi fisik

2. Kebebasan Emosional
3. Interaksi sosial.

4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri

5. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama

Prinsip dasar pergaulan yang sehat

Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub yang ekstrem, yaitu terlalu
sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas. Semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti
untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan.

1. Saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan

dan merasa paling benar. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia pasti akan membutuhkan
manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul, supaya kita tidak menjadi manusia paling egois

2. Hubungan memberikan nilai positif bagi kedua belah pihak


Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Saya yakin anda tidak suka di
rugikan demikian sebaliknya orang lain juga tidak suka kita rugikan. Dari itulah salah satu dasar
pergaulan sehat yang lain adalah simbiosis mutualisme. Jangan sampai kita berpikir untuk merugikan
orang lain

3. Saling menghormati dan menghargai

Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin di harga dan di hormati orang lain, maka kita harus lebih
dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain. Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di
lakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan
menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain,
menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya.

4. Tidak berprasangka buruk

Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Karena
prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan permusuhan antara kita dengan orang lain.

5. Saling memahami perbedaan

Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik, psikologis, ras, suku,
budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki keunikan tersendiri, karena hal inilah kita harus
memahami perbedaan tersebut.
6. Saling memberikan nasihat

Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke jalan yang baik dan
mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling
memberikan nasehat, kita secara tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya
untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat kelak.

Memahami Etika dalam Pergaulan

Dari pembahasan di atas kami menyimpulkan:

1. Etika pergaulan adalah sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi
dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan, adat,
hukum dan lain-lain.

2. Cara yang baik bersikap dalam pergaulan adalah bagaimana seseorang tersebut mengutamakan
perilaku yang sopan santun saat berhubungannya dengan setiap orang.

3. Dunia pergaulan banyak jenisnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor umur, pekerjaan,
keterikatan, lingkungan dan sebagainya.
4. Dampak positif dari pergaulan adalah mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima
di berbagai lapisan sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas
diteladani.

5. Dampak negatif dari pergaulan adalah tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang
menyimpang.

Artikelsiana

Artikel Biologi

artikel ekonomi

Artikel Kesehatan

Artikel Geografi

Artikel Sosiologi

Artikel Agama

Pengertian

IPS

Artikel Seni

Artikel Fisika
Artikel Kimia

Artikel Hukum

Home » Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi

Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi

You May Like

Drone Terjangkau Ini Membuat Perusahaan Drone Mahal Gulung Tikar

DroneX Pro

Bagaimana cara menghemat listrik di rumah. Lakukan hari ini!

monnyso.com

Partai politik mana yang cocok dengan keyakinan Anda? Coba kuis ini.

iSideWith

Drone Ini Adalah Penemuan Paling Menakjubkan Pada Tahun 2018!

DroneXPro

by TaboolaSponsored Links

Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi|Secara Umum, Pengertian Pergaulan
Bebas adalah salah bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan,
syarat, dan perasaan malu. atau pergaulan bebas dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang
melanggar norma agama maupun norma kesusilaan. Pengertian Pergaulan Bebas diambil karna arti dari
Pergaulan dan bebas. Pengertian pergaulan adalah merupakan proses interaksi antara individu atau
individu dengan kelompok. Sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma
agama dan norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang
individu baik pergaulan positif atau negatif.

Pergaulan positif berupa kerja sama antara individu atau kelompok yang bermanfaat. Sedangkan
pergaulan negatif mengarah pada pergaulan bebas yang harus dihindari oleh setiap masyarakat
khususnya bagi remaja yang masih labil atau masih mencari jati dirinya dan di usia remaja lebih mudah
terpengaruh serta belum dapat mengetahui baik atau tidaknya perbuatan tersebut.

Pengertian Pergaulan Bebas Menurut Agama – Pengertian pergaulan bebas menurut agama adalah
proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan. Pergaulan bebas
tertuang dalam Surat An-Nur ayat 30-31 bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam
bergaul.

Ciri-Ciri Pergaulan Bebas

Ciri-Ciri Pergaulan Bebas – Pergaulan bebas dapat diketahui dengan beberapa ciri-ciri yang
menandakannya antara lain sebagai berikut..

Penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya

Rasa ingin tahu yang sangat besar

Terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi.

Terjerat dalam pesta hura-hura dengan menggunakan obat-obat terlarang seperti ganja, putau, ekstasi,
dan pil-pil setan lainnya.

Menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat

Perilaku yang tidak baik

Pakaian terbuka

Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu ingin melawan, rasa malas, perubahan
dalam keinginan, selalu menunjukkan eksistensi dan kebanggan diri serta selalu ingin mencoba banyak
hal.

Sering mengalami tekanan mental dan emosi

Ingin mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dengan jalan yang salah,
keji dan haram.

Faktor Penyebab Pergaulan Bebas

Penyebab Pergaulan Bebas – Hal yang terjadi dalam pergaulan bebas banyak bertolak belakang dengan
atran-aturan dan norma-norma dalam etika pergaulan, hal ini didasari atau disebabkan dari banyak
faktor-faktor penyebab pergaulan bebas antara lain sebagai berikut…
1. Rendahnya Tarah Pendidikan Keluarga

Rendahnya tarah pendidikan keluarga yang berpengaruh besar sebagai penyebab terjadinya pergaulan
bebas. Contohnya, keluarga mengisinkan sang anak untuk berpacaran dan ditambah tanpa adanya
pengawasan yang menyebabkan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.

2. Keadan Keluarga Yang Tidak Stabil (Broken Home)

Keadaan keluaga sangat berpengaruh pada tingkah laku atau perkembangan psikil remaja yang mana
keadaan orang tua yang tidak harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu dan anak
cenderung kesenangan diluar untuk merasa senang, dan melupakan hal yang terjadi di keluarganya
karena orang tua tidak memberi kasih sayang, sehingga sang anak mencari kesenangan diluar berbuntut
pada pergaulan bebas.

3. Orang Tua yang Kurang Memperhatikan

Tidak diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang mendapat
perhatian sehingga sang anak bebas dalam beraktivitas.

4. Lingkungan Setempat Kurang Baik

Lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk keperibadian seseorang, jika dilingkungan tersebut
merupakan lingkungan yang kurang kondusif maka sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan
bebas dimana kitak ketahui bahwa perkembangan seseorang lebih ditentukan pada lingkungan dari
pada keluarga.

5. Kurang Berhati-Hati Dalam Berteman

Teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas
terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik.

6. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keluarga ekonomi yang rendah, membuat anak tidak dapat bersekolah dan biasanya banyak pula yang
putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut dengan remaja yang senasip yang membuat
perilaku sang anak menjadi tambah parah.

7. Kurangnya Kesadaran Remaja

Kurangnya kesadaran remaja terjadi merupakan implikasi dari kurangnya pengetahuan remaja tersebut
akan dampak pergaulan bebas.

8. Adanya Teknologi Informasi (Internet)

Dari adanya internet memudahkan untuk mengakses jenis macam budaya yang tidak sesuai dengan
norma ketimuran.
Akibat Pergaulan/Dampak Pergaulan Bebas

Terjadinya pergaulan bebas memberikan pengaruh besar baik bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat
dan juga negara, pengaruh-pengaruh tersebut dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas
antara lain sebagai berikut..

Bahaya dari pergaulan bebas adalah seks bebas. Seks bebas adalah dua orang yang berhubungan suami
istri tanpa ikatan pernikahan sampai dengan kehamilan diluar nikah yang tentu saja memalukan diri
sendiri, orang tua, masyarakat, dan Indonesia dengan adat ketimuran.

Ketergantungan Obat. Dari ajakan teman karena pikiran yang masih labil menggiringnya mengkonsumsi
obat terlarang sampai membuat ketagihan dengan ketergantungan obat-obat terlarang hingga
berlebihan dan berdampak overdosis yang diakhiri dengan kematian.

Menurunnya tingkat kesehatan. Pergaulan bebas dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti HIV
AIDS dan banyaknya yang menggugurkan kandungan yang tentu saja membahayakan kesehatannya
serta mengkonsumsi obat-obat terlarang yang semua hal tersebut dapat menurunkan kesehatan.

Meningkatkan Kriminalitas. Bahaya pergaulan bebas yang satu ini dapat terjadi karena jika pencadu
narkoba tidak lagi memiliki uang untuk membeli maka jalan keluar yang cepat adalah dengan melakukan
tindakan kriminalitas.

Meregangkan Hubungan Keluarga. Pergaulan bebas dapat meregangkan hubungan antara keluarga
karena beberapa penyebab yang biasanya karena emosi meledak-ledak dan bahkan sampai rasa hormat
kepada orang tua akan dapat hilang.

Menyebarkan Penyakit. Pergaulan bebas yang akrap dengan seks bebas, dan narkoba membuat
berbagai penyakit dapat menyerang orang-orang sekitar yang tidak bersalah.

Menurunnya Prestasi. Seorang dengan pergaulan bebas lebih cenderung bersenang-senang dan dapat
menghilangkan konsentrasi belajar akibat dari minuman keras dan narkoba.

Berdosa. Pergaulan bebas sudah tentu akan mendapat dosa yang belum rasakan selagi masih hidup,
namun saat kematian menjemput yang dihantarkan kepada balasan atas doa-dosa yang pernah
diperbuat yaitu ke neraka.

Baca Juga Pengertian Kontak Sosial : Apa itu Kontak Sosial ?...

Cara Mengatasi Pergaulan Bebas

Cara Mengatasi Pergaulan Bebas – Masalah apapun dapat diatasi, baik itu pergaulan bebas hal ini dapat
diatasi, dan dicegah dengan solusi-solusi penanganan dan pencegahan pergaulan bebas dengan
beberapa cara antara lain sebagai berikut…

1. Memperbaiki Cara Pandang


Bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan untuk mendidik anak-anak untuk berusaha dan menerima
hasil usaha walaupun tak sesuai dengan apa yang dinginkan sehingga apabila hasilnya mengecewakan
dapat menanggapi dengan positif.

2. Jujur Pada Diri Sendiri

Menyadari dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga tidak menganiyaya emosi dan diri
mereka sendiri.

3. Menanamkan Nilai Ketimuran

Nilai ketimuran atau nilai keislaman sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang dengan
meningkatkan keimanan sebagai pegangan atau perisai untuk berpikir ke pergaulan bebas.

4. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup

Maksudnya adalah dengan manajemen waktu, emosi dan energi agar selalu berpikir positif dengan
kegiatan ositif setiap hari.

5. Banyak Beraktivitas Secara Positif

Dengan banyak aktivitas positif maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal negatif.

6. Berpikir Masa Depan

Berpikir masa depan adalah agar dapat menyusun langkah-langkahnya dalam menggapai masa depan
yang ia cita-citakan yang dia impikan agar tidak menjadi seorang yang hampa tanpa harapan dan tanpa
cita-cita.

7. Mengurangi Menonton Televisi

Televisi menjadi sumber informasi yang mendidik, Namun kenyataannya bertolak belakang, karena
kebanyakan televisi hanya menyiarkan hiburan-hiburan dengan nilai-nilai gaya hidup bebas.

8. Selalu Membaca Buku

Membaca buku memberikan kita wawasan luas baik itu wawasan dalam pelajaran di sekolah maupun
wawasan akan kehidupan yang baik dan mengetahui lebih cepat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh
dilakukan.

9. Berkomunikasi dengan Baik

Dengan berkomunikasi dengan baik kita dapat berhubungan baik dengan masyarakat dan membuat
masyarakat tahu akan diri dan tidak mengajak kepada hal yang negatif karena lingkungan atau
masyarakat tidak akan mengganggu.

10. Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas


Dengan sosialisasi akan bahaya pergaulan bebas membuat masyarakat terutama para remaja
mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari pergaulan bebas sebagai langkah pencegahan.

11. Menegakkan Aturan Hukum

Dengan penegakan aturan hukum memberikan efek jera kepada pergaulan bebas dan sebagai benteng
terakhir untuk menyelamatkan generasi muda anak bangsa Indonesia.

Baca Juga:

Interaksi Sosial-Pengertian, Bentuk, Ciri, Contoh, Syarat & Faktornya

Pengertian Perubahan Sosial, Teori, Bentuk, Dampak, & Faktor Penyebabnya

Pengertian Penyimpangan Sosial, Ciri, Jenis, Bentuk, & Penyebab

Pengertian Norma, Ciri-Ciri, Macam-Macam, & Contoh-Contohnya

Pengertian, Ciri-Ciri & Hakikat Sosiologi

Pengertian, Sifat, dan Fungsi Pengendalian Sosial

Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi

Undian Spesial Samsung! Raih Kesempatan Dapatkan Samsung Galaxy S10+

Daftar Email Undian

Demikianlah informasi mengenai Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi.
Semoga teman-teman dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu pengertian pergaulan
bebas, penyebab pergaulan bebas, ciri-ciri pergaulan bebas, akibat pergaulan bebas, dampak pergaulan
bebas, dan cara mengatasi pergaulan bebas. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman.

Referensi:

Simanjuntak. 1997. Latar Pergaulan bebas. Bandung: Alumni.

Sudarsono. 1991. Pergaulan Bebas. Jakarta: Rineka Cipta

Abdurrahman, A. 1978. Pengantar Kepada Ijtihad. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Maududi, A.A. 1971. Moralitas Islam. Jakarta: Publisita.


Baca Juga Pengertian Penelitian, Tujuan, Sikap, Cara Berfikir & Menurut Para Ahli

Daftar Isi

Ciri-Ciri Pergaulan Bebas

Faktor Penyebab Pergaulan Bebas

Akibat Pergaulan/Dampak Pergaulan Bebas

Cara Mengatasi Pergaulan Bebas

Baca Juga:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Message

Your Name

Your E-mail

Your Website

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.

Search

RECENT POSTS
Doa Sholat Witir: Tata Cara, Niat Sholat Witir, Keutamaan & Waktu Sholat Witir

10 Hikmah Keutamaan Ibadah Puasa Ramadhan

Pengertian Puasa Ramadhan, Rukun, Syarat, Ketentuan & Keutamaan

55+ Pengertian Hukum Adalah: Arti, Tujuan, Macam, Jenis dari Ahli Hukum

Pengertian Puasa, Rukun, Syarat Puasa, Niat, Jenis & Manfaat Puasa

This website uses cookies to ensure your experience in our website

Kl1k 2 kli x tuk mentup ×

Artikel Biologi artikel ekonomi Artikel Kesehatan Artikel Geografi Artikel Sosiologi Artikel Agama
Pengertian IPS Artikel Seni Artikel Fisika Artikel Kimia Artikel Hukum

Artikelsiana © 2019

All rights reserved

Privacy Policy

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.

To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Landasan Teori

Menurut Karl C. Garrison membagi tugas-tugas perkembangan remaja dalam enam kelompok :

“Menerima keadaan dan jasmani.Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman
sebaya antara dua jenis kelamin.Menerima keadaan sesui jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti
kaumnya.Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.Memperoleh
kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup
dan falsafah hidup.”

Menurur Havigust tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

“Menerima keadaan pisiknya dan menerima perananya sebagai pria atau wanita Menjalin hubungan-
hubungan baru teman-teman sebaya baik sesema jenis maupun lain jenis kelamin. Memperoleh
kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-oarang dewasa lainnya.Memperoleh
kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis. Memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu
pekerjaan atau jabatan. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual
yang diperlukan dalam hidup sebagai warga Negara yang terpuji. Menginginkan dan dapat berprilaku
yang diperbolehkan oleh masyarakat.Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu
pengetahuan yang memadai”.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja munurut Hurlock adalah berusaha :


“Mampu menerima keadaan fisiknya.Mampu menerima dan memahami peran seks usia
dewasa.Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.Mencapai
kemandirian emosional.Mencapai kemandirian ekonomis.Mengembangkan konsep dan keterampilan
intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.Memahami dan
menginternalisasikan nilai orang dewasa dan orang tua.Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial
yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga”.

Adapun menurut Bernard tampak wujud pelaksanaan tugas-tugas perkembangan remaja dalam tiap
tingkat kelas social berikut :

“Mencapai hubungan yang lebih matang dengan seorang lawan jenis kelamin.Belajar menerima dirinya
pria atau wanita.Memanfaatkan keadaan pisiknya secara cocok dan mendayagunakan sebagai modal
kerja pesis (“aktiva”dan”passiva”)Mencapai kebebasan dengan mengurangi kebergantungan pada orang
dewasa.Mengembangkan kepercayaan dalam kemampuan diri untuk berdiri sendiri dlam hal
keuangan.Mempersiapkan dan merencanakan diri untuk memasuki suatu lapangan kerja pada masa
depan.Menetapkan sikap-sikap dan memperoleh pengalaman yang diperlukan sebagai persiapan
perkawinan dan hidup berkeluarga.Mengembangkan keterampilan dan konsep-konsep yang diperlukan
untuk berpartisipasi dalam hidup kenegaraanMenyusun dasar-dasar untuk dapat bertingkah-laku yang
dapat dipertanggug jawabka secara sosial.Memperoleh nilai-nilai dan sikap-sikap sebagai pedoman
bertingkah-laku yang dapat diterima dan produktip”.

Hal senada diungkapkan oleh Zulkifli (2005: 76) tentang tugas perkembangan remaja adalah :

“Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.Mencapai peranan social sebagai pria atau
wanita.Menerima keadaan fisik sendiri.Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.Memilih
pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga”.

Menurut Kimmel Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat


dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16).

“Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembang yang harus
diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan
menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami
perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan,
berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut,
payudara, panggul, dan sebagainya.Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas
perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam
perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan;
dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalahseksualitas.Tahapan yang ketiga
adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian
seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar
terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi,
dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem
etik”.

Sedangkan menurut William W.Watterberg merumuskan tugas-tugas perkembangan yang khusus


bagi anak dalam masa pubertas dan dalam masa masa remaja awal.Tugas-tugas perkembangan, khusus
masa remaja awal adalah sbb:“Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa.
Memperoleh kebebasan. Bergaul dengan teman lawan jenisMengembangkan keterampilan-
keterampilan baru. Memilikin citra diri yang realistis”.

Adapun penyesuaian diri menurut Schneiders(1984) dapat di tinjau dari tiga sudut pandang yaitu:
“Penyusuaian diri sebagai adaptasi(adaptation). Penyusuaian diri sebagai konformitas(conformiti).
Penyusuaian diri sebagai penguasaan (masteri)."

Sedangkan menurut H.Sunarto dan Ny.B.Agung Hartono(1994:184) adalah sbb:

“Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional. Tidak menunjukan adanya mekanisme psikologis.
Tidak adanya frustasi pribadi. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Mampu dalam
belajar. Menghargai pengalaman. Bersifat realistis dan objektif”.

Menurut buku perkembangan remaja (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori;2008:178) menyatakan
bahwa:

“Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (weiiadjusted person)
manakala mampu melakukan respon-respon yang matang efesien, memuaskan, dan sehat.Dikatakan
efesien artinya mampu melakukan resapon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat
mungkin”.

2.2. Analisis

Bersdasarkan teori-teori dari beberapa tokoh yang ada, saya sendiri selaku penulis menganalisis
berdasarkan dengan pandangan saya mengenai tugas-tugas remaja dan penyesuaian dirinya dalam
kehidupan yang sesuai dengan keadaan pekembangan zaman sekarang. Secara global umumnya remaja
zaman sekarang lebih mementingkan kebersamaan bersama teman-temannya tapi tak sedikit pula yang
sukar bergabung dengan yang temannya mungkin karena mereka belum tau tentang tugas-tugas
mereka dan belum bisa menyesuaikan diri dalam kehidupan..Hal ini merupakan kekurangan yang ada
dalam diri remaja, dan bisa jadi kalau tidak cepat ditangani mereka mengalami kegagalan dalam masa
remajanya. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisis tentang tugas-tugas remaja serta
penyesuaian dirinya dalam kehidupan yang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang.

Adapun tugas-tugas remaja yang sesuai dengan perkembangan zaman sekaang ini menurut
penulis adalah sebagai berikut:

Menerima keadaan dirinya sebagai seorang pria/wanita serta fisiknya tanpa sedikitpun merasa malu.

Menjalani hubungan pertemanan yang baik dengan sesama temannya baik yang sama jenis ataupun
lawan jenis kelamin.

Memperoleh hubungan kebebasan emosional dari orang dewasa yang ada di sekitarnya

Menjadi seorang pelajar yang baik

Menjadi seorang yang mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas kesehariannya.

Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

Bertingkah laku yang bisa dipertanggung jawabkan secara social.

Memliki keterampilan diri dalam kehidupan masyarakat

Ikut berpartisipasi dalam oganisasi-organisasi yang ada dalam lingkungan.

Sedangkan penyesuaian diri seorang remaja dalam kehidupan lebih terfokus dengan penerimaan diriya
di dalam lingkungan begitupun lingkungan dengan dirinya, sebab hal itu sangat bertimbal balik. Seorang
remaja bisa diakui telah berhasil dalam penyesuaian dirinya manakala ia bisa berinteraksi dengan
temannya, orang dewasa, serta orang tuanya begitupun sebaliknya. Karena dengan hal itu bisa
mewujudkan tidak menunjukan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukan adanya mekanisme
psikologis, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu
dalam belajar, menghargai pengalaman, bersifat realistis dan objektif sebaimana yang di katakan oleh
H.Sunarto dan Ny.B.Agung Hartono. Dan sebenarnya diantara tugas dan penyesuaian remaja dalam
kehidupannya saling bergantungan hubungan, ketika seorang remaja ingin mendapatkan penyesuaian
diri yang baik, mereka harus mengetahui tugas-tugasnya terlebih dahulu dan ketika seorang remaja
melakukan tugas-tugasnya mereka harus bisa menyesuikan dirinya terlebih dahulu. Dengan kata lain
diantara keduanya ada hubungan yang erat.

Anda mungkin juga menyukai