Tempat dimana seorang anak bertumbuh dan berkembang untuk pertama kalinya adalah keluarga.
Pendidikan yang pertama kali diperoleh seorang anak berawal dari keluarga. Proses pembentukan
kepribadian dan karakter seorang anak berawal dari keluarga.
Tidak sedikit faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yang mengerucut pada dua faktor.
Faktor pertama adalah faktor internal yaitu keluarga (orang tua) dan kedua, faktor eksternal yaitu
sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain dalam
membentuk kepribadian seorang anak. Namun, faktor keluarga adalah faktor yang paling utama karena
dari sinilah semua berawal.
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam proses tumbuh kembang anak sejak dalam
kandungan dan pembentukan kepribadian seorang anak. Di sini peran orang tua dalam mendidik anak
sangat penting. Proses pembentukan kepribadian yang diperankan oleh keluarga tidak dapat dilepaskan
dari fungsi keluarga itu sendiri. BKKBN merumuskan keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu agama,
sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi pendidikan, ekonomi dan lingkungan.
Berikut peran-peran keluarga dalam pembentukan kepribadian seorang anak menurut fungsi keluarga
yang dirumuskan BKKBN.
Keluarga merupakan pondasi pendidikan agama kepada seorang anak. Penerapan nilai-nilai agama
dapat menghindarkan seorang anak dari hal-hal yang melanggar hukum seperti misalnya korupsi. Ini
adalah salah satu cara menanamkan kesadaran hukum kepada seorang anak.
Untuk menjalankan fungsi agama, maka keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan
agama yang kuat kepada anak berdasarkan agama yang dianut melalui :
Keteladanan dan bimbingan untuk selalu menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan agama
Keteladanan, bimbingan, dan dorongan untuk selalu disiplin, rajin dan ikhlas menjalankan kewajiban
agama dengan penuh rasa tanggung jawab
Keteladanan dan bimbingan untuk peduli pada orang lain, membantu orang yang membutuhkan tanpa
pamrih
Keteladanan dan bimbingan untuk saling menghormati, tidak bersikap kasar dan berperilaku sopan
Keteladanan dan bimbingan untuk selalu bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi persoalan
Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan agama yang baik yang diperoleh dari keluarga, seorang anak
akan memiliki nilai dan norma yang dapat menuntunnya menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa, jujur,
bertoleransi, rajin, saleh, taat, suka membantu, disiplin, sopan santun, penyabar, ikhlas, penuh kasih
sayang, cinta kepada Tuhan, kebenaran, dan berakhlak terpuji. Jika setiap anak bangsa memiliki akhlak
yang terpuji maka suatu bangsa juga akan memiliki karakter yang terpuji pula. (baca : Peran Akhlak
Dalam Pembentukan Karakter Bangsa)
Keluarga merupakan tempat ditanamnya nilai-nilai budaya yang dianut. Indonesia adalah negara yang
memiliki budaya, agama, dan suku yang sangat heterogen. Heterogenitas Indonesia dikenal dengan
Bhinneka Tunggal Ika. Seorang anak harus benar-benar dapat memahami dan menjiwai semoboyan ini.
Jika seorang anak merasa agamanya atau sukunya paling benar maka hal ini merupakan salah satu
penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika. Jiwa kebhinnekaan ini hendaknya jangan sampai luntur.
Untuk itu keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan sosial budaya melalui :
Penanaman dan pengembangan nilai-nilai toleransi sehingga anak dapat memahami fungsi toleransi
dalam kehidupan sehari-hari
Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan sosial budaya yang diperoleh dari keluarga, seorang anak akan
memiliki pribadi yang penuh rasa toleransi dan saling menghargai, gotong royong, sopan santun, rasa
kebersamaan dan kerukunan, peduli, dan cinta tanah air.
Kasih sayang di antara anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat ikatan di antara
anggota keluarga. Rasa kasih sayang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi pribadi yang
dapat menghargai dan menghormati orang lain serta makhluk hidup lainnya. Sikap ini akan membuat
seseorang tidak akan berlaku sewenang-wenang.
Bimbingan dan pengembangan sikap loyal pada keluarga, teman sebaya dan orang lain
Keteladanan, bimbingan, dan pembiasaan untuk bersikap penuh rasa tanggung jawab
Rasa afeksi yang dikembangkan oleh keluarga akan membuat anak memiliki kepribadian yang penuh
rasa empati, supel, adil, pemaaf, setia, suka menolong, bertanggung jawab, santun, hormat serta penuh
kasih sayang.
Terkadang anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Kekurangan
kasih sayang ini diakibatkan orang tua yang terlalu sibuk sehingga bersikap abai terhadap anak-anaknya.
Jika bertemu dengan orang-orang yang bernasib sama dan memiliki perilaku yang buruk maka dapat
mengakibatkan seorang anak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Misalnya tawuran, bersikap
buruk pada temannya atau istilah kerennya “bullying”, terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan lain-
lain. (baca : Penyebab Tawuran dan Cara Mengatasinya, Akibat Bullying dan Cara Mengatasinya, dan
Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda).
Di era globalisasi seperti sekarang, ancaman terhadap tumbuh kembang anak begitu nyata di depan
mata. Berbagai kasus yang timbul seperti kekerasan pada anak, peredaran narkoba yang begitu pesat,
pornografi, LGBT, serta radikalisme merupakan lima masalah besar yang dihadapi saat ini. Untuk
mencegahnya, maka diperlukan kerjasama antara berbagai pihak terutama keluarga guna melindungi
anak dari ancaman-ancaman yang ada.
Untuk menjalankan fungsi perlindungan, maka keluarga berperan sebagai tempat berlindung melalui :
Keteladanan untuk memaafkan kesalahan orang lain tanpa dendam, berani mengakui kesalahan sendiri
dan memperbaikinya
Keteladanan dalam pengendalian diri dan bersikap sabar dalam segala situasi
Keteladanan dalam menumbuhkembangkan sikap peduli dan setiakawan anak dengan lingkungan
sekitar
Di sini, seorang anak bercermin pada tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya ketika melindungi
dirinya dari hal-hal yang membahayakan. Di sini peran ayah dalam keluarga sangat penting. Hal ini
membuat seorang anak belajar untuk memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin yang adil,
amanah dan bertanggung jawab terhadap keluarga, memberi rasa aman, pemaaf, pribadi yang tanggap,
tabah, peduli.
Untuk menjalankan fungsi reproduksi, maka keluarga berperan sebagai pondasi pendidikan reproduksi
melalui :
Pendidikan seks sejak dini agar anak dapat bertanggung jawab terhadap fungsi reproduksi
Bimbingan dan penjelasan tentang kesehatan reproduksi melalui diskusi, pemberian kepercayaan, dan
rasa tanggung jawab
Bimbingan tentang akibat pergaulan bebas, larangan seks pra nikah, dan norma-norma yang mengatur
Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang mampu bertanggung jawab,
sehat dan teguh pendirian.
Sebagai tempat bersosialisasi, keluarga berperan dalam memberikan pengenalan atau memberikan
pendidikan mengenai hubungan seorang anak dengan orang-orang disekitarnya sebagai bekal untuk
masuk ke lingkungan sosial yang lebih luas. Lingkungan sosial setelah keluarga yang dimasuki seorang
anak adalah sekolah dan masyarakat.
Keteladanan, bimbingan dan pelibatan anak dalam berbagai aktivitas yang bermanfaat
Disiplin waktu
Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang mampu bekerja sama, disiplin
dan bertanggung jawab.
Keluarga merupakan tempat pembinaan dan penanaman nilai-nilai dan perencanaan keuangan keluarga
agar terwujud keluarga sejahtera. Untuk menjalankan fungsi ekonomi, keluarga berperan dalam :
Keteladanan dan bimbingan agar cermat, dan hati-hati dalam membelanjakan uang
Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang hemat, teliti, disiplin, peduli,
dan ulet.
Pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih perlu dilakukan sejak dini agar anak memahami dan peduli
pada lingkungan hidup di sekitarnya. Adapun peran keluarga sebagai pondasi pendidikan lingkungan
adalah :
Keteladanan dan bimbingan untuk selalu berperilaku bersih dalam segala hal
Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
Keluarga berperan dalam usaha pemenuhan hidup seorang anak baik fisik maupun emosional. Kemajuan
teknologi tak dipungkiri sangat mempengaruhi hubungan emosional ini. Anak lebih tertarik bermain
gawai dibanding berada di tengah-tengah keluarga. Begitu pula sebaliknya. Tak jarang walaupun berada
di satu ruangan namun sibuk dengan dunianya masing-masing. Anak menjadi tidak peka dan tidak
peduli. Untuk mensiasatinya, orang tua harus meluangkan waktu dan berkomunikasi dengan baik-baik.
Seorang anak pasti memiliki ketertarikan akan hal-hal tertentu dan cita-cita dalam hidupnya. Bila
seorang anak mengalami kegagalan dalam perjalanan meraih cita-citanya, orang tua adalah pihak
pertama yang harus dapat memberikan motivasi dan dukungan. Motivasi dan dorongan dukungan ini
sangat penting agar seorang anak tidak terpuruk dan dapat bangkit lagi untuk berjalan meraih cita-
citanya.
Ketika seorang anak merasa jenuh dengan sekolahnya, orang tua wajib membantu dengan memberikan
motivasi bahwa sekolah penting masa depan. Jika anak mulai malas belajar, orang tua orang tua terlebih
dahulu mengindentifikasi hal-hal yang menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar.
Kemudian, mengingatkan dan memberi semangat belajar kepada anaknya tanpa kekerasan. Hal ini
sangat penting agar anak menemukan kembali semangat belajarnya demi meraih cita-citanya. (baca :
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak, Cara Meningkatkan Disiplin Belajar Anak, dan Cara
Meningkatkan Semangat Belajar)
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
Artikel Terkait
Negara Yang Menganut Politik Parokial yang Mudah Untuk Anda Pahami
Kategori : Moral
← Previous Next →
Search
Artikel Terbaru
Recent
26 April, 2019
26 April, 2019
26 April, 2019
26 April, 2019
26 April, 2019
Contoh Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Dan Politik
26 April, 2019
26 April, 2019
26 April, 2019
26 April, 2019
Dosen Talks
Informasi di web ini hanya bersifat informasi dan tidak untuk menggantikan pendapat ahli, dokter, atau
profesional.
Home
Contoh Proposal
Contoh Makalah
Contoh Pidato
Surat Lamaran
Surat Kuasa
Contoh Skripsi
Kata Pengantar
Pendidikan
Bimbingan Konseling
Metode Penelitian
Teori Psikologi
Jurnal Psikologi
Ilmu Psikologi
Klinis
Psikologi Remaja
Psikologi Anak
Tips Anda
Informasi
Pengertian RemajaRemaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki
masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23)
adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
telah matang.
Pengertian Remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan
Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut
menggambarkan bahwa masa remajaadalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu
pematangan fisik, maupun psikologis.
TAGS: CIRI-CIRI REMAJA, DEFENISI REMAJA, DEFINISI BELAJAR MENURUT PARA AHLI, DEFINISI
KENAKALAN REMAJA, DEFINISI REMAJA, DEFINISI REMAJA MENURUT AHLI, KENAKALAN REMAJA,
KENAKALAN REMAJA MENURUT PARA AHLI, MASA REMAJA, PENGERTIAN KENAKALAN REMAJA,
PENGERTIAN MASA REMAJA, PENGERTIAN PSIKOLOGI MENURUT PARA AHLI, PENGERTIAN REMAJA,
PENGERTIAN REMAJA MENURUT PARA AHLI, PERKEMBANGAN REMAJA, REMAJA, REMAJA MENURUT
PARA AHLI
Karakteristik Remaja
Karakteristik Remaja
Kenakalan Remaja
Kenakalan Remaja
Search …
Artikel Utama
1Kumpulan Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris yang Baik dan Benarcontoh surat lamaran kerja bahasa
inggris tulis tangan
2Kumpulan Contoh Pidato Singkat Jelas dan PadatContoh Pidato Singkat Tentang Lingkungan Kebersihan
Kerukunan
3Contoh Surat Penawaran Barang Produk Negosiasi Makanan Hargacontoh surat penawaran barang
mesih foto copy
4Jelaskan Pengertian Dari / Kumpulan Soal Uraian Berbagai Mapeljelaskan pengertian dari
Archives Psikologi
Archives Psikologi
Kategori Umum
Pertumbuhan badan remaja sangat cepat. Sistem koordinasi tubuh mereka menjadi kurang seimbang
akibat pertumbuhan yang cepat itu. Mereka mengalami masa-masa energetik dan lelah silih berganti.
Ciri-ciri mental
Mereka menyukai petualangan dan penemuan hal-hal baru, dan mereka mempunyai imajinasi yang
aktif. Mereka senang humor.
Mereka mampu berpikir serius, dan memiliki kesanggupan untuk berpikir abstrak maupun kongkret
sekaligus. Tetapi pengetahuan mereka berkembang lebih cepat daripada pengalaman.
Ciri-ciri sosial
Mereka ingin menjadi dewasa dan tidak tergantung pada orang dewasa. Namun dalam banyak hal
mereka masih bertindak seperti kanak-kanak.
Mereka ingin dianggap "termasuk" atau "milik" gang-nya dan punya rasa setia kawan yang besar
terhadap teman-teman sebayanya.
Ciri-ciri emosional
Emosi mereka kuat sekali dan sering naik turun. Mereka sulit mengendalikan emosinya karena begitu
banyak perubahan sedang terjadi di dalam tubuhnya.
Ciri-ciri rohani
Cara menanggapi
Bersabarlah dengan kecanggungan mereka. Jangan membuat kegiatan- kegiatan terlalu kompetitif atau
terlalu menegangkan.
Cara menanggapi
Tanggapi ciri-ciri ini secara positif. Bantulah mereka memakai imajinasinya untuk membuat Alkitab lebih
hidup. Tertawa bersama mereka. Gunakan humor.
Bimbinglah mereka agar dapat memikirkan sendiri masalah-masalahnya. Arahkan mereka kepada
Alkitab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang sulit.
Cara menanggapi
Jangan memanggil mereka "anak-anak". Beri mereka tanggung jawab, tetapi jangan kecewa kalau
mereka bertindak kurang bertanggung jawab.
Hormatilah kesetiakawanan mereka. Doronglah mereka supaya memilih teman-teman yang baik.
Arahkan kesetiakawanan mereka kepada Tuhan.
Jangan mengejek mereka, apalagi melontarkan sindiran tajam. Tunjukkan kepada setiap remaja bahwa
Anda mengasihi dan mempedulikan mereka.
Cara menanggapi
Jangan timbulkan gangguan emosional pada mereka. Jangan membuat acara permainan yang gaduh,
yang langsung diikuti oleh kebaktian serius; mereka tidak dapat menenangkan diri secepat itu.
Cara menanggapi
Tunjukkan selalu bahwa kebenaran-kebenaran Alkitab itu relevan untuk situasi kehidupan mereka.
Terimalah keraguan ini sebagai bagian dari proses pertumbuhan. Sambutlah sifat itu sebagai pertanda
bahwa para remaja ini sedang menjadikan imannya sebagai iman mereka sendiri, bukan iman yang
diwarisi dari orang tua.
Arahkan keinginan ini kepada Kristus dan teladan yang Ia berikan kepada kita di dalam Alkitab.
Masa remaja merupakan masa yang sangat kritis, masa untuk melepaskan ketergantungan terhadap
orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang
dewasa. keberhasilan para remaja melalui masa transisi sangat dipengaruhi oleh faktor biologis (faktor
fisik), kognitif (kecerdasan intelektual), psikologis (faktor mental), maupun faktor lingkungan. Dalam
kesehariannya,remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. remaja dituntut memiliki
keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
keterampilan-keterampilan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, mendengarkan pendapat/ keluhan dari orang lain, memberi / menerima umpan balik,
memberi/ menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain.
Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tapi juga jangan sampai meninggalkan kewajiban kita sebagai
makhluk sosial.
Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktivitas. Disiplin waktu biar nggak keteteran.
3. Kesopanan
Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapaun
dan kapanpun.
4. Kesederhanaan
Bersikaplah sederhana .
5. 5. Kejujuran
Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit.
6. Keadilan
7. Cinta Kasih
Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan.
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan
atau norma yang berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada beberapa faktor yang bisa
memengaruhinya antara lain :
1. Kondisi fisik
2. Kebebasan Emosional
3. Interaksi sosial.
Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub yang ekstrem, yaitu terlalu
sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas. Semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti
untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan.
dan merasa paling benar. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia pasti akan membutuhkan
manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul, supaya kita tidak menjadi manusia paling egois
Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin di harga dan di hormati orang lain, maka kita harus lebih
dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain. Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di
lakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan
menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain,
menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya.
Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Karena
prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan permusuhan antara kita dengan orang lain.
Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik, psikologis, ras, suku,
budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki keunikan tersendiri, karena hal inilah kita harus
memahami perbedaan tersebut.
6. Saling memberikan nasihat
Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke jalan yang baik dan
mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling
memberikan nasehat, kita secara tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya
untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat kelak.
1. Etika pergaulan adalah sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi
dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan, adat,
hukum dan lain-lain.
2. Cara yang baik bersikap dalam pergaulan adalah bagaimana seseorang tersebut mengutamakan
perilaku yang sopan santun saat berhubungannya dengan setiap orang.
3. Dunia pergaulan banyak jenisnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor umur, pekerjaan,
keterikatan, lingkungan dan sebagainya.
4. Dampak positif dari pergaulan adalah mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima
di berbagai lapisan sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas
diteladani.
5. Dampak negatif dari pergaulan adalah tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang
menyimpang.
Artikelsiana
Artikel Biologi
artikel ekonomi
Artikel Kesehatan
Artikel Geografi
Artikel Sosiologi
Artikel Agama
Pengertian
IPS
Artikel Seni
Artikel Fisika
Artikel Kimia
Artikel Hukum
DroneX Pro
monnyso.com
Partai politik mana yang cocok dengan keyakinan Anda? Coba kuis ini.
iSideWith
DroneXPro
by TaboolaSponsored Links
Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi|Secara Umum, Pengertian Pergaulan
Bebas adalah salah bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan,
syarat, dan perasaan malu. atau pergaulan bebas dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang
melanggar norma agama maupun norma kesusilaan. Pengertian Pergaulan Bebas diambil karna arti dari
Pergaulan dan bebas. Pengertian pergaulan adalah merupakan proses interaksi antara individu atau
individu dengan kelompok. Sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma
agama dan norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang
individu baik pergaulan positif atau negatif.
Pergaulan positif berupa kerja sama antara individu atau kelompok yang bermanfaat. Sedangkan
pergaulan negatif mengarah pada pergaulan bebas yang harus dihindari oleh setiap masyarakat
khususnya bagi remaja yang masih labil atau masih mencari jati dirinya dan di usia remaja lebih mudah
terpengaruh serta belum dapat mengetahui baik atau tidaknya perbuatan tersebut.
Pengertian Pergaulan Bebas Menurut Agama – Pengertian pergaulan bebas menurut agama adalah
proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan. Pergaulan bebas
tertuang dalam Surat An-Nur ayat 30-31 bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam
bergaul.
Ciri-Ciri Pergaulan Bebas – Pergaulan bebas dapat diketahui dengan beberapa ciri-ciri yang
menandakannya antara lain sebagai berikut..
Terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi.
Terjerat dalam pesta hura-hura dengan menggunakan obat-obat terlarang seperti ganja, putau, ekstasi,
dan pil-pil setan lainnya.
Pakaian terbuka
Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu ingin melawan, rasa malas, perubahan
dalam keinginan, selalu menunjukkan eksistensi dan kebanggan diri serta selalu ingin mencoba banyak
hal.
Ingin mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dengan jalan yang salah,
keji dan haram.
Penyebab Pergaulan Bebas – Hal yang terjadi dalam pergaulan bebas banyak bertolak belakang dengan
atran-aturan dan norma-norma dalam etika pergaulan, hal ini didasari atau disebabkan dari banyak
faktor-faktor penyebab pergaulan bebas antara lain sebagai berikut…
1. Rendahnya Tarah Pendidikan Keluarga
Rendahnya tarah pendidikan keluarga yang berpengaruh besar sebagai penyebab terjadinya pergaulan
bebas. Contohnya, keluarga mengisinkan sang anak untuk berpacaran dan ditambah tanpa adanya
pengawasan yang menyebabkan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Keadaan keluaga sangat berpengaruh pada tingkah laku atau perkembangan psikil remaja yang mana
keadaan orang tua yang tidak harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu dan anak
cenderung kesenangan diluar untuk merasa senang, dan melupakan hal yang terjadi di keluarganya
karena orang tua tidak memberi kasih sayang, sehingga sang anak mencari kesenangan diluar berbuntut
pada pergaulan bebas.
Tidak diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang mendapat
perhatian sehingga sang anak bebas dalam beraktivitas.
Lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk keperibadian seseorang, jika dilingkungan tersebut
merupakan lingkungan yang kurang kondusif maka sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan
bebas dimana kitak ketahui bahwa perkembangan seseorang lebih ditentukan pada lingkungan dari
pada keluarga.
Teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas
terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik.
Keluarga ekonomi yang rendah, membuat anak tidak dapat bersekolah dan biasanya banyak pula yang
putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut dengan remaja yang senasip yang membuat
perilaku sang anak menjadi tambah parah.
Kurangnya kesadaran remaja terjadi merupakan implikasi dari kurangnya pengetahuan remaja tersebut
akan dampak pergaulan bebas.
Dari adanya internet memudahkan untuk mengakses jenis macam budaya yang tidak sesuai dengan
norma ketimuran.
Akibat Pergaulan/Dampak Pergaulan Bebas
Terjadinya pergaulan bebas memberikan pengaruh besar baik bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat
dan juga negara, pengaruh-pengaruh tersebut dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas
antara lain sebagai berikut..
Bahaya dari pergaulan bebas adalah seks bebas. Seks bebas adalah dua orang yang berhubungan suami
istri tanpa ikatan pernikahan sampai dengan kehamilan diluar nikah yang tentu saja memalukan diri
sendiri, orang tua, masyarakat, dan Indonesia dengan adat ketimuran.
Ketergantungan Obat. Dari ajakan teman karena pikiran yang masih labil menggiringnya mengkonsumsi
obat terlarang sampai membuat ketagihan dengan ketergantungan obat-obat terlarang hingga
berlebihan dan berdampak overdosis yang diakhiri dengan kematian.
Menurunnya tingkat kesehatan. Pergaulan bebas dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti HIV
AIDS dan banyaknya yang menggugurkan kandungan yang tentu saja membahayakan kesehatannya
serta mengkonsumsi obat-obat terlarang yang semua hal tersebut dapat menurunkan kesehatan.
Meningkatkan Kriminalitas. Bahaya pergaulan bebas yang satu ini dapat terjadi karena jika pencadu
narkoba tidak lagi memiliki uang untuk membeli maka jalan keluar yang cepat adalah dengan melakukan
tindakan kriminalitas.
Meregangkan Hubungan Keluarga. Pergaulan bebas dapat meregangkan hubungan antara keluarga
karena beberapa penyebab yang biasanya karena emosi meledak-ledak dan bahkan sampai rasa hormat
kepada orang tua akan dapat hilang.
Menyebarkan Penyakit. Pergaulan bebas yang akrap dengan seks bebas, dan narkoba membuat
berbagai penyakit dapat menyerang orang-orang sekitar yang tidak bersalah.
Menurunnya Prestasi. Seorang dengan pergaulan bebas lebih cenderung bersenang-senang dan dapat
menghilangkan konsentrasi belajar akibat dari minuman keras dan narkoba.
Berdosa. Pergaulan bebas sudah tentu akan mendapat dosa yang belum rasakan selagi masih hidup,
namun saat kematian menjemput yang dihantarkan kepada balasan atas doa-dosa yang pernah
diperbuat yaitu ke neraka.
Baca Juga Pengertian Kontak Sosial : Apa itu Kontak Sosial ?...
Cara Mengatasi Pergaulan Bebas – Masalah apapun dapat diatasi, baik itu pergaulan bebas hal ini dapat
diatasi, dan dicegah dengan solusi-solusi penanganan dan pencegahan pergaulan bebas dengan
beberapa cara antara lain sebagai berikut…
Menyadari dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga tidak menganiyaya emosi dan diri
mereka sendiri.
Nilai ketimuran atau nilai keislaman sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang dengan
meningkatkan keimanan sebagai pegangan atau perisai untuk berpikir ke pergaulan bebas.
Maksudnya adalah dengan manajemen waktu, emosi dan energi agar selalu berpikir positif dengan
kegiatan ositif setiap hari.
Dengan banyak aktivitas positif maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal negatif.
Berpikir masa depan adalah agar dapat menyusun langkah-langkahnya dalam menggapai masa depan
yang ia cita-citakan yang dia impikan agar tidak menjadi seorang yang hampa tanpa harapan dan tanpa
cita-cita.
Televisi menjadi sumber informasi yang mendidik, Namun kenyataannya bertolak belakang, karena
kebanyakan televisi hanya menyiarkan hiburan-hiburan dengan nilai-nilai gaya hidup bebas.
Membaca buku memberikan kita wawasan luas baik itu wawasan dalam pelajaran di sekolah maupun
wawasan akan kehidupan yang baik dan mengetahui lebih cepat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh
dilakukan.
Dengan berkomunikasi dengan baik kita dapat berhubungan baik dengan masyarakat dan membuat
masyarakat tahu akan diri dan tidak mengajak kepada hal yang negatif karena lingkungan atau
masyarakat tidak akan mengganggu.
Dengan penegakan aturan hukum memberikan efek jera kepada pergaulan bebas dan sebagai benteng
terakhir untuk menyelamatkan generasi muda anak bangsa Indonesia.
Baca Juga:
Demikianlah informasi mengenai Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara Mengatasi.
Semoga teman-teman dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu pengertian pergaulan
bebas, penyebab pergaulan bebas, ciri-ciri pergaulan bebas, akibat pergaulan bebas, dampak pergaulan
bebas, dan cara mengatasi pergaulan bebas. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman.
Referensi:
Daftar Isi
Baca Juga:
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Message
Your Name
Your E-mail
Your Website
Search
RECENT POSTS
Doa Sholat Witir: Tata Cara, Niat Sholat Witir, Keutamaan & Waktu Sholat Witir
55+ Pengertian Hukum Adalah: Arti, Tujuan, Macam, Jenis dari Ahli Hukum
Pengertian Puasa, Rukun, Syarat Puasa, Niat, Jenis & Manfaat Puasa
Artikel Biologi artikel ekonomi Artikel Kesehatan Artikel Geografi Artikel Sosiologi Artikel Agama
Pengertian IPS Artikel Seni Artikel Fisika Artikel Kimia Artikel Hukum
Artikelsiana © 2019
Privacy Policy
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Landasan Teori
Menurut Karl C. Garrison membagi tugas-tugas perkembangan remaja dalam enam kelompok :
“Menerima keadaan dan jasmani.Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman
sebaya antara dua jenis kelamin.Menerima keadaan sesui jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti
kaumnya.Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.Memperoleh
kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup
dan falsafah hidup.”
“Menerima keadaan pisiknya dan menerima perananya sebagai pria atau wanita Menjalin hubungan-
hubungan baru teman-teman sebaya baik sesema jenis maupun lain jenis kelamin. Memperoleh
kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-oarang dewasa lainnya.Memperoleh
kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis. Memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu
pekerjaan atau jabatan. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual
yang diperlukan dalam hidup sebagai warga Negara yang terpuji. Menginginkan dan dapat berprilaku
yang diperbolehkan oleh masyarakat.Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu
pengetahuan yang memadai”.
Adapun menurut Bernard tampak wujud pelaksanaan tugas-tugas perkembangan remaja dalam tiap
tingkat kelas social berikut :
“Mencapai hubungan yang lebih matang dengan seorang lawan jenis kelamin.Belajar menerima dirinya
pria atau wanita.Memanfaatkan keadaan pisiknya secara cocok dan mendayagunakan sebagai modal
kerja pesis (“aktiva”dan”passiva”)Mencapai kebebasan dengan mengurangi kebergantungan pada orang
dewasa.Mengembangkan kepercayaan dalam kemampuan diri untuk berdiri sendiri dlam hal
keuangan.Mempersiapkan dan merencanakan diri untuk memasuki suatu lapangan kerja pada masa
depan.Menetapkan sikap-sikap dan memperoleh pengalaman yang diperlukan sebagai persiapan
perkawinan dan hidup berkeluarga.Mengembangkan keterampilan dan konsep-konsep yang diperlukan
untuk berpartisipasi dalam hidup kenegaraanMenyusun dasar-dasar untuk dapat bertingkah-laku yang
dapat dipertanggug jawabka secara sosial.Memperoleh nilai-nilai dan sikap-sikap sebagai pedoman
bertingkah-laku yang dapat diterima dan produktip”.
Hal senada diungkapkan oleh Zulkifli (2005: 76) tentang tugas perkembangan remaja adalah :
“Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.Mencapai peranan social sebagai pria atau
wanita.Menerima keadaan fisik sendiri.Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.Memilih
pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga”.
“Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembang yang harus
diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan
menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami
perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan,
berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut,
payudara, panggul, dan sebagainya.Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas
perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam
perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan;
dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalahseksualitas.Tahapan yang ketiga
adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian
seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar
terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi,
dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem
etik”.
Adapun penyesuaian diri menurut Schneiders(1984) dapat di tinjau dari tiga sudut pandang yaitu:
“Penyusuaian diri sebagai adaptasi(adaptation). Penyusuaian diri sebagai konformitas(conformiti).
Penyusuaian diri sebagai penguasaan (masteri)."
“Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional. Tidak menunjukan adanya mekanisme psikologis.
Tidak adanya frustasi pribadi. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Mampu dalam
belajar. Menghargai pengalaman. Bersifat realistis dan objektif”.
Menurut buku perkembangan remaja (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori;2008:178) menyatakan
bahwa:
“Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (weiiadjusted person)
manakala mampu melakukan respon-respon yang matang efesien, memuaskan, dan sehat.Dikatakan
efesien artinya mampu melakukan resapon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat
mungkin”.
2.2. Analisis
Bersdasarkan teori-teori dari beberapa tokoh yang ada, saya sendiri selaku penulis menganalisis
berdasarkan dengan pandangan saya mengenai tugas-tugas remaja dan penyesuaian dirinya dalam
kehidupan yang sesuai dengan keadaan pekembangan zaman sekarang. Secara global umumnya remaja
zaman sekarang lebih mementingkan kebersamaan bersama teman-temannya tapi tak sedikit pula yang
sukar bergabung dengan yang temannya mungkin karena mereka belum tau tentang tugas-tugas
mereka dan belum bisa menyesuaikan diri dalam kehidupan..Hal ini merupakan kekurangan yang ada
dalam diri remaja, dan bisa jadi kalau tidak cepat ditangani mereka mengalami kegagalan dalam masa
remajanya. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisis tentang tugas-tugas remaja serta
penyesuaian dirinya dalam kehidupan yang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang.
Adapun tugas-tugas remaja yang sesuai dengan perkembangan zaman sekaang ini menurut
penulis adalah sebagai berikut:
Menerima keadaan dirinya sebagai seorang pria/wanita serta fisiknya tanpa sedikitpun merasa malu.
Menjalani hubungan pertemanan yang baik dengan sesama temannya baik yang sama jenis ataupun
lawan jenis kelamin.
Memperoleh hubungan kebebasan emosional dari orang dewasa yang ada di sekitarnya
Sedangkan penyesuaian diri seorang remaja dalam kehidupan lebih terfokus dengan penerimaan diriya
di dalam lingkungan begitupun lingkungan dengan dirinya, sebab hal itu sangat bertimbal balik. Seorang
remaja bisa diakui telah berhasil dalam penyesuaian dirinya manakala ia bisa berinteraksi dengan
temannya, orang dewasa, serta orang tuanya begitupun sebaliknya. Karena dengan hal itu bisa
mewujudkan tidak menunjukan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukan adanya mekanisme
psikologis, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu
dalam belajar, menghargai pengalaman, bersifat realistis dan objektif sebaimana yang di katakan oleh
H.Sunarto dan Ny.B.Agung Hartono. Dan sebenarnya diantara tugas dan penyesuaian remaja dalam
kehidupannya saling bergantungan hubungan, ketika seorang remaja ingin mendapatkan penyesuaian
diri yang baik, mereka harus mengetahui tugas-tugasnya terlebih dahulu dan ketika seorang remaja
melakukan tugas-tugasnya mereka harus bisa menyesuikan dirinya terlebih dahulu. Dengan kata lain
diantara keduanya ada hubungan yang erat.