Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Munirul Abidin, M.Ag
Oleh:
Pradine Laorent Edwar (220106210043)
Segala puji hanya milik Allah Dzat yang maha kuasa, atas atas segala limpahan
rahmatnya sehingga Tim Penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Islamisasi Ilmu Pengetahuan” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu dan Integrasi Sains.
1. Prof Dr. H. Munirul Abidin, M.Ag selaku dosen mata kuliah Filsafat
Ilmu Pengetahuan yang telah memberikan tugas mengenai hubungan
antara filsafat,tasawuf, agama dan ilmu pengetahuan ini, sehingga
pengetahuan Penulis dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan menjadi
bertambah.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terlepas dari kesalahan
dan kekurangan, namun dengan demikian semoga memberikan manfaat
bagi Penulis kedepannya.Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif akan
Penulis terima dengan sukarela.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke -20 keadaan dunia ditandai dengan kemajuan yang dicapai
oleh barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
implikasinya, yaiatu berupa penjajahan mereka atas dunia islam. Negara-
negara yang dahulunya masuk dalam hegemoni islam seperti india,
sapnyol, sisilia dan lain sebagainya yang sudah mulai lepas dari islam dan
berdiri sendiri sebagai negara sepenuhnya. Proses islamisasi ilmu
pengetahuan itu pada dasarnya telah berlangsung sejak permulaan islam
hingga pasa zaman saat ini. Pada sekitar abad ke-8 M. pada masa
pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, proses islamisasi ilmu pengetahuan
ini berlanjut secara besar-besaran yaitu dengan diadakannya
penterjemahanterhadap karya-karya dari Persia dan yunani yang kemudian
diberikan pemaknaan ulang dan disesuaikan dengan konsep agama islam. 1
Islam adalah agama yang memperhatikan bahkan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Terdapat banyak ayat al Qur’an yang mem- posisikan ilmu
dan ahli ilmu pada tempat yang mulia dan agung. Di samping itu juga
terdapat banyak ayat yang memotivasi umat Islam untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Kedatangan Islam di bumi ini dengan diutusnya Nabi
Muhammad SAW telah membuka mata manusia untuk beranjak dari
kemunduran dan keterbelakangan kehidupannya menuju kepada peradaban
yang ideal. Keberhasilan umat Islam meraih peradaban ideal tersebut tidak
terlepas dari ajaran Islam kepada umatnya agar selalu menggunakan
instrumen ilmu pengetahuan untuk mencapai kemajuan.
B. Rumusan Masalah
Adapun dari latar belakang di atas maka penulis merumusmkan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian islamisasi ilmu pengetahuan ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh islamisasi ilmu pengetahuan ?
3. Apa paradigma islamisasi ilmu pengetahuan ?
1
Rosnani Hashim, (Gagasan Islamisasi Kontemporer:Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan,
(INSIST, Jakarta, 2005), 29
1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka penulis memiliki tujuan makalh
tersebut :
a. Mengetahui pengertian islamisasi ilmu pengetahuan
b. Mengetahui tokoh-tokoh islamisasi ilmu pengetahuan
c. Memahami tantangan islamisasi ilmu pengetahua
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasai ilmu pengetahuan terdiri dari tiga kata yaitu, kata
Islamisasi, ilmu dan pengetahuan. Di sini penulis akan menjelaskan satu
persatu dari ketiga kata tersebut. Islamisasi; artinya adalah pengIslaman,
pengIslaman dunia, bisa juga usaha mengIslamkan dunia.2 Sedangkan
ilmu adalah merupakan cara berfikir dalam menghasilkan suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Ilmu
merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah
tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah.3 Dan
yang terakhir adalah pengetahuan. Didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu. Ilmu
adalah pengetahuan.4 Akan tetapi dari berbagai referensi yang penulis
baca bahwa ilmu dan pengetahuan tidaklah sama persis, dimana ilmu
lebih luas cakupannya, karna pengetah yang belum pasti dikatakan ilmu
sedangkan pengetahuan sudah barang tentu dikatakan ilmu. Dari
pengertian di atas jadi yang dikatakan Islamisasi pengetahuan adalah;
berarti mengIslamkan segala ilmu pengetahuan.
2
Peter Salim & Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1986), h. 971.
3
H. Ahmad Syadaly, dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 34
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan
Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 879.
3
memperkaya visi dan perjuangan Islam. Islamisasi ilmu juga merupakan
sebagai usaha yaitu memberikan defenisi baru, mengatur data-data,
memikirkan lagi jalan pemikiran dan menghubungkan data-data,
mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan
kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian rupa
sehingga disiplin-disiplin itu memperkaya wawasan Islam dan
bermanfaat bagi cause (cita-cita) Islam. 5
Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Attas, yaitu Pembebasan
manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang
bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap
pemikiran dan bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya
yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau
jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap
hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya.
Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat
proses evolusi dan devolusi.6
4
utama Islam setelah unsur-unsur dan konsep pokok dikeluarkan dari
setiap ranting.
Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk
memberikan respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern
yang sekularistik dan Islam yang “terlalu” religius, dalam model
pengetahuan baru yang utuh dan integral tanpa pemisahan di antaranya.
Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi
dari Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Osman Bakar, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah
sebuah program yang berupaya memecahkan masalah-masalah yang
timbul karena perjumpaan antara Islam dengan sains modern
sebelumnya.8 Progam ini menekankan pada keselarasan antara Islam
dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi umat
Islam.
Dan M. Zainuddin menyimpulkan bahwa islamisasi pengetahuan
pada dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-
asumsi Barat. terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan
worldviewnya sendiri (Islam).9
Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan
bahwa Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat
umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui
kebebasan penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional – empirik
dan filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan
Sunnah Nabi. Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul
ketinggalan dari umat lain, khususnya Barat.
5
pengetahuan. Ketajaman intelektual dan semangat kritik ilmiyahnya,
membawa ia sampai kepada kesimpulan bahwa ilmu-ilmu sosial model
barat menunjukkan kelemahan metodologi yang cukup mendasar,
terutama bila diterapkan untuk memahami kenyataan kehidupan sosial
umat Islam yang memiliki pandangan hidup yang sangat berbeda dari
masyarakat Barat. Untuk mencapai tujuan al- Faruqi mendirikan
Himpunan Ilmu Sosial Muslim (The Asociation of Muslim Social
Scientists-AMSS) pada tahun 1972 dan sekaligus menjadi presidennya
yang pertama hingga 1918, melalui lembaga ini ia berharap bahwa
Islamisasi ilmu pengetahuan terwujud.10
Setelah menyampaikan ide Islamisasinya pada tahun 1981, al-
Faruqi langsung mendirikan sebuah lembaga penelitian khusus untuk
mengembangkan gagasan-gagasannya tentang proyek Islamisasi, yaitu
International Institute of Islamic Though (IIIT), merupakan lembaga
internasional untuk pemikiran Islam, yang penyelenggaranya adalah
AMSS sendiri.
Esposito menuturkan Islamisasi sains inilah yang menjadi inti
visi dari Al-Faruqi. Ia menganggap kelumpuhan politik, ekonomi, dan
religio-kulural umat Islam utamanya merupakan akibat dualisme sistem
pendidikan di dunia Islam, ditamba hilangnya idetitas dan pudarnya visi
Islam. Al-Faruqi meyakini bahwa sosial atas problem ini adalah
mengkaji peradaban Islam dan pengetahuan modern.11
Al-Faruqi berpandangan bahwa pengetahuan modern
mengakibatkan adanya pertentangan antara wahyu dan akal dalam diri
umat Islam, memisahkan pemikiran dari aksi serta adanya dualisme
kultural dan religius. Oleh karena itu, diperlukan Islamisasi sains yang
berpijak dari ajaran tauhid. Sains menurut tradisi Islam tidak
menerangkan dan memahami realitas dan entitas yang terpisah dari
independen dari realitas absolute (Allah), tetapi melihatnya sebagai
10
Harun Nasution. Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Dzambatan, 1992) , h. 243.
11
John L. Esposito-John O. Voll, Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng
Hariyanto,dkk. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), 41
6
bagian integral dari eksistensi Allah. Islamisasi sains menurut Al-
Faruqi, harus diarahkan pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang
hubungan realitas yang sedang dipelajari dengan pola hukum Tuhan
(divine pattern)12.
Al-Faruqi percaya bahwa Islam adalah solusi bagi problematika
yang dihadapi manusia sekarang ini. Apalagi yang hidapi oleh umat
Muslim saat ini adalah berada dalam keadaan yang lemah dan berada
dalam zaman kemunduran, seperti buta huruf, kebodohan, dan juga
tahayul. Sehingga, hal itu membuat umat Islam lari kepada keyakinan
yang buta, bersandar kepada literalisme dan legalisme atau
menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka dan meninggalkan
ijtihad suatu sumber kreativitas yang seharusnya dipertahankan. 13
Kemunduran yang di alami oleh umat Islam dalam berbagai bidang
kehidupanya telah membuat mereka berada dalam anak tangga
terbawah. Hal itu dikarenakan mereka melihat kemajuan bangsa Barat
yang begitu mengagumkan. Sehingga sebagian dari mereka para kaum
Muslim yang tergoda dengan kemajuan Barat melakukan reformasi
dengan jalan westernisasi. Namun, ternyata jalan westernisasi yang
ditempuh menurutnya lebih baik telah menghancurkan umat Islam dari
ajaran alquran dan hadis, karena semua yang berhubungan dengan
kemajuan Barat diterima oleh umat Islam tanpa adanya filter. 14
Selain permasalahan mengenai westernisasi, juga adanya
persoalan mengenai bidang akademik. Banyak para pemuda-pemuda
Muslim yang berpendidikan Barat, bahkan telah memperkuat
westernisasi dan sekularisasi di lingkungan perguruan tinggi. Kejadian
tersebut membuat adaya suatu gejala dirasakan oleh Al-Faruqi sebagai
The Lack of Vision yaitu kehilangan yang jelas tentang sesuatu yang
harusdiperjuangkansampaiberhasil15.
12
Zainal Habib, Islamisasi Sains; Mengembangkan Integrasi, Mendialogkan Perspektif,
(Malang: UIN Malang Press, 2007), 54
13
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, (Bandung:
Pustaka, 1984), 40
14
Ibid
15
Ibid.
7
Meskipun dalam berbagai aspek-aspek tertentu kemajuan Barat
ikut memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, namun Al-
Faruqi melihat bahwa kemajuan yang dicapai oleh umat Islam bukan
sebagai kemajuan yang dikehendaki oleh ajaran agamanya. Kemajuan
yang mereka capai hanyalah kemajuan yang semu. Di satu pihak umat
Islam telah berkenalan dengan peradabn Barat modern, akan tetapi di
sisi yang lain mereka kehilangan pijakan yang kokoh, yaitu pedoman
hidup yang bersumber dari moral agama. Melihat fenomena ini, Al-
Faruqi melihat kenyataan bahwa umat Islam seakan-akan berada di
persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan pilihan arah yang tepat.
Sebab, umat Islam pada akhirnya terkesan mengambil sikap mendua,
yaitu antara tradisi ke Islaman dan nilai-nilai peradaban Barat modern.
Pandangan dualisme yang seperti itu menjadi suatu penyebab dari
kemunduran yang di alami oleh umat Islam. Bahkan mencapai pada
suatu hal yang serius yaitu malaise. Maka dari itu, sebagai prasyarat
yang harus dilakukan untuk menghilangkan tanggapan mengenai
kemunduran umat Islam seperti dualisme dan sekaligus mencari jalan
keluar dari malaise yang dihadapi oleh umat, hal yang harus dilakukan
adalah pengetahuan harus di-Islamisasikan atau diadakan asimilasi
pengetahuan agar serasi dengan ajaran tauhid dan ajaran Islam. 16
Apalagi Al-Faruqi tidak menginginkan apapun kecuali
mempertimbangkan kembali seluruh khasanah ilmu pengetahuan
manusia dari titik pijak Islam. Maka dari itu, Al-Faruqi mengatakan
bahwa tidak ada cara lain untuk membangkitkan Islam dan menolong
nestapa dunia, kecuali dengan mengkaji kembali kultur keilmuan Islam
masa lalu, masa kini, dan keilmuan Barat sekaligus, kemudian
mengolahnya menjadi keilmuan yang rahmatan li al-alamin melalui apa
yang disebut dengan Islamisasi ilmu yang kemudian disosialisasikan
lewat sistem pendidikan Islam yang integratis.17
Oleh karena itu, ia tidak pernah bosan mengingatkan orang-
16
Ibid, 22
17
A. Khudori Soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), 259
8
orang Islam yang menerima secara utuh westernisasi dan modernisasi
barat untuk melakukan reformasi pemikiran Islam. Ini berarti bahwa
umat Islam tidak saja menguasai ilmu-ilmu warisan Islam saja,
melainkan juga harus menguasai disiplin ilmu modern. Sangat perlu
bagi umat Islam melakukan integrasi pengetahuan-pengetahuan baru
dengan warisan Islam dengan penghilangan, perubahan, penafsiran
kembali dan adaptasi komponen- komponennya sehingga sesuai dengan
pandangan dan nilai-nilai Islam. Dalam bukunya Islamization of
Knowledge; General Principles and Work Plan, Al- Faruqi
mengelaborasi gagasannya, dan gagasanya Al-Faruqi ini tidak hanya
bersifat teoritis, namun juga cenderung kepada perencanaan praktis.18
Sedangkan Syed M. Naquib al-Attas Secara teoritis dan
ideologis, mendefenisikan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai:
pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-
nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham
sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol
dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap
hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat
tidak adil terhadapnya.19
Menurut al-Attas ini, islamisasi ilmu pengetahuan terkait erat
dengan pembebasan manusia dari tujuan-tujuan hidup yang bersifat
duniawi semata, dan mendorong manusia untuk melakukan semua
aktivitas yang tidak terlepas dari tujuan ukhrawi. Bagi al-Attas,
pemisahan dunia dan akhirat dalam semua aktivitas manusia tidak bisa
diterima. Karena semua yang kita lakukan di dunia ini akan selalu
terkait dengan kehidupan kita di akhirat.
Setelah penulis membahas pengertian Islamisasi ilmu
pengetahuan, maka disini perlu juga disebutkan apa itu hakikat
Islamisasi ilmu pengetahuan, adapun hakikat Islamisasi ilmu
18
John L. Esposito-John O. Voll, Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, 41
19
Budi Handrianto. Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modren,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 133
9
pengetahuan adalah:
a. Similiarisasi
Menyamaratakan konsep-konsep sains dengan konsep-
konsep dari agama.
b. Paraleliasi
Konsep al-Qu`an sejalan dengan konsep sains, karena
kemiripan konotasinya, tanpa mengidentikkan keduanya.
c. Komplementasi
Antara al-Qur`an dan sains saling mengisi dan memperkuat
satu sama lainnya, tetapi tetap mempertahankan eksistensi
masing-masing.
d. Komparasi
Membandingkan konsep atau teori sains dengan konsep atau
teori agama mengenai gejala yang sama.
e. Induktifikasi
Asumsi-asumsi dari teori ilmiah yang didukung dengan
penemuan empiris, dilanjutkan pemikirannya secara teoritis-
abstrak kearah metafisik (gaib), kemudian dihubungkan
dengan prinsip-prinsip al-Qur`an.
f. Verifikasi
Mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang
menopang dan membenarkan kebenaran al-Qur`an. 20
20
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan
Islam di Dunia Islam dan di Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 109.
10
mereka dengan tanpa adanya penyaringan, karena ilmu yang diambil itu
harus disesuaikan dulu dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.
21
AM. Syaefuddin, Desekularisasi Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1991), h. 97
22
Dr. Ahmad Karim, al-Gazwu al-Fikr, (Kairo: al-Azhar, 1414 H), h. 35.
11
b. Di kalangan Islam masih banyak yang menekankan studi pustaka dari
pada studi atas realitas sosio-kultur. Hal ini mengakibatkan kurang
berkembangnya literature-literatur tentang ilmu-ilmu empiris Islam seperti
Sosiologi Islam, Antropologi Islam, Psikologi Islam, ekonomi Islam dan
sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan tokoh ilmuan Muslim di abad
renaisans Islam, di mana hasil karyanya dijadikan sumber rujukan dalam
studi pustaka. Ini dapat dilihat dari karya Ibn Ya’qub an-Nadim yang
berisi tentang ensiklopedia (al-Fihrist), bidang Astronomi oleh Mahani,
bidang Zologi oleh ad-Dinawari dan lain sebagainya.23
c. Belum adanya paradigma yang jelas tentang posisi nilai normative,
eksistensi dan struktur keilmuan Islam. Sebagai misal dalam mensikapi
problematika tantangan modernisasi yang ditandai oleh pesatnya
perkembangan industrialisasi, transformasi, canggihnya alat-alat
informasi, dan kuatnya paham rasionalisme yang apabila dihadapkan
kepada agama, di kalangan muslim belum mampu menyelesaikan dengan
cara dialektis tetapi masih bersifat normative. Dan para peneliti Muslim
masih kurang siap menghadapi atau menolak gagasan-gagasan asing,
karena tidak adanya persiapan secara memadai untuk melawan mereka
melalui telaah mendalam dan penolakan terhadap promis-promis palsu.
Akibat yang ditimbulkan tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan
struktur keilmuan Islam menjadi tidak jelas. Ada yang datang dari Barat,
seperti westernisasi, rasionalisme, sekularisme, gagasan filsafat Barat dan
semua yang berbau ke Barat-Baratan semua ditolak bahkan
dikafirkannya.24
Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, Ismail Razi al-faruqi
melakukan langkah-langkah berikut:
1. Memadukan system pendidikan Islam, dikotomi pendidikan umum dan
islam harus dihilangkan.
23
Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-1350 with an
Introduction to Medieval Muslim Education, diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Supriyanto
Abdullah, Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan Islam
(Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 213-217.
24
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur
Rahman (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1996), h. 38
12
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam
melalui dua tahap, yaitu mewajibkan bidang studi sejarah Peradaban
Islam dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
3. Untuk mengatasi persoalan metodologi, ditempuh langkah-langkah
berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam.
4. Menyusun langkah kerja sebagai berikut:
1) Menguasai disiplin modern.
2) Menguasai warisan khasanah Islam.
3) Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau
wilayah penelitian pengetahuan modern.
4) Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara
warisan Islam dengan pengetahuan modern.
5) Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu
sunnatullah.25
Sementara al-Attas menguraikan bahwa semua ilmu pengetahuan masa
kini, secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan dan diproyeksikan melalui
pandangan dunia, visi intelektual dan persepsi psikologi dari kebudayaan
dan peradaban Barat yang saling berkaitan. Kelima prinsip itu adalah:
a) Mengandalkan akal semata untuk membimbing manusia mengarungi
kehidupan
b) Mengikuti dengan setia validitas pandangan dualistis mengenai realitas
dan kebenaran.
c) Membenarkan aspek temporal untuk memproyeksi sesuatu pandangan
dunia sekuler.
d) Pembelaan terhadap doktrin humanism.
e) Peniruan terhadap drama dan tragedy yang dianggap sebagai realitas
universal dalam kehidupan spiritual, atau transedental atau kehidupan
batin manusia.26
Kelima hal tersebut di atas, merupakan prinsip-prinsip utama dalam
pengembangan keilmuan Barat, yang dinilai bertentangan dengan nilai-
nilai Islam dan harus dihindari oleh ummat Islam.
25
Ibid
26
Ibid
13
Pembahasan tentang Islamiasasi Ilmu pengetahuan serta berbagai
tantangannya, yang pada intinya bertujuan untuk memperoleh kesepakatan
baru bagi ummat Islam dalam berbagai bidang keilmuan yang sesuai dan
metode ilmiah tidak bertentangan dengan norma-norma Islam. Di samping
itu, Islamisasi Ilmu pengetahuan juga bertujuan untuk meluruskan
pandangan hidup modern Barat sekuler yang ingin memisahkan antara
urusan dunia dan akhirat, terutama dalam masalah keilmuan. Islamisasi
ilomu merupakan mega proyek yang belum usai dan perlu untuk
diteruskan oleh ummat Islam dari generasi-ke generasi untuk menjawab
krisis epistimologis yang melanda dunia saat ini.
BAB III
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
1. Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat
umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui
kebebasan penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional –
empirik dan filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-
quran dan Sunnah Nabi. Sehingga umat Islam akan bangkit dan
maju menyusul ketinggalan dari umat lain, khususnya Barat.
2. Hakikat Islamisasi ilmu pengetahuan, dimana dijelaskan bahwa
Islamisasi ilmu pengetahuan itu tidak terlepas dari ilmu-ilmu yang
berkembang di Barat, sehingga banyak ilmuan kita yang
mengatakan bahwa pekerjaan Islamisasi ilmu pengetahuan itu
adalah pekerjaan orang bodoh, artinya mereka mengatakan bahwa
Islamisasi ilmu pengetahuan itu menciblak karya orang lain dengan
menyebutnya dengan karya dia sendiri. Akan tetapi yang disebut
Islamisasi ilmu pengetahuan itu bukan semata-mata mengambil
karya mereka dengan tanpa adanya penyaringan, karena ilmu yang
diambil itu harus disesuaikan dulu dengan kaidah-kaidah ajaran
Islam.
3. Ketergantungan ummat Islam dalam pendidikan, disadari sebagai
faktor terpenting dalam membina ummat hampir tidak dapat
dihindari dari pengaruh Barat.Ujung-ujungnya krisis identitas pun
tidak terhindarkan oleh ummat Islam. Menurut AM. Syaefuddinj,
ketidak berdayaan ummat Islam itu membuatnya bersifat
ntaqiyyah. Artinya kaum muslimin telah menyembunyikan
identitas Islamnya, karena rasa takut dan mal
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Taufik Amal,1996, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1996), h. 38
Ahmad H. Syadaly, dan Mudzakir, 1997, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka
Setia
Bakar Osman 1994, Tauhid dan Sains Bandung: Pustaka Hidayah
15
Habib Zainal 2007, Islamisasi Sains; Mengembangkan Integrasi, Mendialogkan
Perspektif,Malang: UIN Malang Press,
Hashmi Rosnani 2005, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah,
Perkembangan dan Arah Tujuan, dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan
Peradaban Islam INSIST: Jakarta
Ismail Raji Al-Faruqi, 1984, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin,
Bandung:Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002, Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan & Pengembangan Bahasa, Jakarta : Balai Pustaka
Khudori A Soleh, 2016, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Modern, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media,
L John . Esposito-John O. Voll, 2002, Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer,
terj. Sugeng Hariyanto,dkk. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
16