Anda di halaman 1dari 15

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen : Aan Alamsyah, S.Pd.I., S.T.
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Disusun Oleh :

Hendra Rohmuyiaji NIM 1920.100002


Jajang Andi Sofyan NIM 1920.100031
Deasy Nurhanifah NIM 1920.100040
Reza Octora Istiana N NIM 1920.100021
Deni Somantri NIM 1920.100041

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


STIT MUHAMMADIYAH KOTA BANJAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan dari
suri tauladan yang baik di dunia ini, kepada sahabatnya dan kepada ummatnya
yang selamanya mengikuti jejak sunnahnya.

Ucapan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada semua


pihak yang telah membantu, mendukung dan terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Yang berjudul “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”.

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa tak ada gading yang tak
retak, begitu juga dengan penyusunan makalah ini, Penulis merasa masih banyak
sekali kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam isi
(metode dan materi) serta tulisannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran demi kualitas makalah yang lebih baik.

Akhirnya penulis mengharapkan, semoga segala amal baik semua pihak


yang telah membantu dalam penulisan makalah ini dapat diterima oleh Allah
SWT, dan mendapatkan Ridho-Nya.

Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi


penulis dan umumya bagi semua pihak. Aamiin

Banjar, 24 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ………………………………………………........ i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……………………………………………....... 1

1.2 Rumusan Masalah ………..…………………………………... 1

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………... 2

1.4 Manfaat Penulisan ……..……………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan………… ……...…… 3-4

2.2 Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan ……...……………........... 5

2.3 Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan …………..….................... 5

2.4 Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan ……................................ 5-8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 9

3.2 Saran ........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

Ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Inilah awal mula sejarah terjadinya


penjajahan di muka bumi islam yang kaya akan sumber energi. Selain
menguras harta kekayaan bumi islam mereka pun mencemari budaya lokal
dengan budaya Barat bahkan mulai masuknya misi kristen yang sejalan
dengan faham liberal dan sekuler.

Usaha-usaha Barat yang berusaha menggerus akidah sebenarnya dapat


ditangkal artinya usaha meraka tidak seluruhnya berhasil hingga mencabut
keimanan, malah kalangan masyarakat muslim semakin kuat untuk melawan
penjajah dengan munculnya oragnisasi-organisasi keislaman sebut saja
Hamas di Palestina, SI di Indonesia. Setelah usaha-usaha yang dilakukan
gagal kaum Erofa mulai mencari dan menyelidiki jalan yang lebih rumit.
Mereka beranggapan bahwa eksistensi kekuatan umat merupakan hasil dari
akidah dan al-din al-islam itu sendiri. Sehingga mereka berusaha secara
intensif berpropaganda untuk melemahkan kekuatan dan ikatan umat
melalui al-din al-islam; menukar pemahaman dan pengamalan syariah yang
menjadi prinsip-prinsip islam yang kukuh dan aktif, bermotivasi, penuh
dengan nilai-nilai positif kepada bentuk yang kaku dan tidak memiliki
kemampuan untuk membangkitkan jiwa serta mengarahkan kehidupan umat
islam.

Inilah yang dikenal sebagai penaklukan intelektual, Sebuah proses yang


menggunakan konsepsi filosofis dan metafisis (dibawah lindungan logika,
kebiasaan, dan pragmatik) yang akan menimbulkan kontroversi
berkelanjutan, rumit serta penuh dengan unsur penipuan.Hasilnya adalah
kehancuran Umat buktinya adalah timbulnya sekte-sekte dalam agama yang
akan lebih melemahkan umat dan menghancurkan kesatuannya serta
mengalihkan pedoman para ulamanya atas sumber-sumber yang sahih bagi
islam, al-Qur’an dan Sunnah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Apa saja Proses dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
1
3. Apa saja Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
4. Bagaimana Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu dan untuk mengetahui Peranan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
bagi umat islam.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini supaya penulis khususnya dan mahasiswa


mahasiswi yang mengambil mata kuliah Filsafat Ilmu umumnya dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan sehingga dapat menambah pengetahuan kita semua.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah Pembebasan manusia dari tradisi


magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan Islam)
dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran dan bahasa Juga
pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak
adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak
adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang
tidak sekuat proses evolusi dan devolusi.i

Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan


terbebaskan dari belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga
timbul keharmonian dan kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.ii

Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan


respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik
dan Islam yang “terlalu” religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh
dan integral tanpa pemisahan di antaranya.

Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dari


Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Osman Bakar, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yang
berupaya memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan
antara Islam dengan sains modern sebelumnya.iii

3
Ide Islamisasi ilmu Pengetahuan dilontarkan oleh Ismail Raji al-Faruqi dan
Muhammad Naquib al-Atas. Menurut al-Atas bahwa tantangan terbesar yang
dihadapi umat islam adalah tantangan pengetahuan yang disebarkan
keseluruh dunia islam oleh peradaban Barat. Menurut al-Faruqi bahwa sistem
pendidikan islam telah dicetak dalam sebuah karikatur Barat, dimana sains
Barat telah terlepas dari nilai dan harkat manusia dan nilai spiritual dan harkat
dengan Tuhan.

Bagi al-Faruqi, pendekatan yang dipakai adalah dengan jalan menuang


kembali seluruh khazanah sains Barat dalam kerangka islam, yaitu penulisan
kembali buku-buku teks dan berbagai disiplin ilmu dengan wawasan ajaran
islam. Sedang menurut al-Atas adalah dengan jalan pertama-pertama sains
Barat harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur yang bertentangan dengan
ajaran islam, kemudian merumuskan dan memadukan unsur islam yang
esensial dan konsep-konsep kunci sehingga menghasilkan komposisi yang
merangkun pengetahuan inti. Bahkan dewasa ini muncul pendekatan baru,
yaitu merumuskan landasan filsafat ilmu yang islami sebelum melakukan
islamisasi pengetahuan.

Sejalan dengan kedua tokoh di atas, Syyid Husein Nasr menganjurkan


visinya tentang islamisasi baru yang dijauhkan dari matrik sekuler dan
humanistic (dari sains modern). Ia mengkritik sains Barat karena
menyebabkan kehancuran alam dan manusia. Oleh karena itu, Nasr
menganjurkan agar semua aktivitas keilmuan harus tunduk kepada norma
agama dan hukum-hukum suci islam. Tetapi, Nasr tidak merinci langkah
selanjutnya islamisasi sains. Ia cenderung menggambarkan prinsip umum dari
bangunan sains yaitu agar tidak terpisah dari muatan nilai agama.

Menurut kalangan akademisi di UIN Malang, ada bebrbagai pendapat


atau versi tentang pemahaman Islamisasi Ilmu Pengetahuan yaitu:

4
 Versi pertama beranggapan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
merupakan sekedar memberikan ayat-ayat yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan umum yang ada (ayatisasi).
 Versi Kedua, mengatakan bahwa Islamisasi dilakukan dengan cara
mengislamkan orangnya.
 Versi Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga
diterapkan di UIN Malang dengan mempelajari dasar metodologinya.
 Versi Keempat, memahami Islamisasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan
yang beretika atau beradab.iv

2.2 Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-


Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan yaitu :

1. melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci


yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat
2. memasukan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep kunci ke dalam
setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevanv

2.3 Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

1. untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang
menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan.

2. untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya sehingga


menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan Islamisasi tersebut
akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman. vi

3. mewujudkan kemajuan peradaban yang islami dan masing-masing juga


tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat islam di tengah-tengah
akselerasi perkembangan kemajuan iptek.vii

2.4 Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan

a. Islamisasi sains dengan pendekatan instrumentalistik, yaitu pandangan


yang menganggap ilmu atau sains hanya sebagai alat (instrumen).
Artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai tujuan,
5
tidak memperdulikan sifat dari sains itu sendiri selama ia bermanfaat
bagi pemakainya.

Pendekatan ini muncul dengan asumsi bahwa Barat maju dan berhasil
menguasai dunia Islam dengan kekuatan sains dan teknologinya. Karena
itu, untuk mengimbangi Barat, kaum Muslim harus juga menguasai sains
dan teknologi.
Jadi, Islamisasi di sini adalah bagaimana umat Islam menguasai kemajuan
yang telah dikuasai Barat. Islamisasi sains dengan pendekatan ini
sebenarnya tidak termasuk dalam islamisasi sains yang hakiki. Banyak
muslim yang ahli sains, bahkan meraih penghargaan dunia, namun tidak
jarang dia makin jauh dari Islam. Meski demikian, pendekatan ini
menyadarkan umat untuk bangkit melawan ketertinggalan dan mengambil
langkah mengembangkan sains dan teknologi.
b. Islamisasi sains yang paling menarik bagi sebagian ilmuwan dan
kebanyakan kalangan awam adalah konsep justifikasi. Maksud justifikasi
adalah penemuan ilmiah modern, terutama di bidang ilmu-ilmu alam
diberikan justifikasi (pembenaran) melalui ayat Al-Quran maupun Al-
Hadits. Metodologinya adalah dengan cara mengukur kebenaran al-
Qur’an dengan fakta-fakta objektif dalam sains modern.
Tokoh paling populer dalam hal ini adalah Maurice Bucaille. Menurut
dokter asal Perancis ini, penemuan sains modern sesuai dengan al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an, kitab yang tertulis 14 abad yang
lalu, adalah wahyu Tuhan, bukan karangan Muhammad. Ilmuwan lain
yang mengembangkan Islamisasi dengan pendekatan justifikasi ini adalah
Harun Yahya, Zaghlul An-Najjar, Afzalur Rahman dll. Namun, konsep
ini menuai banyak kritik, misalnya dari Ziauddin Sardar yang
mengatakan bahwa legitimasi kepada al-Quran dalam kerangka sains
modern tidak diperlukan oleh Kitab suci. Meskipun bukan termasuk
dalam kategori Islamisasi sains yang hakiki, pendekatan konsep ini sangat
efektif mudah diterima oleh banyak Muslim serta meningkatkan
kebanggaan mereka terhadap Islam. Namun demikian proses tersebut
tidak cukup dan harus
6
dikembangkan ke dalam konsep yang lebih mendasar dan menyentuh
akar masalah kemunduran umat.
c. konsep Islamisasi sains berikutnya menggunakan pendekatan sakralisasi.
Ide ini dikembangkan pertama kali oleh Seyyed Hossein Nasr. Baginya,
sains modern yang sekarang ini bersifat sekular dan jauh dari nilai-nilai
spiritualitas sehingga perlu dilakukan sakralisasi. Nasr mengritik sains
modern yang menghapus jejak Tuhan di dalam keteraturan alam. Alam
bukan lagi dianggap sebagai ayat-ayat Alah tetapi entitas yang berdiri
sendiri. Ia bagaikan mesin jam yang bekerja sendiri. Ide sakralisasi sains
mempunyai persamaan dengan proses islamisasi sains yang lain dalam
hal mengkritisi sains sekular modern. Namun perbedaannya cukup
menyolok karena menurut Nasr, sains sakral (sacred science) dibangun di
atas konsep semua agama sama pada level esoteris (batin). Padahal
Islamisasi sains seharusnya dibangun di atas kebenaran Islam. Sains
sakral menafikan keunikan Islam karena menurutnya keunikan adalah
milik semua agama. Sedangkan islamisasi sains menegaskan keunikan
ajaran Islam sebagai agama yang benar. Oleh karena itu, sakralisasi ini
akan tepat sebagai konsep Islamisasi jika nilai dan unsur kesakralan yang
dimaksud di sana adalah nilai-nilai Islam.
7
d. Islamisasi sains melalui proses integrasi, yaitu mengintegrasikan sains Barat
dengan ilmu-ilmu Islam. Ide ini dikemukakan oleh Ismail Al-Faruqi.
Menurutnya, akar dari kemunduran umat Islam di berbagai dimensi karena
dualisme sistem pendidikan. Di satu sisi, sistem pendidikan Islam mengalami
penyempitan makna dalam berbagai dimensi, sedangkan di sisi yang lain,
pendidikan sekular sangat mewarnai pemikiran kaum Muslimin.
Mengatasi dualisme sistem pendidikan ini merupakan tugas terbesar kaum
Muslimin pada abad ke-15 H. Al-Faruqi menyimpulkan solusi dualisme dalam
pendidikan dengan islamisasi ilmu sains. Sistem pendidikan harus dibenahi dan
dualisme sistem pendidikan harus dihapuskan dan disatukan dengan jiwa Islam
dan berfungsi sebagai bagian yang integral dari paradigmanya. Al-Faruqi
menjelaskan pengertian Islamisasi sains sebagai usaha yaitu memberikan definisi
baru, mengatur data-data, memikirkan lagi jalan pemikiran dan menghubungkan
data-data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan
kembali tujuan- tujuan dan melakukan semua itu sehingga disiplin-disiplin itu
memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cita-cita Islam.
e. konsep Islamisasi sains yang paling mendasar dan menyentuh akar permasalahan
sains adalah Islamisasi yang berlandaskan paradigma Islam. Ide ini yang
disampaikan pertama kali secara sistematis oleh Syed Muhammad Naquib al-
Attas. Menurut al-Attas, tantangan terbesar yang dihadapi kaum Muslim adalah
ilmu pengetahuan modern yang tidak netral telah merasuk ke dalam praduga-
praduga agama, budaya dan filosofis yang berasal dari refleksi kesadaran dan
pengalaman manusia Barat. Oleh karena itu islamisasi sains dimulai dengan
membongkar sumber kerusakan ilmu. Ilmu-ilmu modern harus diperiksa ulang
dengan telitiviii.
Dalam Aplikasinya Islamisasi sains tidak hanya berarti menyisipkan ayat-ayat
suci Al Quran yang sesuai dengan konsep tertentu dalam sains. Tetapi terfokus
kepada bagaimana islam sebagai pondamen nilai yang mengikat sains (value
bound ). Atau bagaimana pemahaman sains dapat meningkatkan kadar iman dan
takwa terhadap sang Kholiq. Jadi penulis membuat istilah Islamisasi Sains ke
dalam dua katagori: (1) Islam to Sains; (2) Sains to Islam.ix
8
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan perlu ditindaklanjuti karena sesuai dengan
konsep, prinsip metodologi yang jelas yaitu berlandaskan ketahuidan dan
keimanan serta memiliki rencana kerja mengingat keterpurukan dunia islam
saat ini ditingkat yang paling parah. Sehingga perlu adanya pembaharuan
salah satunya adalah dibidang pendidikan. Dimana pendidikan kita harus
diarahkan pada keimanan yang merupakan core dari gagasan tersebut yang
menyebutkan lima kesatuan yaitu kesatuan tuhan, kesatuan alam semesta,
kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kesatuan kehidupan dan kesatuan
kemanusiaan.
Yang kemudian diaplikasikan dengan berbagai langkah-langkah secara
global salah satunya adalah menguasai ilmu-ilmu pengetahuan modern dan
menguasi kembali warisan islam yang selanjutnya harus di kaji diteliti dan
dikritisi agar terpisah ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat sekuler dan atheis
sehingga akan telihat jelas bahwa ilmu yang dihasilkan bersumber dari islam.
selanjutnya diharapkan muncul ilmu-ilmu pengetahuan baru yang
berparagidma islam.

1.2 Saran

Saya sebagai pemakalah menyadari masih banyak kekurangan mengenai


isi dari makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran dari dosen pembimbing khususnya, serta dari teman-teman semua agar
makalah ini dapat ditulis dengan lebih baik lagi.
9

DAFTAR PUSTAKA
i
Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-
Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-
Attas (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 341

ii
Rosnani Hashim, , Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan,
dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No.6/ Juli-September
2005) hlm.35

iii
Osman Bakar, Tauhid dan Sains (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), 233

iv
Ummi, Islamisasi Sains Perspektif UIN Malang, dalam Inovasi: Majalah Mahasiswa UIN Malang, Edisi
22. Th. 2005, 25.

v
Rosnani Hashim, , Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan,
dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No.6/ Juli-September
2005) hlm.35

vi
Ibid

vii
Yusduf Qardhawi, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: izzan Pustaka, 2003), hlm 7
viii
Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern,( Jakarta: Pustaka
Kautsar, 2010), hal 158-180

ix
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/12/islamisasi-sains/ (diakses 27 Mei 2015)

10

Anda mungkin juga menyukai