Anda di halaman 1dari 13

GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN IMPLIKASI

DALAM PENDIDIKAN

OLEH :
NAMA : 1. Ainun Febriani
2. Aulia Rahmadani
3. Nasaruddin Harahap
4. Gita Afriani Pasaribu
PRODI : SEJARAH SEMESTER I (SATU)
DOSEN : ARSYAD HARAHAP, S.Pd.I, M.Pd

INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
PADANGSIDIMPUAN
T.A. 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya pada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gagasan Islamisasi
Ilmu Pengetahuan Dan Implikasinya Dalam Pendidikan”. Penyusun makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang dibimbing oleh Bapak
ARSYAD HARAHAP, S.Pd.I, M.Pd Selama proses penyusunan makalah ini penulis di bantu
oleh rekan-rekan dan di bimbing oleh Dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih atas peran sertanya dalam penyelesaian makalah ini.

Meskipun demikian, penulis menyadari akan keterbatasan yang penulis miliki. Sehingga
mungkin terdapat dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan isi makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Terimakasih

Padangsidimpuan, 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 1
b. Rumusan Masalah 2
c. Tujuan Masalah 2
B. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan 3
1. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan 4
2. Data dan Sumber Data 6
B. Implikasi Prinsip Pembelajaran 7
C. BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan 9
b. Saran 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang sangat parah
ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol kejayaan umat islam.
Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Erofa yang dengan Renaisance nya
membawa keharuman bangsa tersebut menuju puncak keemasan yang pernah di raih
umat islam sebelumnya. Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Erofa tersebut
mampu menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin,
listrik, teknologi pemintalan dll. Setelah waktu berjalan penemuan inovasi ini tidak
diimbangi raw material yang dimiliki bangsa Erofa sehingga memunculkan revolusi
industri, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran,
perbudakan, pemberontakan sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak
memerlukan lagi tenaga manusia.
yang akan menimbulkan kontroversi berkelanjutan, rumit serta penuh dengan unsur
penipuan.Hasilnya adalah kehancuran Umat buktinya adalah timbulnya sekte-sekte
dalam agama yang akan lebih melemahkan umat dan menghancurkan kesatuannya
serta mengalihkan pedoman para ulamanya atas sumber-sumber yang sahih bagi
islam, al-Qur’an dan Sunnah[3].
Penjajah Barat beserta para Orientalisnya memulai propagandanya dengan
mengubah pemikiran serta kesusilaan ajaran islam agar dicemarkan, memisahkan
Islam dari kehidupan keseharian dan memutarbalikan menjadi kepercayaan yang
aneh, sehingga keruntuhan intelektual islam mulai runtuh dan tidak mimilki
keyakinan diri untuk mempertahankan pribadi bahkan negaranya.
Usaha – usaha Barat tersebut menyebabkan kondisi umat islam berada pada posisi
terbawah; umat islam di intervensi, dikhianati, dijajah, dieksploitir, dibunuh dipaksa
menukar agamanya. Dimedia massa islam digambarkan konvensional; agresif,
pemusnah, tidak mempunyai undang-undang, bangsa yang ganas, tidak berperadaban,
fanatik, kolot, serta kuno. Umat islam digambarkan sebagai pusatnya peperangan,
perpecahan, pergolakan dan pertentangan antar sesama, kemiskinan dll. Intinya dunia
Islam sedang “Sakit”.

1
Dari kegalauan itu semua ada sebuah ide dari golongan muda yang terhimpun
dalam Perhimpunan Ilmuwan Sosial Muslim yang mensponsori berdirinya Institut
Pemikiran Islam International (IIIT) yang berdiri pada abad 14 H tepatnya tahun 1402
H/1982 mereka beranggapan bahwa untuk merubah keterpurukan islam adalah
dengan merubah sistem pendidikan yang ada sekarang[4]. Dimana dikotomi antara
ilmu pengetahuan dengan islam begitu lebar. Mereka percaya dengan penyatuan
kedua elemen tersebut bisa menjadi “titik balik” dunia islam menuju “Golden age”
yang pernah diraih islam sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gagasan Ilmu Islamisasi Dalam Pendidikan ?
2. Bagaimana Implakasi Dalam Pendidikan ?

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui Bagaimana Gagasan Ilmu Islamisasi Dalam Pendidikan
2. Kita dapat mengetahui Bagaimana Implakasi Dalam Pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan oleh al-Attas,
yaitu Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang
bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran dan
bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan
tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil
terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat
proses evolusi dan devolusi.
Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan terbebaskan dari
belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga timbul keharmonian dan
kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.
Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat umat Islam dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan penalaran intelektual dan kajian-
kajian rasional – empirik dan filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran
dan Sunnah Nabi. Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan
dari umat lain, khususnya Barat.
al-Faruqi menyusun 12 langkah yang harus ditempuh terlebih dahulu.
Langkahlangkah tersebut adalah: (1) Penguasaan disiplin ilmu modern: prinsip,
metodologi, masalah, tema dan perkembangannya, (2) Survei disiplin ilmu, (3)
Penguasaan khazanah Islam: sebuah ontologi, (4) Penguasaan khazanah ilmiah Islam:
tahap analisis, (5) Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.,
(6) Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkat
perkembangannya di masa kini, (7) Penilaian secara kritis terhadap khazanah Islam dan
tingkat perkembangannya dewasa ini, (8) Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam,
(9) Survei permasalahan yang dihadapi manusia, (10) Analisis dan sintesis kreatif, (11)

3
Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam, dan (12)
Penyebarluasan ilmu yang sudah diislamkan

1. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya telah berlangsung sejak permulaan
Islam hingga zaman kita sekarang ini. Wahyu yang pertama diturunkan kepada nabi
secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu pengetahuan.
Menurut Quraish Shihab, iqra’ bismi rabbik mempunyai pengertian ”bacalah demi
Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu” (Shihab,1997: 82).
Artinya, melakukan sesuatu demi Tuhan. Maka mengembangkan, mempelajari dan
mengkaji ilmu pengetahuan pun atas nama Tuhan, tidak ada yang bebas nilai. Ayat ini
juga menginformasikan, Allah adalah sumber dan asal ilmu manusia (Al-Maroghi,1993:
348). Allah adalah al’aliem, maha mengetahui. Dia mengetahui apa yang ada di langit
dan di bumi, baik yang ghaib maupun yang nyata.
”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah
Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al
Hajj : 70)
Karena Rahman dan Rahim-Nya, Allah menuntun manusia untuk mempelajari ilmu
Allah, melalui ayat-ayat qauliyah dan ayarayat kauniyah atau melalui wahyu dan alam
semesta (Ilyas, 1990: 61). Ide yang disampaikan Al-Qur'an tersebut membawa suatu
perubahan radikal dari pemahaman umum bangsa Arab pra-Islam, yang menganggap
suku dan tradisi kesukuan serta pengalaman empiris, sebagai sumber ilmu pengetahuan
dan kebijaksanaan. Pada sekitar abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Daulah Bani
Abbasiyah, proses Islamisasi ilmu ini berlanjut secara besarbesaran, yaitu dengan
dilakukannya penerjemahan terhadap karyakarya dari Persia dan Yunani yang kemudian
diberikan pemaknaan ulang disesuaikan dengan konsep Agama Islam (Al-Attas, 2006:
24). Disamping itu, para ilmuwan melakukan analisis kritis dan bahkan melakukan
rekonstruksi terhadap pemikiran para filosof Yunani (Kartanegara, 2011: 292). Salah satu
karya besar tentang usaha Islamisasi ilmu adalah hadirnya karya Imam al-Ghazali,
Tahafut alFalasifah. Dalam buku tersebut Imam al Ghazali telah menangkal para filsuf

4
Yunani dalam bidang metafisika. Beliau tidak menyerang dan membuang filsafat sebagai
sistem berfikir, melainkan hanya meluruskan tradisi kebanyakan filsuf yang menurut
beliau dapat merancukan aqidah umat Islam (Kartanegara, 2011: 292). Hal demikian,
walaupun tidak menggunakan pelabelan Islamisasi, tapi aktivitas yang sudah mereka
lakukan sejalan dengan makna Islamisasi. Selain itu, pada tahun 30-an, Muhammad Iqbal
menegaskan perlunya melakukan proses Islamisasi terhadap ilmu pengetahuan. Dalam
bukunya, The Reconstruction of Religion Thought in Islam, beliau menyadari bahwa
ilmu yang dikembangkankan oleh Barat telah bersifat ateistik, sehingga bisa
menggoyahkan aqidah umat, sehingga beliau menyarankan umat Islam agar
"mengkonversikan ilmu pengetahuan modern", atau melakukan rekonstruksi pemikiran
(Syaefuddin, 1987: 51). Akan tetapi, Iqbal tidak melakukan tindak lanjut atas ide yang
dilontarkannya tersebut. Tidak ada identifikasi secara jelas problem epistimologis
mendasar dari ilmu pengetahuan modern Barat yang sekuler itu, dan juga tidak
mengemukakan saransaran atau program konseptual atau metodologis untuk
mengkonversikan ilmu pengetahuan tersebut menjadi ilmu pengetahuan yang sejalan
dengan Islam. Sehingga, pada saat itu, tidak adapenjelasan yang sistematik secara
konseptual mengenai Islamisasi ilmu pengetahuan. Ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini
dimunculkan kembali oleh Syed Hossein Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran.
Beliau menyadari akan adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang mengancam
dunia Islam. Karena itulah beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek
epistemologis, ontologi maupun aksiologis melalui karyanya Science and Civilization in
Islam, Islamic Science, dan Islamic Art and Spirituallity. Melalui Science and
Civilization in Islam dan Islamic Science. Nasr memaparkan filsafat islami tentang ilmu
(Syaefuddin, 1987: 28). Melalui Islamic Art and Spirituallity Nasr menjelaskan tentang
hubungan seni dengan spiritualitas (Nasr, 1993: 13). Gagasan tersebut kemudian
dikembangkan oleh Syed M. Naquib al-Attas sebagai proyek "Islamisasi" yang mulai
diperkenalkannya pada Konferensi dunia mengenai Pendidikan Islam yang pertama di
Makkah pada tahun 1977 (Indrayogi, 2011). Al-Attas, cendekiawan Islam Malaysia
kelahiran Bogor (Husaini, 2005:251) ini dianggap sebagai orang yang pertama kali
mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi pendidikan dan Islamisasi ilmu
pengetahuan. Selain itu, secara konsisten dari setiap yang dibicarakannya, al-Attas

5
menekankan akan tantangan besar yang dihadapi zaman pada saat ini, yaitu ilmu
pengetahuan yang telah kehilangan tujuannya. Menurut al-Attas, "Ilmu Pengetahuan"
yang ada saat ini adalah produk dari kebingungan skeptisme yang meletakkan keraguan
dan spekulasi sederajat dengan metodologi "ilmiah" dan menjadikannya sebagai alat
epistemologi yang valid dalam mencari kebenaran. Selain itu, ilmu pengetahuan masa
kini dan modern, secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan, dan diproyeksikan melalui
pandangan dunia, visi intelektual, dan persepsi psikologis dari kebudayaan dan peradaban
Barat. Jika pemahaman ini merasuk ke dalam pikiran elite terdidik umat Islam, maka
akan sangat berperan timbulnya sebuah fenomena berbahaya yang diidentifikasikan oleh
al-Attas sebagai " virus deislamisasi pikiran pikiran umat Islam” (Armas, 2009: 8). Oleh
karena itulah, sebagai bentuk keprihatinannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
ia mengajukan gagasan tentang “Islamisasi Ilmu Pengetahuan Saat Ini” (the Islamization
of present day knowlwdge) seraya memberikan formulasi awal yang sistematis (Armas,
2009: 9).

2. Data dan Sumber Data

a. Data Penelitian Data pada penelitian kajian pustaka (Library Research) berupa teori,
argumen atau pemikiran seorang tokoh, yang terdapat dalam jurnal penelitian,
disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar,
diskusi ilmiah, atau terbitan-terbitan resmi pemerintah, atau lembaga-lembaga lain.
Bahan-bahan pustaka harus dibahas secara kritis dan mendalam, dalam rangka
mendukung gagasan-gagasan dan atau proposisi untuk menghasilkan kesimpulan dan
saran.

b. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan berasal dari berbagai
literatur kepustakaan dan data-data lain yang mempunyai relevansinya dengan masalah
yang dibahas. Dalam penelitian ini akan menggunakan dua sumber data yaitu data
primer dan data sekunder.

1) Sumber Data Primer


Merupakan bahan utama dalam mengadakan suatu penelitian. Adapun yang
menjadi sumber data primer dalam penelitian

6
2) Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber-sumber dari buku-buku, jurnal, dan dokumen yang
berhubungan dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam serta
yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun yang menjadi sumber data sekunder
adalah:
a) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Karya Ahmad Tafsir yang
diterbitkan di Bandung oleh Remaja Rosda Karya pada tahun 2014.
b) Sintesis Kreatif: Pembaruan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Raji al
Faruqi. Karya Abdurrahmansyah yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Global
Pustaka pada tahun 2002.
c) Pemikiran Pendidikan Islam. Karya Abu Muhammad Iqbal yang diterbitkan di
Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2014.
d) Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Karya Adian Husaini yang
diterbitkan di Jakarta oleh Gema Insani pada tahun 2013.
e) Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Karya Heri Gunawan
yang diterbitkan di Bandung oleh Rosdakarya tahun 2014. 22 f) Filsafat
Pendidikan Islam: Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jilid I. Karya
Ramayulis diterbitkan di Jakarta oleh Kalam Mulia tahun 2015.

B.  Implikasi Prinsip Pembelajaran


Pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus, berdasarkan aliran
psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut sebagai
berikut: Menurut psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada
pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebih berfungsi.
Psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik
mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik,
pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk
belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001:
24-25)
Adapun prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan terutama oleh pendidik

7
ada 8 yaitu: perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah
perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar
siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi
siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan
agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun
guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung
agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses
belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep
yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu
menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran
adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa
banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara
singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari
tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa
melakukan pengulangan belajar.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakekatnya merupakan suatu upaya
mentransfomasikan nilai-nilai Islam ke dalam berbagai bidang kehidupan, khusunya
ilmu pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, dapat diketahui dengan jelas
bahwa Islam mengatur semua aspek kehidupan, bukan hanya mengatur masalah ibadah
ritual semacam shalat, puasa, zakat, haji atau mengurus jenazah. Islam mengintegrasikan
masalah dunia dengan akhirat, menyintesiskan iman, ilmu dan amal, memadukan dzikir
dengan fikir. Singkatnya Islam mengintegrasikan nilai-nilai transendental ke dalam
segisegi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini dunia
didominasi peradaban Barat yang dengan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi
menguasai dunia. Peradaban Barat terbukti memberi kontribusi pada munculnya
serangkaian krisis global. Pada kondisi yang demikian, kehadiran ilmu pengetahuan
Islami merupakan suatu kebutuhan bagi umat manusia. Maka proyek Islamisasi ilmu
pengetahuan adalah sebuah megaproyek yang ditunggu hasilnya. Realisasi Islamisasi
ilmu pengetahuan menggunakan beberapa pendekatan, mulai dari sekedar labelisasi,
pendekatan aksiologis, pendekatan internalisasi nilai-nilai Islam dan penerapan prinsip
Tauhid, hingga melalui pendidikan Islam. Pendekatan penerapan nilai-nilai Islam dan
penerapan prinsip Tauhid, dan pendekatan melalui pendidikan merupakan pendekatan
yang cukup idealis dan realistis. Bila ini bisa dioperasionalisasikan, Insya Allah akan
muncul bangunan ilmu pengetahuan yang membawa kepada keharmonisan dan
kebahagiaan yang hakiki bagi umat manusia dan seluruh alam.

B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh kami,
maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada
pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar pustaka.

9
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Downloads/1029-Article%20Text-2407-1-10-20171218%20(1).pdf
theses.iainponorogo.ac.id/3594/1/SKRIPSI%20NUR%20AFIFAH%20AZ
%20ZAHROH.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai