Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Filsafat”

Dosen Pengampu:
Nurul Istiqomah, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Akhmad Asrori Maulidani (19210198)
2. Hajrul Aswad (19210177)
3. Dianah Faradia (19210172)
4. Alfina Clarisa Absal (19210173)

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Filsafat dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul
Istiqomah M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah pancasila, serta semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kami
sebagai penulis khususnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna,
baik dari materi maupun penyajiannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
lebih baiknya makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan
semoga selalu teriringi dengan ridho Allah SWT. Aamiin.

Malang, 20 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan............................5


B. Biografi M Naqub Alatas ..............................................................................5
C. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan.....................................................6
D. Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan...........................................................9
E. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan .........................................................11
F. Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan ...........................................................11
G. Langkah Langkah Aplikasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan........................12
H. Gagasan Pengaruh Islamisasi Ilmu Pengetahuan......................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................19
B. SARAN...........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................21

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika pertama kali penulis mendengar istilah Islamisasi llmu Pengetahuan, penulis
merasakan kebingungan dengan maksud istilah ini. Jika perlu dilakukan Islamisasi, itu berarti
ilmu pengetahuan saat ini tidak Islami. Topik Islamisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan
dalam Islam sudah diperdebatkan sejak Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam
di Makkah pada 1977. Tetapi sayangnya tidak ada usaha serius untuk melacak sejarah
gagasan dan mengkaji atau mengevaluasi sejumlah persoalan pokok yang berkenaan dengan
topik ini pada tingkat praktis.
Adapun yang menjadi tokoh utama dalam ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini adalah
Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Ismail Raji Al-Faruqi, namun yang paling
mengerikan dalam menetapkan tokoh utamanya saja, sudah ada perdebatan, artinya ada yang
mengatakan bahwa ide Islamisasi ini datangnya dari al-Attas akan tetapi al-Faruqi juga
mengakui bahwa dia tidak pernah meniru idenya al-Attas.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian, tujuan, langkah-langkah, pro
kontra terhadap ide Islamisasi ini serta pengaruh gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Akan
tetapi penulis disini menyampaikan bahwa yang berkenaan dengan pengaruh gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan tidak penulis temukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari tokoh utama islamisasi ilmu pengetauan
2. Apa pengertian dari islamisasi ilmu pengetahuan ?
3. Apa konsep islamisasi ilmu pengetahuan dari naqub ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang dari tokoh islmisasi ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui pengertian dari islamisasi ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui konsep islamisasi ilmu pengetahuan dari naqub

4
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Gagasan awal Islamisasi pada saat konferensi dunia pertama tentang pendidikan
muslim di Makkah, pada tahun 1977 yang diprakarsai oleh King Abdul Aziz
University. Ide dilontarkan oleh Ismail Raji al Naquib al-Attas. Menurut al yang
dihadapi umat Islam disebarkan keseluruh dunia Menurut al-Faruqi bahwa sistem
pendidikan dicetak dalam sebuah karikatur Barat, d telah terlepas dari nilai dan harkat
manusia dan nilai spiritual dan harkat dengan Tuhan.
Bagi al-Faruqi, pendekatan yang dipakai adalah dengan jalan menuang kembali
seluruh khazanah sains Barat dalam kerangka Islam, yaitu penulisan kemba teks dan
berbagai disiplin ilmu dengan wawasan ajaran Sedang menurut al-At pertama sains
Barat harus dibersihkan dulu dari unsur yang bertentangan dengan ajaran
merumuskan dan memaduk konsep-konsep kunci sehingga menghasilkan komposisi
yang merangkun pengetahuan inti.
Islamisasi pengetahuan berarti mengislamkan atau melakukan penyucian terhadap
sains produk Barat yang selama ini dikembangkan dan dijadika pengembangan sistem
pendidikan yang bercorak “khas Islami Islami harus meliputi iman, kebaikan dan
keadilan manusia, baik sebagai individu dan sos berdasarkan keimanan dengan tujuan
kemaslahatan manusia.1
Islamisasi ilmu pengetahuan mempunyai tujuan mewujudkan kemajuan
peradaban yang masing juga tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat Islam di
tengah-tengah akselerasi perkembangan iptek. Dengan usaha gerakan diharapkan
problem dikotomi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu modern dapat dipadukan dan
dapat diberikan secara integral dalam proses pendidikan.

B. Biografi Muhammad Naquib Al-Attas

Syed Muhammad Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin bin Muhammad al- attas
lahir pada tanggal 5 September 1931 di Bogor, Jawa Barat. Adik kandung dari Syed
Hussein al-Attas, seorang ilmuwan dan pakar sosiologi pada Universitas Malaya, Kuala
Lumpur Malaysia bernama Syed Ali bin Abdullah Al – Attas dan ibunya bernama
Syarifah Raguan al-Idrus. Silsilah resmi keluarga Naquib al Attas yang terdapat dalam
koleksi pribadinya menunjukkan bahwa beliau merupakan keturunan ke 37 dari Nabi
Muhammad SAW dan dari keturunan ningrat berdarah biru.2

1
Yusuf Amier Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam Insani Press, 1995), hlm. 90.

5
Sejarah pendidikannya dimulai sejak ia masih berumur 5 tahun di Johor Baru sampai
akhirnya ia menjadi seorang ilmuwan yang berbagai karya – karyanya yang terkenal
dalam berbagai bidang keilmuan, yang jumlahnya mencapai sekitar 22 buku dengan 30
makalah. Yang secara global dapat diklasifikasikan kepada 2 klasifikasi, yaitu karya
kesarjanaan (scholarly writing lainnya. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi dan
menjadi dosen tetap di Univesitas Malaya serta berbagai jabatan sudah dialaminya. Salah
satunya pada tahun 1968 sebagai ketua Departemen Kesusa melayu dan pada tahun 1970
sastra dan lain sebagainya.3
Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International
Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi
ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan
penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, serta memberikan respons yang
kritis terhadap Peradaban Barat.

C. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Islamisasai ilmu pengetahuan terdiri dari tiga kata yaitu, kata Islamisasi, ilmu dan
pengetahuan. Di sini penulis akan menjelaskan satu persatu dari ketiga kata tersebut.
Islamisasi; artinya adalah pengIslaman, pengIslaman dunia, bisa juga usaha mengIslamkan
dunia.4 Sedangkan ilmu adalah merupakan cara berfikir dalam menghasilkan suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Ilmu merupakan produk dari
proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai
berfikir ilmiah.5 Dan yang terakhir adalah pengetahuan. Didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan. 6

2
Jawahir,”Syed M. al-Naquib al – Attas, pakar Agama, pembela Aqidah dan Pemikir Islam yang dipengaruhi
paham orientalis”, dalam panji masyarakat, no. 603, edisi 21-28 Februari 1989,32.
3
Pidatonya tersebut telah diterbitkan di Indonesia, lihat .syed M al-Naquib al-Attas, Islam dalam sejarah dan
kebudayaan melayu, (Bandung:Mizan, 1990).
4
Peter Salim & Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1986),
hlm. 971.
5
H. Ahmad Syadaly, dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 34
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2002), hlm. 879.

6
Akan tetapi dari berbagai referensi yang penulis baca bahwa ilmu dan pengetahuan tidaklah
sama persis, dimana ilmu lebih luas cakupannya, karna pengetahuan belum pasti dikatakan
ilmu sedangkan pengetahuan sudah barang tentu dikatakan ilmu. Dari pengertian di atas jadi
yang dikatakan Islamisasi pengetahuan adalah; berarti mengIslamkan segala ilmu
pengetahuan.
Pengertian di atas merupakan pengertian kata perkata dari Islamisasi ilmu pengetahuan,
sedangkan pengertian dari gabungan ketiga kata tersebut; sebagaimana menurut AI-Faruqi dalam
bukunya Budi Handrianto; menyebutkan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan (Islamization of
knowladge) merupakan usaha untuk mengacukan kembali ilmu, yaitu untuk mendefenisikan
kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argument dan rasionalisasi, menilai kembali
tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkaya visi dan
perjuangan Islam. Islamisasi ilmu juga merupakan sebagai usaha yaitu memberikan defenisi
baru, mengatur data-data, memikirkan lagi jalan pemikiran dan menghubungkan data-data,
mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan kembali tujuan-tujuan dan
melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin itu memperkaya wawasan Islam
dan bermanfaat bagi cause (cita-cita) Islam7
Islamisasi pengetahuan kata al-Faruqi adalah solusi terhadap dualism sistem pendidikan
kaum Muslimin saat ini. Baginyan dualisme sistem pendidikan harus dihapuskan dan disatukan
dengan paradigm Islam. Paradigma tersebut bukan imitasi dari Barat, bukan juga untuk semata-
mata memenuhi kebutuhan ekonomis dan pragmatis pelajar untuk ilmu pengetahuan profesional,
kemajuan pribadi atau pencapaian materi. Namun, paradigma tersebut bukan diisi dengan sebuah
misi, yang tidak lain adalah menanamkan, menancapkan serta merealisasikan visi Islam dalam
ruang dan waktu.
Sedangkan Syed M. Naquib al-Attas Secara teoritis dan ideologis, mendefenisikan
islamisasi ilmu pengetahuan sebagai: pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis,
animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler
terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung
sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya.8

7
Isma’il Raji al-Faruqi. Islamisasi Pengetahuan, Cet ke-3, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2003), hlm. 38-39.

7
Menurut al-Attas ini, islamisasi ilmu pengetahuan terkait erat dengan pembebasan
manusia dari tujuan-tujuan hidup yang bersifat dunyawi semata, dan mendorong manusia untuk
melakukan semua aktivitas yang tidak terlepas dari tujuan ukhrawi. Bagi al-Attas, pemisahan
dunia dan akhirat dalam semua aktivitas manusia tidak bisa diterima. Karena semua yang kita
lakukan di dunia ini akan selalu terkait dengan kehidupan kita di akhirat.
Setelah membahas pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan, maka disini perlu juga
disebutkan apa itu hakikat Islamisasi ilmu pengetahuan, adapun hakikat Islamisasi ilmu
pengetahuan adalah:
1. Similiarisasi
Menyamaratakan konsep-konsep sains dengan konsep-konsep dari agama.
2. Paraleliasi
Konsep al-Qu`an sejalan dengan konsep sains, karena kemiripan konotasinya,
tanpa mengidentikkan keduanya.
3. Komplementasi
Antara al-Qur`an dan sains saling mengisi dan memperkuat satu sama lainnya,
tetapi tetap mempertahankan eksistensi masing-masing.
4. Komparasi
Membandingkan konsep atau teori sains dengan konsep atau teori agama mengenai
gejala yang sama.
5. Induktifikasi
Asumsi-asumsi dari teori ilmiah yang didukung dengan penemuan empiris,
dilanjutkan pemikirannya secara teoritis-abstrak kearah metafisik (gaib),
kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip al-Qur`an.
6. Verifikasi
Mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menopang dan membenarkan kebenaran
al-Qur`an.9

8
Budi Handrianto. Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modren, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2010), hlm. 133.

9
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam
di Dunia Islam dan di Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 109.

8
Itulah yang disebut dengan hakikat Islamisasi ilmu pengetahuan, dimana dijelaskan
bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan itu tidak terlepas dari ilmu-ilmu yang berkembang di Barat,
sehingga banyak ilmuan kita yang mengatakan bahwa pekerjaan Islamisasi ilmu pengetahuan itu
adalah pekerjaan orang bodoh, artinya mereka mengatakan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
itu menciblak karya orang lain dengan menyebutnya dengan karya dia sendiri. Akan tetapi yang
disebut Islamisasi ilmu pengetahuan itu bukan semata-mata mengambil karya mereka dengan
tanpa adanya penyaringan, karena ilmu yang diambil itu harus disesuaikan dulu dengan kaidah-
kaidah ajaran Islam.
D. Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Tujuan adalah hal yang sangat perlu dalam merumuskan sesuatu, karena tujuan
merupakan titik yang akan kita tuju dalam melakukan sesuatu, jadi tanpa adanya tujuan maka
akan sulit untuk melakukan perencanaan, langkah-langkah dan lain-lain. Begitu juga dalam
merumuskan Islamisasi ilmu pengetahuan, dimana ada beberapa tujuan yang harus dicapai dalam
menjalakan ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini. Dalam menjalankan proses Islamisasi ilmu
pengetahuan ini ada beberapa tujuan yaitu:
1. Menguasai disiplin ilmu modern.
2. Menguasai warisan Islam.
3. Menetapkan relevansi khusus pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern.
4. Mencari jalan untuk sintesis kreatif antara warisan (Islam) dan ilmu pengetahuan modern.
5. Membangun pemikiran Islam pada jalan yang mengarah pada kepatuhan pada hukum
Tuhan. Islamisasi juga membebaskan manusia dari sikap tunduk kepada keperluan
jasmaninya yang cenderung menzhalimi dirinya sendiri, karena sifat jasmani adalah
cenderung lalai terhadap hakikat dan asal muasal manusia. Dengan demikian, Islamisasi
tidak lain adalah proses pengembalian kepada fitrah.
6. Bahwa di dalam Islamisasi ilmu pengetahuan terdapat pengakuan akan adanya hirarki
atau tingkatan-tingkatan ilmu pengetahuan
7. Meletakkan wahyu bukan saja sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan tetapi juga
standar tertinggi dalam menemukan kebenaran10

10
Zainal Habib , Islamisasi Sains Mengembangkan Integrasi Mengembangkan Prespektif, (Malang : UIN Malang
Press,2007),hlm.54

9
Tujuan Islamisasi menurut Al-Attas adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang
sudah tercemar dan dengan demikian menyesatkan. Sebaliknya, dengan ilmu seorang muslim
diharapkan akan semakin bertambah keimanannya. Demikian pula, islamisasi ilmu akan
melahirkan keamanan, kebaikan dan keadilan bagi umat manusia.

Adapun pemikiran Naquib Al-Attas meliputi dua, yaitu :

1.Pandangan Tentang Epistimologi Islam

Attas menjelaskan bahwa kemerosotan ilmu pengetahuan Islam terutama sekali


berhubungan dengan epistemologi. Problem umat Islam muncul ketika sains modern
diterima di negara-negara Muslim modern, di saat kesadaran epistemologis Muslim
amat lemah. Padahal epistemologi sains modern berpijak pada landasan pemisahan
agama dalam ilmu pengetahuan. Epistemologi Islam tidak berangkat dari keraguan
(sebagaimana sains modern barat dikembangkan dengan berlandaskan kepadanya),
melainkan berangkat dari keyakinan akan adanya kebenaran itu sendiri. Kebenaran yang
secara inheren telah terkandung dalam al – Quran sebagai petunjuk Tuhan. Bagi al –
Attas sendiri, dalam proses pembalikan kesadaran epistemologis ini, program Islamisasi
menjadi satu bagian kecil dari upaya besar pemecahan masalah epistimologi ilmu
pengetahuan.

2.Pandangan tentang Dewesternisasi dan Islamisasi

Dewesternisasi adalah proses memisahkan dan menghilangkan unsur – unsur sekuler dari
tubuh pengetahuan yang akan merubah bentuk- bentuk dan nilai- nilai dari pandangan konseptual
tentang pengetahuan seperti yang disajikan saat ini. Yang pada dasarnya upaya tersebut
merupakan bentuk usaha pemurnian ajaran Islam dari segala pengaruh barat. Upaya
dewesternisasi ini sendiri tidak akan mempunyai signifikansi bagi umat Islam bila tidak
dilanjutkan dengan gerakan Islamisasi. Al-Attas mengoreksi disiplin ilmu memurnikan ilmu-
ilmu Islam yang telah tercelup dalam paham-paham sekuler. Perkembangan ilmu pengetahuan
modern yang mengandung ideologi sekuralisme ini harus direformulasikan secara konseptual
melalui ilmu pengetahuan agar tidak terlepas dari nilai – nilai spiritualitas dan transedensi
ketuhanannya.

C. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan


10
Menurut Al-Attas,“Islamisasi adalah pembebasan manusia pertama dari magis, mitologis,
animistis, nasional-kultur, dan kemudian dari kontrol sekuler atas nalar dan bahasanya.”11 Karena
manusia dalam wujud fisiknya cenderung sekuler dan lupa terhadap hakikat dirinya dan berbuat
tidak adil terhadapnya. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan peradaban Barat telah
menimbulkan kerusakan karena dikembangkan diatas pandangan hidup, budaya dan peradaban
Barat dipengaruhi. Oleh karena itu Menurut Al-Attas dalam Islamisasi elemen-elemen yang
harus dihilangkan yaitu:
a. mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia,
b. bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran,
c. menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekular,
d. membela doktrin humanisme,
e. menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan
eksistensi manusia

E. Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Al-Attas menjelaskan bahwa ada dua cara yang saling terkait di dalam
pelaksanaan Islamisasi ilmu, yaitu:12
1. Mengisolisir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan
peradaban barat.
2. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari
ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.
Unsur-unsur tetsebut menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan
peradaban Barat yaitu akal yang diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia;
bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran; menegaskan aspek eksistensi yang
memproyeksikan pandangan hidup sekuler; membela doktrin humanisme; menjadikan
drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah kemanusiaan.15
unsur-unsur tersebut harus dihilangkan tertama dalam bidang ilmu humaniora begitu juga
dalam ilmu lainnya. Kemudian dimasukkan konsep-konsep kunci Islam yaitu: konsep
11
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, "Islam And Secularism" , (Kuala Lumpur, Art Printing Works Sdn. Bhd, Istac,
1978) Hlm. 41

12
Muhammad Taufik Dan Muhammad Yasir, "Mengkritisi Konsep Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi: Telaah
Pemikiran Ziauddin Sardar", Hlm. 114

11
Agama, konsep manusia, konsep pengetahuan, konsep kearifan, konsep keadilan, konsep
perbuatan yang benar yang semuanya berkaitan dengan konsep tauhid.
F. Langkah Langkah Aplikasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Menurut al-Attas Islamisasi ilmu pengetahuan saat ini melibatkan dua proses yang saling
terkait yaitu, :
1. Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan
peradaban Barat, dan setiap bidang ilmu pengetahuan modern saat ini, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan humaniora. Bagaimanapun ilmu-ilmu alam, fisika dan aplikasi
harus diIslamkan juga khususnya dalam penafsiran-penafsiran akan fakta-fakta dan
formulasi teori-teori. Menurut al-Attas jika tidak sesuai dengan pandangan hidup Islam,
maka fakta menjadi tidak benar. Selain itu, ilmu-ilmu modern harus diperiksa dengan
teliti. Ini mencakup metode, konsep, praduga, symbol dan ilmu modern beserta aspek-
aspek empiris dan rasional dan yang berdampak kepada nilai dan etika.
2. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dan
ilmu pengetahuan saat ini yang relevan. Jika kedua proses tersebut selesai dilakukan,
maka Islamisasi akan membebaskan manusia` dan magic, mitologi, animism, tradisi
budaya nasional yang bertentangan dengan Islam. Islamisasi akan membebaskan manusia
dan keraguan (syakk), dugaan (zann) dan argumentasi kosong (mira`) menuju keyakinan
akan kebenaran mengenai realitas spiritual, intelligible dan materi. Islamisasi akan
mengeluarkan penafsiran-penafsiran ilmu pengetahuan kontemporer dan ideology, makna
dan ungkapan sekuler. 13
Menurut al-Attas ilmu pengetahuan dalam budaya dan peradaban Barat justru
menghasilkan krisis ilmu pengetahuan yang berkepanjangan, ia berpendapat ilmu yang
berkembang di Barat tidak semestinya harus diterapkan di dunia Muslim. Ilmu bisa dijadikan
alat yang sangat halus dan tajam bagi menyebarluaskan cara dan pandangan hidup sesuatu
kebudayaan. Karena menurut al-Attas ilmu bukan bebas nilai (value free), tetapi sarat nilai
(value laden). 14
Itulah pendapat al-Attas tentang langkah-langkah Islamisasi ilmu pengetahuan, dimana
menurut dia Islamisasi itu harus mengisolir konsep-konsep kunci yang membentuk budaya Barat
13
Muhaimin & Abdul Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 99.
14
Budi Handrianto. Op.cit., hlm. 131-136.

12
serta harus memasukkan unsure-unsur Islam kedalam konsep-konsep itu. Al-Attas mengatakan
demikian karena menurut beliau bahwa ilmu itu bukan bebas nilai, tapi ilmu itu syarat nilai.
Selanjutnya akan dijelaskan proses atau pendekatan Islamisasi ilmu pengetahuan karena
menurut penulis bahwa langkah-langkah sulit dibedakan proses atau pendekatan, untuk itu disini
akan dijelaskan ada beberapa proses Islamisasi ilmu pengetahuan yaitu:15
1. Menjadikan Islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan dapat di lakukan  dengan cara menjadilan Islamisasi
ilmu pengetahuanam sebagai landasan penggunaan Ilmu pengetahuan, tanpa
mempersalahkan aspek antologis dan epistemology ilmu pengetahuan tersebut. Dengan
kata lain ilmu dan teknologinya tidak di permasalahkan, yang dipermasalahkannya adalah
orang yang mempergunakannya. Cara ini melihat bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
hanya penerapan etika Islam  dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan  dan kriteria
pemilihan suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan dikembangkannya. Dengan kata lain,
Islam hanya berlaku sebagai kreteria etis di luar struktur ilmu pengetahuan. Islamisasi
ilmu pengetahuan yang demikian itu didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan
adalah bebas nilai. Konsekuensi logisnya mereka menganggap mustahil muncul ilmu
pengetahuan Islami, sebagaiman mustahilnya kemunculan ilmu pengetahuan Marxistis.
Islamisasi imu pengetahuan dengan cara ini memandang bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam arti produknya adalah netral, pesawat terbang yang digunakan oleh
jamaah haji sama dengan pesawat yang digunakan oleh para pedagan obat-obat terlarang
atau digunakan oleh orang-orang yang yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Demikian pula alat suntik yang digunakan oleh dokter muslim dengan alat suntik yang
digunakan oleh dokter kafir juga sama, alat suntik yang sama menimbulkan bahaya
apabila penggunaanya salah, dengan mempermasalahkan apakah muslim atau kafir.
Dokter muslim yang kurang ahli dapat mencelakakan pasiennya, sebaliknya dokter yang
kafir dapat menyelamatkan pasiennya karena dengan teliti dan keahliannya, jadi
keselamatan pasien bukanlah terletak pada di katakanya kafir atau muslim melainkan
pada keahlian dan ketelitain seorang dokter, begitu juga contoh lain yang semisal dengan
ini.

15
Isma`il Razi AL-Faruqi. Op.Cit., hlm. 131-137.

13
Pengaruh keagamaan seseorang yang menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi jelas amat dibutuhkan jika dipadukan  dengan keahlian  dan ketelitian masing-
masing. Yang baik adalah jika ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berada di tangan
seseorang muslim yang mengamalkan agamanya serta dalam bekerjanya didukung
dengan keahlian dan kecermatan yang tinggi. Seorang Dokter muslim yang baik
misalnya, ia akan melihat bahwa tugasnya itu adalah sebagai amanah, yakni perintah
Tuhan untuk mengatasi penderitaan orang lain, dengan pemikiran demikian, maka ia
tidak akan mempergunakan jabatannya untuk tujuan yang tidak benar yang dapat
merugikan orang lain.
Dengan pendekatan Islamisasi yang bersifat substansila ini, maka tugas utama
Islamisasi ilmu pengetahuan bertumpu pada dua hal. Pertama, pada manusia yang akan
mempergunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, yaitu manusia yang memiliki
komitmen yang tinggi untuk mengamalkan agamanya dengan teguh dan istiqomah, serta
menguasai bidang pekerjaannya yang didukung dengan keahlian dan pengalaman. Kedua,
pada ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, apakah dalam keadaan berfungsi dengan
baik atau tidak. Jika ilmu pengetahuan dan teknologi dalam keadaan baik, maka pengaruh
kerjanya dapat dengan mudah diidentifikasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik
itulah yang netral dan tidak dapat disalahkan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dalam keadaan baik itu tak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Masalahnya
yang sekarang adalah dunia modern dan berkembang melalui ilmu pengetahuan telah
dukuasai oleh orang-orang yang tidak Islami. Manusia yang hidup di dunia modern ini
telah salah dalam menggunakan ilmu pengetahuan.
2. Memasukkan nilai-nilai Islam dalam konsep ilmu pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan dengan cara
memasukkan nilai-nilai Islami kedalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Asumsi dasarnya adalah ilmu pengetahuan tersebut tidak netral, melainkan penuh dengan
muatan-muatan nilai yang dimasukkan oleh orang-orang yang merangcangnya. Dengan
demikian Islamisasi imu pengetahuan dan teknologi harus di lakukan terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
3. Penerapannya dimulai dengan mengkaji dengan pendekatan ontologi dan
epistemology

14
Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi di lakukan melalui penerapan konsep
tauhid dalam arti seluas-luasnya. Tauhid bukan hanya difahami secara teo-centris, yaitu
mempercayai dan meyakini adanya tuhan dengan segala sifat kesempurnaan yang
dimilikinya serta jauh dari sifat-sifat yang tidak sempurna, melaikan tauhid yang melihat
bahwa antara manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan
segenap ciptaan tuhan lainnya adalah merupakan suatu kesatuan yang saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi, dan semuanya itu merupakan wujud  kekuasaan
dan  kebesaran Tuhan.
Dengan antologi dapat dijelaskan  bahwa  sumber-sumber pengembangan ilmu
berupa ayat-ayat tuhan yang tertulis (al-Qur'an) dan ayat-ayat tuhan yang tidak tertulis
sebagaimana terdapat dijagat raya (ayat kauniyah) dan ayat-ayat tuhan yang terdapat pada
manusia dan prilaku sosial, semuanya itu adalah ayat-ayat tuhan. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan, baik ilmu agama Islam yang dihasilkan melalui kajian terhadap ayat-ayat
al-Qur'an, ilmu-ilmu alam (sains) yang dihasilkan melalui kajian terhadap jagat raya, dan
ilmu-ilmu sosial yang dihasilakan melalui kajian terhadap fenomena sosial. Namun pada
hekekatnya berasal dari Allah SWT, karena semua ilmu tersebut sebagi hasil dari
pengkajian terhadap ayat-ayat Allah SWT.
Dengan epistemology dapat dijelaskan bahwa sebuah ilmu pengetahuan tersebut
disusun, ilmu agama Islam yang bertumpu pada kajian ayat-ayat yang ada dalam al-
Qur'an menggunakan metode kajian ijtihadiyah dengan syarat dan langkah-langkah yang
telah teruji dalam sejarah, melalui metode ijtihadiyah ini maka di hasilkan berbagai ilmu-
ilmu agama Islam seperti teologi, hukum Islam, tafsir, filsafat, pendidikan dan
sebagainya dengan berbagai mazhab dan aliran yang ada didalamnya.
Karena ilmu-ilmu tersebut menggunakan ayat-ayat Allah, maka seluruh ilmu
tersebut pada hakekatnya dari Allah, oleh karenanya, ia harus di abdikan untuk ibadah
kepada Allah melalui pengabdian terhadap kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
Dengan demikian maka jelas bagi kita semua bahwa segala sesuatu yang kita
capai di dunia itu bukanlah hasil dari kita sendiri akan tetapi kita harus sadar bahwa disitu
ada keikutsertaan Allah kepada kita atau dengan kata lain Allah hanya menggunakan jasa
kita sebagai perantara, ilmu kedokteran dikembangakan misalnya bukan ilmu kedokteran

15
yang arogan yang melihat kesembuhan pasien sebagai disebabkan oleh satu-satunya
bantuan medis, melainkan kesembuhan itu juga berkat anugrah Tuhan.
4. Pemberian pendidikan secara berjenjang dan berkesinambungan sejak kecil
Islamisasi imu pengetahuan, juga dapat diberikan melalui inisiatif pribadi melalui
proses pendidikan yang diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan, dalam
prakteknya tidak ada ilmu agama dan ilmu umum yang disatukan. Yang terjadi sejak
kecil kedalam diri seseorang sudah ditanamkan jiwa agama yang kuat, praktek
pengalaman tradisi keagamaan dan sebagainya. Setelah itu  kepadanya diajarkan dasar-
dasar ilmu agama yang kuat, diajarkan al-Qur'an baik dari segi membaca maupun
pemahaman isinya. Selain itu juga diajarkan pula hubungan antara satu ilmu dengan ilmu
lainnya secara umum. Selanjutnya ia mempelajari beberapa bidang ilmu dan keahlian
sesuai dengan bidang yang di minatinya.
Dengan demikian akan melahirkan manusia yang ahli dalam bidang ekonomi,
industri, pertanian dan sebagainya, namun dalam waktu yang bersamaan ia dengan
kemampuannya sendiri mampu menghubungkan jiwa dan dasar-dasar keagaman yang
dimilikinya  itu untuk mengarahkan keahlian yang  dimilikinya, ia boleh saja menjadi
dokter misalnya tapi dokter yang Islami dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memetakan anak didik didalam memasuki lembaga pendidikannya, tanpa harus
mengubah bentuk sekolah atau kurikulum atau lainnya, pendekatan ini pun sukup efektif
dan efesien.
5. Melakukan integrasi antara dua paradigma agama dan ilmu yang seolah-olah
memperlihatkan perbedaan.
Agama mengasumsikan atau melihat sesuatu persoalan dari segi norma
(bagaimana seharusnya) sedangkan sains meneropongnya dari objektifnya (bagaimana
adanya). Agama melihat problematika dan solusinya melalui petunjuk Tuhan, sedangkan
sains melalui eksperimen dan rasio manusia. Selain itu ajaran agama diyakini sebagai
petunjuk Tuhan, kebenarannya mutlak, sedangkan kebenaran sains bersifat relatif. Agama
banyak berbicara tentang yang gaib, sementara sains hanya berbicara mengenai hal
empiris.

G. Pengaruh Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

16
Adapun pengaruh gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ada yang merupakan pengaruh
positif dan ada yang negatif, yaitu:
1. Adanya ilmuan muslim yang mengatakan bahwa gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan
muncul sebagai reaksi adanya konsep dikhotomi antara agama dan ilmu pengetahuan
yang dimasukkan masyarakat Barat dan budaya masyarakat modern.
2. Selanjutnya dengan munculnya ide islamisasi ilmu pengetahuan maka mengakibatkan
pertentangan diantara ilmuan kita.
3. Yang menjadi pengaruh positifnya adalah melalui islamisasi ilmu pengetahuan
munculnya ilmu-ilmu dan juga perekonomian yang islami, seperti ilmu kedokteran yang
islami, Bank Syari`ah. Makanya mari menabung di Bank Syari`ah dan berinvestasi agar
instrumen ekonomi Islam membesar.
4. Dengan gagasan islamisasi sains tersebut maka sains dapat memproduk teknologi yang
ramah lingkungan. Teknologi bisa serasi dengan maqasid syariah dan bukan dengan
nafsu manusia.
5. Gagasan atau gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan menggugah hati kaum muslimin
untuk sadar dengan keadannya, karena islamisasi ssains merupakan salah satu upaya
menjawab tantangan modernitas yang melanda umat Islam. Karena ada semacam
guncangan di kalangan umat Islam, menyaksikan realitas yang menempatkan diri mereka
pada sudut buram sejarah. Di balik kemegahan peradaban Barat yang terus melaju pasca
Renaissance, sebagian besar dunia Islam secara kontras justru termegap-megap dalam
sesuatu yang dalam visi modern disebut perangkap kemunduran dan keterbelakangan.
Terlebih, masih segar dalam ingatan kolektif umat Islam bahwa beberapa abad lampau
mereka pernah memegang supremasi peradaban dengan dominasi yang kukuh pada ranah
kebudayaan, politik maupun ekonomi. Dengan simbol kekuasaan politik Kekhalifahan
Abbassiyah di Bagdad, Kekhalifahan Umayyah di Cordova, mereka pernah berada pada
posisi superior dibandingkan masyarakat Eropa yang pada masa itu justru terkungkungi
masamasa sejarah yang gelap. Seiring dengan gerakan “kembali ke Islam” yang marak di
kampus-kampus semenjak tahun 1980-an, gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan menjadi
semacam cermin kerinduan para intelektual dan ilmuan Muslim modern terhadap sesuatu
yang “khas” milik mereka. Gerakan ini juga menggambarkan tekad mereka
untukmenerapkan ajaran Islam yang

17
6. Diyakini kaafah, syaamil dan kaamil, sempurna dan mencakup segalanya. Dan tentu saja,
kesadaran akan “kejayaan umat Islam di masa lalu” menjadi bagian inheren dari gerakan
ini.
7. Terwujudnya keadilan, tersebarnya kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat
manusia, juga terciptanya kesetaraan, kebersamaan, tolong menolong dan penghormatan
hak asasi antar umat manusia.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis berkesimpulan bahwa Islamisasi Ilmu Pengetahuan perlu
dilakukan sebagaimana yang terurai pada bab pembahasan yang antara lain meliputi pengertian,
konsep, proses, langkah yang menurut pandangan syed Naqub al Attas.
Adapaun pengertian dari islamsiasi ilmu pengetahuan Syed M. Naquib al-Attas Secara
teoritis dan ideologis, mendefenisikan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai: pembebasan
manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan
Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari
kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau
18
jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang
sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya. Menurut al-Attas ini, islamisasi ilmu
pengetahuan terkait erat dengan pembebasan manusia dari tujuan-tujuan hidup yang bersifat
dunyawi semata, dan mendorong manusia untuk melakukan semua aktivitas yang tidak terlepas
dari tujuan ukhrawi.
Tujuan Islamisasi menurut Al-Attas adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang
sudah tercemar dan dengan demikian menyesatkan. Sebaliknya, dengan ilmu seorang muslim
diharapkan akan semakin bertambah keimanannya. Demikian pula, islamisasi ilmu akan
melahirkan keamanan, kebaikan dan keadilan bagi umat manusia.

Menurut konsep yang dikemukaan oleh Al-Attas dalam Islamisasi harus ada elemen-
elemen yang harus dihilangkan yaitu:
a. mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia,
b. bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran,
c. dsb,
Al-Attas menjelaskan bahwa ada dua cara yang saling terkait di dalam pelaksanaan
Islamisasi ilmu, yaitu:
1. Mengisolisir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan
peradaban barat.
2. Memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari
ilmu pengetahuan saat ini yang relevan.

B. SARAN

Dari penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami dan
menjadikan motivasi bagi pembaca. Sebagai penulis sebelumnya meminta maaf jika makalah
yang penulis susun jauh dari kata sempurna.

19
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Amier Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam Insani Press, 1995), hlm. 90.

Jawahir,”Syed M. al-Naquib al – Attas, pakar Agama, pembela Aqidah dan Pemikir


Islam yang dipengaruhi paham orientalis”, dalam panji masyarakat, no. 603, edisi 21-28 Februari
1989,32.

Pidatonya tersebut telah diterbitkan di Indonesia, lihat .syed M al-Naquib al-Attas, Islam
dalam sejarah dan kebudayaan melayu, (Bandung:Mizan, 1990).

Peter Salim & Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT.Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1986), hlm. 971.
H. Ahmad Syadaly, dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 1997),
hlm. 34

20
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan &
Pengembangan Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hlm. 879.

Isma’il Raji al-Faruqi. Islamisasi Pengetahuan, Cet ke-3, (Bandung: Penerbit Pustaka,
2003), hlm. 38-39.

Budi Handrianto. Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modren,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hlm. 133.

Ramayulis dan Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh
Pendidikan Islam di Dunia Islam dan di Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm.
109.
Zainal Habib , Islamisasi Sains Mengembangkan Integrasi Mengembangkan Prespektif,
(Malang : UIN Malang Press,2007),hlm.54

Muhaimin & Abdul Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 99.
Budi Handrianto. Op.cit., hlm. 131-136.
Isma`il Razi AL-Faruqi. Op.Cit., hlm. 131-137.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, "Islam And Secularism" , (Kuala Lumpur, Art
Printing Works Sdn. Bhd, Istac, 1978) Hlm. 41

Muhammad Taufik Dan Muhammad Yasir, "Mengkritisi Konsep Islamisasi Ilmu Ismail
Raji Al-Faruqi: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar", Hlm. 114

21

Anda mungkin juga menyukai