Anda di halaman 1dari 13

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Hapiz M.Pd

Disusun oleh kelompok 2:

1. Fitra Faiqotul Himmah : NIM.PM.02.221.1032


2. Fitria : NIM.PM.02.221 1162
3. Zarnila : NIM.PM.02.221.1133

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Pengetahuan“
terselesaikan dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Ilmu, bapak Hapiz M.Pd yang telah mengarahkan dan membimbing
pembuatan makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Muara Bungo, 02 Maret 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Definisi Ilmu Pengetahuan .................................................................... 3
B. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan.................................................................... 5
C. Sumber Ilmu Pengetahuan ..................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Bila ditinjau dari jenis katanya 'pengetahuan' termasuk dalam kata benda, yaitu
kata benda jadian yang tersusun dari kata dasar 'tahu' dan memperoleh imbuhan 'pe
- an', yang secara singkat memiliki arti 'segala hal yang berkenaan dengan kegiatan
tahu atau mengetahui. Pengertian pengetahuan mencakup segala kegiatan dengan
cara dan sarana yang digunakan maupun segala hasil yang diperolehnya. Untuk
memahami lebih mendalam tentang pengertian 'pengetahuan', kita perlu memamahi
tindakan 'mengetahui'.1
Sebagaimana kegiatan yang dilakukan oleh manusia memiliki akibat atau
hasil, demikian pula tindakan 'mengetahui' tentu saja juga menghasilkan sesuatu,
yaitu 'pengetahuan'. Pada hakikatnya pengetahuan merupakan segenap hasil dari
kegiatan mengetahui berkenaan dengan sesuatu obyek (dapat berupa suatu hal atau
peristiwa yang dialami subyek), misalnya pengetahuan tentang benda, tentang
tumbuh-tumbuhan, tentang binatang, tentang manusia, atau pengetahuan tentang
peristiwa peperangan.
Kegiatan mengetahui merupakan kegiatan mental, yaitu kegiatan akal pikir.
Untuk memperoleh pengetahuan, pertama-tama menusia berusaha mencerap
berbagai hal yang dialaminya, yang diindera, yang dirasakannya, yang
dikehendakinya, dan yang dipikirkannya. Berbagai hal yang dicerap tersebut
dipilah-pilahkan dalam kerangka ruang dan waktu.
Sebagai kekayaan mental, pengetahuan bukanlah sesuatu yang membebani
kehidupan manusia, melainkan merupakan hal yang berharga bagi kehidupan
manusia. Pengetahuan memberikan penjelasan dan kejelasan pada manusia
berkenaan dengan alam semesta seisinya serta kehidupan manusia sendiri; dari
penjelasan yang bersifat deskriptik, korelatif, kausatif, prediktif, hingga
pengetahuan yang bersifat kreatif.

1
Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016), hal 46.

1
2

B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan masalah
yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan ilmu pengetahuan?
2. Apa saja ciri-ciri ilmu pengetahuan?
3. Ilmu pengetahuan bersumber dari apa saja?

C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui apa itu ilmu pengetahuan.
2. Agar kita dapat mengetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan.
3. Agar kita dapat mengetahui sumber ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Pengetahuan.


Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah pengetahuan, tetapi
pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan dapat diperoleh
dengan atau tanpa metode ilmiah, artinya dapat diperoleh melalui pengalaman
sehari-hari atau berupa informasi yang kita terima dari seseorang yang memiliki
kewibawaan atau otoritas tertentu. Sedangkan ilmu mesti diperoleh dengan metode
ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan induktif.
Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide, konsep dan pemahaman
yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan
kehidupannya.2
Sedangkan ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia
yang telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan lebih spontan sifatnya,
sedangkan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif. Pengetahuan jauh lebih
luas dari ilmu pengetahuan, karena pengetahuan mencakup segala sesuatu yang
diketahui manusia tanpa perlu dibakukan secara sistematis.
Dalam literatur banyak sekali ditemukan definisi ilmu pengetahuan yang
dikemukakan oleh para ilmuan. Berikut ini adalah beberapa diantaranya sebagai
perbandingan. Dalam ENSIE disebutkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
mempunyai dasar dan yang berlaku secara umum serta niscaya. Ilmu adalah
keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang terikat antara yang satu dengan yang
lainnya secara sistematis.
Dalam karangannya berjudul “Pengantar Filsafat Ilmu”. The Liang Gie
mengatakan bahwa ilmu dapat dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai metode bagaimana aktivitas itu dilakukan,
dan sebagai ilmu pengetahuan atau produk dari aktvitas tersebut. Ketiga hal itu
merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan dan bersifat dinamis.

2
Soelaiman, Darwis A. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam. (Aceh: Bandar
Publishing, 2019), hal 26.

3
4

Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatang pengetahuan
yang sistematis. Dengan kata lain, menurut The Liang Gie, ilmu ialah “aktivitas
penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan sistematis.”
Pengetahuan yang semula bersifat langsung tersebut menjadi sebuah
pengetahuan yang cocok untuk diatur secara sistematisnya sedemikian rupa
sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Hal inilah yang terjadi dalam ilmu
pengetahauan. Ia berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, yang
dikumpulkan, disusun dan dibangun secara teratur. Apa yang sudah diketahumi
secara umum, lebih lanjut akan diketahui secara lebih masuk akal. Hasil ilmu
pengetahuan dengan demikian semakin mengorbankan sifat konkrit pengetahuan
langsung. Proses tersbut menjadi jelas ketika setiap ilmu menyusun beberapa model
atau pendekatan.3
Ziman dalam karangannya “What is Science?” menelaah bermacam-macam
definisi ilmu pengetahuan. Dari sejumlah definisi mengenai ilmu pengetahuan yang
ditelaahnya dikatakan bahwa definisi berikut ini dipandang lebih tepat dan paling
digemari oleh banyak filosof. “Ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang diperoleh
melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris, (berpikir logis dan berpikir
induktif).
Definisi ini biasanya didasarkan pada asas induksi, yaitu bahwa apa yang
kelihatannya telah terjadi beberapa kali hampir pasti selalu terjadi dan dapat dipakai
sebagai fakta dasar atau hukum yang memungkinkan dibangunnya suatu struktur
teori yang kuat. Pentingnya pemikiran spekulatif diakui, dengan pengandaian
bahwa ia dikendalikan oleh kesesuaian dengan fakta.4
Ilmu pengetahuan bukan merupakan konsekuensi lebih lanjut dari metode
ilmiah, tetapi ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah itu sendiri. Selanjutnya
Ziman mengatakan, bahwa kegiatan ilmiah bukanlah urusan pribadi, melainkan
urusan bersama. Artinya semua orang yang tertarik pada penyelidikan ilmiah dapat

3
Sudiantara, Yosephus. Filsafat Ilmu: Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Semarang: Unika
Soegijapranata, 2020), hal 24.
4
Soelaiman, Darwis A. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam. (Aceh: Bandar
Publishing, 2019), hal 27.
5

berpartisipasi sebagai rekan yang sederajat. Ilmu pengetahuan itu dibentuk dan
ditentukan oleh hubungan social diantara individu-individu. Tujuan dari ilmu
pengetahuan bukan sekedar untuk memperoleh informasi dan menyampaikan
pandangan-pandangan yang tidak saling bertentangan, tetapi bahwa ilmu
pengetahuan harus bersifat umum untuk mencapai suatu kesepakatan pendapat
yang rasional mengenai bidang yang mungkin sangat luas.

B. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan.


Dari berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan dapat diidentifikasi beberapa
ciri ilmu pengetahun, antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam
ilmu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika.
2. Ilmu itu bersifat objektif, artinya ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-
bukti (evidences) yang dapat diverifikasi untuk menjamin keabsahannya.
3. Ilmu bersifat matematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan
tertentu yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya
berupa fakta2 yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya.
4. Ilmu bersifat umum (universal) dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari
oleh tiap orang, bukan untuk sekelompok orang tertentu.
5. Ilmu bersifat akumulatif dan progresif, yakni kebenaran yang diperoleh
selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran yang baru,
sehingga ilmu pengetahuan maju dan berkembang.
6. Ilmu bersifat communicable artinya dapat dikomunikasikan atau dibahas
bersama dengan orang lain.
Mengenai sifat obyektif dari ilmu pengetahuan menimbulkan beberapa
persoalan, karena obyektif itu diartikan sebagai bebas nilai, atau bersifat netral,
tidak dipengaruhi oleh subyektivitas orang yang meneliti ilmu itu. Dalam penelitian
kualitatif, istilah obyektif kurang tepat dipakai karena nuansa subyektif dalam
penelitian kualitatif sangat dominan, sehingga obyektivitas hasil penelitian
diragukan. Selain itu hasil suatu penelitian ilmiah tidak sama antara yang satu
dengan yang lain terutama antara ilmu-ilmu yang berbeda karasteristiknya,
6

sehingga istilah intersubyektif lebih diperlukan dalam ilmuilmu social daripada


ilmu alamiah. Dilihat secara filosofis adalah sangat sukar untuk menyatakan sesuatu
itu sebagai obyektif karena sesungguhnya segala hal yang ada dalam alam semesta
ini adalah hasil dari suatu kesepakatan antara individu atau kelompok yang
memiliki otoritas dalam satu bidang ilmu, yang kemudian diikuti oleh masyarakat
luas.5

C. Sumber Ilmu Pengetahuan.


Sumber utama ilmu pengetahuan sebagai berikut:6
1. Rasionalisme.
Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia
adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil
manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir.
Oleh karena itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan.
Manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin
banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat. Berdasarkan pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan
tindakannya sehingga nanti ada perbedaan perilaku, perbuatan, dan
tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi.
Tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff,
meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada
pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya.
2. Empirisme.
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu
emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes,
Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.
Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio
sebagai sumber pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai

5
Ibid, hal 27.
6
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. (Bogor: IPB Press, 2016), hal 7.
7

sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman


batiniah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman indrawi
sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain
dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data
indrawi yang sama dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah
objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu
proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme.
Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis
pertama dalam sejarah filsafat modern.
Sumber ilmu pengetahuan secara detail dikemukakan oleh John Hospers
dalam Kebung seperti berikut:7
1. Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman manusia dalam kehidupan nyata yang
berhubungan dengan pemanfaatan alat indra manusia. Ilmu pengetahuan
yang berdasarkan pada fakta-fakta indrawi manusia.
2. Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
proses penalaran manusia menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan
cara mempertentangkan pernyataan yang ada dengan pernyataan baru.
Kebenaran dari hasil kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan
baru.
3. Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah
kewibawaan kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya. Ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan kebenarannya ini tidak perlu diuji
lagi.
4. Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah
perenungan manusia yang memiliki kemampuan khusus yang
berhubungan dengan kejiwaannya. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari
intuisi tidak dapat dibuktikan secara nyata merta melainkan melalui proses
yang panjang dan tentu dengan memanfaatkan intuisi manusia.

7
Ibid, hal 9.
8

5. Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu


Ilahi melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat. Dasar
penerimaan kebenarannya adalah kepercayaan terhadap sumber wahyu itu
sendiri. Dari kepercayaan ini munculah apa yang disebut dengan
keyakinan.
6. Keyakinan atau faith. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah
keyakinan yang kuat. Keyakinan yang telah berakar dalam diri manusia
atas kebenaran wahyu Ilahi dan pembawa berita Wahyu Ilahi tersebut.
Ilmu pengetahuan ini tidak perlu diuji kebenarannya. Penganutnya akan
serta merta mempercayainya sebagai sebuah keharusan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah :
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah
dibakukan secara sistematis.
Ciri-ciri ilmu pengetahuan ada 6, yaitu:
1. Ilmu bersifat rasional
2. Ilmu itu bersifat objektif
3. Ilmu itu bersifat matematikal
4. Ilmu itu bersifat umum
5. Ilmu itu bersifat akumulatif dan progresif
6. Ilmu itu bersifat communicable
Sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari rasionarisme dan emperisme.

B. Saran.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dari penjelasan di atas
disarankan pada para pelajar dan orang lainnya mengetahui dasar-dasar ilmu
pengetahuan. Agar nanti dapat membedakan yang mana pengetahuan dan yang
mana ilmu pengetahuan seerta mengetahui ciri-ciri dan sumber ilmu pengetahuan.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu selaku
penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan makalah
kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Soelaiman, Darwis A. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam.


Aceh: Bandar Publishing, 2019.
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press, 2016.
Sudiantara, Yosephus. Filsafat Ilmu: Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan. Semarang:
Unika Soegijapranata, 2020.
Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai