Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGHAYATAN NILAI-NILAI HIJRAH RASULULLAH DAN


SAHABATNYA

DOSEN PENGAMPU : YULIYANTO, M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8


1. Amelia sulistyawati : NIM.02.221.1002
2. Mira sari : NIM.02.221.1064
3. Wirda nadira : NIM.02.221.1127

PROGRAM STUDI PENDIDIKKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


YAYASAN NURUL ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
TAHUN AKADEMI 2021/2022
Kata pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada Allah SWT semoga selalu dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan,petunjuk,arahan


dan motivasi serta bantuan dari banyak pihak,baik bantuan material ataupun fasilitas akademik
baik secara langsung dan tidak langsung.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
kesalahan.Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
makalah ini sehingga menjadi lebih sempurna.Semoga dengan saran dan kritikan dapat
menuntun penulis agar lebih baik lagi dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Muara Bungo,16 November 2021

Kelompok 8

ii
Daftar Isi

Kata pengantar.................................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHUUAN..............................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. Pengertian Hijrah..................................................................................................................2

B. Perjalanan Hijrah Rasulullah................................................................................................4

C. Nilai Nilai Hijrah Rasulullah................................................................................................8

D. Nilai-Nilai Hijrah Rasulullah Dalam Kehidupan Sehari-Hari..............................................9

E. Sahabat Yang Menemani Rasullullah Berhijrah.................................................................10

BAB III..........................................................................................................................................14

PENUTUP.....................................................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................................14

B. Saran...................................................................................................................................15

Dafar Puataka.................................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang
Rasulullah Saw. adalah seorang yang sabar dan bijaksana, ketika beliaudirundung banyak
tekanan dari kaum kafir quraisy selama berdakwah di Makkah, beliau tetap sabar dan terus
menjalankan misinya berdakwah. Tetapi umat muslimtelah beliau perintah untuk berhijrah ke
Yatsrib, agar mereka aman dari tekanan dansiksaan kaum kafir quraisy. Sedangkan dirinya
sendiri masih menantikan perintahdari Allah untuk berhijrah, hal itu bukti bahwa beliau sangat
memperhatikan umatnya.Setelah sampai di Yatsrib beliau membangun peradaban kehidupan
masyarakatyang sangat luar biasa dan sangat mengagumkan. Nilai-nilai yang beliau tanamkan
dalam kehidupan umat muslim di yatsibtelah mencatat peradaban baru pada masa itu, beliau
mampu menjadikan Yatsibmenjadi kota yang kuat dan kokoh, serta cepat perkembangannya.
Maka dari itusebagai orang islam seharusnya kita tahu sejarah hidup Rasulullah Saw. Seorang
yangtelah membawa islam. Terutama sejarah perjalanan beliau berdakwah dimadinah yang
dalam kehidupan pada zaman sekarang harusnya kita contoh bagaimana kehidupan Rasulullah
serta umat muslim pada ketika di Yatsrib. Padakesempatan ini pemakalah akan menyajikan
tentang perjalanan Rasullah sertakehidupannya di Yatsrib. Diharapkan dengan disusunnya
makalah ini mampumemberikan pengetahuan yang lebih dalam bagi para pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hijrah?
2. Bagai mana perjalanan hijrah Rasulullah SAW.?
3. Apa saja nilai nilai yang terkandung dai perjalana hijrah Rasulullah SAW.?
4. Bagai mana penerapan niai-nlai hijrah Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari?
5. Siapkah sahabat yang menemani rasulllah Hijrah?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari hijrah.


2. Menjelaskan tentang perjalanan hujrah Rasulullah SAW.
3. Mengetahui nilai-nilai yag terkandung dalan perjalana hijrah Rasulullah SAW.
4. Menjelaskan tentang cara penerapan nilai-nilai hijrah rasulullah SAW. dalam kehidupan
sehari hari.
5. Mengetahui sahabat yang menemani Hijrah Rasulullah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijrah
Secara makna, kata hijrah merupakan lawan kata dari al-washal (sampai/tersambung).
Kata hijrah merupakan bahasa Arab yang asal katanya adalah hajarahu-yahjuruhu-hijran-
hijranan. Bentuk isim atau kata benda dari kata ini adalah al-hijrah.

Dalam buku Hijrah dalam Pandangan Alquran karya Ahzami Saimun Jazuli disebutkan,
makna hijrah secara syar’i ialah memiliki ragam aspek yang cukup luas jika ditinjau dari
berbagai definisi. Para ulama umumnya memiliki pendapat yang berbeda mengenai makna hijrah
ini.

Pendapat pertama, hijrah diartikan sebagai perpindahan dari negeri kaum kafir atau
kondisi peperangan (daarul kufri wal-harbi) ke negeri Muslim (daarul Islam). Pendapat ini
dikemukakan oleh Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Aswalani, dan Ibnu Taimiyah.

Adapun yang dimaksud dengan negeri kaum kafir menurut mereka adalah negeri yang
dikuasi atau pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang kafir dan hukum yang dilaksanakan
oleh mereka. Adapun Ibnu Taimiyah berpendapat, sebuah negeri yang dikategorikan sebagai
daarul kufri, daarul iman, atau daarul fasik, bukan karena hakikat yang ada pada negeri itu,
melainkan karena sifat dari para penduduknya.

Ulama-ulama dari kelompok ini berpendapat, hijrah disyaratkan bagi orang yang mampu.
Karena bagi mereka yang tidak mampu berhijrah terlepas dari kewajiban hukum berhijrah.Hal
ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Alquran Surah An-Nisaa penggalan ayat 98 yang
artinya: “Kecuali mereka yang tertindas bagi laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah),”.

Adapun pendapat kedua, hijrah berdasakan makna syar’i ialah perpindahan dari negeri
orang zalim (daarul zulmi) ke negeri orang-orang adil (daarul adli) dengan maksud untuk

2
menyelamatkan agama. Daarul adli dapat diartikan suatu negeri yang dipimpin oleh orang kafir
akan tetapi ia memberi toleransi yang tinggi.

Kelompok ini menekankan bahwa hijrah dan tuntutannya ditujukan bagi mereka yang
betul-betul berada di bawah tekanan sistem non-Islam. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah ketika memerintahkan kaum Muslimin untuk berhijrah ke Habasyah dengan
pertimbangan bahwa di sana ada seorang raja yang tidak pernah menzalimi seorang pun.

Pendapat ketiga, Ibnu Arabi menyetujui pendapat pertama sebagaimana yang disebutkan
di atas. Akan tetapi beliau lebih condong kepada makna yang lebih luas mengenai hijrah yang
terdiri dari berbagai aspek.Pertama, meninggalkan negeri yang diperangi menuju negeri Islam.
Kedua, meninggalkan negeri yang dihuni oleh para ahli bid’ah. Ketiga, meninggalkan negeri
yang dipenuhi oleh hal-hal yang haram sementara mencari suatu yang halal merupakan
kewajiban setiap Muslim.Keempat, melarikan diri demi keselamatan jiwa. Kelima, khawatir
terkena penyakit di negeri yang sedang terkena wabah, maka ia pergi meninggalkan negeri itu
menuju negeri yang sehat tanpa wabah. Dan keenam, melarikan diri demi keselamatan harta.

Namun demikian, hijrah juga kerap diartikan sebagai perjalanan manusia di muka bumi
untuk mencari pelajaran, hikmah, dan nasihat. Pendapat keempat mengenai hijrah, datang dari
kalangan orang-orang sufi.Di mana mereka kerap pergi untuk mendekatkan diri dengan
kebiasaan-kebiasaan baik, berbeda pendapat untuk menganalisis suatu permasalahan,
meninggalkan dosa dan kesalahan, dan meninggalkan hal-hal yang menjauhkan diri dari
kebenaran.

Hijrah tidak mengharuskan perpindahan secara fisik dari suatu tempat ke tempat lain.
Hijrah terkadang dilakukan dengan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan masyarakat
umum. Para sufi melakukannya dengan tidak bergaul dengan para pelaku maksiat dan
kemungkaran, menjauhi orang-orang yang berakhlak buruk, dan meninggalkan para pembuat
onar dan permusuhan.

Para sufi pun kerap menerapkan hijrah dengan meninggalkan akhlak yang buruk, atau
meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjerumuskan manusia dari kehinaan, dan
meninggalkan pembicaraa yang menjurus pada kemewahan-kemewahan duniawi. Makni]a ini
3
dimasukkan sebagai arti dari hijrah secara syar’i, akan tetapi spesifikasi hal ini ditempatkan oleh
para sufi sebagai satu tingkatan di antara tingkatan-tingkatan menuju sufi.1

B. Perjalanan Hijrah Rasulullah


Dalam melabuhi bahtera kehidupan untuk terjalinnya kebaikan di dunia dan akhirat
haruslah menjadi umat muslim yang senantiasa memancarkan kebaikan. Berhijrah merupakan
kewajiban umat muslim untuk selalu memacu hidupnya menuju jalan lurus yang penuh
kebaikan. Hijrah mengandung arti meninggalkan suatu perbuatan, perpindahan atau
meninggalkan suatu daerah menuju ke daerah lain. Hijrah Rasulullah memiliki banyak nilai
kehidupan karena kegigihan Rasulullah yang luar biasa dalam menyebarkan agama islam.

Maka pentingnya hijrah dalam menemani langkah roda kehidupan untuk selalu menjadi
muslim yang terus berlomba dalam berbuat kebaikan. Hijrah Nabi Muhammad SAW dilakukan
pada tahun 622 M dari Makkah menuju Madinah dan terdapat kisah menakjubkan. Rasulullah
mendapatkan tantangan dan ancaman besar dari kaum kafir, namun Beliau tidak mudah untuk
tergoyahkan semangat dakwahnya. Mari kita maknai pintalan perjuangan Hijrah Rasulullah sang
inspirator umat muslim melalui 5 rangkaian yang penuh pengorbanan dan ketulusan.

Nabi Muhammad SAW telah berdakwah di Mekkah menyebarkan agama islam untuk
menunjukkan jalan lurus. Awalnya Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi
kemudian Syiar Islam dilakukan secara terang-terangan. Karena semakin meluasnya ajaran
Rasulullah, kaum kafir Quraisy semakin geram dan jenuh akan bannyaknya pengikut Rasulullah.
Maka dengan segala kemampuannya kaum kafir tersebut menghalalkan segala cara untuk
merusak dakwah Rasulullah SAW.

Kaum Quraisy senantiasa mengancam dan mengintimidasi Rasulullah SAW. Terlebih


ancaman semakin menghantui disaat hari duka Nabi Muhammad SAW. Beliau ditinggalkan oleh
istinya Siti Khadijah, paman Nabi (Abu Thalib) wafat dan mereka berdua merupakan pembela
dan motivator Rasulullah. Hal tersebut merupakan tahun duka cita bagi Rasulullah SAW.

1
https://www.republika.co.id/berita/q4lh8b430/apa-itu-hijrah
4
Setelah melewati hari duka cita Allah SWT memberikan peristiwa yang luar biasa kepada
Rasulullah SAW. Yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj dimana Allah memerintahkan kelak hamba-
hambaNya untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Mendapatkan amanah dari Allah membuat Nabi
melanjutkan dakwahnya di Mekkah, lantas kaum Quraisy semakin geram dan semakin bertindak
jahat kepada Beliau. Mereka tak segan-segan menuduh bahwa Rasulullah SAW telah berbohong
atas peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, berbagai desakan semakin beragam menggagalkan dakwah
Rasulullah2

1. Kedatangan Sejumlah Orang dari Madinah

Disaat gencar-gencarnya kaum kafir Quraisy menghancurkan dakwah Rasulullah SAW,


datanglah sejumlah orang dari Madinah dan menemui Nabi. Mereka menemui Rasulullah SAW
di bukit Aqaba, dan mereka memeluk agama islam, peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at
Aqaba I. Beberapa tahun kemudian datang kembali yaitu Suku Aus dan Khazraj dari Madinah
menuju Mekkah untuk naik haji. Mereka menemui Rasulullah dan mengajaknya agar berhijrah
ke Madinah.

Suku Aus dan Khazraj memiliki niat baik dengan menemui Rasulullah yakni mereka siap
untuk membela dan melindungi Nabi serta pengikutnya. Peristiwa berikut dikenal dengan Bai’at
Aqaba II, betapa mulianya dan sayangnya mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan siap
siaga mereka melindungi Rasulullah dari ancaman apapun baik dari kaum kafir Quraisy atau
kafir lainnya.

Dengan kejahatannya kaum kafir Quraisy memboikot Nabi Muhammad dan para
pengikutnya dengan mereka melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pengikut
Rasulullah. Mereka juga dlarang untuk menikah dengan kaum muslimin , bergaul, dan disuruh
untuk mendukung memusuhi Nabi. Hal tersebut membuat kondisi kaum muslimin di Mekkah
semakin terdesak, atas izin Allah Nabi Muhammad memutuskan untuk berhijrah ke Madinah.

2
https://zakat.or.id/perjuangan-hijrah-rasulullah/

5
Dengan segala upaya untuk menyelamatkan kaum muslimin, mereka pun berhijrah secara
sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy.

2. Rasulullah Terlindungi dari Kepungan Kaum Quraisy

Disaat memulai perjalanan Hijrah Rasulullah menuju Madinah, kaum kafir Quraisy berniat
mencelakai Beliau dengan membunuhnya. Memasuki malam harinya ternyata kaum kafir
Quraisy telah mengepung rumah Rasulullah. Beliau mengarahkan Ali Bin Abi Thalib untuk
mengenakan jubahnya dan berbaring ditempat tidurnya. Hal tersebut untuk menjebak kaum kafir
Quraisy.

Seketika kaum kafir Quraisy mengintip ke kamar Rasulullah SAW dan melihat terdapat
seseorang yang sedang tidur. Mereka mengira seseorang itu adalah Rasulullah SAW, padahal
kenyataanya yang berbaring adalah Rasulullah SAW. Saat mereka mengepung dan masuk ke
dalam rumah, seketika terkejut ternyata Nabi telah pergi. Begitu pintarnya Nabi Muhammad
SAW dalam taktik untuk menyelamatkan dan berjuang di jalan dakwahnya.

3. Peritstiwa Menakjubkan di Gua Tsur

Kaum kafir Quraisy karena telah mengetahui tidak adanya Rasulullah SAW di rumah setelah
mereka mengepungnya, maka mereka menutup semua jalur Madinah. Karena hal tersebut Nabi
dan pengikutnya menggunakan jalan lainnya yang jarang dilewati oleh penduduk sekitar.
Kemudian mereka menemukan suatu Gua dan tinggal disana yang bernama Gua Tsur. Mereka
tinggal di Gua Tsur kurang lebih selama tiga hari sebagai tempat perlindungan.

Atas segala kekuasaan dan perlindungan Allah SWT, Rasulullah SAW bersama para
pengikutnya aman di dalam Gua Tsur. Padahal gua tersebut sungguh sempit dan jarang untuk
ditempati manusia. Disaat itu kaum kafir Quraisy selalu mencari Rasulullah kesana kemari untuk
mencelakai perjalanan Hijrahnya menuju Madinah

Ternyata Kaum Quraisy pernah mencari Rasulullah di Gua Tsur, bahkan pimpinan mereka
hendak masuk ke tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar. Namun suatu hal
menghalangi mereka untuk masuk, ternyata Allah SWT memberikan keajabiban dan

6
perlindungan kepada Rasulullah SAW. Kaum Quraisy melihat banyaknya sarang laba-laba di
mulut gua dan banyaknya burung liar, sehingga mereka meyakini tidak akan ada seseorang.

Rasulullah tiga malam sudah aman berada di gua dan pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun
pertama Hijriyah 622 M. Nabi dan Abu Bakar, ditemani Amir bin Fuhairah, beserta seorang
penunjuk jalan, Abdullah bin Uraiqith, keluar dari gua. Mereka melajutkan kembali untuk
berangkat menuju Madinah.

4. Sukacita Perjalanan Rasulullah menuju Madinah

Perlindungan di Gua Tsur membuktikan bahwa Allah SWT akan senantiasa melindungi
seseorang yang berjuang untuk berdakwah kebaikan. Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan
kembali menuju Madinah. Rasulullah menaiki unta, yang dalam kitab tarikh disebut dengan
nama “ Al-Qushwa”. Selama tujuh hari tujuh malam mereka berjalan menuju Madinah, melewati
gurun pasir yang gersang tanpa kenal lelah letih untuk keselamatan umat.

Rabiul Awwal di tangal 8, Rasulullah dan pengikutnya sampai di Quba. Mereka disambut
dengan hangat penuh sukacita oleh kaum muslimin di sana. Sekitar satu kilometer dari Quba,
Rasulullah bersama umat Islam lainnya melaksanakan salat Jumat di tempat Bani Salim bin Auf.
Dengan memperingati peristiwa itu, dibangunlah “ Masjid Jumat” di lokasi tersebut.

Rasulullah pun kembali melanjutkan perjalanan pada hari itu juga. Mereka akhirnya tiba di
Madinah pada hari Jumat, 12 Rabi’ul Awwal atau tahun 13 Kenabian. Hangatnya sambutan
penuh suka cita diiringi isak tangis penuh haru dan kerinduan menyeruak di Madinah. Kehadiran
Rasulullah membuat hati umat di Madinah sungguh bahagia dan bersyukur atas hadirnya sosok
yang sangat menginspirasi dan teladan.

Itulah kisah Hijrah Rasulullah yang amat menginspirasi manusia bahwasannya untuk tetap
teguh dan tegar dalam menghadapi cobaan seberat apapun. Meyakini bahwa pertolongan Allah
SWT akan senantiasa menghampiri diiringi akan kuatnya iman dan takwa untuk mendapatkan
ridho-Nya. Marilah menjadi umat muslim dengan memintal rangkaian hijrah dalam merajut cita
dan asa kehidupan. Jadilah muslim yang produktif dengan gemar berdakwah menyampaikan
pancaran kebaikan (Glenzi Fizulmi, 2019)

7
C. Nilai Nilai Hijrah Rasulullah
Keberadaan tahun hijriyah merupakan starting point bagi geliat realisasi nilai-nilai
keislaman dalam lingkup mikro maupun makro kehidupan.Kemunculan tahun baru hijriyah
identik dengan peradaban Islam yang menebar dan mencerahkan kehidupan umat manusia, tanpa
dibatasi oleh sekat wilayah maupun ras.Nilai-nilai yang hidup, yang hadir dalam ruang dan
waktu, dalam tahun hijriyah inilah dapat diidentifikasi melalui nilai keimanan (faith), akhlak
(moral), dan kemanusiaan (humanity).Yang termasuk nilai keimanan (faith) nampak dalam
penanaman keyakinan, baik sangka kepada Allah, dan berpegang teguh pada agama-Nya.

Saat di Gua Hira, Abu Bakar al-Shiddiq berkata kepada Nabi saw, “Jika saja orang kafir
Quraisy yang mengejar kita melihat ke bawah, tentu akan melihat keberadaan kita.” Nabi saw
bersabda, “Tidakkah engkau kira wahai Abu Bakar dengan dua orang, Allah-lah yang
ketiganya.” (HR. Al-Bukhari)

Sedangkan nilai akhlak (moral) dalam histori hijrah adalah nilai amanah, yang hak-
haknya ditunaikan kepada pemiliknya. Nabi saw mengetahui amanah tersebut, maka beliau
titipkan amanah itu pada warga Mekkah.Pada saat Nabi saw hendak berhijrah, beliau mengutus
Ali bin Abi Thalib untuk menempati tempat tidurnya. Dan Alquran menegaskan“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Al-Nisa’:
58), dan yang demikian itu ditunaikan tanpa pandang agama orang yang menerima amanat.
Menurut seorang ulama’, tiga hal kebaikan yang harus ditunaikan yaitu amanat, janji, dan
silaturahim.

Adapun nilai kemanusiaan (humanity) telah ditanamkan dalam hijrah ini, demikian juga
toleransi kepada non Muslim. Nabi saw dan Abu Bakar telah menyewa Abdullah bin Arqat
sebagai penunjuk jalan, hal dilakukan karena amanat dan kepiawaiannya dalam menuju destinasi
Yatsrib dengan jalur berbeda3

3
https://muria.suaramerdeka.com/opini/pr-07599135/nilai-nilai-hijrah-nabi-saw?page=2

8
Hijrah Nabi saw dapat dijadikan sebagai inti masyarakat baru yang menegakkan nilai-
nilai keimanan, akhlak, dan kemanusiaan.Di masyarakat itulah Nabi saw menanamkan juga nilai
memaafkan, toleransi, saling cinta, hidup berdampingan, kasih dan sayang, hingga menjadi
masyarakat yang kokoh. Dan itu sesuai dengan sabda Nabi saw “Yang disebut Muslim sejati
adalah orang yang selamat orang Muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang
berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).

Adapun nilai kemanusiaan (humanity) telah ditanamkan dalam hijrah ini, demikian juga
toleransi kepada non Muslim. Nabi saw dan Abu Bakar telah menyewa Abdullah bin Arqat
sebagai penunjuk jalan, hal dilakukan karena amanat dan kepiawaiannya dalam menuju destinasi
Yatsrib dengan jalur berbeda.Hijrah Nabi saw dapat dijadikan sebagai inti masyarakat baru yang
menegakkan nilai-nilai keimanan, akhlak, dan kemanusiaan.

Di masyarakat itulah Nabi saw menanamkan juga nilai memaafkan, toleransi, saling
cinta, hidup berdampingan, kasih dan sayang, hingga menjadi masyarakat yang kokoh. Dan itu
sesuai dengan sabda Nabi saw,“Yang disebut Muslim sejati adalah orang yang selamat orang
Muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah
dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

D. Nilai-Nilai Hijrah Rasulullah Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-Baqarah
2:218).“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di
jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang mujairin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki
(ni;mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74)
9
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta
benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan (Qs. At-Taubah, 9:20)

Pada ayat-ayat di atas, terdapat esensi kandungan:

1. Bahwa hijrah harus dilakuakn atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengarah rahamt
dann keridhaan Allah.

2. Bahwa orang-orang beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah
dan tujuan untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati
yang akan memperoleh pengampunan Allah, memperoleh keebrkahan rizki (ni’mat)
yang mulai, dan kemenangan di sisi Allah.

3. Bahwa hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita miliki,
termasuk harta benda, bahkan jiwa.

4. Ketiga ayat tersebut menyebut tiga prinsip hidup, yaitu iman, hijrah dan jihad. Iman
bermakna keyakinan, hijtah bermakna perubahan dan jihad bermakna perjuangan dalam
menegakkan risalah Allah.

E. Sahabat Yang Menemani Rasullullah Berhijrah

Ada satu sahabat yang sangat ingin sekali menemani perjalanan hijrah Nabi Muhammad
SAW dari Mekkah ke Madinah. Sahabat yang menemani Nabi Muhammad hijrah ke Madinah itu
adalah Abu Bakar As Shiddiq.Dikutip dari buku, "Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1" yang
ditulis oleh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Ibu Ishaq mengatakan bahwa
Abu Bakar seringkali meminta izin kepada Rasulullah untuk pergi berhijrah ke Madinah. Abu
Bakar pun bahkan telah membeli dua ekor unta, sebagai kendaraan untuk persiapan berhijrah.
Dua ekor unta itu kemudian ia pelihara di rumahnya, sembari menunggu waktunya tiba.

Namun, Rasulullah bersabda "Janganlah engkau terlalu terburu-buru, mudah-mudahan Allah


akan memberimu teman."

10
 Kabar dan Persiapan Abu Bakar r.a untuk Hijrah Bersama Rasulullah ke Madinah

Urwah bin Az-Zubair dari Aisyah Ummul Mukminin berkata, "Rasulullah biasanya datang
ke rumah Abu Bakar di waktu sore atau pagi. Pada hari Allah mengizinkan dan memerintahkan
beliau untuk berhijrah, beliau datang pada tengah hari."Abu Bakar yang melihat kedatangan
Rasulullah ke rumahnya terkejut dan berkata, "Ya Rasulullah, engkau tidak datang di waktu
seperti ini melainkan untuk sesuatu yang penting."Kala itu di dalam rumah Abu Bakar hanya ada
kedua anaknya, yaitu Aisyah dan saudarinya Asma' binti Abu Bakar.

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengizinkanku keluar dari Mekkah untuk
berhijrah."

Aisyah berkata, "Demi Allah, aku belum pernah melihat orang menangis karena gembira, saat itu
aku melihat pada Abu Bakar."

Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah, "Apa aku boleh menemanimu ya Rasulullah?

Rasulullah pun menjawab, "Engkau boleh menemaniku."

Abu Bakar langsung berkata, "Ya Nabi Allah, sesungguhnya aku telah mempersiapkan
dua ekor unta untuk berhijrah, silakan engkau ambil."Rasulullah lalu mengambilnya, namun
tidak secara cuma-cuma melainkan membelinya dari Abu Bakar.Rasulullah dan Abu Bakar
kemudian menyewa Abdullah bin Uraiqith seorang dari Bani Ad-Dail bin Bakr dan ibunya yang
berasal dari Bani Sahm bin Amr seorang musyrik, yang akan menjadi petunjuk jalan bagi
mereka.Akhirnya, Rasulullah dan Abu Bakar menyerahkan unta tersebut kepadanya sampai hari
yang telah ditentukan oleh keduanya.

 Kisah Perjalanan Abu Bakar dan Rasulullah ke Madinah

Tidak ada orang yang mengetahui perginya Rasulullah dan Abu Bakar untuk berhijrah,
kecuali Ali bin Abu Thalib dan Keluarganya Abu Bakar. Keduanya kemudian mulai pergi ke gua
Tsur di gunung Mekkah bawah lalu masuk ke dalamnya.Asma binti Abu Bakar dan mantan
budak Abu Bakar bernama Amir bin Fuhairah datang ketempat ke gua, membawakan bekal serta
kambing-kambing untuk diperah susunya sebagai makanan Abu Bakar dan Rasulullah selama
tiga hari mereka berada di dalam gua.

Kaum Quraisy telah mendengar kabar tentang banyaknya orang-orang kaum Anshar dan
Muhajirin yang telah memeluk agama Islam. Atas dasar tersebut, mereka sangat mewaspadai
11
keluarnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Kemudian, kaum Quraisy bersepakat membuat
rencana untuk menyerang, bahkan berencana membunuh Rasulullah saw.

Ketika orang-orang kafir dari kaum Quraisy mengetahui bahwa Nabi dan Abu Bakar sudah
pergi dari Mekkah, mereka langsung mencari dan menyiapkan hadiah seratus unta bagi orang
yang berhasil menangkap Rasulullah untuk diserahkan kepada mereka.Abu Bakar merasa
khawatir dan bersedih, setiap kali ada orang yang akan memburu mereka dalam perjalanan.
Kemudian Rasulullah bersabda, "Janganlah engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah
bersama kita" lalu beliau melanjutkan membaca doa " Ya Allah, lindungilah kami dari mereka
menurut kehendak-Mu."

Besarnya rasa cintanya ia kepada Rasullah, sepanjang perjalanan Abu Bakar terkadang
berjalan di depan dan terkadang di belakang Rasulullah. Hal dimaksudkan jika ada yang
mengejar Rasulullah maka ia akan menjaganya dari belakang, dan apabila ada yang menjebak
Rasulullah maka ia adalah orang yang menjaga dari depan.

 Kedatangan Rasulullah dan Abu Bakar disambut baik oleh Penduduk Madinah

Kaum muslimin di Madinah yang telah mendengar keberangkatan Abu Bakar dan Rasulullah
dari Mekkah ke Madinah merasa sangat gembira. Setiap hari mereka menunggu kedatangan Nabi
Muhammad dan Abu Bakar.Dikutip dari buku bertajuk "Kisah Teladan Sepanjang Zaman:
Rasullullah dan Para Sahabat" karya Syaikh Muhammad Yusuf Rah.a.,orang yang pertama kali
melihat kedatangan Rasulullah adalah seorang Yahudi. Pada saat itu orang Yahudi tersebut
melihat kedatangan mereka dari atap rumahnya, setelah itu ia langsung berteriak keras
memanggil penduduk Madinah untuk memberitahukan mengenai kedatangan Rasulullah dan
Abu Bakar.

Penduduk Madinah pun segera keluar dan pergi ke batas kota untuk menyambut kedatangan
mereka. Namun,orang-orang belum pernah melihat wujud dari Rasulullah. Pada saat itu kaum
Anshar langsung mendatangi dan menyalami Abu Bakar, karena mereka mengira Abu bakar
adalah Rasulullah. Rasulullah ketika itu sedang duduk berteduh.Suatu ketika tempat yang
diteduhi Rasulullah terkena terik matahari, kemudian Abu Bakar pun langsung berdiri dan
menaungi Rasulullah dengan kain sorbanya. Di saat itulah orang-orang kaum Anshar tersebut,
baru mengetahui dan menyadari bahwa ternyata orang yang sedang duduk itu adalah Rasulullah.

Al Baihaqi telah meriwayatkan dalam Al-Bidayah: 3/197, dari Ibu Aisyah mengatakan,
"Ketika Rasulullah dan Abu Bakar tiba di kota Madinah, saking bahagianya penduduk di sana
banyak kaum wanita dan anak-anak membacakan syair:"Telah muncul bulan purnama ke atas

12
kami yang datang dari bukit, Tsaniyatil Wada', wajib bersyukur atas kami dan atas ajakanya
kepada Allah."

Setibanya di Madinah, bertepatan dengan hari Senin bulan Rabi'ul Wal Rasulullah tinggal di
kediaman Bani Amir bin Auf. Selama di sana, beliau membangun masjid di Quba. Beliau
menjadi orang yang meletakan batu pertama untuk pembangunan masjid Quba, yang dibangun
atas dasar ketakwaan kepada Allah.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjalanan Hijrah Rasulullah Dalam melabuhi bahtera kehidupan untuk terjalinnya kebaikan
di dunia dan akhirat haruslah menjadi umat muslim yang senantiasa memancarkan kebaikan

Nilai Nilai Hijrah Rasulullah Keberadaan tahun hijriyah merupakan starting point bagi
geliat realisasi nilai-nilai keislaman dalam lingkup mikro maupun makro kehidupan.Kemunculan
tahun baru hijriyah identik dengan peradaban Islam yang menebar dan mencerahkan kehidupan
umat manusia, tanpa dibatasi oleh sekat wilayah maupun ras.Nilai-nilai yang hidup, yang hadir
dalam ruang dan waktu, dalam tahun hijriyah inilah dapat diidentifikasi melalui nilai keimanan
(faith), akhlak (moral), dan kemanusiaan (humanity).Yang termasuk nilai keimanan (faith)
nampak dalam penanaman keyakinan, baik sangka kepada Allah, dan berpegang teguh pada
agama-Nya.

Saat di Gua Hira, Abu Bakar al-Shiddiq berkata kepada Nabi saw, “Jika saja orang kafir Quraisy
yang mengejar kita melihat ke bawah, tentu akan melihat keberadaan kita.” Nabi saw bersabda,
“Tidakkah engkau kira wahai Abu Bakar dengan dua orang, Allah-lah yang ketiganya.” (HR. Al-
Bukhari ).Dan Alquran menegaskan“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Al-Nisa’: 58), dan yang demikian itu ditunaikan
tanpa pandang agama orang yang menerima amanat.

Nabi saw dan Abu Bakar telah menyewa Abdullah bin Arqat sebagai penunjuk jalan, hal
dilakukan karena amanat dan kepiawaiannya dalam menuju destinasi Yatsrib dengan jalur
berbeda Hijrah Nabi saw dapat dijadikan sebagai inti masyarakat baru yang menegakkan nilai-
nilai keimanan, akhlak, dan kemanusiaan.Di masyarakat itulah Nabi saw menanamkan juga nilai
memaafkan, toleransi, saling cinta, hidup berdampingan, kasih dan sayang, hingga menjadi
masyarakat yang kokoh.
Dan itu sesuai dengan sabda Nabi saw “Yang disebut Muslim sejati adalah orang yang selamat
orang Muslim lainnya dari lisan dan tangannya.Dan orang yang berhijrah adalah orang yang
berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.”

Al-Baqarah 2:218).“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang


berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang mujairin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.

14
Bahwa orang-orang beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah
dan tujuan untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati yang
akan memperoleh pengampunan Allah, memperoleh keebrkahan rizki (ni’mat) yang mulai, dan
kemenangan di sisi Allah.

B. Saran

kami menyadari masih banyak salah dan kurang dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah kami.semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta dapat menambah wawasan kita tentang
rukun iman dan pengamalan dalam kehidupan.

15
Dafar Puataka

https://www.republika.co.id/berita/q4lh8b430/apa-itu-hijrah

https://muria.suaramerdeka.com/opini/pr-07599135/nilai-nilai-hijrah-nabi-saw?page=2

https://zakat.or.id/perjuangan-hijrah-rasulullah/

http://www.dakta.com/news/2947/makna-hijrah-dalam-kehidupan-seorang-muslim

16

Anda mungkin juga menyukai