Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HADITS MAUDHU’
Makalah ini Disusun Untuk Memrnuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Studi Hadits
Dosen Pengampu : Dr. H. Mahbub Nuyadien, M. Ag.

Disusun Oleh :
Eka Solehkha (2281010118)
Syahrul Abdullah (2281010114)
PAI/D/2

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya
yang setia dan istiqomah berada diatas ajarannya hingga hari kiamat. Penulis sangat
bersyukur karena berkat rahmat dan karunia Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Hadits Maudhu”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas terstruktur dari Mata Kuliah Studi
Hadits Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dalam
Penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
Bapak Dr. H. Mahbub Nuryadien, M. Ag yang telah memberikan materi perkuliahan
serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT membalas atas semua bantuan yang
telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap, makalah ini berguna bagi
kita semua Aamiin... Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmarullahi wabarakatuh

Cirebon, 21 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................. …………………………….....i

DAFTAR ISI ............................................................ …….........................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................ …….........................................1

A. Latar Belakang ............................................. …….........................................1


B. Rumusan Masalah ........................................ …….........................................1
C. Tujuan .......................................................... …….........................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................... …….........................................3

A. Pengertian Hadits Maudhu’.......................... ….............................................3


B. Awal Munculnya Pemalsuan Hadits Maudhu’ ..............................................5
C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemalsuan Hadits ..............................6
D. Kriteria-Kriteria Hadits Maudhu’ ................ …….........................................10
E. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’ ...... .................................................15

BAB III PENUTUP ................................................. …….........................................16

A. Kesimpulan .................................................. …….........................................16

DAFTAR PUSTAKA .............................................. …….........................................17

ii
BAB I

PENDALUHUAN

A. Latar Belakang
Hadits telah disepakati oleh ulama tokoh-tokoh islam sebagai sumber
hukum islam setelah Al-Qur'an. Kedua sumber hukum ini sangat terikat serta
merupakan satu rangkaian yang utuh dalam bingkai hukum Islam. Prinsip
dasar kehidupan sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an secara
mujmal, maka hadis merupakan penjelas dan petunjuk operasionalnya. Setiap
gerak dan aktivitas ummat, harus dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada
dalam al Qu'an dan dan hadits. Begitu pula jika ada permasalahan yang yang
muncul di tengah tengah masyarakat, tentu haruslah diselesaikan dan
dicarikan jalan keluarnya. Cara penyelesaian dan jalan keluar yang terbaik
adalah dengan berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadits.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar berasal
dari Rasulullah saw, dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu (palsu)
yang sengaja dibuat-buat oleh orang- orang tertentu dengan tujuan dan motif
yang beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian
orang dengan tujuan yang beragam pula. Meyakini dan mengamalkan hadis
mandbu merupakan kekeliruan yang besar, karena meskipun ada hadis
mandlu yang isinya baik, tetapi kebanyakan hadis palsu itu bertentangan
dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula pembuatan hadis maudlu
merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits maudhu'?
2. Bagaimana awal munculnya pemalsuan hadits?
3. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pemalsuan hadits?
4. Apa saja kriteria-kriteria hadits maudhu'?

1
5. Bagaimana hukum meriwayatkan hadits maudhu'?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hadits maudhu.
2. Mengetahui awal mula munculnya pemalsuan hadits.
3. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pemalsuan hadits.
4. Mengetahui kriteria-kriteria hadits maudhu'.
5. Mengetahui bagaimana hukum meriwayatkan hadits maudhu'.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudhu'


Hadits dari segi bahasa mempunyai beberapa pengertian seperti baru
(al-jadid), dan cerita (khabar). 1 Kata maudhu' memiliki banyak pengertian,
jika dilihat dari segi bahasa kata maudhu merupakan bentuk isim maf'ul dari
kata ‫ ٔضع‬- ‫ يضع‬- ‫ٔضع‬yang mempunyai arti:

Adapun pengertian maudhu' menurut istilah ulama hadits yaitu:

Artinya: "Sesuatu yang dinisbahkan kepada Rasulullah saw dengan cara


mengada-ada dan dusta, yaitu yang tidak pernah belian sabdakan, beliau
kerjakan maupun beliau taqrirkan". (Ajaj Al-Khatib, Ushul al Hadist
1981:415).

Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadis Maudhu adalah hadits


yang diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian

1
Abdullah. Hadits Mawdu' Dalam Musta'lahul Hadits. Jurnal Keislaman, 1 (1). Hal. 135.

3
dikatakan bahwa itu hadits Rasulullah saw. (Subhi Shalih, Ulumul hadts wa
Musthalabubu, : 263).

Pengertian hadis maudu' menurut istilah adalah :2

"Hadits yang disandarkan kepada rasulullah SAW. Secara dibuat-buat dan


dusta. padahal beliau tidak mengatakan berbuat ataupun menetapkannya"

Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis maudhu'


ialah3

"Hadis yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini


dinisbatkan kepada rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun
tidak. "

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist


maudhu' adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad
saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat disengaja dan

2
Abdullah. Hadits Mawdu' Dalam Musta'lahul Hadits. Jurnal Keislaman, 1 (1). Hal. 136.

3
Ibid.,

4
sifatnya mengada-ada atau atau berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalanh
hadis yang diada-ada atau dibuat-buat (Ajaj al Khatib, Ushulul Hadits: 415).

B. Awal munculnya Pemalsuan Hadits


Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara
tidak langsung menjadi factor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist
palsu. Tidak bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada
yang benar-benar murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad, tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut
agama Islam hanya karena terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu
itu. Golongan ini kita kenal dengan kaum munafik dan Zindiq.
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib
merupakan awal adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya
pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini belum begitu meluas karena masih
banyak sahabat ulama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin
akan kepalsuan suatu hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist
maudhu' karena ada ancaman yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW
terhadap orang yang memalsukan hadist, Namun pada masa sesudahnya, yaitu
pada akhir pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan hadis mulai
marak, baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupun yang dibuat oleh
orang diluar Islam. Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000
hadis maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadits
maudhu.
Terpecahnya ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis maudhu. Masing-masing
pengikut kelompok ada yang berusaha memperkuat kelompoknya dengan

5
mengutip dalil dalil dari Al Qur'an dan hadis, menafsirkan/men' tawilkan Al-
Qur'an dan hadis menyimpang dari arti sebenarnya, sesuai dengan keinginan
mereka. Jika mereka tidak dapat menemukan yang demikian itu maka
membuat hadis dengan cara mengada-ada atau berbohong atas diri Rasulullah
saw. Maka muncullah hadits-hadits tentang keutamaan para khalifah (secara
berlebihan) dan para pemimpin golongan dan mazhab (Ajaj al Khatib : 416).
Menurut Subhi Shalih, hadits maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H,
yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh
penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung
oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah:
Syi'ah, Khawarij dan Jumbur. Karena itu menurut Subhi Shaleh, bahwa
umbulnya Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling penting
bagi timbulnya usaha mengada-ada habar dan hadits.(Subhi Shalih : 266-267).

C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemalsuan Hadits


Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan hadith maudhu' ini muncul,
antara lain sebagi berikut:4
1. Konflik Politik Mengenai Pemilihan Khalifah
Perselisihan diantara umat Islam timbul setelah terjadinya
pembunuhan terhadap khalifah 'Utsman bin Affan oleh para pemberontak
Islam dan kekhalifahannya pun digantikan oleh 'Ali bin Abi Thalib. Umat
Islam pada masa itu terbelah menjadi beberapa kelompok, seperti
kelompok yang hendak menuntut terhadap kematian khalifah 'Utsman dan
kelompok yang mendukung kekhalifahan sayyidina Ali (Syi'ah).
Terjadinya perang Shiffin memunculkan pula beberapa kelompok lainnya,
seperti Khawarij dan kelompok pendukung Muawiyah. Diantara

4
Tanzilullah, M. Ilham. (2019). Delegitimasi Hukum Islam : Studi Terhadap Hadith Maudhu'. Al Asyakhsiyyah
Journal of Law and Family Studies, 1 (2). Hal. 234.

6
kelompok-kelompok tersebut, maka dibuatkanlah hadith palsu untuk
mendukung kelompoknya. Yang pertama dan yang paling banyak
membuat hadith maudhu' adalah dari golongan Syi'ah dan Rafidhah."
Diantara hadith yang dibuat Syi'ah adalah tentang keutamaan- keutamaan
'Ali dan Ahli Bait:

ّ‫يٍ أساد أٌ يُظش إنٗ أدو في عهًّ ٔ إنٗ َٕح ف حمٕاِ ٔإنٗ إبشاْيى في دهًّ ٔ إنٗ يٕعٗ في ْيبخ‬
‫ٔ إنٗ عيغٗ في عببدحّ فهيُظش إنٗ عهي‬

“Barangsiapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian Ilmunya, ingin


melihat Nuh tentang ketaqwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang
kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat
Isa tentang Ibadahnya, hendaklah ia melihat „Ali.”

Sedangkan yang fanatik kepada Muawiyah membuat pula hadits palsu


yang menerangkan keutamaan Muawiyah, yaitu:

‫ أَب ٔجبشيم ٔيعبٔيت‬: ‫األيُبء رالرت‬

“Orang yang terpecaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril, dan Muawiyah.”
2. Adanya Unsur Kesengajaan Dari Kelompok Lain untuk Merusak Paham
Islam
Kelompok ini terdiri dari Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nashrani yang
selalu menyimpan dendam terhadap Islam. Pada prinsipnya mereka belum
bisa untuk melawan dominasi Islam secara terbuka maka mereka
mengambil langkah yang buruk ini. Mereka membuat sejumlah hadith
maudhu' dengan niat merusak paham Islam. Ini didasarkan pada peristiwa
Abdullah bin saba' yang berusaha mengadu domba umat Islam dengan

7
kedok kecintaan terhadap Ahl Bait. Catatan sejarah menyatakan bahwa ia
adalah seorang Yahudi yang berpura- pura memeluk agama Islam. Oleh
sebab itu, ia berani membuat hadith maudhu' disaat masih banyak sahabat
utama yang masih hidup. Diantara hadith maudhu' yang diciptakan oleh
orang-orang zindiq adalah:
‫يُضل سبُب عشيت عهٗ جًم أٔسق يصبفخ انشكببٌ ٔ يعبَك انًشبة‬

“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di Arafah dengan
berkendaraan unta kelabu, sambil berjabat tangan dengan orang-orang
yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan.”
3. Mempertahankan Madzhab dalam Masalah Fiqh dan Masalah Kalam
Para pengikut madzhab fiqh dan para pengikut ulama kalam, membuat
hadith-hadith palsu bertujuan untuk mengukuhkan pendirian imamnya.
Mereka yang selama ini militan kepada madzhab Imam Hanafi yang
menganggap tidak sah shalatnya dengan mengangkat kedua tangan dikala
shalat, membuat hadith maudhu' sebagai berikut:

ّ‫يٍ سفع يذيّ في انصالة فال صالة ن‬

rartg air r gitgrtggra gis r artgrtt r si srerg aareraa aisrg ara "
"aarerat r

‫كم يٍ في انغًٕاث ٔاألسض ٔيب بيًُٓب فٕٓ يخهٕق غيش هللا ٔ انمشآٌ عيجيء ألٕاو يٍ أيخي‬
‫ انمشآٌ يخهٕق فًٍ لبل رانك فمذ كفش ببهلل انعظيى ٔطهمج يُّ إيشأحّ يٍ عبعخٓب‬: ٌٕ‫يمٕن‬

”Setiap yang ada di langit, di bumi, dan diantara keduanya, adalah


makhluq, Kecuali Allah dan Al-Qur‟an. Kelak, akan datang kaum dari
umatku yang mengatakkan bahwa Al-Qur‟an itu adalah makhluq (baru).

8
Oleh karena itu, barang siapa yang mengatakan demikian, sungguh kafir
terhadap Allah yang Maha Besar, dan tertalaqah istrinya sejak saat itu.”

4. Menyalakan Semangat untuk Beribadah Kepada Allah


Mereka menciptakan hadits palsu dengan niatan agar orang tertarik
untuk lebih bertaqarrub kepada Allah, dengan melalui amalan- amalan
yang mereka buat, atau anjuran-anjuran untuk menaikkan amal, melalui
tarhib wa targhib (dorongan untuk meninggalkan yang tidak baik dan
untuk mengamalkan yang dianggapnya baik), dengan cara berlebih-
lebihan. Seperti hadith yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang
keutamaan al-Qur'an. Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu,
ia menjawab, "Saya dapati manusia telah berpaling dari membaca al-
Qur'an maka saya membuat hadits-hadits ini untuk menarik minat umat
kembali kepada al-Qur'an."
5. Mencari Kedudukan atau Hadiah
Ulama-ulama su' menciptakan hadith palsu ini adalah untuk
menguatkan aksi para penguasa sehingga dari hasil jerih payahnya
tersebut mereka mendapat imbal balik berupa upah dengan diberi
kedudukan atau harta. Seperti halnya riwayat Ghiyats bin brahim an-
Nakha'i yang sowan kepada Amirul Mukminin al-Mahdi, dimana saat itu
dia (al- Mahdi) sedang memainkan merpatinya. Kemudian ia melontarkan
sebuah hadits dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada
Rasulullah Saw., bahwasanya beliau bersabda:

‫ال عبك إال في َصم أٔ خف أٔ دبفش أٔ جُبح‬

“Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan,


menunggang kuda, atau burung yang bersayap”.

9
Ia menambahkan kalimat ”atau burung yang bersayap” untuk
menyenangkan hati sang Amirul Mukminin, lalu al-Mahdi pun memberikan
sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata, “Aku
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah
SAW”, lalu ia memerintahkan untuk menyembelih merpati itu.

D. Kriteria-Kriteria Hadits Maudhu


Indikasi ke-maudhu' an hadits adakalanya berkaitan dengan rawi/ sanad
dan mungkin pula berkaitan dengan matan.
1. Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad:
a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, Ketika saad
ibn Dharif mendapati anaknya pulang sekolah. sedang menangis dan
mengatakan bahwa dia dipukul gurunya, maka Saad ibn Dharif berkata:
Bahwa Nabi saw bersabda:

Artinya: "Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu,
merekka paling sedikit kasib kepada anak yatim dan paling kasar
terhadap orang miskin."

Al Hafdz Ibnu Hibban mengatakan bahwa Saad ibn Dharif adalah


seorang pendusta/ pemalsu hadits. (Mustahafa Zahri, Kunci memahami
Musthalabul Hadits: 101).
b. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah ibn
Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadits maudhu

10
tentang keutamaan Al-Qur'an dan ia juga mengaku membuat hadits
maudhu tentang keutamman Ali ibn Abi Tahalib sebanyak 70 buah
hadis. (Musthafa Zahri, 100).
c. Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang
memalsukan hadits, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadits dari seorang guru yang tidak pernah bertemu
dengannya. Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut
dinyatakannya wafat sebelum ia sendiri lahir. Misanlnya, Ma'mun ibn
Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadis dari Hisyam ibn
Hammar. Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma'mun datang ke
Syam? Ma'mun menjawab tahun 250. Maka ibnu Hibban mengatakan
banwa Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma'mun menjawab
bahwa itu Hisyam ibn Ammar yang lain. (Musthafa Zahri, : 100).
2. Ciri-ciri yang berkaitan dengan Matan
Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan, berikut ciri-cirinya:
a. Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.
b. Berkaitan dengan kerusakan ma.na tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya
sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis
palsu, ada yang mengatakan: "Siapa yang salat, ia mendapatkan 70
buah gedung, pada setiap gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar
ada 70 000 tempat tidur, pada setiap tempat tidur ada 70 000 bidadari.
Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak terpuji. (Nuruddin: 323).
c. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam
kitab-kitab hadis. Misalnya perkataan yang berbunyi:

11
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mengambil Janji kepada setiap
orang mukmin untuk membenci kepada setiap munafik, dan kepada
setiap munafik untuk membenci kepada setiap mukmin”
d. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya
Hadisnya menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan,
seperti ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak oleh perasaan,
kejadian empiris dan fakta sejarah. Misalnya perkataan yang berbunyi:

ّ‫ارا عطشظ انشجم عُذ انذذيذ فٕٓدنيم صذل‬

Artinya : "Jika seseorang bersin ketika membacakan suatu hadis,


maka itu menandakan bahwa pembicaraanya benar."

e. Hadisnya bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti. Misalnya:

Artinya: "Anak zina tidak masuk syurga hingga tujuh turunan."

Hadis tersebut bertentangan dengan ayat al-Qur'an:

... ٌَُٕ‫َٔال ح َِض ُس َٔ ِاص َسة ٌ ِٔ ْص َس أ ُ ْخ َش ٰٖ ۚ ر ُ َّى ِإنَ ٰٗ َس ِبّ ُكى َّي ْش ِجعُ ُك ْى فَ ُيَُ ِّبئ ُ ُكى ِب ًَب ُكُخ ُ ْى ِفي ِّ ح َْخخ َ ِهف‬

Artinya: "... Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain[526]. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan

12
akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS
Al An'am :164)

Referensi : https://tafsirweb.com/2288-surat-al-anam-ayat-164.html

Mustahafa Zahri dalam buku "Kunci Memahami Musthalah Hadits"


memberikan ciri hadis maudhu berikut:

1. Berlawanan dengan pendapat akal sehat. Misalnya:

Artinya: “Siapa yang memelihara ayam putih niscaya tidak


disekati syaithan”
2. Berlawanan dengan al-Qur'an, contohnya:
Artinya: "Umur Dunia itu 7000 tahun, dan sekarang sudah pada ribuan
yang ketujuh"
Hadis tersebut bertentangan dengan ayat Al-Qur'an surah Al A'raf 187
yang berbunyi:

ِ َٕ ٰ ًَ ٰ ‫غ‬
‫ث‬ َّ ‫ج فِٗ ٱن‬ ْ َ‫ع ٰى َٓب ۖ لُ ْم إََِّ ًَب ِع ْه ًُ َٓب ِعُذَ َسبِّٗ ۖ َال يُ َج ِهّي َٓب ِن َٕ ْلخِ َٓب ٓ إِ َّال ْ َُٕ ۚ رَمُه‬
َ ‫ع ِت أَيَّبٌَ ُي ْش‬
َ ‫يَغْـَٔهََُٕكَ َع ٍِ ٱنغَّب‬
‫بط َال‬ ِ َُّ‫ٱّللِ َٔ ٰنَ ِك ٍَّ أ َ ْكزَ َش ٱن‬ ٌّ ‫ض ۚ َال ح َأ ْ ِحي ُك ْى إِ َّال َب ْغخَتً ۗ يَغْـَٔهََُٕكَ َكأَََّكَ َد ِف‬
َّ َ‫ٗ َع ُْ َٓب ۖ لُ ْم إََِّ ًَب ِع ْه ًُ َٓب ِعُذ‬ ِ ‫َٔ ْٱأل َ ْس‬
ًٌَُٕ َ‫يَ ْعه‬

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah


terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru baranya
bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba- tiba". mereka bertanya kepadamu
seakan- akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
13
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (QS Al-A'raf : 187).
Referensi : https://tafsirweb.com/2641-surat-al-araf-ayat-187.html
3. Berlawanan dengan sunnah / Hadis Mutawatir. Contohnya:

Artinya: "Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai
dengan kebenaran, maka ambillab dia, baik aku ada mengatakannya
ataupun tidak."
Perkataan diatas bertentangan dengan hadis yang berbunyi:

Artinya: "Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka


bendaklah dia menempati tempatnya di neraka."
4. Berlawanan dengan ijma yang disepakati para sahabat/ulama. Contohnya:

‫ال يذخم انُبس كم يٍ يغًٗ دمحم أ ادًذ‬

Artinya: "Setiap yang bernama Muhammad atan Ahmad tidak akan masuk
neraka."

Hadis ini adalah maudhu, karena bertentangan dengan sunnah


Rasulullah. Karena keselamatan dari nereka tidak tergantung dengan nama
saja, tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta rahmat Allah
SWT.

14
E. Hukum Meriwayatkan Wakalah
Hukum Meriwayatkan Hadist Maudlu Diharamkan meriwayatkan
hadits mandbu dengan menyandarkannya kepada Nabi saw, kecuali hanya
memberikan contoh tentang hadis maidlu dengan menjelaskan kepalsuannya.
Kerena meriwayatkan hadis maudlu adalah satu bentuk dusta kepa nabi saw.
Nabi saw bersabda:

.»‫ٔيٍ كزة عهي يخعًذا فهيخبٕأ يمعذِ يٍ انُبس‬

Artinya : “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah


dia menempati tempatnya di neraka.” (HR. Bukhari)

Keharaman meriwayatkan hadis Maudhu ini, berlaku pada semua keadaan,


baik yang berkaitan dengan hal hukum, certera, targhib-tarhib (dorongan
kebaikan -ancaman keburukan) juga yang berkaitan dengan lainnya. Nabi saw
bersabda:

ٍ ‫يٍ دذد بذذِي‬


ٍ‫ فٕٓ أدذ انكزابي‬،‫ذ ْٕٔ يشٖ أَّ كزة‬

Artinya: "Siapa yang menceriterakan suatu hadis (tentang aku) dan dia tahu
bahwa itu dusta, maka dia termasuk golongan pendusta." (HR Ahmad:
18211).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits Maudhu‟ bukanlah termasuk dalam kategori sebuah hadits akan
tetapi hanyalah ungkapan seseorang secara dusta yang kemudian disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Penggunaan istilah “hadits" melihat dari
motifnya, pemalsu hadits bermaksud membuat suatu ungkapan dengan tujuan
agar orang yang mendengar mau mengikuti kehendaknya. Dalam kategori
hadith menurut ulama muhaditsin “hadits maudhu‟” termasuk hadith yang
paling buruk kualitasnya, karena merupakan hadith palsu yang sama sekali
tidak pernah dikatakan, diperbuat maupun ditetapkan oleh Nabi Muhammad
Saw. Hadits maudhu‟ ini juga haram diriwayatkan oleh siapapun kecuali
dengan menjelaskan kepalsuannya. Demikian pula hadits ini tidak bisa
dijadikan sebagai sumber dalam hukum Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Hadits Mawdu' Dalam Musta'lahul Hadits. Jurnal Keislaman, 1 (1). Hal.
135-136.

Abu Ghuddah, Syaikh „Abdul Fattah. Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa „Ulum al-
Hadits (Halb, Syria: Maktab al-Mathbu‟at al-Islamiyyah, Cet.ke-
I, tahun 1404 H).Ajaj Al-Khathib. (1963). As-Sunnah Qabla At-Tadwin,
cetakan Maktabah Wahbah. Kairo.

Aslamiah, Rabiatul. (2016). Hadis Maudhu dan Akibatnya. Alhiwar Jurnal Ilmu dan
Teknik Dakwah, 4 (04).

Nurrudin. (2012). Ulumul Hadis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.


Cetakan pertama.

Subhi, al Shaleh. (1997). Ulum al Hadits wa Musthalahuhu. Darul ilm, Beirut.

Tanzilulloh, M Ilham. (2019). Delegimitasi Hukum Islam : Studi Terhadap Hadith


Maudhu‟. Al Syakhisiyyah Journal of Law Family Studies, 1 (2). Hal.
234-236.

Zahri, Musthafa. (1981). Kunci memahami Musthalah Hadits. Bina Ilmu Surabaya.

17

Anda mungkin juga menyukai