Anda di halaman 1dari 16

HADITS MAUDHU’ DAN PERMASALAHANNYA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Hadits
Yang dibina oleh Bapak Ahmad Taufiq, M.Pd,I

Oleh
Afrial (2176231012)
Arif Rahman Hakim (2176231020)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI S1 ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
November 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada
hambanya sebagai peringatan bagi alam semesta, atas rahmat dan hidayah-nya lah
sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Hadits
Maudhu’ dan Permasalahannya” Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Bapak Ahmad Taufiq, M.Pd,I pada mata kuliah
“Pengantar Ilmu Hadits” selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang mata kuliah pengantar ilmu hadits bagi penulis dan para
pembaca.

Proses pembuatan makalah ini tentunya kami mendapatkan masukan,


arahan dan bimbingan, untuk itu kami ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr.Zainuddin.M.Pd. selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.

2. Bapak Wafi Nur Safaat.M.Ag. selaku ketua Kaprodi Ilmu Al-Qur’an Dan
Tafsir.

3. Bapak Ahmad Taufiq, M.Pd,I selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Ilmu Hadits yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.

4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,terutama


kepada teman-teman yang sudah memberikan semangat dan dukungannya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan selalu kami
nantikan demi untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik.

Blitar, 02 Desember 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Terjadinya Hadits Maudhu’............................................2
B. Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Maudhu’.............................................4
C. Hukum Meriwayatkan Hadist Maudhu’................................................7
D. Tanda-Tanda Hadist Maudhu’...............................................................8
E. Usaha-Usaha Para Ulama Menanggulangi Hadist Maudhu’.................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................12
B. Saran......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu fakta yg lumrah, bila manusia selalu mencoba memalsukan sesuatu

yg berharga, seperti permata, berlian atau yg lainnya. Bagi umat Islam selain Al-

Qur’an tidak ada yg lebih berharga dibandingkan dengan sunnah Nabi. Oleh

sebab itu, dari motivasi dan untuk tujuan berbeda, berbagai kelompok dan

tingkatan manusia tela memalsukan hadits Nabi.

Berbagai dampak positif yg terkandung di alam hadits palsu tidak dapat

menghilangkan dampak negatifnya. Mereka terkadang berniat baik terhadap

orang muslim dengan pemalsuan hadist tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah Awal Terjadinya Hadits Maudhu’?


2. Apa Saja Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Maudhu’?
3. Bagaimana Hukum Meriwayatkan Hadist Maudhu’?
4. Apa Saja Tanda-Tanda Hadist Maudhu’?
5. Bagaimana Usaha-Usaha Para Ulama Menanggulangi Hadist

Maudhu’?

C. TUJUAN

1. Mengetahui Sejarah Awal Terjadinya Hadits Maudhu’


2. Mengetahui Apa Saja Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Maudhu’
3. Mengetahui Hukum Meriwayatkan Hadist Maudhu’
4. Mengetahui Apa Saja Tanda-Tanda Hadist Maudhu’
5. Mengetahui Bagaimana Usaha-Usaha Para Ulama Menanggulangi

Hadist Maudhu’

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Terjadinya Hadist Maudhu’

Pada dasarnya hadis maudhu' (hadis palsu) bukanlah hadis karena tidak

berasal dari Rasululllah SAW, tetapi ia sengaja dibuat oleh seorang atau

sekelompok orang dengan maksud-maksud tertentu dan kemudian disandarkan

kepada Rasulullah secara dusta. Isi matan hadis palsu sanadnya mereka buat

sedemikian rupa, sehingga nampak seolaholah berasal dari Nabi.

Kata maudhu’ adalah isim maf’ul dari ‫ض َع‬


َ ‫َو‬ – ‫ض ُع‬
َ ‫ َی‬- ‫ضعًا‬
َ ‫ َو‬yg menurut
bahasa berarti meletakkan, menyimpan, mengada-ada atau membuat dan

ditinggalkan. Sedangkan hadist maudhu’ menurut istilah adalah ”Sesuatu yang

dinisbahkan kepada Rasulullah saw dengan cara mengada-ada dan dusta , yaitu

yang tidak pernah beliau sabdakan, beliau kerjakan maupun beliau taqrirkan”.

( Ajaj Al-Khatib, Ushul al Hadist 1981:415).1

Para ulama berbeda pendapat mengenai awal mula munculnya hadits

palsu. Pendapat pertama menurut Ahmad Amin, Shalah ad-Din al-Adhibi, dan

Hasyim Ma’ruf al-Husaini (yang disebut terakhir dari kalangan ulama Syi’ah),

bahwa hadits palsu terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Landasan mereka adalah

hadits Rasulullah yg artinya “ Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku

maka hendaklah tempatnya di neraka.” (H.R. Bukhari). Akan tetapi pendapat ini

kurang kuat karena mereka tidak mempunyai alasan secara histories, selain itu

1
Dr. Sulaemang L, M.Th.I, Ulumul hadits edisi kedua. AA-DZ Grafika, Kendari 2017, hlm. 179

2
data menunjukkan sepanjang masa Rasulullah SAW tidak pernah ada seorang

sahabatpun yg sengaja berbuat dusta kepadanya.2

Pendapat kedua dikemukakan oleh para ulama ahli Hadits, dan ini yang

menjadi pegangan para ulama kontemporer, seperti Ajjaj al-Kahatib, Mushtafa as-

Siba’i, Nur ad-Din ‘Atar, Muhammad Abu Zahrah, Muhammad Abu Syuhbah,

dan Abd al-Fatah Abu Gadah. Menurut mereka, pemalsuan Hadits itu terjadi pada

masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Mereka beralasan, bahwa pada masa ini

telah terjadi pertentangan politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin

Abi Sufyan yang cukup serius yaitu pada tahun 40 H. Masing-masing golongan

yang bertentangan, selain berusaha saling mengalahkan lawannya, juga berupaya

mempengaruhi pihak-pihak lain yang tidak terlibat dalam perpecahan. Salah satu

cara yang mereka tempuh, ialah dengan membuat Hadits palsu.3

Ada yang berpendapat bahwa faktor kebencian dan permusuhan dari kaum

zindiq merupakan faktor awal munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan

peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba memecah-belah umat Islam dengan

mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait. Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah

seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia

berani menciptakan hadist maudhu’ pada saat masih banyak sahabat ulama masih

hidup. Diantara hadits palsu yg dibuatnya adalah “Yang menerima wasiatku, dan

yang menjadi tempat rahasiaku dan penggantiku dari keluargaku adalah Ali”.

B. Sebab-Sebab Terjadinya Hadits Maudhu’

1. Pertentangan Politik.

2
Ibid, hlm. 181
3
Ibid, hlm. 182

3
Perpecahan umat Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada

masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, yaitu antara Ali dan Mu’awiyah

yang masing-masing didukung oleh para pengikutnya, merupakan faktor

yang pertama munculnya hadits-hadits palsu. Dari kedua kelompok

tersebut, yang pertama kali melakukannya sebagaimana dikatakan Ibn Abi

al-Hadid ialah kelompok Syi’ah. Imam Malik menamakan Baghdad (Iraq)

sebagai “pabrik hadits palsu”. Contoh hadits muadhu’ yg dibuat golongan

syiah adalah “Wahai Ali sesungguhnya Allah SWT telah mengampunimu,

keturunanmu, kedua orang tuamu (golongan) Syi’ahmu dan orang yang

mencintai (golongan) Syi’ahmu”. Kemudian golongan Muawiyah

membalas dengan membuat hadits palsu yg artinya “Tiga golongan yang

dapat dipercaya yaitu saya (rosul), Jibril, dan Muawiyah. kamcu

termasuk golonganku dan aku termasuk dari kamu”. 4 Sedangkan menurut

data, Khawarij tidak pernah membuat hadits palsu. Itu dikarenakan mereka

menganggap orang yg berdosa besar adalah kafir, dan melakukan

kedustaan atas nama Nabi merupakan suatu dosa yg sangat besar.

2. Usaha Kaum Zindiq.

Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai

agama atau pun sebagai dasar pemerintahan. Tujuan mereka adalah

menghancurkan agama Islam dari dalam. Abdul Al-Karim bin Auja,

seorang zindik, mengatakan “Demi Allah saya telah membuat hadis palsu

sebanyak 4.000 hadis.” Contoh hadis yang dibuat oleh golongan zindik

antara lain “Memandang wajah yang cantik adalah sedekah”.

4
DR. Alamsyah, M.Ag. Ilmu-ilmu hadits. CV. Anugrah Utama Raharja (AURA) , 2013. Hlm. 79

4
3. Sikap Fanatisme yang Keliru.

Salah satu tujuan membuat hadis palsu adalah sifat ego dan fanatik

untuk menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya.

Golongan Asy-Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi

mengatakan, “Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu

dengan bahasa Arab. Apabila senang, maka Dia menurunkan dalam

bahasa Persi.” Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasa Arab

mengatakan, “Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu

dengan bahasa Persi, dan apabila senang maka Dia menurunkannya

dengan bahasa Arab.”.

4. Faktor Popularitas dan Ekonomi.

Kelompok ini adalah ahli kisah yg ingin memperoleh simpati dari

pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya. Hadist

yang mereka katakan terlalu berlebih-lebihan. Contohnya ”Barangsiapa

mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah, maka Allah akan menjadikan

dari kalimat itu seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari

marjan”.5

5. Perselisihan Dalam Fikih dan Ilmu Kalam.

Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalahmasalah fikih dan ilmu

kalam ini berasal dari para pengikut madzhab. Mereka melakukan

pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan

mazhabnya masing-masing.6 Di antara hadist-hadist palsu, adalah :


5
Ibid, hlm. 80
6
Ibid, hlm. 81

5
a. “Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka

shalatnya tidak sah.”

b. “Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (Jibril)

membaca basmalah dengan nyaring.”

c. “Siapa yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, niscaya

ia telah kufur kepada Allah.”

6. Faktor Kebodohan.

Di antara ulama yang membuat hadis palsu ada yang berasumsi bahwa

usahanya itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah dan

menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka mengatakan, “Kami berdosa

sematamata untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah dan bukan

sebaliknya.” Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadis berkenaan dengan

keutamaan membaca surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an. Contohnya

“Seutama-utama hari adalah hari wukuf di Arafah, apabila (hari wukuf di

arafah) bertepatan dengan hari jum’at, maka hari itu lebih utama

daripada tujuh puluh haji yang tidak bertepatan dengan hari jum’at”.7

7. Menjilat Penguasa.

Giyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab

hadis sebagai pemalsu hadis tentang 82 ILMU-ILMU HADIS (Ŭlūm al-

Hadīś) “Perlombaan”. Suatu waktu dia melihat khalifah Al-Mahdi sedang

bermain burung merpati, kemudian dia menambahkan kata “Burung”

dalam hadits Rasulullah yg berbunyi “Tidak (boleh) ada perlombaan

kecuali pada kuda atau onta”. Dengan maksud agar diberi hadiah atau
7
Rabiatul Aslamiyah, hadits maudhu’ dan permasalahannya.

6
mendapat simpatik dari khalifah Al-Mahdi. Setelah mendengar hadist

tersebut, Al-Mahdi memberikan hadiah sepuluh ribu dirham, namun ketika

Giyas hendak pergi, Al-Mahdi menegur, seraya berkata, “Aku yakin itu

sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah SAW”. Menyadari hal

itu, khalifah memerintahkan untuk menyembelih merpatinya.

Beberapa motif pembuatan hadis palsu di atas, dapat dikelompokkan

menjadi :

a. Ada yang sengaja.

b. Ada yang tidak sengaja.

c. Ada keyakinan bahwa membuat hadis palsu diperbolehkan.

d. Ada yang tanpa sadar jika dirinya membuat hadis palsu.

Apapun alasannya maka membuat hadis palsu merupakan perbuatan

tercela dan menyesatkan, karena hal ini sangat bertentangan dengan sabda

Rasulullah SAW yg berbunyi “Barang siapa berdusta dengan

mengatasnamakan aku maka hendaklah ia mempersiapkan tempat

duduknya dari api neraka.”(H.R Bukhari).

C. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’

1) Jika disengaja membuat dan meriwayatkan hadits palsu, sedangkan ia

mengetahui bahwa hadits tersebut adalah palsu, maka hukumnya haram.

2) Jika meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang-orang

bahwa hadits tersebut adalah palsu maka tidak ada dosa atasnya.

7
3) Mereka yg tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkan atau

mengamalkan hadits tersebut, maka tidak ada dosa atasnya. Akan tetapi,

setelah ia mengetahuinya hendaklah ia segera meninggalkannya.

D. Tanda-tanda Hadits Maudhu’

Ada beberapa tanda hadis palsu, yaitu:

1. Dalam sanad

a. Atas dasar pengakuan si pembuat hadis palsu, sebagaimana

pengakuan Abu Ismah Nuh bin Maryam bahwa dia telah membuat

hadis tentang keutamaan membaca al-Qur’an surat demi surat.

Demikian pula pengakuan Ghiyas bin Ibrahim dan lain-lain.

b. Adanya tanda yang menunjukkan kebohongan, seperti pengakuan

seorang rawi bahwa ia meriwayatkan dari seseorang syeikh tapi

ternyata ia belum pernah bertemu secara langsung. Misalnya ketika

Ma’mun bin Ahmad As-Sarawi mengaku bahwa ia menerima

hadits dari Hisyam bin Amr kepada Ibnu Hibban, maka Ibnu

Hibban bertanya “kapan engkau pergi ke Syam?” Ma’mun

menjawab, “pada tahun 250 H”. Mendengar itu Ibnu Hibban

berkata, “Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H”. Kemudian

Ma’mun menjawab “Hisyam yg lain”.

c. Meriwayatkan Hadis sendirian, sementara diri rawi dikenal sebagai

pembohong dan riwayat itu tidak ditemukan dalam riwayat lain.

Maka Hadis yang demikian disebut Hadis maudhu’.8

2. Dalam Matan.

8
DR. Alamsyah, M.Ag. Ilmu-ilmu hadits. CV. Anugrah Utama Raharja (AURA) , 2013. Hlm. 83

8
a. Redaksi hadis yag buruk dan isinya rancu, karena Nabi saw

adalah seorang yang fasih dalam berbahasa. Contoh matan hadis

yang ganjil adalah “Barangsiapa makan tanah dan mandi

dengannya maka ia telah memakan daging bapaknya Adam dan

mandi dengan darahnya”.

b. Bertentangan dengan akal sehat, seperti hadis palsu yang

menyatakan bahwa ”Siapa yang memelihara ayam putih niscaya

tidak didekati syaithan”.

c. Bertentangan dengan Al-Qur’an. Contohnya adalah “Anak zina

tidak masuk surga, demikian juga bapaknya dan cucunya” hadits

ini bertentangan dengan Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 164 yg

artinya “Tidaklah seorang berbuat dosa kecuali keburukannya

kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak

akan memikul dosa orang lain”

d. Berlawanan dengan sunnah atau Hadist Mutawatir. Contohnya

“Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai

dengan kebenaran, maka ambillah dia, baik aku ada

mengatakannya ataupun tidak” hadits ini bertentangan dengan

hadits “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka

hendaklah dia menempati tempatnya di neraka”

e. Berlawanan dengan ijma yang disepakati para sahabat atau

ulama. Contohnya “Setiap yang bernama Muhammad atau

Ahmad tidak akan masuk neraka” Hadist ini adalah maudhu,

karena bertentangan dengan sunnah Rasulullah. Karena

9
keselamatan dari nereka tidak tergantung dengan nama saja,

tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta rahmat Allah

SWT.

f. Bertentangan dengan ilmu kedokteran. Contonya adalah “Terong

adalah obat dari segala penyakit”.9

g. Mengandung berita tentang pemberian pahala yang besar untuk

perbuatan kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu

perbuatan yang tidak berarti. Misalnya hadits tentang puasa pada

bulan Rajab “Barangsiapa yg berpuasa pada bulan Rajab sehari

maka dosanya diampuni seribu tahun”.

E. Usaha-Usaha Para Ulama Menanggulangi Hadist Maudhu’

1) Melakukan perlawatan ke daerah-daerah untuk mengecek

kebenaran hadits hadits yang diterimanya dan meneliti sumber-

sumbernya, kemudian hasilnya mereka siarkan kepada masyarakat.

2) Meneliti karakteristik para rawi dengan mengamati tingkah laku

dan riwayat mereka.

3) Memberi peringatan keras kepada para pendusta dan mengungkap

kejelekan mereka, dengan mengumumkan kedustaan mereka

kepada para pemuka masyarakat

4) Menguji kebenaran hadis dengan membandingkannya dengan

riwayat yang melalui jalur lain dan hadi-hadis yang telah diakui

keberadaannya.

9
Rabiatul Aslamiyah, hadits maudhu’ dan permasalahannya.

10
5) Menetapkan pedoman-pedoman untuk mengungkapkan hadist

maudhu’.

6) Menyusun kitab himpunan hadist-hadist maudhu’ untuk memberi

penerangan dan peringatan kepada masyarakat tentang keberadaan

hadist-hadist tersebut.10 Diantara kitab-kitab yg memuat hadits

maudhu’ antara lain kitab Al-Maudhu’ al-Kubra, karya Abu al-

Farji’ Abd ar-Rahman bin Ali al- Jauzi (508-597 H). Kitab Tanzih

as-Syari’ah al-Marfu’ah min al-Akhbar as-Syari’ah al-

Maudlu’ah, karya Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Kannani

(wafat 963 H). Dan kitab Al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits

al-Maudlu’ah, oleh Muhammad bin Ali asy-Syaukani.11

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Yang dimaksud hadis maudhu’ (palsu) adalah segala riwayat yang

dinisbahkan kepada Rasulullah saw dengan jalan mengada-ada atau

10
Rabiatul Aslamiyah, hadits maudhu’ dan permasalahannya.
11
Dr. Sulaemang L, M.Th.I, Ulumul hadits edisi kedua. AA-DZ Grafika, Kendari 2017, hlm. 186

11
berbohong tentang apa yang tidak pernah diucapkan dan dikerjakan oleh

Rasulullah saw, serta tidak pula disetujui beliau.

Faktor yang menyebabkan munculnya hadis maudhu’ adalah

kebencian dan permusuhan, politik, fanatisme yang keliru, kebodohan,

popularitas dan ekonomi.

Ciri-ciri hadis maudhu’ diantaranya adalah perawinya pendusta,

pengakuan dari pembuatnya, terdapat kerancuan lafazd dan makna.

bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan Al-Qur’an dan

Hadits Mutawatir, menyalahi kaedah umum dan disepakati (ijma) ulama,

dll.

B. SARAN

Makalah yg kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Karena penulis juga merupakan manusia yg tak luput dari salah dan lupa.

Dan juga referensi kami sangat terbatas, oleh karena itu teman-teman

pembaca diharapkan bisa mencari referensi yg lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. (2013). Ilmu-ilmu hadits. CV. Anugrah Utama Raharja (AURA).


Aslamiyah, Rabiatul, hadits maudhu’ dan permasalahannya.
Sulaemang. (2017). ulumul hadits edisi kedua. Kendari: AA-DZ Grafika

12
13

Anda mungkin juga menyukai