ULUMUL HADITS
DISUSUN OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN
BANTEN
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah swt, yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nyalah
sehingga kami masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari andil dan bantuan banyak pihak. Oleh sebab itu, secara
khusus kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr.H.Ade Budiman, Lc.,MA
selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadits.
Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua atau memiliki pengaruh tersendiri
terhadap pengetahuan dan wawasan kami sebagai penyusun. Di akhir kata semoga Allah swt
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah nabi meninggalkan dunia untuk selamanya, terjadi sebuah goncangan yang terdapat
didalam Islam pada waktu itu. Salah satunya adalah banyaknya hadist–hadist palsu yang beredar
dalam kehidupan masyarakat yang sengaja dibuat untuk kepentingan pribadi maupun
kelompoknya yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw. Penyandaran seperti itu
disebut hadist palsu atau Maudhu’.
Dari kasus itulah, maka diadakanlah pembukuan hadist secara teliti serta membaginya dalam
beberapa kriteria tertentu. Yang mana hadist maudhu’ ini merupakan atau salah satu pembahasan
yang menjadi objek materi yang akan kami jelaskan pada makalah ini.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Hadits Maudhu
2. Mengetahui Sejarah Munculnya Hadits Maudhu
3. Mengetahui Faktor-faktor Munculnya Hadits Maudhu
4. Mengetahui Kriteria Pemalsuan Hadist dan kelompok-kelompok Pemalsuannya
5. Mengetahui Ciri-ciri Hadits Maudhu
6. Menegetahui Sebab-sebab Munculnya Hadits Maudhu
7. Mengetahui Kriteria Kepalsuan Hadits Maudhu
8. Mengetahui Kedudukan Hadits Maudhu
4
BAB II
PEMBAHASAN
Hadist maudhu’ merupakan hadist buatan dan palsu yang dinisbatkan seakan-akan
berasal dari Nabi SAW. Hadist maudhu’ sering dimasukkan ke dalam jenis hadist dla’if yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinnya syarat ke adilan periwayat.
Masuknya secara misal penganut agama lain ke dalam Islam, yang merupakan akibat dari
keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi factor
munculnya hadist-hadist palsu. Kita tidak bisa menafikkan bahwa masuknya mereka ke Islam, di
samping ada yang benar-benar ikhlas tertarik dengan ajaran Islam yang dibawa oleh para da’i,
ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena terpaksa tunduk pada
kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan ini kita kenal dengan kaum munafik.
Penyebaran hadist maudhu’ pada masa pemerintahan Sayyidina Utsman bin Affan mulai
menaburkan benih-benih fitnah, tetapi pada masa ini belum begitu meluas karena masih banyak
sahabat ulama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu
hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang keras
dikeluarkan olen Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadist. 2
1
Nurrudin, Ulumul Hadis, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2012,hlm. 308
2
Kasman, Hadist Dalam Pandangan Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka. 2012, hlm.43
5
Umat islam pada masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan
yang ingin menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan yang mendukung
kekhalifahan Sayyidina Ali (Syi’ah). Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan
lainnya, seperti Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah.
Golongan ini adalah terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang
senantiasa menyimpan dendam terhadap agama islam. Mereka tidak mampu untuk melawan
kekuatan islam secara terbuka maka mereka mengambil jalan yang buruk ini. Mereka
menciptakan sejumlah besar hadist maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran islam.
Faktor ini merupakan factor awal munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan
peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba memecah-belah umat Islam dengan mengaku
kecintaannya kepada Ahli Bait. Sejarah mencatatbahwa ia adalah seorang Yahudi yang berpura-
pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia berani menciptakan hadist maudhu’pada saat
masih banyak sahabat ulama masih hidup.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadist maudhu’ dari kalangan orang zindiq ini, adalah:
Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 hadist maudhu’tentang
hukum halal-haram. Akhirnya, ia dihukum mati olen Muhammad bin Sulaiman, Walikota
Bashrah.
Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang akhirnya dibunuh oleh Abu Ja’far Al-Mashur.
Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah.
Mereka membuat hadist-hadist palsu dengan tujuan menarik orang untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah, melalui amalan-amalan yang mereka ciptakan, atau dorongan-
dorongan untuk meningkatkan amal, melalui hadist tarhib wa targhib (anjuran-anjuran untuk
meninggalkan yang tidak baik dan untuk mengerjakan yang dipandangnya baik) dengan cara
berlebihan.
6
2.4 Sebab-sebab Pemalsuan Hadist dan kelompok-kelompok Pemalsuannya;
1. Sebab pemalsuan hadis yang pertama kali muncul adalah adanya prselisihan yang
melanda kaum Muslimin yang bersumber pada fitnah dan kasus-kasus yang
mengikutinya yakni umat Islam menjdi beberapa kelompok.
2. Permusuhan terhadap Islam dan untuk menjelek-jelekkannya. Yaitu upaya yang ditempuh
oleh orang-orang zindik, lebih-lebih oleh keturunan bangsa-bangsa yang terkalahkan oleh
umat Islam.
3. Upaya untuk memperoleh fasilitas duniawi, seperti pendekatan kepada pemerintah atau
upayamengumpulkan manusia ke dalam majelis,seperti yang dilakukan oleh para juru
cerita dan para peminta-minta. Dampak negative kelompok ini sangat besar.
Kepalsuan yang terjadi pada hadis seorang rawi tanpa disengaja, seperti kesalahannya
menyandarkan kepada Nabi SAW.
Para ulama mengambil langkah untuk memerangi pemalsu hadis dan menghindarkan bahaya
para pemalsu. Untuk itu, mereka menggunakan berbagai metodologi yang cukup untuk
kesimpulannya.diantaranya:
1. Meneliti karakteristik para rawi dengan mengamati tingkah laku dan riwayat mereka.
2. Memberi peringatan keras kepada para pendusta dan mengungkap-ungkap kejelekan
mereka, mengumumkan kedustaan mereka kepada para pemuka masyarakat.
3. Pencarian sanad hadis, sehingga mereka tidak menerima hadis yang tidak bersanad,
bahkan hadis yang demikian mereka anggap sebagai hadis yang batil.
4. Menguji kebenaran hadis dengan membandingkannya dengan riwayat yang melalui jalur
lain dan hadi-hadis yang telah diakui keberadaannya
5. Menetapkan pedoman-pedomanuntuk mengungkapkan hadis maudhu’.
6. Menyusun kitab himpunan hadis-hadismaudhu’ untuk member penerangan dan
peringatan kepada masyarakt tentang keberadaan hadis-hadis tersebut. 3
7.
7
d. Keadaan rawi dan factor-faktor yang mendorongnya membuat hadist maudhu’.
Pemalsuan hadits dan dusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memiliki
banyak sebab di antaranya:
Pertama:
Ini adalah sebab yang paling mendasar yaitu pemalsuan yang dilakukan oleh kaum zindiq
yang berbaju Islam untuk nifak (menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafirannya)
dan mengelabui kaum muslimin. Tujuan mereka adalah merusak Islam dan menimbulkan
perbedaan dan perpecahan di antara kaum muslimin.
Kedua:
Pemalsuan hadits dalam rangka membela madzhab atau alirannya baik dalam masalah
usuluddiin (pokok-pokok agama) ataupun masalah furu' (cabang-cabangnya). Karena
sesungguhnya ketika kaum muslimin terpecah menjadi berkelompok-kelompok dan madzhab-
madzhab, mulailah setiap golongan mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk
mengokohkan madzhab (alirannya), lebih-lebih setelah dibuka untuk mereka forum diskusi dan
perdebatan tengang madzhab-madzhab. Dan tujuan dari dialog/debat ini tidak lain hanyalah
untuk mengalahkan lawan diskusinya dan agar dia unggul atasnya, sampai-sampai mereka
menjadikan khilaf (perbedaan pendapat) sebagai ciri khas di mana mereka menulis kitab-kitab
yang cukup banyak dalam masalah ini. Padahal agama mereka (Islam) tidaklah memerangi
8
sesuatu melebihi perangnya terhadap khilaf (perbedaan pendapat). Dan sebab ini mirip dengan
sebab sebelumnya dalam dampak yang ditimbulkannya.
(راجMو سMة هMMو حنيفMال أبMل يقMتي رجMMون في أمM ويك،تي من إبليسMيكون في أمتي رجل يقال له محمد بن إدريس أضر على أم
)أمتي
" Akan ada di tengah-tengah umatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad bin Idris, dia
lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan ada di tengah-tengah umatku seorang laki-
laki yang bernama Abu Hanifah dia adalah lentera (penerang) umatku.
Mereka (ahli hadits) berkata:"Dan di dalam sanadnya ada dua orang pemalsu hadits, satu
diantaranya adalah Ma'mun bin Ahmad as-Sulami dan yang lainnya adalah Ahmad bin 'Abdullah
al-Khawanbari." Dan al-Khathib telah meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' dan dia
mencukupkan (membatasi) dengan apa yang disebutkannya tentang Abu Hanifah, dan dia (al-
Khathib) berkata:"Maudhu' (palsu)."
Ketiga:
Ingin mendekatkan diri (menjilat) kepada para raja, sultan atau para pempmpin,
sebagaimana hal itu dikemukakan oleh kebanyakan Huffazh (para penghafal ahli hadits). Dan
sebagaimana para ulama suu' berdusta atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk
menyenangkan (membela) para sultan/raja, mereka juga berdusta dalam membuat hukum-hukum
dan cabang-cabang fiqih untuk mereka (para sultan/raja). Dan termasuk hadits-hadits palsu
dalam masalah ini adalah hadits-hadits yang berisi tentang pujian dan pengagungan terhadap
para raja. Dan itu adalah hadist-hadits yang digunakan oleh orang-orang bodoh untuk mencari
muka di hadapan para raja di zaman ini sebagaimana orang-orang terdahulu mencari muka
kepada para raja dengannya.
Keempat:
Salah dan lupa, ini terjadi pada suatu kaum dan di antara mereka ada yang nampak pada
mereka kebenaran (setelah mereka salah), tetapi mereka tidak kembali kepada kebenaran tersebut
karena menganggap enteng atau enggan kalau disandarkan kepadanya sifat salah (disifati bodoh),
dan tidaklah diketahui hakekat agama dan ketidak ikhlasan mereka menyibukkan diri dengan
mempelajari riwayat hadits kecuali setelah terjadi kepada mereka apa yang terjadi (kesalahan di
atas).
Kelima:
9
Membawakan hadits dari hafalannya padahal dia salah seorang perawi yang
menyandarkan haditsnya pada kitab, dan hafalannya tidak kuat. Maka ketika kitabnya hilang dia
terjatuh pada kesalahan dan kekeliruan dalam penyamaian hadits.
Keenam:
Kacaunya pikiran perawi di akhir umurnya. Ini terjadi pada sebagian kelompok perawi
yang tsiqah (terpercaya), maka mereka ma'dzur (dimaklumi), kecuali orang yang menerima dan
mengambil semua riwayat yang disandarkan kepada mereka (perawi-perawi yang goncang
hafalannya tadi) tanpa membedakan antara hadits yang diriwayatkan dari mereka ketiak mereka
dalam kondisi akal yang sempurna dan apa yang diriwayatkan dari mereka ketika mereka
goncang pikirannya dan pikun.
Ketujuh:
Ingin menang atas lawan debatnya, terlebih lagi kalau perdebatan tersebut di hadapan
khalayak ramai, dan pemalsuan ini tidak sama dengan pemalsuan untuk membela madzhab
sebagaimana keterangan yang telah lalu. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:"Dan termasuk sebab
pemalsuan hadits adalah apa yang terjadi dari orang-orang yang tidak memiliki agama (yang
sempurna) ketika mereka berdebat di hadapan khalayak ramai berupa mencari-cari dalil untuk
apa yang dikatakannya sesuai dengan hawa nafsunya untuk melariskan perdebatannya,
pembenaran perkataanya, mengalahkan lawan debatnya, kecintaan kepada kemenangan, mencari
kepimpinan, dan lari dari celaan apabila ada yang mendebatnya."
Kedelapan:
Mencari keridhoan manusia dan agar diterima (diakui) di sisi manusia,menarik manusia
untuk menghadiri majelis nasehat (kajian) mereka, dan peluasan wilayah kajian/majelis mereka.
Para ulama ahli hadits melekatkan sebab ini kepada Qashshash (para tukang dongeng), mereka
berkata:"Sesungguhnya dalam hadits-hadits yang shahih dan hasan ada yang serupa dengan itu
(kisah-kisah), akan tetapi menghafalnya sulit bagi Qashshash (para tukang cerita) tersebut, maka
mereka memilih jalan yang paling mudah yaitu memalsukan hadits.4
Kepalsuan suatau hadits dapat dilihat pada kriteria yang terdapat pada sanad dan matan.
4
Nurrudin, Ulumul Hadis.op cit. hlm 309-316.
10
1. Yang terdapat pada sanad
Terdapat banyak ciri ciri kapalsuan hadits yang terdapat pada sanad. Ciri ciri tersebut
adalah :
a. Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang rawi yang
terpercaya yang meriwayatkan hadits dari diya.
b. Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pangakuan seorang guru taswwuf, ketika
ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an, yang serentak
menjawab, “tidak seorangpun yang meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi,
serentak kami melihat manusia sama membenci al-qur`an, kami ciptakan untuk
mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an ), agar mereka menaruh
perhatian untuk mencuntai al-qur`an.”
c. Kenyatan sejrah, mereka tidak mungkin bertemu,misalnya ada pengakuan dari
seorang Rawi bahwa ia menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah
bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal,
misalnya ketika ma`mun ibn Ahmad As-sarawi mengaku bahwa ia menerima hadits
dari Hisyam ibn Amar kepada ibn Hibban, maka ibn Hibban bertanya,”kapan engkau
pergi ke syam? . ” ma`mun menjawab,”pada tahun 250 H.” mendengar itu, ibn
Hibban berkata, “Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H.”
d. Keadaan rawi dan faktor faktor yang mendorongnya membuat hadits maudhi`.
Terdapat banyak pula ciri ciri hadits maudhu` yang terdapat dalam matan, diantaranya sbb.
11
2.8 Tingkatan-Tingkatan Hadits Maudhu’
Dikalangan para ulama, terdapat perbedaan pandangan dalam menentukan bobot
ke Maudhu an. Perbedaan ini timbul karena adanya perbedaan pendekatan atau metode
penilaian.
Menurut Imam Adz-Dzahabi, hadis maudhu mempunyai tiga tingkatan berikut.
1. Hadis Maudhu yang nilai kemaudhuannya disepakati secara bulat oleh para
Muhaddisin. Kedustaan riwayatnya diketahui berdasarkan indikasi yang
terdapat didalam bentuk periwayatannya, yaitu berupa berdasar pengakuan
rawi atau hasil pengujian dari berbagai aspek.
2. Hadits Maudhu yang nilai ke maudhuannya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan mayoritas ulama, bukan kesepakatan bulat seluruh ulama.
Sementara, sebagian ulama lain menilai hadits itu bukan maudhu, tetapi hadits
yang diantaranya syarat keshahihannya ada yang gugur saja.
3. Hadits Maudhu (wahm al-maudhu). Sebagai Muhaddisin lain menilai hadits
yang dusta (kidz). (Moh. Najib,2001:48)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadist maudhu’ adalah hadist buatan dan palsu yang dinisbatkan seakan-akan berasal dari
Nabi SAW.
1. Sebab pemalsuan hadis yang pertama kali muncul adalah adanya prselisihan yang
melanda kaum Muslimin yang bersumber pada fitnah dan kasus-kasus yang
mengikutinya yakni umat Islam menjdi beberapa kelompok.
2. Permusuhan terhadap Islam dan untuk menjelek-jelekkannya. Yaitu upaya yang ditempuh
oleh orang-orang zindik, lebih-lebih oleh keturunan bangsa-bangsa yang terkalahkan oleh
umat Islam.
3. Upaya untuk memperoleh fasilitas duniawi, seperti pendekatan kepada pemerintah atau
upayamengumpulkan manusia ke dalam majelis,seperti yang dilakukan oleh para juru
cerita dan para peminta-minta. Dampak negative kelompok ini sangat besar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kasman. Hadist Dalam Pandangan Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka. 2012.
14