Anda di halaman 1dari 10

Makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III

“IKHWAL BERDIRINYA MUHAMMADIYAH”

Disusun Oleh :
Muhammad Cholid Ali 201710300511032

Tutik Alawiyah 201710300511015

Nadia Sekar Ningrum 201710300511032

Leence Yurike Tasya Bella 201710300511049

PROGRAM D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

1
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh, alhamdulillah rasa syukur kami


panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami kelancaran dalam
pembuatan makalah ini dan selesai tepat pada waktunya.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Ikhwal Berdirinya
Muhammadiyah” yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Al- Islam dan
Kemuhammadiyahan serta memberi manfaat yang banyak bagi pembaca untuk mengenal
lebih jauh tentang awal berdirinya Muhammadiyah.

Melalui kata pengantar ini kami meminta maaf dan memohon kemakluman bila ada
kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Dan juga kami berterima kasih kepada pembaca
semoga makalah ini diberkahi banyak manfaat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Penulis

2
Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
a. Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
b. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
c. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
a. Kondisi Internal Umat Islam ............................................................................................................ 5
b. Kondisi Eksternal Umat Islam ......................................................................................................... 5
1. Kebijakan politik kolonial Belanda terhadap umat Islam............................................................ 5
2. Pengaruh Perkembangan Islam di Timur Tengah ....................................................................... 6
c. Visi dan Misi Muhammadiyah ......................................................................................................... 7
d. Profil Pendiri Muhammadiyah ........................................................................................................ 8
BAB III ...................................................................................................................................................... 9
PENUTUP ................................................................................................................................................. 9
a. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 9
b. Saran ............................................................................................................................................... 9
c. Kritik ................................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Selama ini terdapat kesalahpahaman sebagian masyarakat terhadap Muhammadiyah. Mereka
menganggap bahwa Muhammadiyah bertanggung jawab perpecahan yang berlarut - larut di
kalangan umat Islam. Sebab dengan berdirinya Muhammadiyah umat Islam menjadi tekotak -
kotak dan sulit dipersatukan. Timbulnya penilaian seperti itu tidak terlepas dari keterbatasan
pembacaan mereka terhadap kondisi bangsa Indonesia khususnya umat Islam selama masa
penjajahan.

Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan tuntutan dan keharusan


sejarah agar bangsa Indonesia memiliki jati diri dan daya tawar yang tinggi di mata penjajah.
berdirinya Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh kegelisahan dan keprihatinan yang
mendalam terhadap model dakwah dan pola pemikiran keagamaan konvensional-tradisional
saat itu.

Dalam doktrin Islam disebutkan : “kuntum khairah ummah”, namun kenyataannya hampir
seluruh bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam hidup dalam tekanan penjajah.
Oleh karena itu, KH. Admad Dahlan (nama kecil beliau Muhammad Darwis) merasa perlu
mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H. Bertepatan dengan 18
November 1912 M. Secara garis besar faktor yang melatar belakangi lahirnya
Muhammadiyah antara lain dikarenakan :
1. Kondisi internal umat Islam.
2. Kondisi eksternal umat Islam.

b. Rumusan Masalah
1. Mengetahui bagaimana berdirinya Muhammadiyah ?
2. Apa visi dan misi Muhammadiyah ?
3. Bagaimana latar belakang pendiri Muhammadiyah ?

c. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan bagaimana Muhammadiyah berdiri.
2. Menjelaskan visi dan misi Muhammadiyah.
3. Menjelaskan latar belakang pendiri Muhammadiyah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

a. Kondisi Internal Umat Islam


Keberagaman umat Islam di Indonesia tak lepas dengan proses penyebaran islam di Jawa.
pada waktu islam di jawa telah memiliki tradisi dan kepercayaan keagamaan yang merupakan
perpaduan antara tradisi dan kepercayaan tradisional yang telah berubah menjadi adat dan
istiadat bersifat agamis dengan bentuk mistik berjiwa Hindu dan Budha (sinkritisme).

Tradisi Ini ikut berkembang seiring berkembangnya islam di pulau jawa disebabkan para
penyebar islam di jawa adalah para saudagar dari gujarat dimana mereka merupakan bangsa
dari India yang dalam kehidupan sehari harinya terbiasa dengan kepercayaan animistik dan
dinamistik serta ajaran tasawuf dimana di ajaran tersebut nampaknya lebih memudahkan
masyarakat jawa untuk menerima dan mengingat ajaran tassawuf hampir sama unsur-unsur
ajarannya dengan kepercayaan masyarakat pra islam, jadi dengan kata lain penyebaran islam
di Indonesia bukan Islam yang pendekatannya dengan kekuatan nalar atau fikiran melainkan
lebih ke batin.

Faktor lainnya adalah keterbatasannya para penyebar agama Islam yaitu Para Wali yang
jumlahnya tidak mampu mencakup semua daerah di Jawa sehingga di daerah plosok - plosok
masih banyak yang belum terjamah oleh ajaran agama Islam dan juga pengaruh kerjaan
Hindu dan Budha yang sudah hidup berjuta-juta tahun sebelum Islam datang ke Indonesia
sehingga memaksa para penyebar untuk bisa menyesuaikan diri dengan pengaruh yang
ditimbulkan oleh kerjaan Hindu Budha.

Faktor internal lainnya yang berperan dalam berdirinya Muhammadiyah bisa diambil dari
kondisi perekonomian umat islam, solidaritas sosial yang memudar antar umat Islam dan
pendidikan umat Islam yang memprihatinkan.

b. Kondisi Eksternal Umat Islam


1. Kebijakan politik kolonial Belanda terhadap umat Islam
Sejak Belanda mendarat di bumi Nusantara (sekitar 1556 M) kehidupan umat Islam mulai
terusik. Mengingat kedatangan mereka pertama kali mendarat di pelabuhan Banten dengan
kepala rombongan Cornelis De Houtman dan Dayer itu bermisi ganda, yaitu mereka tidak
saja ingin menguasai Nusantara yang terkenal dengan rempah - rempahmelainkan sekaligus
ada unsur misi kristenisasi.

Sikap politik lainnya dari kolonial Belanda terhadap umat Islam adalah pengawasan yang
sangat ketat terhadap hubungan umat Islam dengan dunia luar termasuk setelah umat Islam
berkenalan dengan pemikiran Pan-Islamisme dari Jamaluddin Al-Afgani. Hal ini disebabkan

5
ajaran Jamaludin Al-Afghani menekankan sebuah eksistensi bangsa terutama umat Islam,
serta dampat penjajahan negara jajahan.

Maka untuk membatasi ruang gerak umat Islam, selain meminimalkan bahkan memutuskan
sama sekali hubungan umat Islam dengan dunia luar termasuk bagi umat Islam yang akan
menunaikan ibadah haji, penjajah kolonial Belanda mendirikan kelompokkelompok aliansi
dari unsur masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menghadapi umat Islam. Campur
tangan kolonial Belanda terhadap perang Padri di Sumatra Barat (tahun 1821-1838) dan
perang Aceh (tahun 1872-1909) dengan memihak kaum adat melawan para ulama’
merupakan bukti adanya aliansi dukungan Belanda.

2. Pengaruh Perkembangan Islam di Timur Tengah


Pengaruh gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Timur Tengah juga turut andil terhadap
berdirinya Muhammadiyah. Menurut Deliar Noer, gerakan reformasi intelektual kaum
Muslimin di Timur Tengah seperti Makkah dan Kairo sangat mempengaruhi perkembangan
Islam modernis di Indonesia. Pengaruh gerakan pembaharuan tersebut antara lain melalui
orang Indonesia sendiri yang secara kebetulan menunaikan ibadah haji dan sekaligus mereka
tetap bermukmin di tanah suci untuk menuntut ilmu.

Dibelahan Timur Tengah lainnya seperti Kairo dan Mesir ide - ide pembaharuan Muhammad
Abduh telah telah menyebar hampir keseluruh negara - negara Muslim atau negara - negara
yang penduduknya mayoritas beragama Islam termasuk Indonesia melalui penyebaran
majalah “Al - Manar”. Diantara sekian banyak pembaca “Al-Manar” itu terdapat seorang
pembaca yang intens, yaitu KH. Ahmad Dahlan.

Selain pembaca “Al - Manar” KH. Ahmad Dahlan juga pernah bermukim di Timur Tengah
selama dua tahun (1903 - 1905) untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu keislaman.
Pergumulan secara langsung dengan ide - ide pembaharuan di pusat Islam (Timur Tengah)
telah mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan Islam di Indonesia
melalui organisasi yang didirikannya, yaitu Muhammadiyah.

Ide Pan-Islamisme dari Jalaluddin Al-Aghani di Mesir turut memperkuat pemahaman


pembaharuan Islam di Indonesia terutama yang menyangkut keberadaan penjajah di tanah air.
Maka secara tidak langsung, kesadaran masyarakat Jawa untuk mengusir penjajah Belanda
tidak lain karena diilhami ajaran Jalaludin Al-Ghani tentang eksistensi kemerdekaan bagi
sebuah negara khususnya umat Islam.
H.A.R. Gibb mengklarifikasi pembaharuan/pendidikan yang dilakukan Muhammad Abduh
(1849-1905) di Mesir, sebagai berikut :
a. Membersihkan Islam dari pngaruh dan kebiasaan asing
a. Pembaharuan pendidikan tinggi Islam
b. Reformulasi doktrin Islam dengan alam fikiran modern
c. Mempertahankan Islam dari pengaruh - pengaruh Eropa dan serangan Kristen

6
Sementara H.A Mukti Ali membuat rumusan, bahwa pembaharuan maupun pendidikan yang
dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan berorientasi pada :
a. Membersihkan Islam Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan hukum Islam.
a. Reformulasi doktrin Islam dengan pandanga alam fikiran modern
b. Reformasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
c. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar Islam

Muhammad Abduh berkeinginan untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti sediakala,


tepatnya di masa umat Islam menguasai peradaban dunia, baik bidang Kimia, Matematika,
Fisika, Kedokteran, Arsitektur, Filsafat, Seni dan sebainya. Pada dasarnya kedua pandangan
tersebut memiliki maksud yang sama, yaitu sama-sama ingin meningkatkan sumber daya
manusia umat Islam.

c. Visi dan Misi Muhammadiyah


Sejak Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah berkomitmen
dengan perjuangan yang berorientasi pada :
1. Menegakkan keyakinan “tauhid” yang murni sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
atau membersihkan amalan islam dari tradisi dan kepercayaan yang bersumber dari selain Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul.
2. Menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
dengan sistem pnedidikan modern.
3. Mewujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan perorangan, keluarga dan masyarakat.
4. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.

Kemurnian ajaran islam (tauhid) mendapatkan perhatian tersendiri dari Muhammadiyah


karena bertauhid yang murni atau “tauhid” yang tidak terkontaminasi oleh berbagai tradisi
dan kepercayaan selain islam merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga
adanya keyakinan terhadap kekuatan supranatural selain Allah, jelas bertentangan dengan
ajaran Islam (Syirik) dan termasuk dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah bukan sekedar organisasi semata, melainkan juga
sebagai gerakan keagamaan yang didalamnya terkandung sistem keyakinan, pengetahuan
organisasi, praktek aktifitas yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan.

Muhammadiyah sebagai organisasi memerlukan perekat yang kuat guna mempertahankan


nilai-nilai, sejarah, ikatan dan kesinambungan gerakan dalam melaksanakan amal usah, di
sinilah pentingnya ideologi.

Ideologi Muhammadiyah secara substansi terkandung dalam “Muqaddimah Anggaran Dasar


Muhammadiyah” serta matan “Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah”.
Adapun fungsi ideologi dalam Muhammadiyah :

7
1. Memberi arah tentang paham Islam yang diyakini Muhammadiyah
2. Mengikat solidaritas kolektif antar warga Muhammadiyah
3. Membangun kesamaan dalam menyusun strategi perjuangan
4. Membangun karakter warga Muhammadiyah
5. Saran memobilisasi anggota Muhammadiyah

d. Profil Pendiri Muhammadiyah


K.H. Ahmad Dahlan ketika kecil bernama Muhammad Darwis. Lahir pada tahun 1868 M di
kampung kauman sebelah barat alun – alun utara Yogyakarta. Dahlan berasal dari keluarga
muslim yang taat, ayah dan kakek dari pihak ibunya adalah seorang pegawai masjid
(penghulu), salah seorang dari 12 penghulu di lingkungan Keraton Yogyakarta. Nama
ayahnya adalah Abu Bakar, ulama dan khotib di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta.
Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim yang menjabat penghulu Kasultanan. Muhammad Darwis
masih keturunan Maulana Malik Ibrahim yaitu salah satu wali sembilan (wali songo) yang
terkenal. Ahmad dahlan merupakan keturunan ke-12.

Pendidikan Dahlan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masjid, kemudian ke Mekkah.
Pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun, ia menunaikan ibadah haji yang pertama dan
bermukim di tanah suci sekitar lima tahun dengan mempelajari berbagai macam disiplin
ilmu, seperti Al Qur’an, teologi, astronomi, dan hukum agama (fiqh), termasuk didalamnya
mempelajari karya –karya Muhammad Abduh. Gurunya yang terkenal adalah Syeikh Ahmad
Khatib, yang juga guru K.H. Hasyim Asy’ari. Ketika usia 20 tahun (yaitu pada tahun 1888) ia
pulang ke kampungnya, dan berganti nama dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan,
kemudian diangkat sebagai Khotib Amin di lingkungan Kasultanan Yogyakarta.

Pada ibadah haji yang kedua tahun 1902, K.H. Ahmad Dahlan (berusia 35 tahun) bertemu
dengan murid Muhammad Abduh, yakni Syaikh Muhammad Rasyid Ridla dan berdiskusi
tentang berbagai persoalan agama dan problem yang dihadapi umat Islam. Saat itulah ia
mendapat kematangan berpikir dan mampu berijtihad dengan mendasarkan diri pada sumber
aslinya, Al Qur’an dan Sunnah. Ketika kembali ke Indonesia, sepulang dari Mekkah
kemudian menikah dengan Siti Walidah binti K.H. Fadhil. Hasil pendidikan di Mekkah
membuat H. Ahmad Dahlan berfikir bagaimana memecahkan berbagai persoalan yang
menimpa umat Islam di Indonesia. Ide – ide pembaruan yang diperoleh dari Timur Tengah
dicoba untuk diterapkan di Indonesia.

Sosok Dahlan adalah sosok man of action. Beliau adalah “made history for his works than his
words.” Hal ini berbeda dengan tokoh – tokoh pembaruan lain seperti A. Hasan dan Ahmad
Surkati yang cukup produktif dalam dunia tulis menulis. Yang penting bagi Dahlan
tampaknya adalah bahwa doktrin dan aksi harus menyatu. Bila diukur dengan semangat
zaman waktu itu, K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang revolusioner. Pada saat orang
membesar – besarkan pentingnya ziarah kubur, Dahlan malah memberikan fatwa pada tahun
1916 tentang haramnya perbuatan itu. Fatwa ini sangat menggemparkan masyarakat dan para
ulama. Ia dituduh sebagai Mu’tazilah, Inkarus Sunnah, dan Wahabi.

8
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah
satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam.

Berkembangnya islam dipulau jawa dan bagaimana KH. ahmad dahlan mengembangkan
islam dari apa yang telah beliau pelajari dari majalah almanar dan bermukim di timur tengah
selama 2 tahun untuk memperdalam ilmunya, dari situ beliau menyebarkan ilmunya kepada
umat muslim dan mendirikan muhammadiyah menurut pengetahuan yang beliau miliki, dari
situ juga kita dapat mempelajari bagaimana usaha beliau untuk memperjuangkan islam di
negri asal beliau.

maksud dan tujuan Muhamadiyah itu sendiri yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’ala

b. Saran
Menurut kami sebaiknya isi dari literatur yang kami jadikan acuan ini menjelaskan secara
rinci bagaimana dan dimana Muhammadiyah didirkan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tidak
hanya latar belakang berdiri Muhammdiyah.

c. Kritik
Menurut kami penjelasan pada literatur yang kami baca masih menjelaskan bagaimana
berdirinya Muhammadiyah dalam skala umum, belum terlalu memperinci bagaiamana dan
dimana Muhammadiyah didirikan. Hanya menjelaskan latar belakang
berdirinya Muhammadiyah secara garis besar.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Prof.Dr.Bambang Widagdo, M. (n.d.). Al-Islam-Kemuhammadiyahan 3. Malang:


Universitas Muhammadiyah Malang.
 Agus Miswanto,S.Ag.,MA. Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan. Magelang:
Universitas Muhammadiyah Magelang.

10

Anda mungkin juga menyukai