Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DARUL AHDI WASY SYAHADAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam

Dan Kemuhammadiyahan II

Dosen Pengampu : Alfadl Habibie,M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 4

(BK 3B)

RAMA MOHAMMAD RIZQI C2086201043

SALSA PUTRI AZ-ZAHRA C2086201123

SOFI AZKANIA SABILA C2086201048

YUNI MULYANI C2086201032

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga bisa menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini berjudul “Teori Darul Ahdi Wasy Syahadah” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusun banyak mendapat bantuan


dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Alfadl Habibie M.Pd, sebagai dosen di mata kuliah
ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah membantu
penyusun menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya
bagi penyusun dan pembaca umumnya.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................5

A. Pengertian Ideologi.......................................................................5
B. Pengertian Muhammadiyah..........................................................5
C. Ideologi Muhammadiyah..............................................................6
D. Fungsi Ideologi Muhammadiyah..................................................7
E. Isi Ideologi Muhammadiyah.........................................................7
F. Darul Ahli Wasy Syahadah........................................................10
G. Landasan Filosofis Muhammadiyah D13
arul Ahdi Wasy Syahadah..........................................................14
H. Tantangan dalam Implementasi
Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah.......................................................14

BAB III PENUTUP......................................................................................18

DAFTRA PUSTAKA...................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awal abad XX gerakan Islam bermunculan seperti berdirinya Sarikat
Dagang Islam(1905), Jami‟at Khair dan Budi Utomo (1908), Sarekat
Islam dan Muhammadiyah (1912), diikuti oleh Persatuan Islam(1923),
Nahdatul Ulama (1926), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1928) dan
sebagainya, sebagai upaya membangun kesadaran nasional.
Diantara sekian banyak gerakan Islam yang muncul pada abad XX adalah
Muhammadiyah. Organisasi ini lahir sebagai alternatif berbagai persoalan
yang dihadapi ummat Islam Indonesia sekitar abad 19 dan awal abad 20.
Muhammadiyah merupakan konsekuensi logis munculnya pertanyaan
sederhana seorang muslim kepada diri dan masyarakatnya tentang
bagaimana memahami dan mengamalkan kebenaran Islam yang telah
diimani sehingga pesan global Islam yaitu rahmatan lil aalamien atau
kesejahteran bagi seluruh kehidupan dapat mewujud dalam kehidupan
objektif ummat manusia.Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan
Islam, dakwah dan tajdid.
Muhammadiyah sejak awal telah memberikan perhatian pada usaha
pencerahan. Kegiatannya tidak berorientasi keagamaan semata melainkan
pada bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial kemanusian selain itu juga
“merambah” ke wilayah politik dengan langgam yang dipahaminya. Sikap
politik Muhammadiyah sudah tercermin sejak pertama kali lahir (1912)
menegaskan diri bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang
memiliki corak dan watak kebangsaan nasionalisme yang kuat.
Bukti yang bisa dikaitkan dengan watak kebangsaan nasionalisme sikap
Muhammadiyah terhadap Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Munir Mulkhan menegaskan, Muhammadiyah
memilikikonsistensi yang sangat tinggi dalam penerimaan dan pengakuan
kepada Pancasila. Ditunjukan dengan sikap dan pandangan para tokoh

3
Muhammadiyah sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlibat
secara langsung dalam perumusan Pancasila (UUD 1945); diantaranya
adalah Ki Bagus Hadikusumo, Ir. Soekarno, Mr. Kasman Singadimedja,
dan Kahar Muzakkir. Maupun tergambar dari rumusan resmi orgasasional
lainnya.
Respon Muhammadiyah terhadap Pancasila mencapai bentuk finalnya,
pada Muktamar ke-41 yang merupakan muktamar yang bersejarah.
Menghasilkan keputusan yang sangat prinsip, keputusan tersebut
menyangkut perubahan Anggaran Dasar Muhammadiyah, antara lain pada
rumusan nama dan kedudukan, azas dan maksud tujuan persyarikatan.
Perubahan yang mendasar adalah penerimaan Muhammadiyah untuk
mencantumkan Pancasila sebagai asas dalam Organisasinya.
B. Rumusan Masalah
1.Apa itu Muhammadiyah ?
2.Apa yang di maksud dengan ideologi Muhammadiyah ?
3.Apa itu darul ahdi wa syahadah ?
4.Bagaimana tantangan dalam implementasi darul al-ahd wa al-syahadah ?
C. Tujuan Masalah
1.Menjelaskan apa itu Muhammadiyah
2.Mengetahui yang dimaksud dengan ideologi Muhammadiyah
3.Mengetahui darul ahdi wa syahadah
4.Mengetahui bagaimana tantangan dalam implementasi darul al-ahdi wa
al-syahadah
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat memahami dan
mempelajari tentang Ideologi Muhammadiyah dan darul ahdi wa
syahadah. Dapat dijadikan sebagai sumber dan juga untuk sekedar bahan
pertimbangan terhadap penulis lain agar dapat menguras.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan cara pandang
membentuk karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi cara berpikir
seseorang atau golongan tertentung. ideologi juga paham, teori, dan tujuan
yang merupakan satu program sosial politik.
B. Pengertian Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah memiliki arti pengikut Nabi
Muhammad.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan
yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan
ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan
alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan
pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran
Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada
perintah-perintah Al-Qur'an, di antaranya surat Ali 'Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

5
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-
usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna
pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak
positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan,
dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

C. Ideologi Muhammadiyah

Ideologi bagi Persyarikatan Muhammadiyah berperan sebagai bingkai gerakan


dalam mencapai tujuan bersama. Berdasarkan paham yang sama, maka
gerakan para anggota dan pimpinan Muhammadiyah akan selaras, seirama,
dan indah dalam mencapai tujuan organisasi yang jelas terlihat berbeda
dengan organisasi lainnya. Muhammadiyah merupakan organisasi kumpulan
orang yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan
mencegah daripada keburukan (QS Ali-Imran:104). Gerakan Muhammadiyah
dilaksanakan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Gerakan untuk
mencapai tujuan Persyarikatan Muhammadiyah tersebut hendaklah dimulai
dengan suatu pernyataan pribadi, yaitu: "Saya ridho ber-Tuhan kepada Allah,
ber-Agama kepada Islam dan ber-Nabi kepada Muhammad Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wassalam". Pernyataan ini harus disepakati oleh siapa saja
yang bergabung dalam Persyarikatan Muhammadiyah sebagai kerangka
ideologinya. Secara lebih populer pernyataan tersebut dicantumkan sebagai
lirik di dalam lagu Sang Surya, yaitu: "Ya Allah Tuhan Rabbiku-Muhammad
Junjunganku-Al Islam Agamaku-Muhammadiyah Gerakanku"
Ideologi Muhammadiyah menegaskan bahwa:
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang bercita-cita dan bekerja untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

6
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada para RasulNya, sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa dan seterusnya sampai nabi penutup Muhammad Saw. sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia.
3. Paham keagamaan Muhammadiyah adalah mengamalkan Islam
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul dan bekerja untuk terlaksananya
ajaran Islam yang meliputi: aqidah, akhlak, ibadah, dan muamalah
duniawiyah.
4. Paham kebangsaan muhammadiyah adalah aktif memperjuangkan dan
mengisi kemerdekaan Indonesia, aktif menjaga keutuhan dan membangun
NKRI dengan semangat syukur agar mendapat Ridha Allah, sehingga
menjadi "Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah
perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun" (QS Saba'/34: 15).
Pada akhirnya ideologi Muhammadiyah harus menjadi kepribadian warga
Muhammadiyah yang diikat dengan khittah perjuangan Muhammadiyah.

D. Fungsi Ideologi Muhammadiyah


1. Menjelaskan dan menanamkan pandangan dunia “Islam Agamaku,
Muhammadiyah Gerakanku”.
2. Membangun komitmen idealisme untuk menjalankan misi dan cita-cita
gerakan.
3. Mengikat solidaritas kolektif yang kokoh.
4. Menyusun dan melaksanakan garis perjuangan dan strategi perjuangan.
5. Membela atau menjaga keutuhan atau eksistensi organisasi sesuai prinsip
gerakan.

E. Isi ideologi Muhammadiyah


1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
a. HakIkat Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada merupakan ideologi
Muhammadiyah yang memberi gambaran tentang pandangan
Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita

7
yang ingin diwujudkan dan cara-cara yang dipergunakan untuk
mewujudkan cita-cita tersebut.
b. Kandungan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah mengandung 7 (tujuh)
pokok pikiran/ prinsip/ pendirian, yaitu;
1) Pokok pikiran pertama :
“Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid (meng-Esakan) Allah”
2) Pokok pikiran kedua :
“ Hidup manusia itu bermasyarakat”.
3) Pokok pikiran ketiga :
“Hanya hukum Allah yang sebenar-benarnyalah satu-satunya yang
dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama dan
mengatur ketertiban hidup masyarakat dalam menuju hidup
bahagia dan sejahtera yang haqiqi, didunia dan akhirat”.
4) Pokok pikiran keempat :
“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
5) Pokok pikiran kelima :
“Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
yang sebenar-benarnya,dapat berhasil dengan mengikuti jejak
(ittiba) perjuangan para Nabi Muhammad SAW.
6) Pokok pikiran keenam :
“Perjuangan mewujudkan pokok-pikiran itu semua dapat
dilaksanakan dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi.
Organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang
sebaik-baiknya”.
7) Pokok pikiran ketujuh :
“Pokok pikiran seperti yang diuraikan di atas dapat untuk
melaksanakan ideologinya untuk mencapai tujuan cita-citanya,
ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
2. Kepribadian Muhammadiyah

8
Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan yang menggambarkan
hakekat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal
usaha dan perjuangan Muhammadiyah, serta sifat-sifat yang dimilikinya.
Kepribadian Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman dan
pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Kepribadian Muhammadiyah ini
muncul pada waktu kepemimpinan Bapak Kolonel H.M.Yunus Anis
periode 1959-1962.
3. Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah merupakan
rumusan ideologi Muhammadiyah yang menggambarkan tentang hakekat
Muhammadiyah, faham agama menurut Muhammadiyah dan misi
Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” terdiri dari 5 angka yang
dibagi menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok Satu
Mengandung pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, yaitu :
1) Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam,bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah
yang diwahyukan kepada para Rosul-Nya, sejak Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah
kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan
hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
b. Kelompok Dua
Mengandung persoalan mengenai faham agama menurut
Muhammadiyah, yaitu:
1) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: Al-
qur’an dan Sunnah Rasul.

9
2) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam
yang meliputi bidang-bidang; Aqidah, Akhlaq, Ibadah dan
Mu’amalat Duniawiyat.
c. Kelompok Tiga
Mengandung persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam
masyarakat Negara Republik Indonesia, yaitu:
Muhammadiyah mengajak seluruh bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-
sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu Negara yang adil makmur dan diridhai Allah
SWT. “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghaffur”.
F. Darul Ahdi Wasyi Syahadah
Konsep “Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa al-Syahadah”
didasarkan pada ideologi dan pemikiran resmi organisasi, seperti: Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian
Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Membangun Visi dan Karakter
Bangsa, Indonesia Berkemajuan, serta Tanwir 2012 dan 2014. Rumusan
ini diharapkan menjadi landasan, orientasi pemikiran dan tindakan bagi
warga Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam kehidupan kebangsaan, Muhammadiyah dan umat Islam sebagai
kekuatan mayoritas memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan anugerah Allah atas
perjuangan seluruh elemen rakyat yang mengandung jiwa, pikiran, dan
cita-cita luhur kemerdekaan (PP Muhammadiyah, Negara Pancasila
sebagai Dar al-Ahdi wa al-Syahadah, 2015, hlm 2).
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar,
Muhammadiyah memposisikan Pancasila sebagai Dar al-Ahdi Wa al-
Syahada. Ijtihad kontemporer Muhammadiyah tersebut berangkat dari
situasi terkini di tubuh bangsa Indonesia sekaligus penegas identitas

10
keislaman dan keindonesiaan. Secara bahasa Dar al-Ahdi Wa al-Syahadah
berarti negara kesepakatan dan persaksian.
“Kenapa tidak dengan darul sulhi atau negara perjanjian? Ternyata darul
sulhi itu konteks historisnya perjanjian oleh karena konteks perang.
Sementara darul ahdi, adalah follow up dari darul sulhi, jadi bukan
kesepakatan biasa tapi sudah beranjak ke yang lebih tinggi yaitu menjadi
konsolidasi baik politik, budaya, ekonomi,” terang Hasnan Bachtiar dalam
kajian virtual bersama  Santri Cendekia Forum pada Jumat (26/02).
Konteks historis pemahaman darul ahdi berangkat dari kesepakatan tokoh-
tokoh agama terutama Islam semisal Bagus Hadikusumo, Kasman
Singadimedja, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Mereka berunding mencari
titik temu agar konsepsi Pancasila diterima baik oleh kalangan islam
maupun kalangan nasionalis. Karenanya, kata Hasnan, darul ahdi ini
hadiah dari umat beragama terutama umat muslim terhadap bangsa
Indonesia.

Darul ahdi atau negara kesepakatan tidak cukup bila tidak dibarengi
dengan al-syahadah atau persaksian. Hasnan memaknai al-syahadah
sebagai keterlibatan langsung dalam mengatasi berbagai masalah, bekerja
keras dalam mewujudkan kemaslahatan, dan aksi partisipatoris dari kaum
muslim secara umum dan Muhammadiyah secara khusus dalam proses
pembangunan bangsa Indonesia.

“Suatu saat terutama kaum muslimin akan berbuah manis, buahnya adalah
terwujudnyya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan
demikian, maka peradaban manusia yang mulia juga akan terwujud, akan
disaksikan bersama-sama. Makna persaksian itu adalah kontribusi,” tutur
dosen Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Terdapat dua makna teologis terkait kontribusi bagi bangsa ini yaitu
teologi al-Maun dan teologi al-‘Ashr. Hasnan menerangkan bahwa teologi
al-Maun berarti teologi welas asih sedangkan teologi al-‘Ashr adalah
teologi kerja keras dan kerja cerdas.

11
Karenanya, tujuan utama pengesahan Pancasila sebagai Darul Ahdi wa al-
Syahadah merupakan pedoman bagi kaum muslim saat terjadi pertukaran
ideologi dalam skala global maupun nasional. Selain itu, Muhammadiyah
ingin memberikan benteng ideologi ketika berada di tengah gempuran
paham keagamaan yang beragam dan memiliki kecenderungan ekstrem
baik kanan maupun kiri.

“Dengan adanya konsep Darul Ahdi wa al-Syahadah, keberpihakan


Muhammadiyah ada pada semboyan Pancasila dan bhineka tunggal ika.
Selain itu, sebagai manifesto intelektual Muhammadiyah atau ijtihad
Muhammadiyah dalam politik,” tutur Hasnan.

Muhammadiyah sebagai Organisasi yang sejak kelahirannya hingga


sekarang terus konsisten mengusung perbaikan bangsa menuju negara
yang berkemajuan. Dalam hubungannya dengan negara dan bangsa
Indonesia, Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan dakwah
Islamamarma‟ruf nahi munkar adalah bagian integraldari bangsa
Indonesia. Karena itu,Muhammadiyah akan berusaha untuk senantiasa
dengan segala kekuatan yang dimiliki untuk membangun Indonesia
sebagai komitmen ke indonesia dan sebagai wujud pengamalan agama
Islam menurut paham Muhammadiyah .

Muhammadiyah memandang bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI) yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila
yang ditegakkan di atas falsafah kebangsaan yang luhur dan sejalan
dengan ajaran Islam. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpim oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; secara esensi selaras dengan nilai-
nilai ajaran Islam dan dapat diisi serta diaktualisasikan menuju kehidupan
yang dicita-citakan umat Islam yaitu Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghafur. Negara Pancasila yang mengandung jiwa, pikiran, dan cita-cita
luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 itu dapat di
aktualisasikan sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur yang

12
berperikehidupan maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam
naungan ridla Allah SWT .

G. Landasan Filosofis Muhammadiyah Darul Ahdi Wasy Syahadah


Muhammadiyah salah satu Ormas Islam yang lahir sebelum Indonesia
merdeka 1945 telah mencapai usia setengah abad telah melewati berbagai
fase zaman yang sarat dinamika. Di era kolonial Muhammadiyah berperan
dalam pergerakan kebangkitan kebangsaan menuju kemerdekaan
Indonesia. Menjelang dan pada awal kemerdekaan, muhammadiyah
berperan aktif dalam meletakkan fondasi negarabangsa yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Pada masa Orde Lama Muhammadiyah
istiqamah dalam menegakkan Negara Republik Indonesia agar tetap
berada dalam koridor konstitusi dan cita-cita kemerdekaan, disertai usaha-
usaha modernisasi sosial untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di era Orde Baru, Muhammadiyah terus berkiprah dengan kerja-kerja
kemasyarakatan untuk memajukan kehidupan bangsa, disertai sikap
hikmah dalam menghadapi situasi politik nasional. Pada era Reformasi,
Muhammadiyah menjadi pilar penting masyarakat madani (civil society)
dan memelopori era baru Indonesia yang Demokratis .
Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan dakwah Islam amar ma‟ruf
nahyi munkar adalah bagian integral dari bangsa Indonesia. Ketika
menyampaikan Pidato Milad Muhammadiyah ke-104 H/101 M, Haedar
Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah menyebut bahwa kiprah
Muhammadiyah telah diakui oleh pemerintah RI, (salah satunya) dengan
penetapan KH Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional.
Karena itu, Muhammadiyah senantiasa berusaha dengan segala kekuatan
yang dimiliki untuk membangun Indonesia sebagai komitmen
keIndonesian dan sebagai wujud pengamalan agama Islam menurut paham
Muhammadiyah.
Saat ini bangsa Indonesia dapat dikatakan kembali berada disimpang jalan
ideologi, walau tidak sekeras pada masa awal kemerdekaan pertarungan
antara ideologi itunyata terasa kembali hadir di republik ini.Pada satu satu

13
sisi, sekelompok orang mulai bergeriliya memasarkan sekularisme di
Indonesia ingin mengenyahkan agama dari seluruh sendi kenegaraan.
Menggugat seluruh norma agama yang sudah melekat dan menjadi jati diri
dan budaya bangsa.
Atas nama HAM, demokrasi, dan kebebasan berpendapat sudah ada
sekelompok orang yang berani dan terang-terangan meminta pelegalan
hubungan sejenis. Ada yang sekedar mendukung secara terang-terangan
ataupun malah mendeklarasikan diri sebagai kaum LGBT. Mereka
menuntut negara melegalkan para praktik menyimpang yang telah dikutuk
oleh seluruh ajaran agama di dunia.
Atas nama pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran yang entah akan
dinikmati oleh siapa, rakyat kecil banyak yang tergerus dan terpinggirkan.
Terusir daritanah warisan yang tibatiba dinyatakan sebagai tanah ilegal
oleh suatu pemda.Pemerintah tidak lagi menjadi penguasa yang telah
terbeli oleh para cukong yang dulu mensponsori.
Ada pula kelompok agama yang belum bisa bercerai dengan masa lalu,
yang masih menganggap dirinya sekedar menumpang di negeri sendiri.
Sehingga selalu merasa dirinya terjajah dan tertipu. Menganggap
pemerintahan sebagai taghut yang harus selalu di musuhi mereka ini selalu
ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara. Mewajibkan syariat Islam
secara kaffah diterapkan di Indonesia.
Memang, gerakan reformis yang dilokomotifi Amien Rais 18 tahun yang
lalu, yang menumbangkan segala keangkuhan negara era orde baru
memang menyemaikan semua idiologi lama dan juga idiologi
baru.Termasuk idiologi anti tuhan yang berlambangkan palu arit. Idiologi
besar dunia yang telah mengalami kebangkrutan total, yang dinegara
asalnya hanya tersisa lambangnya sebagai sovenir para turis.
H. Tantangan dalam Implementasi Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah
Muhammadiyah memiliki strategi-strategi dalam mendiseminasikan dan
mengimplementasikan gagasan Negara Pancasila sebagai Dar al-‘Ahd wa
alShahadah. Gagasan ini didiseminasikan dan disebarkan melalui pelbagai
institusi, terutama amal usaha dan pelbagai aktivitas politiknya. Pertama,

14
penyebaran gagasan ini dilakukan melalui pelbagai institusinya, dengan
cara mendistribusikannya kepada saluran-saluran organisatorisnya.
Saluran utamanya adalah cabang-cabang di tingkat propinsi (Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah) dan daerah (Pimpinan Daerah Muhammadiyah)
di seluruh Indonesia.
Dalam rangka mempercepat penyebaran ini, dokumen resmi tersebut juga
disediakan versi digitalnya sehingga bisa diunduh secara online melalui
website Muhammadiyah. Meskipun penggunaan internet sangatlah umum
saat ini, tidak semua anggota Muhammadiyah mampu mengaksesnya. Hal
ini disebabkan oleh karena segala keterbatasan yang ada mengenai
teknologi yang mereka miliki, terutama mereka yang tinggal di daerah
yang terluar dan terpencil misalnya di batas teritorial negara.
Akan tetapi, para elit Muhammadiyah begitu cakap dan terampil dalam
menyebarkan gagasan penting ini melalui media sosial dan juga telivisi.
Beberapa intelektual di lingkungan Muhammadiyah memproduksi “opini”
yang diterbitkan baik di koran-koran lokal maupun nasional, dan juga
media online. Sementara itu organisasi intelektual (think thank) seperti
MAARIF Institute mempublikasikan jurnal yang membahas tema spesifik
mengenai gagasan ini. Sementara yang lain lagi, mempublikasikan buku-
buku.
Akan tetapi, apa yang telah dilakukan Muhammadiyah ini sebenarnya
sangat menantang. Ketika perkembangan teknologi informasi sedemikian
memberikan dampak yang besar, hal tersebut sayangnya tidak diikuti oleh
kecakapan literasi kritis. Banyak orang, termasuk sebagian anggota
Muhammadiyah belum mampu berpikir secara lebih kritis ketika mereka
harus berhadapan dengan kabar bohong (hoax). Informasi yang salah
(bohong) mempertajam minat mereka yang mengusung Islamisme, bahkan
mereka mengungkapkannya dengan nada yang begitu subversif, dengan
demikian memperumit tugas Muhammadiyah dalam mendiseminasikan
gagasan Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah.
Salah satu jalan yang ditempuh Muhammadiyah di antara banyak jalan
lainnya yang memungkinkan untuk mengatasi masalah ini, sebagaimana

15
yang telah diupayakan oleh Majelis Pustaka dan Informasi
Muhammadiyah, adalah mengembangkan program jihad literasi. Tujuan
utama dari jihd ini adalah hendak memperkuat kesadaran masyarakat agar
supaya lebih bijaksana dan kritis dalam membaca dan mengevaluasi
informasi yang ada. Di samping itu, sebagai strategi diseminasi gagasan
ini, Muhammadiyah memanfaatkan berbagai amal usahanya seperti
misalnya lembaga-lembaga pendidikannya (sekolah-sekolah dan
universitas),
lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit dan klinik) dan juga lembaga-
lembaga filantropi (rumah terbuka, rumah yatim piatu dan panti jompo).
Sejak 1912, dimulai dengan modernisasi sekolah-sekolah Islam yang
diinisiasi oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah secara khusus
memainkan peran kependidikan yang begitu penting, yang memproduksi
banyak tokoh nasional terkemuka. Saat ini, kontribusinya meningkat oleh
karena meningkatnya jumlah lembaga pendidikan yang dimilikinya;
sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh database resmi organisasi,
Muhammadiyah memiliki 4786 sekolah dan 171 universitas yang tersebar
di seluruh pelosok negeri.
Di samping itu, lembaga-lembaga lain yang dimilikinya juga berkontribusi
pada pembangunan Indonesia. Para elit Muhammadiyah, dalam konteks
ini, mengklaim bahwa segala kontribusi yang telah diupayakan tersebut
dapat dipertimbangkan sebagai implementasi dari gagasan dar al-
shahadah. Secara ideal, pelbagai institusi ini akan memberikan pengaruh
yang signifikan dalam memperkuat kesadaran terhadap pentingnya
gagasan ini.
Akan tetapi, tidak semua guru dan dosen dari lembaga-lembaga
pendidikan Muhammadiyah setuju dengan konsep tersebut. Hal ini,
kenyataannya, menjadi masalah yang besar bagi Muhammadiyah. Tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagian kalangan Muslim masih meyakini
pentingnya gagasan dar al-Islam dari pada dar al-‘Ahd wa al-Shahadah.
Selain itu, sebagian aktivis Muhammadiyah, di saat yang sama juga
mendukung pelbagai gagasan dan aktivitas HTI, JAT, JAD, dan yang

16
lainnya. Namun secara lebih jauh, Muhammadiyah tetap berharap dalam
mendiseminasikan gagasan tersebut melalui langkah dan strategi ‘high
politics’- nya. Sebagai contoh, ketika Muhammadiyah dengan tegas
menyatakan bahwa dirinya bukanlah partai politik dan tidak bermain
dalam ranah politik praktis (realpolitik), Muhammadiyah mengklaim
bahwa lebih memilih untuk berpartisipasi dalam proses demokratisasi
yang bersifat substansial.
Dengan kata lain, Muhammadiyah bersikukuh mempertahankan bahwa
atas apa yang dilakukannya merupakan hal yang berbeda dari segala
praktik realpolitik, yang semata-mata hanya bertujuan untuk meraih kursi
kekuasaan. Muhammadiyah lebih menghendaki dirinya sebagai sebuah
organisasi masyarakat sipil, yang bersfungsi sebagai penyeimbang
kekuatan antara penguasa dan rakyat atau antara kebijakan negara dan
aspirasi warga negara. Sebagaimana yang telah dungkapkan oleh Amin
Abdullah, Muhammadiyah memiliki peran ganda dalam mengontrol dan
mentransformasi dalam pengertian mengimplementasikan nilai-nilai
kebangsaan yang luhur dan penuh kebajikan.
Oleh karena itulah, maka Muhammadiyah menekankan bahwa Indonesia
akan dibangun berdasarkan sendi-sendi nilai berkemajuan, pencerahan dan
kenabian sebagaimana yang telah diinspirasikan oleh prinsip-prinsip luhur
dan Islami Pancasila. Akan tetapi realitas yang dihadapi agaknya memang
berbeda. Beberapa aktivis yang ada di saat yang sama juga merupakan
politisi, yang tersebar di pelbagai partai politik dan dengan demikian
memiliki peran yang vital dalam proses kontestasi realpolitik.

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung


Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan
sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan
sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Berdasarkan paham yang sama, maka gerakan para anggota dan pimpinan
Muhammadiyah akan selaras, seirama, dan indah dalam mencapai tujuan
organisasi yang jelas terlihat berbeda dengan organisasi lainnya.

Gerakan untuk mencapai tujuan Persyarikatan Muhammadiyah tersebut hendaklah


dimulai dengan suatu pernyataan pribadi, yaitu: "Saya ridho ber-Tuhan kepada
Allah, ber-Agama kepada Islam dan ber-Nabi kepada Muhammad Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wassalam".

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang bercita-cita dan bekerja untuk


mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Paham keagamaan Muhammadiyah adalah mengamalkan Islam berdasarkan Al


Qur’an dan Sunnah Rasul dan bekerja untuk terlaksananya ajaran Islam yang
meliputi: aqidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah.

Paham kebangsaan muhammadiyah adalah aktif memperjuangkan dan mengisi


kemerdekaan Indonesia, aktif menjaga keutuhan dan membangun NKRI dengan
semangat syukur agar mendapat Ridha Allah, sehingga menjadi "Suatu negara
yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha
Pengampun" (QS Saba'/34: 15). Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam
yang besar di Indonesia

Darul Ahdi Wasyi Syahadah Konsep “Negara Pancasila sebagai Darul


Ahdi wa al-Syahadah” didasarkan pada ideologi dan pemikiran resmi organisasi,

18
seperti: Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian
Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Membangun Visi dan Karakter
Bangsa, Indonesia Berkemajuan, serta Tanwir 2012 dan 2014.

Dalam kehidupan kebangsaan, Muhammadiyah dan umat Islam sebagai kekuatan


mayoritas memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Karena itu,Muhammadiyah akan berusaha untuk senantiasa dengan segala


kekuatan yang dimiliki untuk membangun Indonesia sebagai komitmen ke
indonesia dan sebagai wujud pengamalan agama Islam menurut paham
Muhammadiyah .

Muhammadiyah memandang bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI) yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila yang
ditegakkan di atas falsafah kebangsaan yang luhur dan sejalan dengan ajaran
Islam.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam dan dapat diisi serta
diaktualisasikan menuju kehidupan yang dicita-citakan umat Islam yaitu Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Negara Pancasila yang mengandung jiwa, pikiran, dan cita-cita luhur sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 itu dapat di aktualisasikan sebagai
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur yang berperikehidupan maju, adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla Allah SWT .

19
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar,hasnan.2019.Dar al-‘ahd wa al-syahahadah:upaya dan tantangan


Muhammadiyah merawat kebinekaan.vol.14.no.1.

M.Hazmi.[et al.] 2020. Ideologi Muhammadiyah. Jamber: PT. Jamus Baladewa


Nusantara Tangerang

Nashir, Haedar. 2014. Memahami Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah.2016.negara Pancasila sebagai dar al-‘ahdi wa al


syahahadah.pimpinan pusat Muhammadiyah.

Welianto,Ari.2020.Ideologi.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/11/200000269/ideologi--arti-
sejarah-dan-macamnya(diakses tanggal 18 Oktober 2021).

20

Anda mungkin juga menyukai